A.
Definisi
Pankreatitis adalah penyakit peradangan yang dapat berlangsung akut ataupun
kronis
Pankreatitis akut proses inflamasi akut yang terjadi pada organ pancreatitis
( Lewis,2007 )
B.
Anatomi-Fisiologi Pankreas
1.
Anatomi
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan. Strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari duodenum sampai limpa, dan
dilukiskan terdiri atas tiga bagian.
a.
Caput (kepala) pankreas, yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga
abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan melingkarinya.
b.
Corpus (badan) pankreas, merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di
belakang lambung, di depan vertebra lumbalis pertama.
c.
Caudal (ekor) adalah bagian yang runcing di sebelah kiri, dan menyentuh limpa.
Jaringan pankreas terdiri atas lobula sel sekretari yang tersusun mengitari saluransaluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari
lobula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri
ke kanan. Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dan lobula lain dan kemudian
bersatu unstuk membentuk saluran utama, yaitu duktus wirsungi.
2.
Fisiologi
Pankreas dapat disebut sebagai organ rangkap karena mempunyai 2 fungsi. Fungsi
eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretari lobulanya, yang membentuk getah pankreas
dan yang berisi enzim dan elektrolit. Cairan pencerna itu berjalan melalui saluran
ekskretori halus dan akhirnya dikumpulkan oleh dua saluran, yaitu yang utama
disebut duktus wirsungi dan sebuah saluran lain, yaitu duktus santorini, yang masuk
ke dalam duodenum.
Saluran utama bergabung dengan saluran empedu di Ampula Vater. Isi enzim dalam
getah pankreas yaitu amilase, lipase, dan tripsin. Enzim ini bersifat alkalis.
Pankreas dilintasi oleh saraf vagus dan dalam beberapa menit setelah menerima
makanan, arus getah pankreas bertambah. Kemudian setelah isi lambung masuk ke
dalam duodenum, maka dua hormon, sekretin dan pankreozimin dibentuk di dalam
mukosa duodenum dan yang kemudian merangsang arus getah pankreas. Fungsi
endokrin tersebar di antara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok kecil sel
epitelium, yang jelas terpisah.
Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil atau kepulauan langerhans, yang bersamasama membentuk organ endokrin.
Persarafan didapati dari saraf vagus dan persediaan darah dan saluran kapiler besar.
C.
Klasifikasi Pankreatitis
1.
Pankreatitis akut
2.
Pankreatitis kronis.
1.
Pankreatitis akut
Definisi
Pankreatitis akut dapat berupa episode tunggal atau dapat berupa serangan-serangan
berulang.
Pankreatitis akut terjadi akibat respon pankreas terhadap trauma atau akibat suatu
peradangan difusi. Penyebab tersering antara lain penyakit sistem empedu, alkoholik
dan penyebab idiopatik. Umumnya diketahui bahwa duktus pankreatikus tersumbat
disertai oleh hipersekresi enzim-enzim eksokrin dari pankreas. Enzim-enzim ini
Alkoholisme
2.
3.
Trauma
4.
Infeksi
Penyebab lain :
infeksi bakteri atau virus atau virus parotitis, trauma tumpul abdomen, penyakit ulkus
peptikum. Penyakit vaskuler iskemik, hiperlipidemia, hiperkalsemia, penggunaan
kortikosteroid, preparat diuretik tiazida, serta kontrasepsi oral ternyata berkaitan
dengan peningkatan insiden pankreatitis.
Pankreatitis idiopatik akut merupakan penyebab 10-30% kasus pankreatitis akut.
Kematian terjadi akibat syok, anoksia, hipotensi, atau gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Pankreatitis akut bisa sembuh, bisa juga terjadi pankreatitis kronik.
Tanda dan Gejala
Tanda perut :
ringan
selama beberapa hari.
-
Tanda perut
Kembung/distensi
Nyeri tekan
Defans muskuler ringan/sedang
Peristaltik (-) / ileus paralitik.
-
Tanda perut :
Syok dalam
Toksemia berat
Sindrom distres paru akut (ARDS).
Patofisiologi
Timbulnya pankreatitis akut disebabkan oleh auto digesti enzim pankreas. Duktus
pankreatikus dan duktus koledukus bermuara ke tempat yang sama yaitu ampula
vateri, menyumbat aliran getah empedu dari duktus koledukus ke dalam duktus
1.
Shock (renjatan)
Renjatan merupakan komplikasi yang tersering. Pankreatitis akut menyebabkan
bertambahnya eksudasi pankreas ke dalam ruang retroperitoneal dan intraperitoneal
yang dapat mempengaruhi volume intravaskuler sehingga timbul hipotensi dan
renjatan.
2.
Perdarahan gastrointestinal
Perdarahan dapat timbul sebagai akibat terlalu seringnya muntah-muntah sehingga
timbul sindrom Mallory Weiss. Dapat juga terjadi perdarahan difus di duodenum
sebagai akibat rangsangan edema kaput pankreas yang sedang dalam keadaan
inflamasi.
3.
Hepatitis
Hepatitis juga dapat timbul pada pankreatitis akut, sebagai akibat proses kolestasis
ekstrahepatik.
4.
5.
Komplikasi di paru
Komplikasi di paru dapat timbul pada waktu serangan pertama pankreatitis akut,
yaitu timbul efusi pleura sebagai akibat ekstravasasi cairan pankreas ke dalam pleura.
6.
7.
8.
Radiologis
Pemeriksaan foto rontgen polos perut paling mudah dilaksanakan. Tampak
adanya dilatasi di kolon transversum atau dilatasi di kolon asenden, disebut tanda
colon cut off. Hal ini disebabkan terjadinya eksudasi pankreas sehingga timbul
spasme di tempat tersebut di atas. Karena eksudasi pankreasi, maka usus halus di
sekitar pankreas mengalami dilatasi dan terisi udara, disebut tanda sentinel loop.
Pada gastroduodenografi akan dapat dilihat pelebaran kurve duodenal, yang
disebabkan oleh edema kaput pankreas.
2.
Ultrasonografi (USG)
Computed tomography
Hasil pemeriksaan CT, tampak pankreas yang lebih melebar daripada
normalnya.
2.
Pankreatitis kronis
Definisi
Pankreatitis kronis merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh
kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas. (Brunner &
Suddarth, 2002 : 1348).
Pankreatitis kronis yaitu reaksi peradangan pankreas yang kronik. (Makmun &
Hardjodisastro, 2001 : 38).
Etiologi
1)
Alkoholisme
2)
3)
4)
5)
Faktor autoimun.
6)
Sebab-sebab lain :
Hormon.
Malnutrisi
b.
Abses pankreas
c.
Kanker pankreas
d.
Perdarahan.
Test Diagnostik
1)
Tes toleransi glukosa : dapat mengevaluasi fungsi sel pulau langerhans pankreas;
untuk menentukan apakah perlu operasi reseksi pankreas.
3)
1)
Non Bedah
Penatalaksanaan pankreatitis kronis bergantung pada kelainan yang mungkin menjadi
penyebab.
a.
Pemberian analgetik
Menghindari alkohol serta makanan lain yang oleh pasien sendiri dirasakan
cenderung menimbulkan nyeri.
b.
c.
2)
Insufisiensi eksokrin
Stenosis bilier
a.
Pankreatikojejunostomi
Dengan anastomosis side to side atau penyambungan duktus pankreatikus dengan
jejunum memungkinkan drainase sekresi pankreas ke dalam jejunum.
b.
Ototransplantasi atau implantasi sel-sel pulau langerhans dari pasien sendiri untuk
memelihara fungsi endokrin pankre
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a.
Pengkajian
1.
2.
3.
Mual
Muntah
Anoreksia
Penurunan BB.
4.
Pola eliminasi
Distensi abdomen
Peristaltik menurun
Steatorrhea
5.
3 P (pada DM).
Pola pernafasan
Takipnea
Dispnea
Bunyi kreakels.
6.
Kardiovaskuler
Tachykardia
Hipotensi.
7.
Integumen
Diaphoresis
Cianosis
Kulit kering.
8.
Integritas ego
Gelisah
Cemas
Agitasi
9.
-
Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdominal, biasanya terlokasi pada epigastrium dan periumbilikal tetapi
dapat menyebar ke punggung.
Leukositosis
Hiperglikemia
Hiperlipidemia
Hipokalsemia
Hipokalsemia
b.
1.
Diagnosis Keperawatan
Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d inflamasi, distensi abdomen, dan iritasi
peritoneum.
2.
Resti defisit volume cairan b/d mual, muntah dan asupan oral yang terbatas.
3.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, pembatasan diet dan
kehilangan asupan nutrisi karena muntah.
4.
5.
6.
Potensial komplikasi shock hemorragic b/d kerusakan dinding pembuluh darah oleh
enzim proteolitik.
c.
1.
Rencana Keperawatan
Nyeri berhubungan distensi pancreas
R/ Pengkajian dan pengendalian rasa nyeri sangat penting karena kegelisahan pasien
meningkatkan metabolisme tubuh yang akan menstimulasi sekresi enzim-enzim
pankreas.
4)
Melaporkan rasa nyeri yang tidak mereda atau yang intensitasnya meningkat.
R/ Rasa nyeri dapat meningkatkan enzim-enzim pankreas dan juga dapat menunjukkan
adanya perdarahan pankreas.
5)
Resti defisit volume cairan b/d mual, muntah dan asupan oral yang terbatas yang
ditandai dengan rasa haus, peningkatan output cairan, perubahan intake cairan, kulit
dan membran mukosa kering, penurunan intake oral dan turgor kulit.
HYD :
Intake cairan dan elektrolit adekuat, yang ditandai dengan turgor kulit kembali
normal.
BB klien stabil.
1)
R/ Sebagai indikator untuk mengganti kebutuhan cairan yang hilang serta tindakan
selanjutnya.
3)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, pembatasan diet dan
kehilangan asupan nutrisi karena muntah serta gangguan pencernaan yang ditandai
dengan penurunan BB, kelemahan, lelah.
HYD :
1)
R/ Mengurangi rasa kotor dan bau yang dapat mengurangi nafsu makan.
5)
R/ Untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat dan asam amino serta menjaga balance
nitrogen negatif.
6)
Jika intake oral diperbolehkan, beri makanan porsi kecil, tinggi karbohidrat, rendah
protein dan rendah lemak.
3.
Klien dapat mengungkapkan secara verbal mengerti tentang kondisi atau proses
gangguan yang dialami serta pengobatan yang dilakukan.
1)
-
R/ Kadar gula darah yang tinggi serta adanya lemak dalam faeces mengindikasikan
adanya kerusakan dari jaringan pankreas.
2)
1)
Potensial komplikasi shock hemorragic b/d kerusakan dinding pembuluh darah oleh
enzim proteolitik.
Tujuan Keperawatan :
-
1)
Kaji kontinuitas atau peningkatan gejala shock seperti muka pucat, kulit dingin,
lembab, hipotensi, tachikardia, serta peningkatan pernapasan.
Brunner & Suddarth. 2002, Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol. 2, Jakarta : EGC.
Ilmu Penyakit Dalam, 1990, Jilid I, Jakarta : FKUI.
Lewis, 2007, Medical Surgical Nursing. 5th edition, Vol. 2, Mosby Inc.
Price & Wilson, 1995, Patofisiologi. Jakarta : EGC.
R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
S. Victor, 2004, Anatomi Abdomen dan Sistem Persarafan. Jakarta : FK Trisakti.
PENDAHULUAN
2.1. DEFINISI
Pankreatitis kronis merupakan proses inflamasi pankreas yang progresif dan
menyebabkan kerusakan parenkim pankreas yang irreversibel berupa fibrosis serta
mengakibatkan disfungsi eksokrin dan endokrin.1,2
2.2.ETIOLOGI
Penyebab dari pankreatitis kronis ini pertama tama dikategorikan atas tiga penyebab
yaitu alkohol, idiopatik dan penyebab lain, tetapi dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, semenjak tahun 2001, etiopatogenesis dari pankreatitis kronis ini
berdasarkan pada sistem klasifikasi TIGAR-O ( Tabel 1 ).
Tabel 1. TIGAR-O klasifikasi 7.
Toxic metabolic
AlkoholTembakau
Hiperkalsemia
Gagal ginjal kronik
Racun
Idiopatik
Genetik
Autoimun
Recurrent and severe AP
Obstruktif
Kemudian berkembang lagi sistem klasifikasi M-ANNHEIM , dasar dari sistem ini
bahwa kemungkinan pankreatitis kronis merupakan hasil interaksi banyak faktor
resiko (M), konsumsi alkohol (A), konsumsi Nikotin (N), faktor herediter (H), faktor
duktus pankreatik eferen(E), faktor imunologi ( I ), dan faktor metabolik (M) 8.
Alkohol bertanggung jawab atas 70-80% kasus pankreatitis kronis . Tidak ada
ambang seragam untuk efek racun dari alkohol pada pankreas, namun jumlah dan
durasi konsumsi alkohol berhubungan dengan perkembangan pankreatitis kronis.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa jenis atau pola konsumsi penting. Dikemukakan
bahwa konsumsi 150-200 ml > 40% etanol setiap hari selama 10-15 tahun
menyebabkan perkembangan pankreatitis kronis klinis dengan signifikan, tapi asumsi
lain pasien memiliki penyakit yang dipicu oleh alkohol jika mereka mempunyai
riwayat penggunaan alkohol berat. Bukti ini menunjukkan bahwa pankreas seseorang
mungkin jauh lebih sensitif terhadap alkohol dari pada yang lain, dan bahwa faktor
genetik yang tak dikenal mungkin bertanggung jawab untuk perbedaan ini.1
Penelitian Mullhaupt et al (2005), dari 343 pasien pankreatitis kronis , 265 pasien
disebabkan karena alkohol, 57 pasien idiopatik dan 11 pasien herediter, dengan umur
rata- rata 36 tahun.9
Maisonneuve P et al (2005) melaporkan bahwa dari 930 pasien pankreatitis kronis ,
mempunyai hubungan antara perokok dengan diagnosis pankreatitis kronis pada usia
tua.Disamping alkohol, rokok juga merupakan faktor resiko untuk terjadinya
pankreatitis kronis serta terdapatnya hubungan antara rokok dengan progresifitas
pankreatitis kronis 10
Di India, prevalensi tertinggi pankreatitis kronis yang diamati (830 orang) adalah
pankreatitis tropis, onset usia dini (usia rata-rata, 3313 tahun ), kurangnya paparan
alkohol, dan perkembangan kalsifikasi yang cepat, serta kegagalan kelenjar.Spekulasi
tentang etiologi telah berpusat pada mutasi peptidase serin inhibitor, tipe gen 1
Kazal, SPINK1.5
2.3. PATOFISIOLOGI
Dalam beberapa dekade terakhir telah dimunculkan empat teori utama untuk
menjelaskan patogenesis dari pankreatitis kronik yaitu : toxik- metabolik, stress
oksidatif, obstruksi batu dan duktus, dan nekrosis-fibrosis. Setiap teori ini
memberikan mekanisme yang menjelaskan sekuensi patogenik. Lebih jauh,
perkembangan ilmu pengetahuan yang terakumulasi dalam beberapa tahun terakhir
meliputi mekanisme seluler , genetik serta molekuler fibrosis pankreatitis, dan teori
patogenik baru dikembangkan.6,11
1. a.
1. b.
Bordalo dan kawan-kawan mengajukan teori bahwa alkohol secara langsung menjadi
toksik bagi sel-sel asinar melalui perubahan pada metabolisme seluler. Alkohol
memproduksi lipid sitoplasmik yang berakumulasi dalam sel-sel asinar, yang
menyebabkan degenerasi lemak, nekrosis seluler, dan kemudian fibrosis yang
meluas.6
1. c.
Henri Sarles menegaskan dualitas pankreatitis akut dan kronik , keduanya merupakan
penyakit yang terpisah dengan patogenesis yang berbeda. Pankreatitis akut
disebabkan oleh aktivasi tripsin dan autodigesti parenkimal yang tidak teratur,
pankreatitis kronik dimulai dalam lumen duktus pankreatikus. Alkohol memodulasi
fungsi endokrin untuk meningkatkan litogenisitas cairan pankreas, menyebabkan
bentuk plak protein dan batu. Kontak kronik batu dengan sel-sel epithelial duktus
menyebabkan ulserasi dan perlukaan, menyebabkan obstruksi, stasis, dan
pembentukan batu lebih lanjut. Pada akhirnya, atrofi dan fibrosis berkembang sebagai
dampak dari proses obstruksi. 4,6
1. d.
Penyebabnya multifaktorial, dan belum diketahui dengan jelas. Faktor yang berperan
termasuk inflamasi pada kelenjar atau mengenai serabut saraf nyeri yang mensuplai
pankreas melalui plexus seliak, tekanan yang meningkat dalam sistim duktus
pankreatikus atau parenkim kelenjar, dikaitkan dengan komplikasi ekstra pankreas
seperti obstruksi duktus bilier atau duodenum, pseudokista pankreas, dan
hiperstimulasi pankreas akibat gangguan pada kontrol feedback negative pankreas.4
Mullhaupt et al, (2005 ) melaporkan bahwa 240 (95,6%) dari 251 pasien pankreatitis
alkaholik mengalami nyeri yang hilang timbul selama kurang lebih 10 tahun.9
3.1.2.
Malabsorbsi
Steatorea akibat insufisiensi eksokrin pankreas tidak hanya terjadi hingga kapasitas
sekresi pankreas menurun kurang dari 10% normal. Malabsorbsi tidak hanya akibat
sekresi enzim pankreas yang berkurang, penurunan sekresi bikarbonat pada sistem
duktus pankreas juga menurunkan pH duodenal yang mempengaruhi pencernaan.
Penurunan berat badan terjadi sebagai konsekuensi malabsorbsi, tetapi dapat
memburuk dengan kurang makan akibat nyeri atau intake makanan yang tidak
adekuat akibat alkoholisme kronik1.
3.1.3.
Diabetes melitus
Sel islet pankreas tampaknya lebih jarang rusak dibandingkan sel asinar dan duktus,
sehingga diabetes lebih jarang dibandingkan steatore. Diabetes melitus terjadi
terutama pada pankreatitis difus. Diabetes sekunder ini ditandai oleh episode
hipoglikemi akibat cadangan glukagon yang tidak adekuat dan jarang oleh
ketoasidosis13.
Pada beberapa kasus, gambarannya disertai komplikasi struktural yang berakibat pada
proses inflamasi pankreatitis kronik, dimana pseudokista dan stenosis caput
retropankreatik dari duktus bilier oleh striktur fibrotik pada kaput pankreas sering
ditemukan. Komplikasi yang lain berupa obstruksi duodenal, thrombosis vena portal
atau splenika disertai varises gaster atau esophagus, pseudo aneurisma arteri, abses
pankreas, fistula kutaneus dan ascites pankreas. 1,14
Bhasin DK, et all (2009) melaporkan 95,1% pasien pankreatitis kronik dengan gejala
nyeri, 17,1% pasien dengan diabetes dan 46,3% pasien dengan kalsifikasi pankreas 5.
3.2.
Pemeriksaan Fisik
Sangat sedikit pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis atau spesifik pada pankreatitis
kronik. Pasien umumnya tampak bergizi cukup dan nyeri abdomen ringan hingga
sedang. Pada pasien alkoholik kronik dengan stadium lanjut, penurunan berat badan
dan malnutrisi dapat ditemukan, atau ditemukan tanda-tanda stigmata penyakit hati
alkoholik primer. Ikterus dapat ditemukan pada penyakit hati alkoholik atau kompresi
duktus biliaris pada caput pankreas. Pembesaran limpa jarang ditemukan, limpa
membesar pada pasien dengan trombosis vena splenikus. Eritema pada epigastrium
dan punggung dapat ditemukan akibat penggunaan obat topikal untuk mengurangi
rasa sakit. 1,4
3.3.
Pemeriksaan penunjang
Sejumlah besar pemeriksaan diagnostik untuk evaluasi fungsi dan struktur pankreas
dapat dilakukan.
3.3.1.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium abnormal dapat ditemukan (1) inflamasi pankreas, (2)
insufisiensi eksokrin pankreas, (3) diabetes melitus, (4) obstruksi duktus bilier, (5)
atau komplikasi lain seperti pseudokista atau thrombosis vena splenika.2,3,6
1. Pemeriksaan darah 1,6
Serum amylase dan lipase dapat sedikit meningkat atau tidak melebihi 3x
batas normal pada pankratitis kronik, nilai yang tinggi ditemukan hanya pada
serangan akut pankreatits.Pada stadium lanjut pankreatitis kronik, atrofi parenkim
pankreas menyebabkan enzim serum dalam batas normal karena fibrosis pada
pankreas yang berdampak pada konsentrasi enzim-enzim ini dalam pankreas.
Konsentrasi rendah serum tripsin relatif spesifik pada pankreatitis kronik
stadium lanjut, tidak cukup sensitif pada pasien derajat ringan hingga sedang.
Pemeriksaan laboratorium kalsium serum dan trigliserida untuk
mengindentifikasi faktor penyebab.
1.
Pengujian feses
Steatorea, jika dicurigai, dapat dinilai secara kualitatif dengan pewarnaan
Sudan . Karena uji kualitatif tidak cukup peka, test perlu dilakukan dengan
diet tinggi lemak pada pasien. Steatorea juga bisa dinilai secara kuantitatif
hasil negatif mereka pada tahap awal penyakit dan oleh kurangnya ketersediaan di
sebagian besar center13.
.
Dua hormon digunakan untuk merangsang sekresi pankreas, cholecystokinin (CCK)
dan secretin. Tes CCK mengukur kemampuan sel asinar pankreas untuk
mengeluarkan enzim pencernaan, sedangkan secretin Tes untuk mengukur
kemampuan sel duktus pankreas menghasilkan bikarbonat. Meskipun insufisiensi
pankreas tingkat lanjut melibatkan kelainan asinar maupun sekresi duktus, tidak
diketahui hormon mana lebih sensitif pada penurunan fungsi pankreas
awal13.
. Dari semua PFTs tersedia, uji secretin stimulasi mungkin yang
paling banyak dipelajari dan dengan demikian merupakan standar acuan untuk PFTs
langsung .Ada beberapa versi yang berbeda dari pengujian, tetapi prinsip dasarnya
adalah memerlukan pengumpulan terus menerus cairan duodenum selama 1 sampai 2
jam. cairan tersebut kemudian dianalisa konsentrasi bikarbonat , volume, dan total
output. Baik agen biologis maupun sintetis babi telah digunakan, namun saat ini telah
tersedia secretin sintetis yang berasal dari manusia yang kelihatannya lebih
menguntungkan.
.
Pada tes ini, sebuah tabung double-lumen dimasukkan melalui hidung pasien dan
sampai ke duodenum, atau sampel dikumpulkan secara endoscopi. Dosis uji diberikan
untuk menentukan hipersensitif terhadap salah satu komponen dalam formulasi.
Setelah uji dosis 0,2 mg secretin sintetis, isi duodenum dikumpulkan sebelum dan
sesudah secretin IV sintetik, dengan interval 15 menit selama 1 jam. Konsentrasi
bikarbonat kurang dari 80 mEq / L pada 4 Aliquot merupakan insufisiensi eksokrin
(malabsorpsi). Sayangnya, uji ini memakan waktu (membutuhkan sekitar 1 jam),
tidak menyenangkan untuk pasien, dan tidak cukup sensitif maupun spesifik untuk
mengidentifikasi pankreatitis kronik definitif dini; ada nilai yang tumpang tindih
antara pasien dengan atautanpa pankreatitis kronik13.
Table 2. Tes Fungsi Pankreas13
3.3.2.
Pemeriksaan Radiologi
b. Pemeriksaan barium
Pada traktus gastrointestinal dapat memberikan informasi yang penting pada
penanganan pasien pankreatitis kronik. Keterlibatan esophagus dan obstruksi
biasanya disebabkabkan oleh ekstensi mediastinal oleh pseudokista. Pembesaran
pankreas dapat menekan gaster. Varises gaster sebagai dampak sekunder thrombosis
vena splenika dapat memberikan gambaran yang sama. 6
Gambar 4. Pankreatitis kronik. Pemeriksaan barium pada traktus gastrointestinal
bagian atas menunjukkan gambar 3 terbalik pada duodenum. Karsinoma pankreas
dapat memberikan gambaran yang sama.6
c. Ultrasonografi
Digunakan sebagai modalitas awal pada pasien dengan gambaran nyeri perut atas,
dapat menentukan penyebab pankreatitis kronik ( penyakit hati alkoholik, penyakit
kalkuli) dan menilai komplikasi penyakit (mis. pseudokista, ascites, obstruksi vena
portal/splenika)6
Gambar 5. Pankreatitis kronik. Sonogram transversal memperlihatkan gambaran
echogenik, pembesaran pankreas disertai dengan multipel focus kecil hiperekoik
tanpa bayangan pada pancreas.6
1. d.
CT Scan
ERCP merupakan teknik yang sensitif dan spesifik untuk pankreatitis kronik
walaupun invasif dan dapat menyebabkan episode akut pankreatitis dan ascending
cholangitis.
Gambar 7. Pankreatitis kronik. ERCPgram memperlihatkan duktus bilier berdilatasi
berhubungan
dengan striktur pada bagian bawah duktus bilier dan dilatasi duktus pankreas yang
berkelokkelok. Sebuah stent kemudian diletakkan berseberangan dengan striktur pada duktus
bilier.15
Kegunaan terpenting ERCP adalah untuk menilai kelainan stuktur seperti stenosis
saluran, batu, dan kista.ERCP hanya digunakan untuk diagnostic karena komplikasi
yang di timbulkannya.6,15
f. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI khususnya MR cholangiopancreatography (MRCP), adalah suatu teknik
noninvasif. MRCP memberikan karakteristik gambaran kelainan pada duktus
pankreatikus dan obstruksi yang disebabkan pankreatitis kronik seperti kolelitiasis,
serta mengevaluasi kelainan parenkim.Kelainan duktus pankreatikus pada
pankreatitis kronik dengan MRCP berdasarkan pada kriteria Cambridge.16,17
Tabel 3. Kriteria Cambridge 16
Gambar 8 . ad. MRCP of a pancreatic duct according to the Cambridge
classification: stage 2 ductal changes include fewer than three side branches (arrow,
a), and stage 3 changes include more than three side branches with preserved main
pancreatic duct diameter (arrows, b). The findings of stage 4 include side branch
ectasias (thin arrow, c) and a dilated main pancreatic duct (thick arrow, c). Stage
5Cambridge changes manifest as a dilated main pancreatic duct (short arrow, d) with
a cyst in the parenchyma (long arrow, d).16
Gambar 9.Pankreatitis kronik. Transaxial T2-weighted MRI scan pada cauda
pankreas
memperlihatkan duktus pankreatikus dilatasi secara berkelokkelok.Dikutip dari kepustakaan 16
1. g.
EUS merupakan pemeriksaan pilihan jika pankreatitis kronik di duga tapi tidak
terbukti. EUS memiliki peran diagnostik penting karena sangat sensitif dalam
mendeteksi perubahan patologi awal pankreatitis kronik. 1,18
Diagnosis EUS CP didasarkan pada morfologi saluran dan parenkim. EUS-dipandujarum halus sitologi aspirasi berguna bagi diagnosis pankreatitis kronis dan juga
untuk membantu mengeluarkan kanker pankreas, meskipun mungkin sulit untuk
mendapatkan sampel yang baik dari kelenjar yang sakit.Yang bisa dinilai dari EUS
yaitu fitur parenkim (kelenjar atrofi, fokus hyperechoic, kista terdampar, hyperechoic,
Lobu-larity) dan fitur duktal (penyempitan, dilatasi, ketidakteraturan, bate, dilate si
sidebranch, dinding hyperechoic) 18,19
.
Gambar 10. Selected EUS morphologic features of chronic pancreatitis. A,
Hyperechoic
foci and strands. B, Lobularity. C, Dilated, irregular main pancreatic duct. D,
Hyperechoic duct margin. E, Calcified, shadowing stones.18
Tabel.4. Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan Endoskopi18
N/A
Ultrasonografi
60-70
Contras
enhanced CT
scan
80-90
75-90
85
75-90
90
85
100
ERCP
MRCP
Keterangan
Endoscopy
USG
97
60
Berguna pada evaluasi pankreatitis kronik awal, massa pankreas, dan leski kistik,
dapat dikombinasikan dengan biopsy FNA.
Tabel 5. Penelitian mengenai EUS dibandingkan endoskopi lain18.
Rokok tembakau merupakan faktor resiko morbiditas dan mortalitas yang kuat
dan independen pada pankreatitis kronik alkoholik.1,6
4.1.2
radiologi (tuntunan CT) atau endoskopi (EUS) , tetapi tingkat responnya relatif
rendah dan jangka pendek. Intervensi terbaru untuk mengurangi nyeri difokuskan
pada penggunaan octreotide ( untuk mengurangi sekresi pankreas dan
cholesistokinin /CCK) atau proglumide dan loxiglumide (antagonis reseptor CCK),
penekanan pada pentingnya stimulasi berlanjut CCK pada produksi nyeri pankreatik
kronik.6,11,20
Celiac Plexus Blocade (CPB) telah digunakan untuk pengobatan nyeri selama
beberapa tahun, yaitu dengan memberikan kortikosteroid dan anestesi lokal.20
LeBlank et all (2009) ,EUS CPB dengan kortikosteroid cukup bermakna untuk
mengurangi nyeri pada pankreatitis kronik, tetapi tidak ada perbedaan yang
bermagna pemberian 1 atau 2 injeksi kortikosteroid terhadap lama dan kekambuhan
nyeri.21
4.1.3.Kegagalan fungsi endokrin dan eksokrin
1. Steatorea
Terapi untuk steatorea diarahkan pada memberikan jumlah enzim eksogen pankreas
yang cukup ke dalam lumen usus. Penggunaan yang sesuai mengobati diare dan
penurunan berat badan meskipun steatorea biasanya tidak terkoreksi sempurna. .
Dosis enzim pankreas yang diberikan harus cukup tinggi untuk mengobati steatorea,
tapi kenaikan berat badan yang signifikan jarang tercapai. Penanganan yang efektif
biasanya membutuhkan setidaknya 30.000 IU lipase selama periode 4 jam prandial
dan postprandial tetapi dosis yang lebih tinggi atau kombinasi dengan pompa proton
inhibitor mungkin diperlukan..2,20
Manipulasi diet juga dapat membantu menangani malnutrisi dan malabsorbsi. Diet
setidaknya mengandung jumlah sedang lemak (30%), tinggi protein (24%), dan
rendah karbohidrat (40%). 6
1. Diabetes melitus
Terapi diabetes pada pasien pankreatitis kronik sama dengan penanganan pada pasien
diabetes biasa, pemberian insulin juga dibutuhkan, tujuannya untuk mengontrol
kehilangan glukosa melalui urin dibandingkan upaya mengontrol gula darah. Kontrol
ketat gula darah biasanya diindikasikan pada satu subgroup, pasien dengan
hiperlipidemik pankreatitis. Pada kelompok ini, diabetes merupakan penyakit primer
dan kontrol ketat gula darah memungkinkan kontrol serum trigliserida.6
4.1.4.Diet makanan
Diet makanan rendah lemak dan tinggi protein dan karbohidrat direkomendasikan,
terutama pada pasien dengan steatore. Batasannya tergantung pada keparahan
malabsorbsi lemak, umumnya cukup intake 20 gram atau kurang.6
Defisiensi protein dan lemak bermakna tidak terjaadi hingga fungsi pankreas 90%
hilang. Steatorea biasanya terjadi sebelum defisiensi protein karena penurunan
aktivitas lipolisis lebih proteolisis.1
Rekomendasi spesifik termasuk diet harian 2000-3000 kalori, terdiri dari 1,5 2
g/kgBB protein, 5-6 g/kg karbohidrat , dan 20-25% total kalori berupa lemak (kirakira 50 75 gr) perhari.17
Malabsorbsi vitamin larut lemak (A, D, E, dan K) dan vitamin B-12 mungkin terjadi.
Suplemen oral enzim-enzim direkemondasikan.20
4.1.
Endoskopi
Pembedahan
Jenis penatalaksanaan
Medical
Pilihan
Analgesik (pendekatan bertingkat)
Antidepresan
Menghentikan konsumsi alkohol dan tembakau
Denervasi (blok nervus seliak, transthoracic splanchnicectomy
Insulin (untuk diabetes)
Diet rendah lemak dan makanan kecil
Enzim pankreas dengan proton pump inhibitor atau histamine H2 blocker.
ReseksiCystenterostomy
Lateral pancreaticojejunostomy
Sphincterotomy atau sphincteroplasty
Pankreatektomi distal atau total
Pancreatoduodenektomi (Whipple procedure, pylorus preserving, duodenum
preserving)