Anda di halaman 1dari 12

PRE-PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HALUSINASI


DIRUANG POLI RSJD AMINO GONDHOHUTOMO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase Komunitas
Pembimbing Akademik : Ns. DiyanYuli Wijayanti, S.Kep,M.Kep
Pembimbing Klinik : Ns. Unik Setyowati, S.Kep.

Oleh:
Bunga Anggraini

22020115220058

Erika Prilly Diah S.

22020115220090

Nita Rachmawati

22020115220059

PROGRAM PROFESI NERS XXVII


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

PRE-PLANNING
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HALUSINASI
DIRUANG POLI RSJD AMINO GONDHOHUTOMO

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini
sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat orang di
dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di
dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka pasien
gangguan jiwa memang sangat mengkhawatirkan (Yosep, 2007).
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10%
adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup
tinggi. Berdasarkan hasil pengkajian di Rumah Sakit Jiwa Medan ditemukan 85% pasien
dengan kasus halusinasi. Menurut perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta khususnya di ruang kelas III rata- rata angka halusinasi mencapai
46,7% setiap bulannya (Mamnuah, 2010).
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk menilai dan
berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal,
tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien juga tidak mampu untuk
memberikan respon yang akurat, sehingga tampak perilaku yang sulit dimengerti.
Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat individu sadar penuh (Depkes
dalam Dermawan dan Rusdi, 2013).
Berdasarkan data tersebut, kelompok ingin memberikan pendidikan tentang
gangguan persepsi sensori: halusinasi untuk meningkatkan pengetahuan serta memberi
gambaran tentang sikap dan tindakan yang akan dilakukan jika menemui penderita
gangguan persepsi sensori: halusinasi.

B. Tujuan
a. Tujuan Intruksional Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap ganggua persepsi sensori :
Halusinasi
b. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 20 menit, lansia mampu :

1.

Menjelaskan pengertian gangguan persepsi sensori : halusinasi

2.

Menjelaskan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori : halusinasi

3.

Menjelaskan penyebab terjadinya gangguan persepsi sensori : halusinasi

4.

Menjelaskan pencegahan penanganan gangguan persepsi sensori : halusinasi

5.

Mengevaluasi pengetahuan tentang gangguan persepsi sensori : halusinasi

C. Pokok Materi
Materi pendidikan kesehatan yang dirancang untuk memberikan pendidikan kesehatan
terkait gangguan persepsi sensori : halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Pengertian gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Tanda dan Gejala gangguan persepsi sensori : halusinasi
3. Penyebab atau etiologi gangguan persepsi sensori : halusinasi
4. Penanganan gangguan persepsi sensori : halusinasi
D. Metode
Metode pendidikan kesehatan yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.

E. Media
Media pendidikan kesehatan yang digunakan adalah leaflet dan ppt tentang gangguan
persepsi sensori : halusinasi.
F. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan saat kegiatan adalah :
1. Proyektor / LCD
2. Leaflet
3. Lembar evaluasi

G. Materi
Terlampir
H. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Sabtu, 15 Oktober Oktober 2016
Waktu

: 08.00 09.00 WIB

Tempat

: Ruang Poli RSJD Amino Gondhohutomo

I. Setting Tempat

Keterangan :
= Penyuluh
= Dokumenter
= Fasilitator

= Observer
= Pengunjung poli

J. Pengorganisasian
Peran
Penyuluh

Tugas
Menjadi pembicara saat pendidikan kesehatan

Mahasiswa
Bunga

Memimpin jalannya diskusi


Fasilitator

Mendampingi dan mengarahkan klien selama pelaksanaan


pendidikan kesehatan

Nita
Inaya
Galuh
Wulan
Frida

Observer

Mengamati pelaksanaan pendidikan kesehatan

Erika

Menyimpulkan hasil pendidikan kesehatan (Penilaian)


Dokumenter

Mendokumentasikan proses pendidikan kesehatan

Riris
Latif

K. Strategi Pelaksanaan
Hari/ Tanggal

Sabtu, 15 Oktober 2016

Waktu

: 20 menit

No.
1.

Tahapan
Pembukaan

Peralatan
-

Waktu
3 menit

2.

Penyajian

Ceramah
Leaflet

3.

Tanya Jawab

Diskusi dan
ceramah

5 menit

4.

Penutup

Ceramah

2 menit

15 menit

Kegiatan
1. Penyampaian salam pembuka
2. Penyampaian kontrak waktu
3. Jelaskan tujuan
Menjelaskan pengertian dari gangguan persepsi
sensori : halusinasi
Menjelaskan tanda dan gejala dari gangguan
persepsi sensori : halusinasi
Menjelaskan penyebab terjadinya gangguan
persepsi sensori : halusinasi
Menjelaskan penanganan gangguan persepsi
sensori : halusinasi
1. Memberikan kesempatan pengunjung untuk
bertanya
2. Menjawab pertanyaan pengunjung
1. Minta klien menjelaskan kembali tentang
materi yang disampaikan
2. Tanyakan perasaan klien setelah diberikan
pendidikan kesehatan
3. Berikan reinforcement positif

4.

Berikan kesimpulan hasil pendidikan


kesehatan.

L. Evaluasi
1. Evaluasi Persiapan (struktur)
a. Mempersiapkan pre-planning 1 minggu sebelum hari pelaksanaan.
b. Kontrak waktu dan tempat 2 hari sebelum hari pelaksanaan.
c. Mempersiapkan media 2 hari sebelum hari pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Waktu dan tempat sesuai kontrak
b. Peserta tampak antusias selama kegiatan
c. Peserta kooperatif saat dilakukan kegiatan
d. Semua peserta dapat menjelaskan tentang halusinasi
e. Semua Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
3. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi Hasil

a.

Memahami pengertian gangguan persepsi sensori : halusinasi

b.

Memahami tanda dan gejala gangguan persepsi sensori : halusinasi

c.

Memahami penyebab terjadinya gangguan persepsi sensori : halusinasi

d.

Memahami penanganan gangguan persepsi sensori : halusinasi

4. Indikator

a. Sebanyak 80% peserta mampu menjelaskan pengertian dari gangguan persepsi


sensori : halusinasi

b. Sebanyak 80% peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala dari gangguan
persepsi sensori : halusinasi

c. Sebanyak 80% peserta mampu menyebutkan penyebab terjadinya gangguan


persepsi sensori : halusinasi

d. Sebanyak 80% peserta mampu mendiskripsikan salah satu penanganan


gangguan persepsi sensori : halusinasi

Lampiran 1 Materi Pendidikan Kesehatan


STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI
A. Pengkajian Pasien Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan
sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan
perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara dapatkan adalah:

1. Jenis halusinasi:
Jenis halusinasi
Halusinasi
Dengar/suara

Data Objektif

Data Subjektif

Bicara atau tertawa sendiri

Mendengar
kegaduhan.

Marah-marah tanpa sebab


Menyedengkan telinga ke arah
tertentu

Halusinasi Penglihatan

Menunjuk-nunjuk
tertentu

ke

arah

Ketakutan pada sesuatu yang


tidak jelas.
Halusinasi Penghidu

Menghidu
seperti
sedang
membaui bau-bauan tertentu.
Menutup hidung.

Halusinasi Pengecapan

Sering meludah

Menggaruk-garuk
kulit

suara menyuruh
sesuatu
yang

Melihat bayangan, sinar, bentuk


geometris,
bentuk
kartoon,
melihat hantu atau monster

Membaui bau-bauan seperti bau


darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
Merasakan rasa seperti darah,
urin atau feses

Muntah
Halusinasi Perabaan

atau

Mendengar suara yang mengajak


bercakap-cakap.
Mendengar
melakukan
berbahaya.

Menutup telinga

suara-suara

permukaan

Mengatakan ada
permukaan kulit

serangga di

Merasa seperti tersengat listrik

2. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
3. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam?
Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya
sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
4. Respons halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat
dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi
timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan
pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi
timbul.
B. Tanda dan gejala:
1.

Bicara sendiri

2.

Tertawa sendiri tanpa sebab

3.

Ketakutan

4.

Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal

5.

Ekspresi wajah tegang

6.

Merasa mencium bau busuk

7.

Menarik diri dan menghidari orang lain

C. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:

a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:

Menjelaskan cara menghardik halusinasi

Memperagakan cara menghardik

Meminta pasien memperagakan ulang

Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien

b) Bercakap-cakap dengan orang lain


Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan
yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang
efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara
terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang
seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami
halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara
beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari
dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:

Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi


halusinasi.

Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

Melatih pasien melakukan aktivitas

Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang


telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.

Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan


terhadap perilaku pasien yang positif.

d) Menggunakan obat secara teratur


Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan
jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga
akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka
untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien
perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

Jelaskan guna obat

Jelaskan akibat bila putus obat

Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,


benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

Lampiran 2 Tabel Evaluasi Proses


FORMAT EVALUASI PROSES
PENDIDIKAN KESEHATAN HALUSINASI
NO

1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.

TINDAKAN
Struktur
Preplanning sudah disiapkan 2 hari sebelum
pelaksanaan
Media telah dipersiapkan maksimal 1 hari
sebelum kegiatan
Kontrak waktu dan tempat sudah disepakati
Proses
Waktu dan tempat sesuai kontrak
Peserta tampak antusias selama kegiatan
Peserta kooperatif saat dilakukan kegiatan
Semua peserta melakukan pendidikan kesehtan
mengenai gangguan persepsi sensori :

5.

halusinasi
Semua Peserta mengikuti kegiatan sampai
selesai

/Kegiatan

/Kegiatan

Keterangan

Anda mungkin juga menyukai