Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION


(STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS Xf SMA
NEGERI 1 TINAMBUNG
2016

NURLINDA DAHLAN
H0413045

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini sedang dalam masa transisi kurikulum dari
KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013. Hal tersebut membuat sebagian besar guru di tuntut
menguasai kurikulum tersebut. Dengan kemunculan kurikulum tersebut maka di harapkan akan
mewarnai perkembangan dalam dunia pendidikan, dan mendorong guru untuk berinovasi dalam
pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 2 disebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat, dalam rangkan mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif..
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonessia. Menurut UU No. 2 Tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana
dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannnya dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar Seahingga penting bagi guru untuk memahami dan
mengaplikasikan kurikulum yang dibuat dengan tepat.
Belajar sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses seseorang dalam memperoleh
pengetahuan, pengertian, keterampilan, sikap atau nilai yang biasanya diikuti oleh perubahan
tingkah laku. Proses belajar di kelas dapat berlangsung dengan optimal jika proses belajar
didesain melalui prosedur yang sistemik dan sitematik.
Desain sistem pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan proses belajar yang dapat
membantu individual untuk mencapai kompetensi secara optimal. Proses belajar dapat disebut
sukses apabila memenuhi kriteria sebagai berikut, yakni siswa malakukan interaksi dengan
sumber belajar seacara intensif, melakukan latihan untuk penguasaan kompetensi memperoleh
umpan balik segera setelah melakukan proses belajar, emnerapkan kemampuan dalam konteks
nyata dan melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru harus mampu untuk mendesain progam
pembelajarannya. Hal tersebut dilakukan agar menjadikan proses pembelajaran menjadi efektif,
efisien dan menarik.
Kegiatan pembelajaran yang baik berdasarkan kurikulum 2013 adalah kegiatan pembelajaran
yang mampu mengembangkan tiga aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan dari peserta
didik. Atas dasar hal tersebutlah guru harus mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
sistematis dan sistematik berdasarkan model-model pembelajaran tertentu. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD). Model pembelajaran menjadi salah satu upaya untuk menciptakan kondisi kelas yang
mampu mengembangkna ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan dari peserta didik dalam
proses pembelajaran siswa harus mencapai tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan pembelajaran yang disusun berdasarkan sintak dari model koperatif maka pembelajaran
akan menjadi menyenangkan dan menantang bagi siswa. ) Cooperative Learning atau
pembelajaran kooperatif sebagai salah satu model pembelajaran yang menyenangkan dan siswa
akan lebih paham. Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa belajar dengan berkelompok
untuk saling berdiskusi dan bersaing. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa lebih aktif
dalam belajar. Ada banyak jenis dari pembelajaran kooperatif dan salah satunya adalah Student
Team Achievement Division (STAD). Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan model yang
paling baik bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif
. Dari hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memahami pembelajaran kelas xf SMA
NEGERI 1 TINAMBUNG. Maka peneliti mencoba melakukan penelitian menggunakan model
kooperatIf learning tipe STAD. Penelitian ini diharapkan mampu mengoptmalkan kemampuan
peserta didik dalam belajar, mampu mengaktifkan peserta didik dan mampu mencapai tujuan
dalam pembelajaran. Dari model tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh
penerapan model tersebut terhadap tercapainya seluruh kompetensi mata pelajaran FISIKA,
Matematika dan Bahasa Indonesia dalam tema hemat energi sub tema macam-macam energi
pembelajaran satu.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memahami pembelajaran FISIKA SMA KELAS

XF Maka peneliti mencoba melakukan penelitian menggunakan model kooperatf learning tipe
STAD. Penelitian ini diharapkan mampu mengoptmalkan kemampuan peserta didik dalam
belajar, mampu mengaktifkan peserta didik dan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran .
Dari model tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh penerapan model tersebut
terhadap tercapainya seluruh kompetensi mata pelajaran FISIKA,
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakakang masalah yang di uraikan

, maka penulis merumuskan

masalah yaitu apakah ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif Learning tipe Student Team
Achieved Division (STAD) terhadap hasil belajar siswa kelas Xf SMA NEGERI 1 TINAMBUNG
2016/2017.
C.TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif
Learning tipe Student Team-Achieved Division (STAD) terhadap hasil belajar siswa kelas Xf
SMA NEGERI 1 TINAMBUNG.

.
D.MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Jika dalam penelitian ini terdapat pengaruh model kooperatife learning tipe Student Team
Achieved Division Stad (STAD) terhadap hasil belajar fisika kelas Xf SMA NEGERI 1
TINAMBUNG maka penelitian ini dapat di jadikan landasan teori untuk kegiatan-kegiatan
inovasi pembelajaran, penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan
menambah wawasan bagi pengkajian inovasi pembelajaran.
.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi sekolah
Sebagai

referensi

dalam

menerapkan

model-model

pembelaajran

yang

mampu

meningkatatkan efektifitas pembelajaran fisika.


b. Bagi Guru
Dapat digunakan oleh guru sekolah SMA dalam upaya pengembangan inovasi
pembelajaran dan dapat menjadi pengetahuan baru dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran fisika.
c. Bagi Siswa
Memudahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika sebagaimana yang terdapat
dalam kurikulum 2013. Memberikan keuntungan bagi siswa agar dapat bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas dan meningkatkan hasil belajar, motivasi dan minat siswa
dalam belajar.
d. Bagi peneliti
Peneliti memperoleh dan menambah wawasan serta pengetahuannya tentang model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mendapatkan pengetahuan serta mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai karakter siswa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
1.

Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Irham dan Novan (2013), merupakan sebuah proses

yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang
diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan menetap
disebabkan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajarnya.
Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pengajaran, juga terkait dengan
berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan pada siswa. Faktor siswa, guru serta
faktor lingkungan secara menyeluruh merupakan faktor-faktor yang berpengaruh. Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sehingga dapat dipahami bahwasannya proses belajar
bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksi pengetahuannya sehingga mampu
menggunakan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari (Slameto, 2003).
Menurut Gerung (2012), belajar merupakan proses kegiatan yang dapat membawa
perubahan individu. Dalam kenyataan belajar adalah perubahan individu dalam
kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Dapat dikatakan pula bahwa belajar ialah perubahan
dalam diri seseorang yang bersifat kemajuan atau penyempurnaan kepribadian. Kemajuan
dan penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan-perubahan
positif dalam diri siswa yang sedang menuju kedewasaan. Namun, tidak semua
perubahan dalam diri siswa merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam arti belajar, yaitu:
1)
2)
3)
4)

Perubahan yang terjadi secara sadar.


Perubahan dalam belajar yang bersifat kontinyu dan fungsional.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
Menurut Hamalik (2008) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang

relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu proses yang dilakukan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru
dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap karena adanya interaksi
dengan lingkungan belajarnya.
2.

Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 114-115) hasil belajar merupakan segala upaya yang

menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan
jenjang tertinggi. Keenam jenjang tersebut adalah: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu
kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus
dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. (2) Pemahaman
(comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya sendiri. (3) Penerapan (application)
yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode,
prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan
kongkret. (4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan
atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara
bagian- bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagianbagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. (6)
Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif
menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan
pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada (Anas Sudijono, 2005: 50- 52).
Senada dengan Suharsimi Arikunto, Bloom dalam rusmono (2012 : 8) mengatakan bahwa
hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor dan
afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
1. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih

sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2. Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku.
3.

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu)
dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku). Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut
diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melali interaksi dengan
berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

3. Model pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe STAD
Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan minat siswa dalam
kegiatan belajar, karena strategi ini banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
bersama dan bekerja bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Pembelajaran
kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah teman dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan metode kooperatif juga
dapat meningkatkan pengembangan sikap sosial.

Menurut Lie (2004: 12) pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok
kecil dan dikehendaki untuk saling memberi penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang
baik, mengajukan pertanyaan yang benar.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitik beratkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam
kelompok kecil, dimana menurut Sartono (2003:32), Siswa diajarkan keterampilanketerampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti
menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan
teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan
yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan
pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai
perkembangan individu, dan 5) Pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD
merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa
kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang
memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun
kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar
kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

Kelemahan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna, karena masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Oleh karena itu peran pendidik penting dalam
menyesuaikan metode mana yang sesuai untuk di terapkan dalam menyampaikan materi tertentu.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:

1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.
2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan
akademisnya.
3) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan
interpersonal diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Sedangkan keuntungan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Soewarso
(1998:22) sebagai berikut :
1)

Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang

sedang dibahas.
2)

Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai

rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
3)

Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar

mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan
bersama-sama.
4)

Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah

harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.


5)

Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk

mencapai hasil yang lebih tinggi.


6)

Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.

7)

Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor.


Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan

sebagai berikut:
1) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilanketerampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.
2) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka
seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila
kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya
membonceng dalam penyelesaian tugas.
3) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara
konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.

Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso


(1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan,
menyebabkan siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga
penbelajaran koopertaif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak
dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap
individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahankelemahan dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebaiknya dalam satu
anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat
berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara
inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar
berhasil mencapai tujuan dengan baik

B. KERANGKA FIKIR
Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang (Alya, 2009: 536). Dalam
penelitian ini pengaruh yang dimaksud adalah Pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team-Achieved Division (STAD) terhadap hasil belajar fisika kelas Xf SMA
NEGERI 1 TINAMBUNG.
Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe STAD
Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan minat siswa dalam
kegiatan belajar, karena strategi ini banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
bersama dan bekerja bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Pembelajaran
kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai
sebuah teman dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan metode kooperatif juga dapat
meningkatkan pengembangan sikap sosial.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif
yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan yang

diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran
biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan
individu, dan 5) Pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Menurut Gagne dalam Purwanto (2009 : 42) hasil belajar adalah terbentuknya konsep
yaitu kategori yang kita berikan pada lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi
untuk mengasimilasi yang menentukan stimulus- stimulus baru dan menentukan hubungan
diantara kategori- kategori. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupakan hal yang
penting karena dapat menunjukan ketercapaian tujuan pembelajran yang telah ditentukan. Hasil
belajar siswa dapat diketahui melalui evalusi untuk menilai dan mengukur apakah siswa telah
menguasai ilmu yang telah disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai