PRURITUS
PRURITUS
PRURITUS
Definisi
Pruritus didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk
daerah tertentu untuk mendapatkan kelegaan. Pruritus bersinonim dengan gatal, dan memiliki prevalensi yang
meningkat pada orang tua. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit. Bila tidak disertai kelainan
kulit, maka disebut pruritus esensial atau pruritus sine material. Penyebab pasti pruritus tidak diketahui secara
jelas. Rasa gatal yang timbul melibatkan suatu proses rumit yang melibatkan kerja saraf yang merespon
terhadap mediator tertentu, seperti histamine, dan proses yang melibatkan pemrosesan sinyal saraf di otak.
Pruritus dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman dan frustasi; pada kasus yang berat, pruritus dapat
menyebabkan tidur yang terganggu, rasa gelisah, dan depresi. Garukan yang konstan atau terus menerus untuk
mendapatkan kelegaan dapat merusak kulit (ekskoriasi, likenifikasi) dan dapat mengurangi keefektivan kulit
sebagai lapisan pelindung.
Klasifikasi Gatal
Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.
Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral. Misalnya, pada herpes dan
tumor.
Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat transmitter yang merangsang
gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice)
Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.
2
pada serabu saraf C melalui ganglion dorsal dan menyilang pada saraf tulang belakang ke sisi kontralateral dan
masuk ke jalur spinotalamikus lateral menuju thalamus dan akhirnya mencapai korteks serebri sensori.
Patofisiologi Pruritus
Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi. Serabut saraf C tersebut kemudian
menghantarkan impuls sepanjang serabut saraf sensoris. Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis
susunan saraf tulang belakang. Hasil dari impuls tersebut adalah akson refleks mengeluarkan transmiter yang
menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, CGRP, NKA, dll). Setelah impuls melalui pemrosesan di
korteks serebri, maka akan timbul suatu perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk
menggaruk bagian tertentu tubuh.
Etiologi
3
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat
diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
1. Pruritus local
Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Penyebabnya beragam, Beberapa
Penyebab Pruritus Lokal
Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
Punggung : Notalgia paraesthetica
Lengan : Brachioradial pruritus
Tangan : Dermatitis tangan
dll
2. Gangguan sistemik
Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus
Gangguan ginjal seperti Gagal ginjal kronik
Gangguan hati seperti Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika
Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan Myxoedema
Gangguan pada Darah Defisiensi seng (anemia), Polycythaemia, Leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease
5. Hormonal
2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi
oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga
kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai
dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis
timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat
garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause.
4
Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan
pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain
gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab
pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap
pengobatan emollient.
6. Psikologik
Pruritus lokal, terutama pruritus anogenital, adalah manifestasi umum dari kecemasan kronik, walaupun
kandidosis dan faktor lainnya harus dieksklusikan. Parasitophobia merupakan kasus yang cukup serius. Pasien
terus menerus menganggap dirinya terkena infeksi kulit walaupun pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya
parasit. Manifestasi klinis pada pruritus akibat gangguan psikologis adalah tampak lebih sedikit efek garukan
dan tidak dijumpai gangguan tidur.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pruritus ialah tanda-tanda garukan dan ekskoriasis. Pada garukan akut dapat timbul urtika,
sedangkan pada garukan kronik dapat timbul perdarahan kutan dan likenifikasi. Garukan dengan kuku
menyebabkan ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri. Keinginan perasaan gatal dengan
garukan hanya akan ada, bila kausa pruritus terletak di alat sentral.
Respons psikologik
Respons psikologik pada pruritus bergantung pada berat pruritus dan status emosional penderita. Bila stimulus
pruritus berlangsung sering, lama, dan tanpa diketahui penyebabnya, maka akan berakibat timbulnya perasaan
takut, tegang, dan cemas. Lambat laun dapat timbul perubahan pada personalitas penderita.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk
mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan
perasaan lega pada penderita, yaitu:
Pengobatan topical:
Dinginkan kulit dengan kain basah atau air hangat
Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan memiliki batasan waktu dalam
pemakaiannya karena mengandung phenols.
Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
5
Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi
dermatitis kontak.
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan menyebabkan tidur
terganggu:
Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk
rasa gatal pada beberapa pasien.
Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif. Antidepresan tetrasiklik
dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus. Antihistamin penenang
dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut.
Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus kronik.
Antagonis opioid terbukti efektif pada pasien yang menderita pruritus yang berkepanjangan.
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah factor pengendap, seperti pakaian
yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (mis. Kafein,
alcohol, makanan pedas).
Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan
telapak tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2007; hal: 321-323
Freddberg IM, Elsen AZ, Wolff K, et al: Fitzpatricks Dermatology General Medicine, 6th edition. New York:
McGraw-Hill, 2003.
Anonymous: Pruritis (itch). Diunduh dari: http://dermnetnz.org/systemic/itch.html. Tanggal akses: 2 November
2009, Pk. 17.35 WIB
Patofisiologi Psoriasis
Penyebab psoriasis belum diketahui secara pasti. Namun predisposisi genetik mungkin bisa
menjadi pemicu terjadinya psoriasis. Karean adanya peningkatan prevelensi penyakit ini pada
anggota keluraga. Psoriasis berkaitan dengna antigen manusia spesifik. Psoriasis secara jelas
melibatkan proliferasi berlebih dari keratinosit. Dan pada dasarnya menguarngi waktu yang
diperlukan untuk pembelahan sel sel epidermal yang terjadi dalam plak psoriasik. Psoriasis
6
mungkin jua melibatkan perubahan mekanisme imun karena sel T teraktivasi. Serta
Upregulation
molekul adhesi yang dimediasi imun pada kreatinosit telah diobservasi.
Psoriasis berhubungan dengan petanda peradangan sistemik seperti peningkatan kadar CRP (Creactive protein). Gangguan imunologik yang terjadi pada penderita psoriasis diperkirakan
meningkatkan risiko penyakit lain yang berhubungan dengan gangguan imunologik tersebut. Hal
ini bisa terjadi karena aktifasi sel T, sitokin dan peningkatan petanda peradangan sistemik seperti
CRP, yang berhubungan dengan proses artheroskelrosis dan pada akhirnya berhubungan dengan
penyakit kardiovaskular seperti infark miokard.
Patofisiologi
Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia. Perjalanan alamiah
penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriasis ditunjukan adanya penebalan epidermis dan
stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel
basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan
cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang
cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang
berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain
disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP)
siklik dan guanosin monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada
penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak psoriatik belum dapat
dimengerti secara jelas