Anda di halaman 1dari 6

EKSPERIMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL),

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA MATERI


GEOMETRI DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK SMK
SE-KABUPATEN WONOGIRI TAHUN JARAN 2016/2017

Disusun Oleh
Indra Ivanti Siregar (S851602019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan,

pengendalian

diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang


diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pendidikan
terdapat proses pembelajaran yang merupakan hal yang sangat penting
dalam berjalannya pendidikan. Salah satu cabang ilmu yang terdapat
dalam

proses

pembelajaran

adalah

matematika.

Matematika

merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern dan


mempunyai peran penting dalam mengembangkan daya pikir manusia.
Sehingga matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan dari
sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas.
Dalam mempelajari matematika diperlukan pemikiran yang
logis, sistematis, kritis dan kreatif sehingga terasah ketrampilannya dan
mampu menggunakan penalaran dalam memecahkan berbagai masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi pandangan siswa terhadap
pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit, mata pelajaran
yang membosankan dan meyakini bahwa materi yang terdapat pada
matematika tidak ada kaitannya dengan dunia nyata .
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemendikbud (2015), hasil Ujian Nasional matematika
SMK di kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan
rata-rata nilai 48,92 dengan kategori D. Hasil ini menunjukkan bahwa
belum optimalnya prestasi belajar matematika siswa SMK seKabupaten Wonogiri. Rendahnya prestasi belajar matematika terlihat

dari data daya serap siswa SMK kota Wonogiri untuk materi logika
matematika, bangun geometri, dan trigonometri untuk tingkat
kota/kabupaten sebesar 41,80%. Hal ini memberikan arti bahwa siswa
di Kabupaten Wonogiri yang mampu menyerap materi hanya sebesar
41,80%, Presentase tersebut masih berada dibawah presentase provinsi
50,11% dan presentase nasional yaitu 44,84%. Hal ini menunjukkan
prestasi belajar matematika di Kabupaten Wonogiri masih rendah.
Geometri merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran
matematika yang harus diberikan kepada siswa pada satuan pendidikan
SMK sesuai dengan Standar Isi Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Kesulitan belajar yang dialami siswa SMK Kabupaten Wonogiri dalam
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan bangun ruang
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri peserta didik maupun dari luar
diri peserta didik. Salah satu faktor penyebab dari diri siswa adalah
matematika yang harus banyak menggunakan logika atau penalaran
dan berfikir secara sistematis. Siswa terbiasa mengerjakan soal-soal
yang mudah sehingga apabila mengerjakan soal-soal yang sulit dan
membutuhkan kemampuan penalaran yang dalam akan merasa
kesulitan. Hal tersebut akan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar
matematika pada siswa. Peran guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran matematika di
pengaruhi beberapa faktor misalnya kecerdasan majemuk dan model
pembelajaran. Chianson

et al

(2011) menunjukkan bahwa

pembelajaran matematika akan efektif apabila guru menerapkan


pembelajaran yang kooperatif dan dibutuhkan kreatifitas guru untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam pembelajaran
yang kooperatif siswa akan banyak terlibat dalam bekerjasama dengan
kelompok belajar yang heterogen. Artut (2009) menyatakan bahwa

the use of cooperative learning social skills (activate listening, happy


talk and everyone participating) should be checked throughout the
intervention Pembelajaran kooperatif menggunakan ketrampilan
sosial yakni mendengarkan secara aktif, senang berbicara dan semua
orang ikut berpartisipasi sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah
salah satu model pembelajaran yang berawal berdasarkan masalah
dalam kehidupan nyata dan dari masalah tersebut siswa dirangsang
untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
baru. Pada model pembelajaran ini siswa diharapkan dapat
mempelajari konsep secara detail untuk menumbuhkan pemahan
konsep dan ketrampilan dalam menyelesaiakan masalah yang diajukan.
Peran guru dalam PBL adalah sebagai pemberi masalah, memfasilitasi
penyelidikan dan diskusi serta memberikan motivasi dalam belajar.
Penelitian

yang

mendukung

penerapan

model

PBL

yaitu

Fadjrin(2015) menunjukkan bahwa model PBL dan TGT memberikan


prestasi belajar lebih baik dari DI (Direct Intruction). Hal tersebut
menengaskan bahwa model PBL memberikan prestasi belajar yang
lebih baik dari pembelajaran langsung atau konvensional.
Model
Individualization

pembelajaran
(TAI)

kooperatif

merupakan

model

Teams

Assisted

pembelajaran

yang

membentuk kelompok heterogen yang terdiri 4-5 siswa. Sebelum


membentuk kelompok tersebut siswa diberi tugas untuk mempelajari
materi peembelajaran terlebih dahulu kemudian diberikan kuis secara
individual untuk mendapatkan skor awal. Selama kegiatan diskusi
siswa difasilitasi dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan
memberikan penegasan pada materi yang dipelajari. Hal tersebut
dilakukan untuk keberhasilan kelompoknya karena pada tahap
selanjutnya guru akan memberikan tes secara individual. Guru akan
memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh

peningkatan dari skor awal ke skor kuis berikutnya. Penelitian yang


mendukung model pembelajaran yaitu Awofala & Nneji (2013) dalam
jurnalnya menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
tipe TAI lebih efektif dalam pembelajaran matematika.
Selain model pembelajaran, prestasi belajar matematika siswa
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa yaitu kecerdasan
majemuk siswa. Yalmanci & Gozum (2013) menyatakan Gardner
membagi kecerdasan manusia dalam delapan katagori yaitu: (1)
kecerdasan linguistik (verbal-linguistik intelligence), (2) kecerdasan
matematis-logis,

(3)

kecerdasan

ruang-visual

(visual

spatial

inteligence), (4) kecerdasan kinestetik (bodily kinesthetic intellegence),


(5) kecerdasan musikal (musical rhythmic intellegence), (6) kecerdasan
sosial (interpersonal intellegence), (7) kecerdasan intrapersonal
(intrapersonal intellegence), (8) kecerdasan lingkungan/naturalis
(naturalistic intellegence). Setiap siswa memiliki tipe kecerdasan
majemuk dalam kadar yang berbeda-beda dalam artian terdapat tipe
kecerdasan yang lebih domain dan menonjol serta ada tipe kecerdasan
yang kurang menonjol.

Meskipun demikian diharapkan dalam

pembelajaran guru mampu mengembangkan kecerdasan yang dimiliki


siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penelitian tentang kecerdasan majemuk dalam pembelajaran
matematika

matematika telah banyak dilakukan. Fransiskus Gatot

Iman Santoso (2010) meneliti tentang

empat

tipe kecerdasan

(linguistik, matematis-logis, ruang visual dan interpersonal) pada


pokok bahasan segitiga menunjukkan ada pengaruh kecerdasan
majemuk terhadap prestasi belajar matematika.

Endang Hariyati

(2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan

(matematis-logis,

linguistik dan interpersonal)

pada pokok bahasan bangun ruang

menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi

belajar matematika. Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) meneliti


tentang tiga tipe kecerdasan (matematis-logis,

linguistik

dan

interpersonal) pada pokok bahasan aritmetika sosial menunjukkan ada


pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika.
Jemani (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan

(linguistik,

matematis-logis dan ruang visual) pada materi persamaan garis lurus


menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi
belajar matematika. Dari penelitian-penelitian tentang kecerdasan
majemuk tersebut, secara umum hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan terhadap prestasi belajar
matematika. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang
kecerdasan majemuk pada materi fungsi.
Peneliti

hanya

akan

membatasi

penelitian

ini

dengan

mengambil tiga tipe kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan matematislogis, kecerdasan ruang-visual dan kecerdasan interpersonal. Ketiga
tipe tersebut akan sangat cocok dalam pembelajaran dengan
menggunakan model PBL dan TAI. Siswa berkecerdasan matematislogis akan mudah memahami materi bangun ruang dan penerapannya
dalam soal. Siswa yang berkecerdasan visual akan mudah memahami
soal yang berkaitan dengan imajinasi dan gambar-gambar. Siswa
dengan

kecerdasan

interpersonal

cenderung

suka

kegiatan

berkelompok dan mudah menyesuaikan diri dalam kelompokkelompok belajar.


Berdasarkan uraian permasalahan yangdijabarkan sebelumnya. Maka
peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model

Problem Based

Learning (PBL) dan Team Assisted Individualization (TAI) pada materi geometri
ruang di tinjau dari kecerdasan majemuk di SMK se-Kabupaten Wonogiri tahun
ajaran 2016/2017.

Anda mungkin juga menyukai