candidiasis,
(Dorland, 2011)
gizi buruk,
(PERSAGI, 2009)
NA,
(PERSAGI, 2009)
GCS
(Wusyang and Bahar, 2015)
cues
ahli gizi diharapkan mampu melakukan NA untuk mengindentifikasi masalah gizi
pada An. AW
kronik akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan
memberikan
dampak
buruk
pada
sistem pertahanan sehingga
memudahkan terjadinya infeksi.
(Israr et al., 2009)
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita
penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering
diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku,
pelayanan kesehatan.
Sedangkan
faktor-faktor
lain
selain
faktor
kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah
kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja.
Oleh karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas
sektor Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik maupun gizinya (Dinkes SU, 2006).
Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan
yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan
makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak
tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat
makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi
dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan,
karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi
kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan
memberikan
dampak
buruk
pada
sistem
pertahanan
sehingga
memudahkan terjadinya infeksi (Nency, 2005).
(Israr et al., 2009; Suyadi, 2009)
Marasmus
Gambaran klinis marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup
karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti mereka yang hubungan orang tua-anak terganggu, atau karena
kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan
hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri
yang
dibawa
sejak
lahir,
diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus. Gangguan berat setiap sistem tubuh juga dapat mengakibatkan
malnutrisi.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan
kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang
dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama
infeksi
enteral misalnya
infantil
gastroenteritis,
bronkhopneumonia,
pielonephiritis dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan,
penyakit Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis,
mocrognathia,
stenosis pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut
pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
dapat
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit dulu dan
sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko komplikasi,
riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental/emosi serta kemampuan
kognitif seperti pada pasien stroke
d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan
(Kemenkes, 2014, 2013)
6. Faktor resiko dan bagaiamana candidasis bisa memengaruhi asupan makan
(Masruroh et al., 2013; Suyoso, 2001)
7. Pengaruh HIV dengan gizi buruk
(Jafar, 2004)
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan, R.I., 2007. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
Dorland, W.A.N., 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland, 28th ed. EGC, Jakarta.
Handayani, D., Kusumastuty, I., 2015. Diktat Diagnosa Gizi, 2nd ed. Jurusan Gizi
FK Universitas Brawijaya, Malang.
Hasaroh, Y., 2010. PERUBAHAN BERAT BADAN ANAK BALITA GIZI BURUK YANG DI
RAWAT DI RSUP .H. ADAM MALIK MEDAN. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
IDAI, 2011. Rekomendasi IDAI: Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care).
UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Indonesia.
Israr, Y.A., A.P, C., Julianti, R., Tambunan, R., Hasriani, A., 2009. Gizi Buruk (Severe
Malnutrition).
Jafar, N., 2004. Malnutrisi pada Penderita HIV/AIDS. Makasar: Universitas
Hasanudin.
Kemenkes, R.I., 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Dirjen Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes RI, Indonesia.
Kemenkes, R.I., 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Kemenkes RI, Jakarta.
Kemenkes, R.I., 2011a. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Kemenkes R.I.
Kemenkes, R.I., 2011b. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kemenkes R.I.,
Indonesia.
Kemenkes, R.I., WHO, I., n.d. Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas: Pedoman
Pelayanan Gizi Bagi Petugas Kesehatan. Kemenkes R.I. dan WHO,
Indonesia.
Masruroh, S.S.T., Kes, M., others, 2013. HUBUNGAN PRAKTIK IBU MENYUSUI
DENGAN KEJADIAN ORAL TRUSH PADA BAYI USIA 1-6 BULAN DIDESA
KUMPULREJO KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL. J. ILMU Kesehat.
4.
PERSAGI, 2009. Kamus Gizi - Pelengkap Kesehatan Keluarga. Gramedia, Jakarta.
Suyadi, E.S., 2009. Kejadian KEP Balita dan Faktor Yang Berhubungan Di Wilayah
Kelurahan Pandoran Mas Depok Tahun 2009. FKM Universitas Indonesia,
Indonesia.
Suyoso, S., 2001. Kandidiasis mukosa. Dalam Budimulja Kuswadji Bramono K
Menaldi SL Dwihastuti P Widaty Ed. Dermatomikosis Superfisialis Jkt. Balai
Penerbit FKUI.
WHO, I., 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit - Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. WHO
Indonesia.
Wibisono, I.R., 2008. SISTEM INFORMASI PENEGAKKAN TERAPI DIIT UNTUK PASIEN
DI RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI BP RSUD DJOJONEGORO
TEMANGGUNG). FIKK Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Wusyang, D., Bahar, A., 2015. MANUAL CSL IV SISTEM NEUROPSIKIATRI PEMERIKSAAN DERAJAT KESADARAN (GLASGOW COMA SCALE) DAN
FUNGSI KORTIKAL LUHUR (MINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)).