Sembes Jiwa (1) - For Merge
Sembes Jiwa (1) - For Merge
Oleh :
Kelompok Compre
KHAIRIR RAMADHANI, S.Kep
I4B112026
I4B112002
I4B112027
I4B112031
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN SEMINAR BESAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN.F
DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG TRANSIT PRIA
RSJD SAMBANG LIHUM
Tanggal 12-23 September 2016
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayahNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan asuhan keperawatan jiwa dengan judul
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Laporan Seminar Besar Kasus Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Pasien Tn.F Dengan Risiko Perilaku Kekerasan Di
Ruang Transit Pria Rsjd Sambang Lihum
Asuhan keperawatan jiwa ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna
memperoleh derajat Profesi Ners di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
Direktur RSJD Sambang Lihum dr. H. IBG Dharma Putra, MKM yang telah
memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan Profesi Ners Keperawatan
Jiwa.
Kepala bidang keperawatan Murjani, S. Kep., M.M, yang memberi kritik dan
saran sehingga asuhan keperawatan jiwa dan home visit ini menjadi semakin baik.
Pembimbing Akademik Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep, Mutia
Rahmah, S. Kep., dan Anggi setyowati, S. Kep., Ns., MSc S. Kep., Ns yang berkenan
memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian asuhan keperawatan jiwa ini.
Pembimbing Lahan Achmad Syamsudin, S.Kep., NS, Nor Hikmah, S. Kep, Ns.,
M. Baihaki, S.Kep., Ns., dan M. Hamsanie, S.Kep., Ns. yang memberi kritik dan
saran sehingga asuhan keperawatan jiwa ini menjadi semakin baik.
Tn. F dan Keluarga selaku klien kelolaan yang dibahas dalam asuhan
keperawatan seminar ini yang telah berkenan untuk dikaji dan diangkat menjadi
kasus seminar ini.
Kedua orang tua ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan doa, semangat
dan material.
Rekan sejawat, serta semua pihak atas sumbangan pikiran dan bantuan yang
telah diberikan.
3
Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan jiwa ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap asuhan keperawatan jiwa ini bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ii
iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1
1
Pengertian 4
Tanda dan Gejala
Rentang Respon
Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi
Sumber Koping
Mekanisme Koping
Pathway
10
4
5
6
7
8
8
11
A. Identitas Pasien
11
B. Alasan Masuk
11
C. Keluhan Utama/Keadaan Pasien Saat Pengkajian
D. Faktor Presipitasi
11
E. Faktor Predisposisi 11
F. Pemeriksaan Fisik 13
G. Psikososial 14
H. Status Mental 17
I. Kebutuhan Kesiapan Pulang 23
J. Mekanisme Koping 26
K. Masalah Psikososial dan Lingkungan
26
L. Kurang Pengetahuan Tentang
28
M. Aspek Penunjang
29
N. Analisis Data 35
5
11
37
42
BAB IV PENUTUP 67
A. Simpulan
B. Saran 68
67
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Perilaku Kekerasan
6. Analisis Jurnal
BAB I
6
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa
penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu
keadaan sejahtera yang positif, bukan keadaan tanpa penyakit. Orang yang
memiliki kesehatan emosional, fisik dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab
kehidupan berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari puas dengan
hubungan interpersonal dan dari mereka sendiri (Videbeck, 2004). Orang di
anggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan
perilaku mereka pantas dan adaptif, sebaliknya seseorang di anggap sakit jika
gagal memainkan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak
pantas. Kebudayaan setiap masyarakat sangat mempengaruhi nilai dan keyakinan
masyarakat tersebut, sehingga definisi ini mempengaruhi definisi sehat dan sakit.
Perilaku yang dapat diterima dan pantas dalam suatu masyarakat dapat di anggap
mal-adaptif atau tidak pantas di masyarakat lain. Banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang mengalami gangguan jiwa. Hingga saat ini diyakini
terdapat tiga faktor utama sebagai penyebabnya. Pertama, faktor organobiologi
seperti faktor keturunan (genetik), adanya ketidakseimbangan zat-zat neurokimia
di dalam otak. Kedua, faktor psikologis seperti adanya mood yang labil. rasa
cemas berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita
(halusinasi). Dan yang ketiga adalah faktor lingkungan (sosial) baik itu di
lingkungan terdekat kita (keluarga) maupun yang ada diluar lingkungan keluarga
seperti lingkungan kerja atau sekolah.
Berdasarkan RISKESDAS tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat pada
penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang
pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada
penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk
2
B. Tujuan
3
Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Risiko
Perilaku Kekerasan.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami konsep teori tentang risiko perilaku kekerasan
2. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
3. Melakukan strategi pelaksanaan (SP) pasien dengan Risiko Perilaku
Kekerasan.
4. Melakukan Home Visit kepada pasien dan keluarga dengan risiko perilaku
kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
4
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
C. Rentang Respon
Respon Adaptif
Asertif
Keterangan:
Respon Maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
Kekerasan
a. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
6
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
D. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dari masa kecil
yang tidak menyenangkan
3) Rasa frustasi
4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
7
asetilkolin
dan
serotonin)
sangat
berperan
dalam
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain :
a. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan
akibat rasa marah.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
c. Represi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e. Deplacement: melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena
ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar
didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.
10
H. Pathway
Resiko mencederai diri sendiri/orang lain
Effect
Core Problem
Causa
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Ruangan Rawat Transit Pria
A. IDENTITAS PASIEN
1. Inisial
2. Umur
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Informan
: Tn.MF (L/P)
: 36 tahun
: SD
: Tidak Bekerja
: Pasien
11
FAKTOR PREDISPOSISI
Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya
Tidak
Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Trauma
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
36
Aniaya seksual
Penolakan
12
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital
: TD : 120/80 mmhg N : 89 x/menit R : 21 x/menit T : 36,7 C
Ukur
: TB : 157 cm BB : 46 kg
Keluhan fisik :
Ya
Tidak
13
Jelaskan
:
Pasien mengatakan telinga kirinya tidak dapat mendengar dengan jelas, dan hanya
telinga kanannya yang dapat mendengar dengan jelas.
Masalah Keperawatan :
Resiko gangguan suhu tubuh
Kerusakan integritas kulit
Defisit volume cairan
Kerusakan
integritas
jaringan
Kelebihan volume cairan
gangguan eliminasi fases
Resiko infeksi
gangguan eliminasi urin
Gangguan nutrisi < dari kebutuhan
perubahan
membrane
tubuh
mukosa oral
Gangguan nutrisi > dari kebutuhan
Hambatan komunikasi
tubuh
verbal
Gangguan menelan
14
G. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
36
15
Keterangan :
: Laki-laki
: Pasien
: Perempuan
: Satu rumah
: Meninggal
: Keturunan
: Menikah
IIIIII
Penjelasan :
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasien satu rumah dengan
ibunya beserta keluarga adiknya yaitu suami dan anaknya. Pasien belum menikah,
komunikasi keluarga terbuka dengan saling berinteraksi, adik suaminya merupakan
pengambil keputusan didalam keluarganya. Pasien memiliki keluarga gangguan jiwa
yang berasal dari keturunan ayahnya yaitu anak dari pamannya dengan istri kedua.
Masalah Keperawatan :
Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
Koping keluarga tidak efektif : penurunan
Koping keluarga : potensial pertumbuhan
2. Konsep diri
a Gambaran diri
: saat ditanya pasien mengatakan
menyukai tangannya, tetapi alasannya didapatkan
data karena komunikasi pasien inkoheren.
b Identitas
: Pasien mengatakan namanya F, umur
26 tahun pekerjaan sebagai petani yang bercocok
tanam dan puas menjadi seorang laki-laki yang
mampu bekerja.
c Peran
:
pasien
mengatakan
dirinya sebagai anak dikeluarga, sebagai warga
16
H. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian
tidak sesuai
Penjelasan:
Pasien menggunakan seragam RSJD Sambang Lihum dengan baik, penampilan
tampak rapi sesuai dengan cara penggunaan pakaian. Kancing baju terpasang rapi,
rambut terpotong pendek, kuku bersih dan terpotong pendek.
Masalah keperawatan :
Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Inkoheren
Apatis
Lambat
Membisu
Loghorea
Echolalia
Tidak mampu
memulai
Pembicaraan
Penjelasan
:
Pasien berbicara dengan suara keras. Pembicaraan pasien saat dikaji berpindahpindah dari satu kalimat ke kalimat lain dan tidak ada kaitannya (inkoheren).
Masalah Keperawatan:
Hambatan komunikasi verbal
3. Aktivitas Motorik:
Lesu
Tegang
Gelisah
Agitasi
TIK
Grimasen
Tremor
Kompulsif
Penjelasan
:
18
Ketakutan
Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
Penjelasan
:
Pasien mengatakan baik-baik saja dan perasaannya senang.
Masalah Keperawatan:
Resiko cedera
Ansietas
Ketakutan
Ketidakberdayaan
Ketidakmampuan
Resiko membahayakan diri sendiri
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Penjelasan
:
Pasien hanya beraksi bila ada stimulus emosi yang kuat dengan diajak bercanda.
Masalah Keperawatan :
Resiko cedera
Hambatan komunikasi
perubahan performa peran
6. lnteraksi selama wawancara
19
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Defensif
Mudah tersinggung
Curiga
Melotot
Penjelasan
:
Pasien mau berinteraksi dengan orang lain, kontak mata (+), pasien kooperatif. Pasien
memiliki gangguan pendengaran sehingga perlu berbicara keras dengan pasien agar
jelas. Mata pasien kadang melotot saat menceritakan perilaku kekerasan yang
dilihatnya cara memukul, memperagakan cara menyembelih.
Masalah Keperawatan :
Hambatan komunikasi verbal
Isolasi sosial
Hambatan interaksi sosial
Resiko perilaku kekerasan
Resiko membahayakan diri sendiri
Perubahan performa peran
7. Persepsi
Pendengaran
Penglihatan
Pengecapan
Penghidu
Perabaan
Penjelasan
:
Bedasarkan hasil pengkajian rekam medik, pasien diantar keluarga ke IGD Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum pada tanggal 19 Agustus 2016 jam 11.50 WITA pasien
tampak tertawa sendiri dan ketakutan karena melihat kuda yang besar. Tetapi pada sat
pengkajian tangal 14 September 2016 tidak terdapat tanda-tanda halusinasi pada
pasien dan pasien juga mengatakan tidak mengalami halusinasi.
Masalah Keperawatan :
Gangguan sensoris / persepsi
8. Proses Pikir
sirkumtansial
tangensial
kehilangan asosiasi
flight of idea
blocking
pengulangan
pembicaraan/persevarasi
Neologisme
20
Penjelasan
:
Pasien mampu memberikan jawaban saat ditanya sesuai dengan pertanyaan namun
jawaban yang diberikan merupakan pembicaraan yang berbeli-belit dengan selalu
adanya pengulangan kalimat tetapi pembicaraan pasien sampai pada tujuan
pembicaraan. Pasien juga menunjukkan pembicaraan yang meloncat dari satu topik
ke topik lainnya dan tidak sampai tujuan.
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
9. Isi Pikir
Obsesi
Fobia
Hipokondria
depersonalisasi
pikiran magis
Agama
Somatik
Kebesaran
Curiga
nihilistic
sisip pikir
Siar pikir
Kontrol pikir
Waham
Penjelasan
:
Pasien tidak memiliki gangguan isi pikir, pemikiran pasien sesuai dengan kondisinya
saat ini.
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
10. Tingkat kesadaran
bingung
sedasi
stupor
tempat
orang
Disorientasi
waktu
21
Penjelasan
:
Pasien dalam keadaan compos mentis, GCS : E4 V5 M6 dan menyebutkan dirinya
adalah F. Saat ditanya orientasi tempat pasien menjawab sedang berada diRSJD
Sambang Lihum untuk dirawat dan diobati, pasien mampu mengenal dan mengingat
perawat yang disekitarnya dengan menyebutkan khairir, zhavira, anna dan ridha.
Pasien juga mampu mengetahui waktu pagi, siang, sore dan malam hari namun pasien
tidak tahu tanggal saat ditanya.
Masalah Keperawatan :
Gangguan proses pikir
Resiko cedera
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
gangguan daya ingat saat ini
Penjelasan
:
1. Memori jangka panjang :
pasien
mampu
mengingat siapa yang membawanya kembali
keRSJD Sambang Lihum dengan menyebutkan
acil idar yang membawa ulun kemari
2. Memori jangka pendek : pasien mampu mengingat
perawat unlam yang sebelumnya berdinas
diruangannya 1 minggu yang lalu dengan
menyebutkan ibu saadah dan aulia.
3. Memori saat ini :
pasien mampu mengingat
nama perawat yang mewawancarainya dengan
menyebutkan kembali nama khairir, zhavira, anna
dan ridha
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
22
mudah beralih
tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu berhitung
sederhana
Penjelasan
:
Pasien mampu berhitung dari angka 1-10 secara berurutan dengan benar.
Pasien mampu berhitung angka saat perawat memberikan pertanyaan :
9:3=3
6:3=2
10 x 2 =20
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
Isolasi sosial
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
gangguan bermakna
Penjelasan
:
Pasien tidak mampu menilai apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu dengan
memilih makan dahulu baru mandi, sehingga perlu arahan.
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
14. Daya tilik diri
mengingkari penyakit yang diderita
Penjelasan
:
Saat ditanya pasien mengatakan dia dibawa keluarganya kemari keRSj karena
sinting
Masalah Keperawatan:
Ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik
Ketidakpatuhan (resti)
Gangguan proses pikir
23
Bantuan total
Mandiri
Penjelasan
:
Pasien mampu makan sendiri, 3 x sehari pagi, siang dan malam dan mampu
menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan. Pasien perlu bantuan minimal untuk
mempersiapkan makanan.
2. BAB/BAK
Bantuan minimal
Bantual total
Mandiri
Penjelasan
:
Pasien mampu BAB/BAK secara mandiri di WC, pasien mampu membersihkan dan
merapikan diri setelah toileting.
3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
Mandiri
Penjelasan
:
Pasien mampu mandi secara mandiri dan mengatakan mandi 3x sehari dengan
menyikat gigi dan keramas. Pasien tampak bersih dan tidak tercium bau badan.
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
Penjelasan
Bantual total
:
24
Mandiri
Ya
tidak
Perawatan pendukung
Penjelasan
:
Ya
tidak
25
Adanya dukungan dari pihak keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) pasien
dirumah dan mengingatkan jadwal pemeriksaan rutin kepuskesmas terdekat yang
memiliki poli jiwa atau langsung keRSJD Sambang Lihum.
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan
Ya
tidak
Ya
tidak
Mencuci pakaian
Ya
tidak
Pengaturan keuangan
Ya
tidak
Penjelasan
:
Perlunya interaksi pasien dan keluarga yang merawat untuk saling membantu dalam
mempersiapkan makanan, mengurus rumah tangga sebagai tindak lanjut pasien
dirmah melakukan kegiatan hariannya.
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja
Ya
tidak
Transportasi
Ya
tidak
Lain-lain
Ya
tidak
Penjelasan
:
Perlunya bantuan minimal dari pihak keluarga untuk membeli keperluan sehari-hari
pasien, karena pasien masih dalam pengawasan yang berdasarkan riwayat dahulu
pasien sering keluyuran dan pernah menghilang lama.
Masalah Keperawatan :
Gangguan pemeliharaan kesehatan
Gangguan eliminasi
Defisit perawatan diri
Gangguan nutrisi
Gangguan pola tidur
26
J. MEKANISME KOPING
Adaptif
Maladaptif
Minum alkohol
reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi
bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif
menghindar
Olahraga
mencederai diri
Lainnya _______________
Lainnya : __________________
Penjelasan
:
Berdasarkan koping adaptif, pasien mampu melakukan teknik relaksasi dengan napas
dalam dan mengajak orang untuk mengobrol. Koping maldaptif, pasien sering tampak
gelisah dengan cara mondar-mandir dan menciderai diri sendiri dengan memukul
wajahnya sendiri.
Masalah Keperawatan :
gangguan penyesuaian diri
koping individu tidak efektif
28
system pendukung
Faktor presipitasi
penyakit fisik
Koping
obat-obatan
Lainnya :
Penjelasan :
Pasien tidak mengetahui obat-obatan yang seharusnya diminum apabila putus obat
maka akan kambuh kembali penyakitnya, pasien sebelumnya tidak tau cara
melakukan koping jika sedang marah. Pasien juga mengatakan tidak mengetahui
penyebab telinganya tidak bisa mendengar.
Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan penatalaksanan program terapetik
Ketidakpatuhan
Defisit pengetahuan
29
M. ASPEK PENUNJANG
Diagnosa Medik :
F.20.1 : Skizofrenia Hebefrenik
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
- Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu, dan senang menyendiri
(solitary) namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
- Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2/3 bulan lamanya untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
berikut ini memang benar bertahan:
1. perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
2. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inapropiate), sering disertai
oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum
sendiri (self-absorbed smiling) atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner)
tertawa menyeringai (grimaces) mannerisme, mengibuli secara bersenda
gurau (pranks), keluhan hipokondria, dan ungkapan kata yang diulang-ulang
(reiterated phrases)
3. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
(fleting and fragemanterry delucions and halucination) dorongan kehendak (drive)
dan yang bertujuan (determinase) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
30
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless)
dan tanpa maksud (empty of puspose).
Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buaut terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan
pikiran pasien.
31
Terapi Medik :
14-19 September 2016
Golongan
Nama Obat
Obat
Clorpromazin Antipsikotik
Dosis
Indikasi
Kontra Indikasi
Efek Samping
32
Kardiovaskuler: hipotensi
postural,
takikardia,
pusing, perubahan
interval
QT
tidak
spesifik.
SSP:
mengantuk,
distonia,
akathisia,
pseudoparkinsonism, disk
inesia tardif, sindroma
neurolepsi
malignan,
kejang.
Kulit:
fotosensitivitas,
dermatitis,
pigmentasi
(abu-abubiru).
Metabolik & endokrin:
laktasi,
amenore,
ginekomastia, pembesara
n
payudara,
hiperglisemia,
hipoglisemia,
test kehamilan
positif
palsu.
Saluran cerna: mual,
Haloperidol
Antipsikotik
2 x 5 mg
Hipersensitif
terhadap
Skizoprenia
haloperidol
atau
Psychoses
komponen
lain
Tourette's syndrome
formulasi,
penyakit
Kecemasan yang parah
Parkinson, depresi berat
Gangguan tingkah laku yang SSP, supresi sumsum
parah
tulang,
penyakit
Kegugupan
jantung atau hati berat,
Gangguan emosional dan koma, ibu menyusui
mental
Mual dan muntah
33
konstipasi xerostomia.
Agenitourinari:
retensi
urin,
gangguan
ejakulasi, impotensi.
Hematologi:
agranulositosis,
eosinofilia,
leukopenia, anemia
hemolisis,
anemia
aplastik,
purpura trombositopenia.
Hati: jaundice.
Mata: penglihatan kabur,
perubahan
kornea
dan lentikuler, keratopati
epitel, retinopati pigmen
Kesulitan berbicara atau
menelan
Kehilangan
kontrol
keseimbangan
Wajah terasa tebal seperti
memakai masker
Kejang otot, terutama
leher dan punggung
Gelisah
Kekakuan pada lengan
Trihexiphedil
Amitriptyline
Antikolinergik 2 x 2 mg
Antipsikotik
1 x
mg
Hipersensitifas terhadap
Parkinson
atau
gangguan ekstrapiramidal yg triheksifenidil
komponen
lain
dalam
disebabkan obat SSP
sediaan, glaukoma sudut
tertutup,
obstrusksi
duodenal atau pyloric,
peptik ulcer, obstruksi
saluran urin, achalasia;
myastenia gravis.
34
Infark
miokardial
yang baru,
Aritmia, mania
Penyakit hati berat.
dan kaki
Gemetar pada jari dan
tangan
Kelemahan pada lengan
dan kaki
Konstipasi
Pusing
Mulut kering
Pandangan buram
Mual
Mengantuk
Pusing saat bangun tidur
Mual
Nyeri perut
Konstipasi
Diare
Mulut terasa kering
Terapi Medik :
Pasien mendapatkan terapi medis dengan 3 obat selama 14-19 September 2016
Obat
Pagi
Siang
Malam
1 x100
Clorpromazin
1 x 100 mg
mg
Haloperidol
1 x 5 mg
1 x 5 mg
Trihexyphenidyl
1 x 2 mg
1 x 2 mg
Pagi
Siang
Clorpromazin
1 x 100 mg
Haloperidol
Trihexyphenidyl
1 x 5 mg
Malam
1 x100
mg
1 x 5 mg
1 x 2 mg
1 x 2 mg
Amitriptyline
1 x 25
mg
35
Tanggal : 19-08-2016
Hasil Laboratorium :
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
HITUNG JENIS
Gran%
Limfosit%
MID%
MCH
MCH
MCHC
KIMIA HATI
SGOT
SGPT
Gula Darah Sewaktu
KIMIA GINJAL
Ureum
Creatinin
LAIN-LAIN
HBsAg
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
14,6
6,0
7,100
158.000
13,0 16,0
4,5 5,5
5,0 10,0
45 55
150 400
g/dl
juta/l
ribu/l
vol%
ribu/l
65
30
5
50.0-70.0
25.0-40.0
4.0-11.0
ribu/l
ribu/l
ribu/l
24
81
30
27-34
80-95
30-35
pg
fl
gr/dl
46
51
0-46
0-45
< 200
U/l
U/l
mg/dl
29
1,0
10-50
0.7-1.4
mg/dl
mg/dl
Negatif
Negatif
Masalah Keperawatan
DS :
DO :
Berdasarkan data rekam medis pengkajian diIGD
pada tanggal 19 Agustus 2016 jam 11.50 WITA.
Pasien mengalami putus obat selama 2 bulan
karena tidak mau minum dan sering membuang
obatnya.
DS :
Pasien mengatakan telinga kirinya kurang
mendengar dengan jelas dan hanya telinga
kanannya yang mendengar dengan jelas.
DO :
Pasien tampak sering tidak nyambung saat
diajak bicara, perlunya pengulangan kata jika
berbicara dengan pasien.
Pasien sering berbicara keras
DS :
Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab
telinganya tidak bisa mendengar.
DO :
Pasien tidak mengetahui obat-obatan yang
seharusnya diminum apabila putus obat maka
akan kambuh kembali penyakitnya, pasien
sebelumnya tidak tau cara melakukan koping jika
sedang marah.
DS :
Pasien mengatakan tidak tahu tanggal hari ini
DO :
Pasien mampu memberikan jawaban saat
ditanya sesuai dengan pertanyaan namun
jawaban yang diberikan merupakan
pembicaraan yang berbeli-belit dengan selalu
adanya pengulangan kalimat tetapi
pembicaraan pasien sampai pada tujuan
pembicaraan.
Pasien tidak mampu menilai apa yang
38
Defisit pengetahuan
DO :
Berdasarkan koping adaptif, pasien mampu
melakukan teknik relaksasi dengan napas dalam
dan mengajak orang untuk mengobrol. Koping
maldaptif, pasien sering tampak gelisah dengan
cara mondar-mandir dan menciderai diri sendiri
dengan memukulkan kepalanya didinding saat
berada dirumah.
N. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko perilku kekerasan
2. Regimen terapeutik tidak efektif
3. Hambatan interaksi sosial
4. Defisit pengetahuan
5. Gangguan proses pikir
6. Koping individu tidak efektif
O. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko perilaku kekerasan
P. POHON MASALAH
Risiko perilaku kekerasan
.....Cord Problem
.....Causa
Defisit pengetahuan
40
5. Intervensi Keperawatan :
Mengidentifikasi munculnya risiko
perilaku kekerasan pasien, melatih pasien
mengontrol perilaku kekerasan dengan
tarik napas dalam,memukul bantal,
minum obat, melatih secara verbal
(mengungkapkan,
meminta,
dan
menolak), dan kegiatan spiritual.
6. Hasil yang Diharapkan
:
Pasien
mampu mengontrol tanda dan gejala
munculnya perilaku kekerasan
41
Bangsal
: Transit Pria
42
Mandi
Mengikuti/
Mandiri (0)
Berpakaia
n
Mengikuti/
Mandiri (0)
Mengikuti
dengan
pengawasan
minimal (3)
Mengikuti
dengan
pengawasan
minimal (3)
Aktivitas
terjadwal
dengan
bantuan (7)
Aktivitas
terjadwal
dengan
bantuan (7)
43
Tidak dapat
mengikuti
aktivitas
terjadwal (10)
Tidak dapat
mengikuti
aktivitas
terjadwal (10)
44
2) terapi
psikofarmaka.
3) secara
sosial/verbal,
4) secara spiritual
Setelah 1x interaksi Strategi Pelaksanaan 2
selama 1 x 10 menit, 1. Evaluasi
kegiatan
pasien
dapat
latihan fisik, beri
menunjukkan
tandapujian
tanda:
2. Latih cara mengontrol
d. Pasien
mampu
perilaku
kekerasan
memahami tentang
dengan obat (6 benar
cara
mengontrol
obat, guna, dosis,
risiko
perilaku
frekuensi,
cara,
kekerasan
dengan
kontinuitas
minum
minum obat
obat, akibat jika obat
tidak diminum sesuai
program, akibat putus
obat)
3. Masukkan
pada
jadwal kegiatan untuk
latihan
fisik
dan
minum obat
Setelah 1x interaksi Strategi Pelaksanaan 3
selama 1 x 10 menit, 1. Evaluasi
kegiatan
pasien
dapat
latihan fisik dan obat,
menunjukkan
tandaserta beri pujian
tanda:
2. Latih
pasien
45
Pasien mampu
mengajarkan pasien
untuk mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara yang baik
a. Pasien
mampu
memahami tentang
cara
mengontrol
risiko
perilaku
kekerasan dengan
verbal
mengontrol perilaku
kekerasan
secara
verbal (3 cara, yaitu :
mengungkapkan,
meminta,
menolak
dengan benar)
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat dan
verbal
Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi
kegiatan
latihan fisik, obat dan
verbal, beri pujian
2. Latih
pasien
mengontrol perilaku
kekerasan
secara
spiritual (2 kegiatan)
3. Masukkan
pada
jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum
obat,
verbal
dan
spritual.
Pasien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan dengan latihan
fisik,obat dan verbal dan
Setelah 1x interaksi
selama 1 x 10 menit,
pasien
dapat
menunjukkan
tandatanda:
a. Pasien
mampu
memahami tentang
cara
mengontrol
risiko
perilaku
kekerasan
secara
spritual
46
Pasien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan secara spritual
(sholat 5 waktu dan
mengaji)
tanda:
dan spritual, beri spritual (sholat dan
a. Pasien
mampu
pujian
mengaji) secara mandiri
menyebutkan
2. Nilai
kemampuan
kembali cara cara
yang telah mandiri
mengontrol
risiko 3. Nilai apakah Perilaku
perilaku kekerasan
Kekerasan terkontrol
yaitu secara latihan
fisik, minum obat,
verbal dan spritual
47
46
P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Melanjutkan SP 1
1. Identifikasi penyebab,
tanda
dan
gejala
perilaku
kekerasan
yang dilakukan dan
akibat
perilaku
kekerasan
2. Latihan
cara
Rencana tindak lanjut
mengontrol perilaku
Pasien:
kekerasan secara fisik
1. Membimbing pasien memasukkan
: tarik napas dalam
kedalam jadwal kegiatan harian cara
dan pukul kasur dan
mengontrol perilaku kekerasan secara
bantal
fisik: tarik napas dalam dan pukul
kasur dan bantal
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan
Mengetahui,
Mahasiswa
47
EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien mengatakan pernah
Data Pasien :
mengamuk dan memukul tv,
pasien tidak tahu penyebabnya
S:
mengamuk dan akibatnya
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
- Pasien
mengatakan
bisa
tidak ada perasaan marah
melakukan tarik nafas dan
- Pasien mengatakan sulit mendengar
pukul bantal serta akan
karena
mengalami
masalah
melakukan latihan setiap hari
pendengaran
O: (Pasien dan keluarga)
- Pasien selalu mengulang katakata bjm-bjb-bjm-bjb setiap
O:
diberikan pertanyaan mengenai
- Kontak mata ada
perilaku
kekerasan
yang
- Pasien tampak antusias berbicara
pernah
dilakukan
dengan perawat
- Pasien
kooperatif
selama
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
diskusi,
kontak
mata
dapat
dibicarakannya,
proses
pikir
dipertahankan dengan baik.
sirkumtansial.
Pasien mau berjabat tangan
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
dengan perawat
bertanya dan mengajak mengobrol
Pasien
hanya
mampu
pasien, jawaban pasien terkadang
menceritakan gejala perilaku
nyambung
apabila
dipertegas,
kekerasan
yang
pernah
terkadang inkoheren.
dilakukan, belum mampu
mengidentifikasi penyebab dan
Diagnosa Keperawatan:
akibat dari perilaku kekerasan
Risiko Perilaku Kekerasan
yang pernah dilakukannya
sesekali dalam pembicaraan
Tindakan Keperawatan
pasien
inkoheren,
karena
Pasien: SP 1
pasien
memiliki
masalah
1. Membina hubungan saling percaya
pendengaran
dengan pasien
pasien
mampu
2. Mengidentifikasi penyebab,
mendemonstrasikan
cara
tanda dan gejala perilaku
mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan yang dilakukan
secara fisik: tarik nafas dan
dan
akibat
perilaku
pukul bantal
kekerasan
3. Menjelaskan
cara
mengontrol
perilaku A:
- Pasien
mampu
membina
kekerasan : fisik, obat,
hubungan
saling
percaya
verbal dan spritual
dengan
perawat
4. Memberikan latihan cara
48
Pasien
belum
mampu
mengidentifikasi
penyebab,
dan akibat perilaku kekerasan.
Pasien mampu melakukan 1
tindakan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik: tarik
nafas dan pukul bantal
SP 1 berhasil sebagian
P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Melanjutkan SP 1
1. Identifikasi penyebab,
tanda
dan
gejala
perilaku
kekerasan
yang dilakukan dan
akibat
perilaku
kekerasan
2. Latihan
cara
mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
: tarik napas dalam
dan pukul kasur dan
bantal
mengontrol
perilaku
kekerasan secara fisik :
tarik napas dalam dan
pukul kasur dan bantal
Rencana tindak lanjut
Pasien:
1. Membimbing pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
cara
mengontrol
perilaku
kekerasan secara fisik: tarik napas
dalam dan pukul kasur dan bantal
2. Mengevaluasi
kembali
kemampuan
pasien
dalam
mengidentifikasi penyebab, tanda
gejala dan akibat dari perilaku
kekerasan
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan
Mengetahui,
Mahasiswa
49
S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran
EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien mengatakan pernah
mengamuk dan memukul tv,
Pasien mengatakan akibat dari
mengamuk
adalah
mengganggu orang lain, dan
merasa bersalah.
- Pasien mengatakan tidak tahu
penyebab mengamuk yang dia
lakukan.
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal serta melakukan
latihan setiap hari
O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
O: (Pasien dan keluarga)
ruangan
- Pasien
kooperatif
selama
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
diskusi,
kontak
mata
dapat
dibicarakannya,
proses
pikir
dipertahankan dengan baik.
sirkumtansial.
Pasien mau berjabat tangan
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
dengan perawat
bertanya dan mengajak mengobrol
Pasien
hanya
mampu
pasien, jawaban pasien terkadang
menceritakan gejala perilaku
nyambung
apabila
dipertegas,
kekerasan
yang
pernah
terkadang inkoheren.
dilakukan dan akibat dari
perilaku
kekerasan
yang
Diagnosa Keperawatan:
pernah
dilakukannya
Risiko Perilaku Kekerasan
- pasien
mampu
mendemonstrasikan
cara
Tindakan Keperawatan
mengontrol perilaku kekerasan
Pasien: SP 1
secara fisik: tarik nafas dan
1. Membina hubungan saling percaya
pukul bantal
dengan pasien
2. Mengidentifikasi penyebab,
tanda dan gejala perilaku A:
- Pasien
mampu
membina
kekerasan yang dilakukan
hubungan
saling
percaya
dan
akibat
perilaku
dengan perawat
kekerasan
Pasien
belum
mampu
3. Menjelaskan
cara
mengidentifikasi penyebab dari
mengontrol
perilaku
perilaku kekerasan.
kekerasan : fisik, obat,
- Pasien mampu melakukan 2
verbal dan spritual
tindakan mengontrol perilaku
4. Memberikan latihan cara
50
P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Melanjutkan SP 1
1. Identifikasi penyebab,
tanda
dan
gejala
perilaku
kekerasan
yang dilakukan dan
akibat
perilaku
kekerasan
2. Latihan
cara
mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
: tarik napas dalam
dan pukul kasur dan
bantal
mengontrol
perilaku
kekerasan secara fisik :
tarik napas dalam dan
pukul kasur dan bantal
Rencana tindak lanjut
Pasien:
1. Membimbing pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
cara
mengontrol
perilaku
kekerasan secara fisik: tarik napas
dalam dan pukul kasur dan bantal
2. Mengevaluasi
kembali
kemampuan
pasien
dalam
mengidentifikasi penyebab, tanda Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
gejala dan akibat dari perilaku
mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan
Mengetahui,
Mahasiswa
51
S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah atau kesal
pada orang lain
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran
EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien mengatakan hanya
mendengar pada telinga kiri
- Pasien mengatakan pernah
mengamuk dan memukul tv,
Penyebabnya marah karena
berebut acara tv. Pasien
mengatakan
akibat
dari
mengamuk
adalah
mengganggu orang lain, dan
merasa bersalah.
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal serta melakukan
latihan setiap hari
O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
ruangan
- Pandangan mata tampak tajam
O: (Pasien dan keluarga)
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
- Pasien
kooperatif
selama
dibicarakannya,
proses
pikir
diskusi, kontak mata dapat
sirkumtansial.
dipertahankan dengan baik.
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
- Pasien mau berjabat tangan
bertanya dan mengajak mengobrol
dengan perawat
pasien, jawaban pasien terkadang
- Pasien mampu menceritakan
nyambung
apabila
dipertegas,
gejala, penyebab dan akibat
terkadang inkoheren.
dari perilaku kekerasan yang
pernah dilakukan
Diagnosa Keperawatan:
- pasien
mampu
Risiko Perilaku Kekerasan
mendemonstrasikan
cara
mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan
secara fisik: tarik nafas dan
Pasien: SP 1
pukul bantal
1. Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
A:
2. Mengidentifikasi penyebab,
- Pasien
mampu
membina
hubungan
saling
percaya
tanda dan gejala perilaku
dengan perawat
kekerasan yang dilakukan
- Pasien
mampu
dan
akibat
perilaku
mengidentifikasi
penyebab,
kekerasan
dan akibat perilaku kekerasan.
3. Menjelaskan
cara
52
mengontrol
perilaku
kekerasan : fisik, obat,
verbal dan spritual
P
4. Memberikan latihan cara
Perawat:
mengontrol
perilaku
- Pertahankan bina hubungan
kekerasan secara fisik :
saling percaya dengan pasien
tarik napas dalam dan
- Mempersiapkan diri untuk
pukul kasur dan bantal
melanjutkan SP 2
5. Memasukkan
pasien
ke
1. mengevaluasi kegiatan
dalam
terapi
aktivitas
latihan fisik, beri pujian
kelompok
2. melatih cara mengontrol
Rencana tindak lanjut
perilaku
kekerasan
Pasien:
dengan obat (6 benar
1. Membimbing pasien memasukkan
obat,
guna,
dosis,
kedalam jadwal kegiatan harian
frekuensi,
cara,
cara
mengontrol
perilaku
kontinuitas minum obat,
kekerasan secara fisik: tarik napas
akibat jika obat tidak
dalam dan pukul kasur dan bantal
diminum
sesuai
2. Melanjutkan SP2
program,
akibat
putus
- Evaluasi kegiatan latihan
obat)
fisik, beri pujian
3.
memasukkan
pada
- Latih cara mengontrol
jadwal kegiatan latihan
perilaku
kekerasan
dengan obat (6 benar
obat,
guna,
dosis,
frekuensi,
cara, Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
kontinuitas minum obat,
mengontrol perilaku kekerasan
akibat jika obat tidak
secara fisik: tarik nafas dan
diminum
sesuai
pukul bantal
program, akibat putus
- Memasukkan kedalam jadwal
obat)
kegiatan
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
Mengetahui,
fisik dan minum obat
Mahasiswa
53
3. melatih
cara
mengontrol
perilaku kekerasan dengan
obat (6 benar obat, guna,
dosis,
frekuensi,
cara,
kontinuitas
minum
obat,
akibat jika obat tidak diminum A:
sesuai program, akibat putus
obat)
4. memasukkan pasien ke dalam
terapi aktivitas kelompok
mendemonstrasikan
kemampuan mengontrol marah
dengan tarik nafas dan pukul
bantal
Pasien
mampu
membina
hubungan
saling
percaya
dengan perawat
Pasien mampu mengevaluasi
kemampuan mengontrol marah
secara fisik dan obat
SP 2 berhasil
Mengetahui,
Mahasiswa
55
S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah atau kesal
pada orang lain
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran
O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
ruangan
- Pandangan mata tampak tajam,
sesekali mata tampak melotot saat
pasien bercerita kepada perawat.
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
dibicarakannya,
proses
pikir
sirkumtansial.
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
bertanya dan mengajak mengobrol
pasien, jawaban pasien terkadang
nyambung
apabila
dipertegas,
terkadang inkoheren.
Diagnosa Keperawatan:
56
EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal
- Pasien mengatakan tahu obat
yang diminumnya ada 3 yaitu;
CPZ (Chlorpromazin), THP
(trihexyphenidyl), dan HLP
(Haloperidol).
- Pasien mengatakan tahu cara
meminta,
menolak
dan
menyampaikan perasaan marah
pada temannya
- Pasien
mengatakan
akan
melatih diri untuk melakukan
kegiatan meminta, menolak
dan menyampaikan perasaan
setiap hari.
O: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
kooperatif
selama
diskusi, kontak mata dapat
dipertahankan dengan baik.
- Pasien mau berjabat tangan
dengan perawat
- Pasien mampu menyebutkan 3
obat yang diminumnya, pasien
mampu menyebutkan kembali
penjelasan perawat tentang 6
benar obat dan manfaat serta
akibat
Pasien
mampu
mendemonstrasikan
kemampuan mengontrol marah
dengan tarik nafas dan pukul
bantal
Pasien mampu mencontohkan
cara mengontrol marah secara
verbal; meminta, menolak dan
menyampaikan
perasaan
setelah dijelaskan oleh perawat
Tindakan Keperawatan
Pasien: SP 3
1. Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
2. Evaluasi kegiatan latihan fisik
dan obat, serta beri pujian
3. Latih
pasien
mengontrol
perilaku kekerasan secara
verbal (3 cara, yaitu :
mengungkapkan,
meminta,
menolak dengan benar)
4. Memasukkan pasien ke dalam A:
- Pasien
mampu
membina
terapi aktivitas kelompok
hubungan
saling
percaya
Rencana tindak lanjut
dengan perawat
Pasien:
- Pasien mampu mengevaluasi
1. Masukan
pada
jadwal
kemampuan mengontrol marah
kegiatan untuk latihan fisik,
secara fisik, obat dan secara
minum obat dan verbal
verbal
2. Melanjutkan SP 4 (melatih
SP 3 berhasil
pasien
untuk
melakukan
kegiatan mengontrol perilaku P
kekerasan
dengan
cara Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
spiritual).
saling percaya dengan pasien
- Mempersiapkan diri untuk
melanjutkan SP 4
1. Evaluasi
kegiatan
latihan
fisik,
obat
serta verbal serta beri
pujian
2. Latih
pasien
mengontrol perilaku
kekerasan
secara
spiritual
3. Masukan pada jadwal
kegiatan
untuk
latihan fisik, minum
obat,
verbal,
dan
spiritual.
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
57
EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal, menyampaikan
permintaan, penolakan dan
menyampaikan perasaan.
- Pasien mengatakan tahu obat
yang diminumnya ada 3 yaitu;
CPZ (Chlorpromazin), THP
(trihexyphenidyl), dan HLP
(Haloperidol).
- Pasien mengatakan agamanya
islam dan setiap hari selama di
RSJ selalu sholat 5 waktu;
magrib, isya, subuh, zuhur dan
ashar
- Pasien juga mengatakan setiap
selesai sholat selalu berdoa
- Pasien
mengatakan
akan
melatih diri untuk melakukan
sholat, berdoa, dan berzikir
setiap hari
O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
ruangan
- Pandangan mata tampak tajam,
sesekali mata tampak melotot saat
pasien bercerita kepada perawat.
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
dibicarakannya,
proses
pikir
sirkumtansial.
- Pasien hanya berbicara ketika perawat O: (Pasien dan keluarga)
bertanya dan mengajak mengobrol
- Pasien
kooperatif
58
selama
Tindakan Keperawatan
Pasien: SP 4
1. Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
2. Melakukan
evaluasi
kegiatan latihan fisik, obat,
dan verbal serta beri pujian
3. melatih pasien mengontrol
perilaku kekerasan secara
spiritual (2 kegiatan)
4. Memasukkan
pasien
ke
dalam
aktifitas
terapi
kelompok
Rencana tindak lanjut
A:
Pasien:
- Pasien
mampu
membina
1. memasukan pada jadwal
hubungan
saling
percaya
kegiatan untuk latihan fisik,
dengan perawat
minum obat, verbal dan
Pasien mampu mengevaluasi
fisik
kemampuan mengontrol marah
2. Melanjutkan
SP
5
secara fisik, obat dan secara
(mengevaluasi kemampuan
verbal, dan spiritual (sholat,
pasien untuk melakukan
berdoa dan berzikir).
kegiatan
mengontrol
SP 4 berhasil
perilaku kekerasan dengan
cara fisik, obat, verbal dan
P
spiritual).
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Mempersiapkan diri untuk
melanjutkan SP 5
1. Evaluasi
kegiatan
latihan fisik, obat,
verbal dan spiritual
serta beri pujian
2. Menilai kemampuan
secara mandiri
3. Menilai apakah risiko
perilaku
kekerasan
59
dapat terkontrol
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Pasien meminum obat sesuai 6
benar obat
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara
verbal
(meminta,
menolak dan menyampaikan
perasaan).
- Pasien melatih diri untuk selalu
sholat 5 waktu, berdoa dan
berzikir setiap hari
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan
Mengetahui,
Mahasiswa
60
sirkumtansial.
Pasien hanya berbicara ketika perawat O: (Pasien dan keluarga)
bertanya dan mengajak mengobrol
- Pasien
kooperatif
selama
pasien, jawaban pasien terkadang
diskusi, kontak mata dapat
nyambung
apabila
dipertegas,
dipertahankan dengan baik.
terkadang inkoheren.
- Pasien mau berjabat tangan
dengan perawat
Diagnosa Keperawatan:
- Pasien mampu menyebutkan 3
Risiko Perilaku Kekerasan
obat yang diminumnya,
- Pasien
mampu
Tindakan Keperawatan
mendemonstrasikan
Pasien: SP 5
kemampuan mengontrol marah
1. Membina hubungan saling percaya
dengan tarik nafas dan pukul
dengan pasien
bantal
2. Mengevaluasi kemampuan pasien
- Pasien mampu mencontohkan
untuk
mengontrol
perilaku
cara mengontrol marah secara
kekerasan dengan cara fisik, obat,
verbal; meminta, menolak dan
verbal, dan spiritual.
menyampaikan
perasaan
3. Menilai kemampuan pasien yang
setelah dijelaskan oleh perawat
telah dilakukan secara mandiri
- Pasien mampu menyebutkan
4. Menilai apakah risiko perilaku
kegiatan
spiritual
yang
kekerasan dapat terkontrol
dilakukan sholat, berdoa, serta
Rencana tindak lanjut
berzikir.
Pasien:
1. Menganjurkan pasien untuk A:
- Pasien
mampu
membina
selalu menggunakan 4 cara
hubungan
saling
percaya
mengontrol
perilaku
dengan perawat
kekerasan apabila merasa
Pasien mampu mengevaluasi
marah atau kesal dan ingin
kemampuan mengontrol marah
mengamuk
secara fisik, obat dan secara
2. Pasien melatih kegiatan
verbal, dan spiritual (sholat,
mengontrol marah secara
berdoa dan berzikir).
mandiri
- Pasien mampu melakukan
kegiatan harian secara mandiri
- Masalah
risiko
perilaku
kekerasan dapat terkontrol
- SP 5 berhasil
P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Mempertahankan SP 5
1. Evaluasi
kegiatan
latihan fisik, obat,
verbal dan spiritual
-
62
63
S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah atau kesal
pada orang lain
- Pasien
mengatakan
tidak
ada
mengamuk
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran
- Pasien mengatakan sudah bisa
melakukan 4 kegiatan mengontrol
marah
O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
ruangan
- Pandangan mata tampak tajam,
sesekali mata tampak melotot saat
pasien bercerita kepada perawat.
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
dibicarakannya,
proses
pikir
64
EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal, menyampaikan
permintaan, penolakan dan
menyampaikan perasaan.
- Pasien mengatakan tahu obat
yang diminumnya ada 3 yaitu;
CPZ (Chlorpromazin), THP
(trihexyphenidyl), dan HLP
(Haloperidol).
- Pasien mengatakan agamanya
islam dan setiap hari selama di
RSJ selalu sholat 5 waktu;
magrib, isya, subuh, zuhur dan
ashar
- Pasien juga mengatakan setiap
selesai sholat selalu berdoa
- Pasien
mengatakan
akan
melatih diri untuk melakukan
sholat, berdoa, dan berzikir
setiap hari
- Pasien mengatakan sudah bisa
menggunakan
4
cara
mengontrol marah yaitu secara
fisik, obat, verbal dan spiritual
sirkumtansial.
(ibadah)
Pasien hanya berbicara ketika perawat
bertanya dan mengajak mengobrol O: (Pasien dan keluarga)
pasien, jawaban pasien terkadang
- Pasien
kooperatif
selama
nyambung
apabila
dipertegas,
diskusi, kontak mata dapat
terkadang inkoheren.
dipertahankan dengan baik.
- Pasien mau berjabat tangan
Diagnosa Keperawatan:
dengan perawat
Risiko Perilaku Kekerasan
- Pasien mampu menyebutkan 3
obat yang diminumnya,
Tindakan Keperawatan
- Pasien
mampu
Pasien: SP 5
mendemonstrasikan
1. Membina hubungan saling percaya
kemampuan mengontrol marah
dengan pasien
dengan tarik nafas dan pukul
2. Mengevaluasi kemampuan pasien
bantal
untuk mengontrol perilaku kekerasan
- Pasien mampu mencontohkan
dengan cara fisik, obat, verbal, dan
cara mengontrol marah secara
spiritual.
verbal; meminta, menolak dan
3. Menilai kemampuan pasien yang
menyampaikan
perasaan
telah dilakukan secara mandiri
setelah dijelaskan oleh perawat
4. Menilai apakah risiko perilaku
- Pasien mampu menyebutkan
kekerasan dapat terkontrol
kegiatan
spiritual
yang
Rencana tindak lanjut
dilakukan sholat, berdoa, serta
Pasien:
berzikir.
1. Menganjurkan pasien untuk
selalu menggunakan 4 cara A:
- Pasien
mampu
membina
mengontrol
perilaku
hubungan
saling
percaya
kekerasan apabila merasa
dengan
perawat
marah atau kesal dan ingin
- Pasien mampu mengevaluasi
mengamuk
kemampuan mengontrol marah
2. Pasien
melatih
kegiatan
secara fisik, obat dan secara
mengontrol
marah
secara
verbal, dan spiritual (sholat,
mandiri
berdoa dan berzikir).
- Pasien mampu melakukan
kegiatan harian secara mandiri
- Masalah
risiko
perilaku
kekerasan dapat terkontrol
- SP 5 berhasil (pasien pulang)
-
P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Mempertahankan SP 5
1. Evaluasi
kegiatan
65
66
67
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Tn F dibawa ke RSJD Sambang Lihum pada tanggal 19 agustus 2016,
karena mengamuk sejak 2 bulan, masuk ke rumah tetangga dan pasien
juga memukul wajahnya sendiri.
2. Faktor predisposisi dari Tn. F yaitu lima tahun yang lalu (2012) pasien
pernah di rawat di yayasan banjarbaru selama 2x karena keluyuran dan
mengamuk, pengobatan pasien kurang berhasil karena putus obat selama 2
bulan, SMRS pasien memukul neneknya.
3. Pada saat pengkajian ditemukan pasien berbicara keras, pasien selalu
berbicara tentang perilaku kekerasan yang dilihatnya cara memukul,
memperagakan cara membelih. Aktifitas motoric pasien tampak gelisah
karena pasien sering mondar mandir di ruangan, pembicaraan pasien
tangensial dan flight of idea, pasien mengalami masalah pedengaran
sehingga terkadang pembicaraan dengan pasien inkoheren.
4. Pelaksanaan intervensi sesuai dengan strategi pelaksanaan resiko perilaku
kekerasan yaitu SP I membantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang pernah dilakukan, mengontrol perilaku kekerasan dengan
fisik:
tarik
nafas
dan
pukul
bantal,
SP II
membantu
pasien
menjelaskan
cara
berbicara
baik;
meminta,
menolak
dan
67
68
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia,
FKUI; Jakarta.
Dinas Kesehatan Prov. Kal-Sel. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan 2012. Banjarmasin.
Keliat, B. A. 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Rise Kesehatan Dasar 2013. Jakarta; Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Pramuditya, Arindra. 2014. Laporan Pendahuluan Risiko Perilaku Kekerasan.
Terdapat pada arindracase.blogspot.com/2014/10/laporan-pendahuluanresiko-prilaku.html. Diakses pada 12 Mei 2014.
Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa:
Ramona P, Kapoh. Jakarta: EGC.
Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika
Aditama.