Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN SEMINAR BESAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN.F


DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG TRANSIT PRIA
RSJD SAMBANG LIHUM
Tanggal 12-23 September 2016

Oleh :
Kelompok Compre
KHAIRIR RAMADHANI, S.Kep

I4B112026

RIDHA FAHLIATI DEWI, S.Kep

I4B112002

ZHAVIRA FAKHRIANTI, S.Kep

I4B112027

ANNA MAULINA KUSTANTIE, S.Kep

I4B112031

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN SEMINAR BESAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN.F
DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG TRANSIT PRIA
RSJD SAMBANG LIHUM
Tanggal 12-23 September 2016

Gambut, Oktober 2016

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Pembimbing Lahan

Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP. 19801215 200812 2 003

Achmad Syamsudin, S. Kep, Ns


NIP. 19850909 201101 1 002

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayahNya sehingga kelompok dapat menyelesaikan asuhan keperawatan jiwa dengan judul
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Laporan Seminar Besar Kasus Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Pasien Tn.F Dengan Risiko Perilaku Kekerasan Di
Ruang Transit Pria Rsjd Sambang Lihum
Asuhan keperawatan jiwa ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna
memperoleh derajat Profesi Ners di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
Direktur RSJD Sambang Lihum dr. H. IBG Dharma Putra, MKM yang telah
memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan Profesi Ners Keperawatan
Jiwa.
Kepala bidang keperawatan Murjani, S. Kep., M.M, yang memberi kritik dan
saran sehingga asuhan keperawatan jiwa dan home visit ini menjadi semakin baik.
Pembimbing Akademik Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep, Mutia
Rahmah, S. Kep., dan Anggi setyowati, S. Kep., Ns., MSc S. Kep., Ns yang berkenan
memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian asuhan keperawatan jiwa ini.
Pembimbing Lahan Achmad Syamsudin, S.Kep., NS, Nor Hikmah, S. Kep, Ns.,
M. Baihaki, S.Kep., Ns., dan M. Hamsanie, S.Kep., Ns. yang memberi kritik dan
saran sehingga asuhan keperawatan jiwa ini menjadi semakin baik.
Tn. F dan Keluarga selaku klien kelolaan yang dibahas dalam asuhan
keperawatan seminar ini yang telah berkenan untuk dikaji dan diangkat menjadi
kasus seminar ini.
Kedua orang tua ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan doa, semangat
dan material.
Rekan sejawat, serta semua pihak atas sumbangan pikiran dan bantuan yang
telah diberikan.
3

Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan jiwa ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap asuhan keperawatan jiwa ini bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan.

Banjarmasin, 2 Oktober 2016

Kelompok Ners Compre

DAFTAR ISI
COVER

HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

ii

iii

DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

1
1

BAB II TINJAUAN TEORI4


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Pengertian 4
Tanda dan Gejala
Rentang Respon
Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi
Sumber Koping
Mekanisme Koping
Pathway
10

4
5
6
7
8
8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TN. F DENGAN RISIKO PERILAKU


KEKERASAN

11

A. Identitas Pasien
11
B. Alasan Masuk
11
C. Keluhan Utama/Keadaan Pasien Saat Pengkajian
D. Faktor Presipitasi
11
E. Faktor Predisposisi 11
F. Pemeriksaan Fisik 13
G. Psikososial 14
H. Status Mental 17
I. Kebutuhan Kesiapan Pulang 23
J. Mekanisme Koping 26
K. Masalah Psikososial dan Lingkungan
26
L. Kurang Pengetahuan Tentang
28
M. Aspek Penunjang
29
N. Analisis Data 35
5

11

O. Daftar Masalah Keperawatan


P. Diagnosa Keperawatan
37
Q. Pohon Masalah
38
R. Tahap Penanganan Pasien 39
S. Sistem Kategori Pasien
40
T. Rencana Tindakan Keperawatan
U. Implementasi dan Evaluasi 46

37

42

BAB IV PENUTUP 67
A. Simpulan
B. Saran 68

67

DAFTAR PUSTAKA viii


LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Strategi Pelaksanaan Komunikasi pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan


Jadwal Kegiatan Harian Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan
Analisa Proses Interaksi Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan
Terapi Aktivitas Kelompok Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan
Laporan Kegiatan Home Visit pada Pasien dan Keluarga Tn. F dengan Risiko

Perilaku Kekerasan
6. Analisis Jurnal

BAB I
6

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa
penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu
keadaan sejahtera yang positif, bukan keadaan tanpa penyakit. Orang yang
memiliki kesehatan emosional, fisik dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab
kehidupan berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari puas dengan
hubungan interpersonal dan dari mereka sendiri (Videbeck, 2004). Orang di
anggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan
perilaku mereka pantas dan adaptif, sebaliknya seseorang di anggap sakit jika
gagal memainkan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak
pantas. Kebudayaan setiap masyarakat sangat mempengaruhi nilai dan keyakinan
masyarakat tersebut, sehingga definisi ini mempengaruhi definisi sehat dan sakit.
Perilaku yang dapat diterima dan pantas dalam suatu masyarakat dapat di anggap
mal-adaptif atau tidak pantas di masyarakat lain. Banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang mengalami gangguan jiwa. Hingga saat ini diyakini
terdapat tiga faktor utama sebagai penyebabnya. Pertama, faktor organobiologi
seperti faktor keturunan (genetik), adanya ketidakseimbangan zat-zat neurokimia
di dalam otak. Kedua, faktor psikologis seperti adanya mood yang labil. rasa
cemas berlebihan, gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita
(halusinasi). Dan yang ketiga adalah faktor lingkungan (sosial) baik itu di
lingkungan terdekat kita (keluarga) maupun yang ada diluar lingkungan keluarga
seperti lingkungan kerja atau sekolah.
Berdasarkan RISKESDAS tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat pada
penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang
pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada
penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk
2

dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan


mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan
prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.
Prevalensi penyakit keturunan pada penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan
untuk gangguan jiwa berat 0,7-5,1 per seribu penduduk. Kabupaten Banjar dan
Hulu Sungai Utara merupakan kabupaten dengan beberapa jenis penyakit
turunan yang paling tinggi. Di Kabupaten Banjar paling tinggi untuk gangguan
jiwa berat (Profil Kesehatan Provinsi Kal-Sel 2012).
Hal ini menjadikan masalah kesehatan jiwa sebagai prioritas bagi
Kementerian Kesehatan kerena merupakan tantangan yang besar dengan
kompleksitas tinggi di berbagai lapisan dan aspek kehidupan. Profesi kesehatan
jiwa diharapkan dapat proaktif dalam mencari solusi untuk penanggulangan
masalah kesehatan jiwa baik di institusi pelayanan maupun di komunitas, seperti
meningkatkan jumlah psikiater dan pemerataan pendistribusiannya, dokter plus
yang terlatih di bidang kesehatan jiwa, mendorong penyediaan layanan tersier
spesialistik, mendidik masyarakat dalam mengurangi stigma negatif masyarakat
tentang rumah sakit jiwa, serta mampu menghasilkan inovasi, rekomendasi
profesi atau institusi pendidikan dalam menciptakan pedoman penanggulangan
masalah kesehatan jiwa di Indonesia (Riskesdas, 2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Perilaku kekerasan biasanya dilakukan oleh pasien
skizofreina jenis paranoid, hebepfrenik, residual, dan akut, karena pada jenis ini
pasien seolah mendapatkan ancaman, tekanan psikologi, dan menganggap orang
lain sebagai musuh, reaksi yang spontan karena halusinasi juga bisa berupa
pukulan, ancaman dan ekspresi marah yang lain.

B. Tujuan
3

Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Risiko
Perilaku Kekerasan.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami konsep teori tentang risiko perilaku kekerasan
2. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
3. Melakukan strategi pelaksanaan (SP) pasien dengan Risiko Perilaku
Kekerasan.
4. Melakukan Home Visit kepada pasien dan keluarga dengan risiko perilaku
kekerasan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
4

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini, perilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku
kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan).
Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang melakukan
tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan akibat ketidakmampuan
mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN, 2006). Resiko perilaku kekerasan
atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol (Yosep, 2007).
B. Tanda dan gejala
a. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar, ketus
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif

d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
C. Rentang Respon

Respon Adaptif

Asertif

Keterangan:

Respon Maladaptif

Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

a. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
6

c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
D. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dari masa kecil
yang tidak menyenangkan
3) Rasa frustasi
4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
7

kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran


eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Faktor ini dapat dipelajari
melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan
maka semakin besar kemungkinan terjadi, budaya juga dapat mempengaruhi
perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan
ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
1) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai imlikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respons agresif
2) Pengaruh biokimia, berbagai neurotransmitter (epineprin, norepineprin,
dopamine,

asetilkolin

dan

serotonin)

sangat

berperan

dalam

memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon


androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dana GABA (6
dan 7) pada cairan cerebrospinal merupakan faktor predisposisi penting
yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
3) Pengaruh genetik.
4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobbus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
E. Faktor Presipitasi
8

a. Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang


penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising.
Selain itu, terdapat hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan
antara lain:
1) Kesulitan kondisi sosial ekonomi
2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
3) Ketidakmampuan menempatkan diri sebagai orang dewasa
4) Riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak
mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
F. Sumber Koping
a. Aset ekonomi
b. Kemampuan dan keahlian
c. Tehnik defensif
d. Sumber sosial
e. Motivasi
f. Kesehatan dan energi
g. Kepercayaan
h. Kemampuan memecahkan masalah
i. Kemampuan sosial
j. Sumber sosial dan material
k. Pengetahuan
l. Stabilitas budaya
G. Mekanisme Koping
9

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain :
a. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan
akibat rasa marah.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
c. Represi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
e. Deplacement: melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena
ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar
didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.

10

H. Pathway
Resiko mencederai diri sendiri/orang lain

Effect

Core Problem

Resiko Perilaku Kekerasan

Causa

Harga diri rendah

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Ruangan Rawat Transit Pria
A. IDENTITAS PASIEN
1. Inisial
2. Umur
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Informan

Tanggal Dirawat 19 Agustus 2016

: Tn.MF (L/P)
: 36 tahun
: SD
: Tidak Bekerja
: Pasien
11

6. Status perkawinan : Belum kawin


7. No.RMK
: 02-09-xx
8. Tanggal Pengkajian : 14 September 2016
B. ALASAN MASUK
Pasien mengamuk dengan memukul ibu dan kakaknya. Bedasarkan hasil
pengkajian rekam medik, pasien diantar keluarga ke IGD Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum pada tanggal 19 Agustus 2016 jam 11.50 WITA pasien
mengamuk sejak 2 bulan, masuk kerumah tetangga dan pasien juga memukul
wajahnya sendiri.
C. KELUHAN/KEADAAN PASIEN SAAT INI
Pasien berbicara keras, pasien selalu berbicara tentang perilaku kekerasan yang
dilihatnya cara memukul, memperagakan cara menyembelih.
D. FAKTOR PRESIPITASI
Pasien mengalami putus obat selama 2 bulan karena tidak mau minum dan sering
membuang obatnya. Ada 3 macam obat yang harus diminum 2 kali.
E.
1.
2.
3.

FAKTOR PREDISPOSISI
Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya
Tidak
Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Trauma
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
36
Aniaya seksual
Penolakan

Kekerasan dalam keluarga


Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
1. Pada tahun 2012, lima tahun yang lalu, pasien pernah dirawat di yayasan
Banjarbaru (Budi Luhur) selama 2 kali dikarenakan sering keluyuran dan

12

mengamuk, namun keluarga tidak mampu membiayainya karena faktor ekonomi,


kemudian pasien diantar ke RSJ Sambang Lihum.
2. Pengobatan pasien kurang berhasil karena pasien mengalami putus obat selama 2
bulan dengan pasien tidak mau minum obat lagi dan sering membuang obatnya,
sehingga pasien kambuh lagi dengan keluhan yang sama yaitu mengamuk.
3. SMRS tanggal 19 Agustus 2016, pasien memukul neneknya.
Masalah keperawatan:
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan proses keluarga
Respon pasca trauma
Resiko perilaku kekerasan
Berduka disfungsional
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya Tidak
Hubungan keluarga
Gejala
Riwayat
pengobatan/perawaran
Bibi Pasien
Mengamuk
Berobat dikampung
Masalah Keperawatan :
Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
Koping keluarga tidak efektif : Penurunan
Koping keluarga : potensial pertumbuhan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan kehilangan ayahnya saat kecil pada usia 8 tahun karena ayahnya
sakit, dan pasien mengatakan sedih karena ayahnya terbaring lama dengan diinfus
ditangan. Pasien sudah mengalami gangguan jiwa sebelum ayahnya meninggal.
Masalah Keperawatan:
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan proses keluarga
Respon pasca trauma
F.
1.
2.
3.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital
: TD : 120/80 mmhg N : 89 x/menit R : 21 x/menit T : 36,7 C
Ukur
: TB : 157 cm BB : 46 kg
Keluhan fisik :
Ya
Tidak
13

Jelaskan
:
Pasien mengatakan telinga kirinya tidak dapat mendengar dengan jelas, dan hanya
telinga kanannya yang dapat mendengar dengan jelas.
Masalah Keperawatan :
Resiko gangguan suhu tubuh
Kerusakan integritas kulit
Defisit volume cairan
Kerusakan
integritas
jaringan
Kelebihan volume cairan
gangguan eliminasi fases
Resiko infeksi
gangguan eliminasi urin
Gangguan nutrisi < dari kebutuhan
perubahan
membrane
tubuh
mukosa oral
Gangguan nutrisi > dari kebutuhan
Hambatan komunikasi
tubuh
verbal
Gangguan menelan

14

G. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

36

15

Keterangan :
: Laki-laki

: Pasien

: Perempuan

: Satu rumah

: Meninggal

: Keturunan

: Menikah
IIIIII

: Keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Penjelasan :
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasien satu rumah dengan
ibunya beserta keluarga adiknya yaitu suami dan anaknya. Pasien belum menikah,
komunikasi keluarga terbuka dengan saling berinteraksi, adik suaminya merupakan
pengambil keputusan didalam keluarganya. Pasien memiliki keluarga gangguan jiwa
yang berasal dari keturunan ayahnya yaitu anak dari pamannya dengan istri kedua.
Masalah Keperawatan :
Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
Koping keluarga tidak efektif : penurunan
Koping keluarga : potensial pertumbuhan
2. Konsep diri
a Gambaran diri
: saat ditanya pasien mengatakan
menyukai tangannya, tetapi alasannya didapatkan
data karena komunikasi pasien inkoheren.
b Identitas
: Pasien mengatakan namanya F, umur
26 tahun pekerjaan sebagai petani yang bercocok
tanam dan puas menjadi seorang laki-laki yang
mampu bekerja.
c Peran
:
pasien
mengatakan
dirinya sebagai anak dikeluarga, sebagai warga
16

dimasyarakat dan sebagai pasien di RSJD sambang


lihum.
d Ideal diri
:
pasien sering mengatakan ingin
segera pulang karena ingin bermain kembali dengan
keponakannya R, dan ingin segera bertemu ibunya.
e. Harga diri
:
pasien mengatakan tidak
malu dengan dirinya sendiri, pasien juga tampak
percaya diri.
Masalah Keperawatan:
Gangguan citra tubuh
Gangguan identitas pribadi
Gangguan konsep diri
Harga diri rendah
f. Hubungan Sosial
a Orang yang berarti
: pasien mengatakan ibu yang paling berarti baginya
b Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : didalam kelompok pasien
mampu berperan sebagai pasien yang berinteraksi dalam kelompok besar dengan
mengikuti TAK.
c Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : pasien mengalami ganggguan
pendengaran sehingga susah untuk berinteraksi dengan orang lain.
Masalah Keperawatan :
Hambatan komunikasi verbal
Isolasi social
Hambatan interaksi social
Perubahan performa peran
g. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : saat ditanya pasien tidak nyambung untuk menjawab,
namun pasien mampu menyebutkan sholat ada 5 waktu : zhuhur, ashar,
maghrib, isya, subuh dan menyebutkan ada 10 malaikat Allah. Pasien juga
sering mengatakan jika menyakiti orang lain maka akan dimarahi Allah.
b. Kegiatan ibadah
: Pasien mengatakan beribadah dengan sholat.
Masalah Keperawatan :
Distress spiritual
17

H. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi

Penggunaan pakaian
tidak sesuai

Cara berpakaian tidak


seperti biasanya

Penjelasan:
Pasien menggunakan seragam RSJD Sambang Lihum dengan baik, penampilan
tampak rapi sesuai dengan cara penggunaan pakaian. Kancing baju terpasang rapi,
rambut terpotong pendek, kuku bersih dan terpotong pendek.
Masalah keperawatan :
Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Cepat

Keras

Gagap

Inkoheren

Apatis

Lambat

Membisu

Loghorea

Echolalia

Tidak mampu
memulai
Pembicaraan

Penjelasan
:
Pasien berbicara dengan suara keras. Pembicaraan pasien saat dikaji berpindahpindah dari satu kalimat ke kalimat lain dan tidak ada kaitannya (inkoheren).
Masalah Keperawatan:
Hambatan komunikasi verbal
3. Aktivitas Motorik:
Lesu

Tegang

Gelisah

Agitasi

TIK

Grimasen

Tremor

Kompulsif

Penjelasan

:
18

Pasien kooperatif namun pasien tampak gelisah dengan sering mondar-mandir


diruangan.
Masalah Keperawatan:
Resiko cedera
Intoleransi aktivitas
Risiko perilaku kekerasan
4. Alam perasaaan
Sedih

Ketakutan

Putus asa

Khawatir

Gembira berlebihan
Penjelasan
:
Pasien mengatakan baik-baik saja dan perasaannya senang.
Masalah Keperawatan:
Resiko cedera
Ansietas
Ketakutan
Ketidakberdayaan
Ketidakmampuan
Resiko membahayakan diri sendiri
5. Afek
Datar

Tumpul

Labil

Tidak sesuai

Penjelasan
:
Pasien hanya beraksi bila ada stimulus emosi yang kuat dengan diajak bercanda.
Masalah Keperawatan :
Resiko cedera
Hambatan komunikasi
perubahan performa peran
6. lnteraksi selama wawancara
19

Bermusuhan

Tidak kooperatif

Kontak mata (-)

Defensif

Mudah tersinggung
Curiga

Melotot

Penjelasan
:
Pasien mau berinteraksi dengan orang lain, kontak mata (+), pasien kooperatif. Pasien
memiliki gangguan pendengaran sehingga perlu berbicara keras dengan pasien agar
jelas. Mata pasien kadang melotot saat menceritakan perilaku kekerasan yang
dilihatnya cara memukul, memperagakan cara menyembelih.
Masalah Keperawatan :
Hambatan komunikasi verbal
Isolasi sosial
Hambatan interaksi sosial
Resiko perilaku kekerasan
Resiko membahayakan diri sendiri
Perubahan performa peran
7. Persepsi
Pendengaran

Penglihatan

Pengecapan

Penghidu

Perabaan

Penjelasan
:
Bedasarkan hasil pengkajian rekam medik, pasien diantar keluarga ke IGD Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum pada tanggal 19 Agustus 2016 jam 11.50 WITA pasien
tampak tertawa sendiri dan ketakutan karena melihat kuda yang besar. Tetapi pada sat
pengkajian tangal 14 September 2016 tidak terdapat tanda-tanda halusinasi pada
pasien dan pasien juga mengatakan tidak mengalami halusinasi.
Masalah Keperawatan :
Gangguan sensoris / persepsi
8. Proses Pikir
sirkumtansial

tangensial

kehilangan asosiasi

flight of idea

blocking

pengulangan
pembicaraan/persevarasi

Neologisme
20

Penjelasan
:
Pasien mampu memberikan jawaban saat ditanya sesuai dengan pertanyaan namun
jawaban yang diberikan merupakan pembicaraan yang berbeli-belit dengan selalu
adanya pengulangan kalimat tetapi pembicaraan pasien sampai pada tujuan
pembicaraan. Pasien juga menunjukkan pembicaraan yang meloncat dari satu topik
ke topik lainnya dan tidak sampai tujuan.
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
9. Isi Pikir
Obsesi

Fobia

Hipokondria

depersonalisasi

ide yang terkait

pikiran magis

Agama

Somatik

Kebesaran

Curiga

nihilistic

sisip pikir

Siar pikir

Kontrol pikir

Waham

Penjelasan
:
Pasien tidak memiliki gangguan isi pikir, pemikiran pasien sesuai dengan kondisinya
saat ini.
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
10. Tingkat kesadaran
bingung

sedasi

stupor

tempat

orang

Disorientasi
waktu

21

Penjelasan
:
Pasien dalam keadaan compos mentis, GCS : E4 V5 M6 dan menyebutkan dirinya
adalah F. Saat ditanya orientasi tempat pasien menjawab sedang berada diRSJD
Sambang Lihum untuk dirawat dan diobati, pasien mampu mengenal dan mengingat
perawat yang disekitarnya dengan menyebutkan khairir, zhavira, anna dan ridha.
Pasien juga mampu mengetahui waktu pagi, siang, sore dan malam hari namun pasien
tidak tahu tanggal saat ditanya.
Masalah Keperawatan :
Gangguan proses pikir
Resiko cedera
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
gangguan daya ingat saat ini
Penjelasan

gangguan daya ingat jangka


pendek
konfabulasi

:
1. Memori jangka panjang :
pasien
mampu
mengingat siapa yang membawanya kembali
keRSJD Sambang Lihum dengan menyebutkan
acil idar yang membawa ulun kemari
2. Memori jangka pendek : pasien mampu mengingat
perawat unlam yang sebelumnya berdinas
diruangannya 1 minggu yang lalu dengan
menyebutkan ibu saadah dan aulia.
3. Memori saat ini :
pasien mampu mengingat
nama perawat yang mewawancarainya dengan
menyebutkan kembali nama khairir, zhavira, anna
dan ridha

Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

22

mudah beralih
tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu berhitung
sederhana
Penjelasan
:
Pasien mampu berhitung dari angka 1-10 secara berurutan dengan benar.
Pasien mampu berhitung angka saat perawat memberikan pertanyaan :
9:3=3
6:3=2
10 x 2 =20
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
Isolasi sosial
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
gangguan bermakna
Penjelasan
:
Pasien tidak mampu menilai apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu dengan
memilih makan dahulu baru mandi, sehingga perlu arahan.
Masalah Keperawatan:
Gangguan proses pikir
14. Daya tilik diri
mengingkari penyakit yang diderita

menyalahkan hal-hal diluar


dirinya

Penjelasan
:
Saat ditanya pasien mengatakan dia dibawa keluarganya kemari keRSj karena
sinting
Masalah Keperawatan:
Ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik
Ketidakpatuhan (resti)
Gangguan proses pikir

23

I. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal

Bantuan total

Mandiri

Penjelasan
:
Pasien mampu makan sendiri, 3 x sehari pagi, siang dan malam dan mampu
menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan. Pasien perlu bantuan minimal untuk
mempersiapkan makanan.
2. BAB/BAK
Bantuan minimal

Bantual total

Mandiri

Penjelasan
:
Pasien mampu BAB/BAK secara mandiri di WC, pasien mampu membersihkan dan
merapikan diri setelah toileting.
3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
Mandiri
Penjelasan
:
Pasien mampu mandi secara mandiri dan mengatakan mandi 3x sehari dengan
menyikat gigi dan keramas. Pasien tampak bersih dan tidak tercium bau badan.
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
Penjelasan

Bantual total

:
24

Mandiri

Pasien mampu mengenakan pakaian secara mandiri, mampu mengganti pakaian 1x


sehari, menyukur jenggot dan memotong kuku secara mandiri.

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama

: 14.00 WITA s/d 15.30 WITA

Tidur malam lama

: 22.00 WITA s/d 05.00 WITA

Kegiatan sebelum / sesudah tidur


Penjelasan
:
Pasien mampu melakukan persiapan tidur dengan menyikat gigi dan berdoa, aktivitas
sesudah tidur dengan merapikan tempat tidur, mandi dan menyikat gigi. Pasien sering
terbangun saat tidur malam dan mengatakan tidak nyenyak sehingga perlu intervensi
selanjutnya.
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal
Bantual total
Mandiri
Penjelasan
:
Pasien mampu mengetahui nama obat yang diminum yaitu CPZ, HLP, THP yang
diminum setiap pagi, siang dan sore hari. Namun perlu pengawasan kembali agar
pasien teratur minum obat dengan mengingatkan pasien.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan

Ya

tidak

Perawatan pendukung
Penjelasan
:

Ya

tidak

25

Adanya dukungan dari pihak keluarga sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) pasien
dirumah dan mengingatkan jadwal pemeriksaan rutin kepuskesmas terdekat yang
memiliki poli jiwa atau langsung keRSJD Sambang Lihum.
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan

Ya

tidak

Menjaga kerapihan rumah

Ya

tidak

Mencuci pakaian

Ya

tidak

Pengaturan keuangan
Ya
tidak
Penjelasan
:
Perlunya interaksi pasien dan keluarga yang merawat untuk saling membantu dalam
mempersiapkan makanan, mengurus rumah tangga sebagai tindak lanjut pasien
dirmah melakukan kegiatan hariannya.
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja

Ya

tidak

Transportasi

Ya

tidak

Lain-lain
Ya
tidak
Penjelasan
:
Perlunya bantuan minimal dari pihak keluarga untuk membeli keperluan sehari-hari
pasien, karena pasien masih dalam pengawasan yang berdasarkan riwayat dahulu
pasien sering keluyuran dan pernah menghilang lama.
Masalah Keperawatan :
Gangguan pemeliharaan kesehatan
Gangguan eliminasi
Defisit perawatan diri
Gangguan nutrisi
Gangguan pola tidur
26

Ketidak efektifan penatalaksanan program terafetik


Ketidakpatuhan
Konflik pengambilan keputusan

J. MEKANISME KOPING
Adaptif

Maladaptif

Bicara dengan orang lain

Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah

reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi

bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif

menghindar

Olahraga

mencederai diri

Lainnya _______________
Lainnya : __________________
Penjelasan
:
Berdasarkan koping adaptif, pasien mampu melakukan teknik relaksasi dengan napas
dalam dan mengajak orang untuk mengobrol. Koping maldaptif, pasien sering tampak
gelisah dengan cara mondar-mandir dan menciderai diri sendiri dengan memukul
wajahnya sendiri.
Masalah Keperawatan :
gangguan penyesuaian diri
koping individu tidak efektif

K. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN:


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
27

Pasien tidak memiliki masalah dengan kelompok, pasien mampu berinteraksi


dengan mengikuti TAK kelompok saat berada diRSJD Sambang Lihum.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Berdasarkan data pengkajian rekam medik saat di IGD pasien dapat
mengganggu tetangganya dengan masuk kerumah mereka.
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Pasien memiliki pendidikan SD dengan berakhir pada kelas 5 SD.
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Pasien tidak memiliki masalah dengan pekerjaan, pasien mampu bekerja
sebagai petani yang bercocok tanam dan padi dengan membantu ibunya.
Masalah dengan perumahan, spesifik
Pasien tidak memiliki masalah dengan rumahnya atau sekitar rumahnya,
pasien hidup rukun dengan ibu dan adiknya dirumah.
Masalah ekonomi, spesifik
Pasien tidak memiliki masalah ekonomi saat ini, pasien mampu bekerja.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Jarak rumah dengan puskesmas perlu melakukan penyeberangan dengan kapal
karena rumah pasien berada disekitar antar pulau.
Masalah Keperawatan:
Gangguan pemeliharaan kesehatan
Gangguan konsep diri
Ketidak berdayaan
Ketidak mampuan
Konflik peran menjadi orang tua
Sindrom stres akibat pindah

28

L. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:


Penyakit jiwa

system pendukung

Faktor presipitasi

penyakit fisik

Koping

obat-obatan

Lainnya :
Penjelasan :
Pasien tidak mengetahui obat-obatan yang seharusnya diminum apabila putus obat
maka akan kambuh kembali penyakitnya, pasien sebelumnya tidak tau cara
melakukan koping jika sedang marah. Pasien juga mengatakan tidak mengetahui
penyebab telinganya tidak bisa mendengar.
Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan penatalaksanan program terapetik
Ketidakpatuhan
Defisit pengetahuan

29

M. ASPEK PENUNJANG
Diagnosa Medik :
F.20.1 : Skizofrenia Hebefrenik
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
- Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu, dan senang menyendiri
(solitary) namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
- Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2/3 bulan lamanya untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
berikut ini memang benar bertahan:
1. perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
2. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inapropiate), sering disertai
oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum
sendiri (self-absorbed smiling) atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner)
tertawa menyeringai (grimaces) mannerisme, mengibuli secara bersenda
gurau (pranks), keluhan hipokondria, dan ungkapan kata yang diulang-ulang
(reiterated phrases)
3. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
(fleting and fragemanterry delucions and halucination) dorongan kehendak (drive)
dan yang bertujuan (determinase) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga
30

perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless)
dan tanpa maksud (empty of puspose).
Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buaut terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan
pikiran pasien.

31

Terapi Medik :
14-19 September 2016
Golongan
Nama Obat
Obat
Clorpromazin Antipsikotik

Dosis

Indikasi

2 x 100 Psikosis, neurosis, gangguan


mg
susunan
saraf
pusat
yang
membutuhkan sedasi, anestesi, pre
medikasi, mengontrol hipotensi,
induksi hipotermia, antiemetik,
skizofrenia,
gangguan
skizoafektif,
psikosis
akut,
sindroma paranoid, & stadium
mania akut.

Kontra Indikasi

Efek Samping

Jaundice, kelainan fungsi


hati,
koma,
pasien
dengan pemakaian obat
penekan susunan syaraf
pusat,
juga
depresi
sumsum tulang.

32

Kardiovaskuler: hipotensi
postural,
takikardia,
pusing, perubahan
interval
QT
tidak
spesifik.
SSP:
mengantuk,
distonia,
akathisia,
pseudoparkinsonism, disk
inesia tardif, sindroma
neurolepsi
malignan,
kejang.
Kulit:
fotosensitivitas,
dermatitis,
pigmentasi
(abu-abubiru).
Metabolik & endokrin:
laktasi,
amenore,
ginekomastia, pembesara
n
payudara,
hiperglisemia,
hipoglisemia,
test kehamilan
positif
palsu.
Saluran cerna: mual,

Haloperidol

Antipsikotik

2 x 5 mg

Hipersensitif
terhadap
Skizoprenia
haloperidol
atau
Psychoses
komponen
lain
Tourette's syndrome
formulasi,
penyakit
Kecemasan yang parah
Parkinson, depresi berat
Gangguan tingkah laku yang SSP, supresi sumsum
parah
tulang,
penyakit
Kegugupan
jantung atau hati berat,
Gangguan emosional dan koma, ibu menyusui
mental
Mual dan muntah
33

konstipasi xerostomia.
Agenitourinari:
retensi
urin,
gangguan
ejakulasi, impotensi.
Hematologi:
agranulositosis,
eosinofilia,
leukopenia, anemia
hemolisis,
anemia
aplastik,
purpura trombositopenia.
Hati: jaundice.
Mata: penglihatan kabur,
perubahan
kornea
dan lentikuler, keratopati
epitel, retinopati pigmen
Kesulitan berbicara atau
menelan
Kehilangan
kontrol
keseimbangan
Wajah terasa tebal seperti
memakai masker
Kejang otot, terutama
leher dan punggung
Gelisah
Kekakuan pada lengan

Trihexiphedil

Amitriptyline

Antikolinergik 2 x 2 mg

Antipsikotik

1 x
mg

Hipersensitifas terhadap
Parkinson
atau
gangguan ekstrapiramidal yg triheksifenidil
komponen
lain
dalam
disebabkan obat SSP
sediaan, glaukoma sudut
tertutup,
obstrusksi
duodenal atau pyloric,
peptik ulcer, obstruksi
saluran urin, achalasia;
myastenia gravis.

25 Menghilangkan gejala depresi

34

Infark
miokardial
yang baru,
Aritmia, mania
Penyakit hati berat.

dan kaki
Gemetar pada jari dan
tangan
Kelemahan pada lengan
dan kaki

Konstipasi

Pusing

Sulit buang air kecil

Mulut kering

Pandangan buram

Mual

Mengantuk
Pusing saat bangun tidur
Mual
Nyeri perut
Konstipasi
Diare
Mulut terasa kering

Terapi Medik :
Pasien mendapatkan terapi medis dengan 3 obat selama 14-19 September 2016
Obat
Pagi
Siang
Malam
1 x100
Clorpromazin
1 x 100 mg
mg
Haloperidol
1 x 5 mg
1 x 5 mg
Trihexyphenidyl
1 x 2 mg
1 x 2 mg

Pasien mendapatkan penambahan obat pada tanggal 20-23 September 2016


Obat

Pagi

Siang

Clorpromazin

1 x 100 mg

Haloperidol
Trihexyphenidyl

1 x 5 mg

Malam
1 x100
mg
1 x 5 mg

1 x 2 mg

1 x 2 mg

Amitriptyline

1 x 25
mg

35

Tanggal : 19-08-2016
Hasil Laboratorium :
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
HITUNG JENIS
Gran%
Limfosit%
MID%
MCH
MCH
MCHC
KIMIA HATI
SGOT
SGPT
Gula Darah Sewaktu
KIMIA GINJAL
Ureum
Creatinin
LAIN-LAIN
HBsAg

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

14,6
6,0
7,100
158.000

13,0 16,0
4,5 5,5
5,0 10,0
45 55
150 400

g/dl
juta/l
ribu/l
vol%
ribu/l

65
30
5

50.0-70.0
25.0-40.0
4.0-11.0

ribu/l
ribu/l
ribu/l

24
81
30

27-34
80-95
30-35

pg
fl
gr/dl

46
51

0-46
0-45
< 200

U/l
U/l
mg/dl

29
1,0

10-50
0.7-1.4

mg/dl
mg/dl

Negatif

Negatif

II. ANALISA DATA


Data

Masalah Keperawatan

DS :

Risiko perilaku kekerasan


36

Pasien mengatakan melihat orang yang


melakukan kekerasan dengan cara memukul dan
memperagakan cara menyembelih.
DO :
Berdasarkan data rekam medis pengkajian
diIGD pada tanggal 19 Agustus 2016 jam
11.50 WITA. Pasien mengamuk sejak 2 bulan,
pasien masuk kerumah tetangga, pasien
memukul orangtua (ibu) dan kakaknya dan
pasien juga memukul wajahnya sendiri.
Pasien berbicara keras, pasien selalu berbicara
tentang perilaku kekerasan yang dilihatnya
cara memukul, memperagakan cara
menyembelih.
Status Mental :
- Pembicaraan : keras dan inkoheren
(Pasien berbicara dengan suara keras.
Pembicaraan pasien saat dikaji berpindahpindah dari satu kalimat ke kalimat lain
dan tidak ada kaitannya (inkoheren).
- Aktivitas motorik : Gelisah dengan
tampak mondar-mandir diruangan.
- Afek : Tumpul (Pasien hanya beraksi bila
ada stimulus emosi yang kuat dengan
diajak bercanda)
- Interaksi selama wawancara : (Mata
pasien kadang melotot saat menceritakan
perilaku kekerasan yang dilihatnya cara
memukul, memperagakan cara
menyembelih.
- Tingkat kesadaran : Pasien tampak
bingung
TTV
- TD : 120/80 mmhg
- N : 89 x/menit
- R : 21 x/menit
- T : 36,7 C
DS :
Pasien mengatakan tidak minum obat selama
dirumah.
37

Regimen terapeutik tidak efektif

DO :
Berdasarkan data rekam medis pengkajian diIGD
pada tanggal 19 Agustus 2016 jam 11.50 WITA.
Pasien mengalami putus obat selama 2 bulan
karena tidak mau minum dan sering membuang
obatnya.
DS :
Pasien mengatakan telinga kirinya kurang
mendengar dengan jelas dan hanya telinga
kanannya yang mendengar dengan jelas.

Hambatan Interaksi Sosisal

DO :
Pasien tampak sering tidak nyambung saat
diajak bicara, perlunya pengulangan kata jika
berbicara dengan pasien.
Pasien sering berbicara keras
DS :
Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab
telinganya tidak bisa mendengar.
DO :
Pasien tidak mengetahui obat-obatan yang
seharusnya diminum apabila putus obat maka
akan kambuh kembali penyakitnya, pasien
sebelumnya tidak tau cara melakukan koping jika
sedang marah.
DS :
Pasien mengatakan tidak tahu tanggal hari ini
DO :
Pasien mampu memberikan jawaban saat
ditanya sesuai dengan pertanyaan namun
jawaban yang diberikan merupakan
pembicaraan yang berbeli-belit dengan selalu
adanya pengulangan kalimat tetapi
pembicaraan pasien sampai pada tujuan
pembicaraan.
Pasien tidak mampu menilai apa yang

38

Defisit pengetahuan

Gangguan proses pikir

seharusnya dilakukan terlebih dahulu dengan


memilih makan dahulu baru mandi, sehingga
perlu arahan.
DS :
Pasien mengatakan tidak tau cara melakukan
koping jika sedang marah.

Koping individu tidak efektif

DO :
Berdasarkan koping adaptif, pasien mampu
melakukan teknik relaksasi dengan napas dalam
dan mengajak orang untuk mengobrol. Koping
maldaptif, pasien sering tampak gelisah dengan
cara mondar-mandir dan menciderai diri sendiri
dengan memukulkan kepalanya didinding saat
berada dirumah.
N. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko perilku kekerasan
2. Regimen terapeutik tidak efektif
3. Hambatan interaksi sosial
4. Defisit pengetahuan
5. Gangguan proses pikir
6. Koping individu tidak efektif
O. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko perilaku kekerasan

P. POHON MASALAH
Risiko perilaku kekerasan

Gangguan proses pikir


39

.....Cord Problem

Regimen terapeutik tidak efektif

Hambatan interaksi sosial

.....Causa

Koping individu tidak efektif

Defisit pengetahuan

Q. TAHAP PENANGANAN PASIEN


1. Skor Kategori Pasien
: 45
2. Tahap Penanganan Fase
: Maintenance
3. Tujuan Pengobatan : Mengontrol tanda
dan gejala perilaku kekerasan
4. Pengkajian Keperawatan :
Pasien
mengalami risiko perilaku kekerasan

40

5. Intervensi Keperawatan :
Mengidentifikasi munculnya risiko
perilaku kekerasan pasien, melatih pasien
mengontrol perilaku kekerasan dengan
tarik napas dalam,memukul bantal,
minum obat, melatih secara verbal
(mengungkapkan,
meminta,
dan
menolak), dan kegiatan spiritual.
6. Hasil yang Diharapkan
:
Pasien
mampu mengontrol tanda dan gejala
munculnya perilaku kekerasan

Banjarmasin, 14 September 2016


Pelaksana Pengkajian
Kelompok Compre

SISTEM KATEGORI PASIEN JIWA


Identitas Pasien
Nama
: Tn.MF
No.RMK
: 02-09-xx
Dx Medis
: F.20.1

41

Bangsal

: Transit Pria

Screening awal: apakah Pasien mempunyai keinginan/ide bunuh diri/ide pulang


paksa dari Pasien (Ya/Tidak). (Jika jawaban Ya, berarti Pasien langsung masuk
kategori IV/krisis)
Variabel
Skor
Skor
Skor
Skor
Menciderai diri/orang
Risiko kecil
Risiko besar
Tidak ada (0)
Aktual (50)
lain
(16)
(34)
Tidak ada
Ada respon + Ada respon +
Ada respon,
respon/pasien
Komunikasi
sesuai, lancar
sesuai, tidak
tidak sesuai
tidak mampu
(0)
lancar (14)
(26)
menjawab/ tidak
sadar (40)
Tidak bersedia
Bersedia
Bersedia
melakukan
melakukan
Bersedia
melakukan
interaksi/
interaksi/
melakukan
interaksi
mematung/
Interaksi sosial
terlibat
interaksi
dengan hanya diam/ menyindir
dengan
dengan lebih
satu orang
tanpa aktivitas/
kelompok
satu orang (5)
(10)
aktivitas tidak
besar (0)
bertujuan (15)
Mandiri perlu
Dengan
Makan
Mandiri (0)
pengawasan
Menolak (10)
bantuan (7)
(3)
Mandiri perlu
Dengan
ADL
Mandi
Mandiri (0)
pengawasan
Menolak (10)
bantuan (7)
(3)
Mandiri perlu
Berpakaia
Dengan
Mandiri (0)
pengawasan
Menolak (10)
n
bantuan (7)
(3)
Tidak bisa
Bisa tidur tapi tidur nyenyak
Gangguan tidur
Tidur
Tenang (0)
kadang perlu
dan kadang
kronis (10)
intervensi (3)
perlu
intervensi (7)
Bersedia
Partisipasi
dengan
Aktif
Pengobatan oral/
dengan
intervensi
berpartisipasi
Menolak (10)
injeksi
intervensi
lebih dari
(0)
satu-satu (3)
satu tenaga
kesehatan (7)
Aktivita
Makan
Mengikuti/
Mengikuti
Aktivitas
Tidak dapat
s
Mandiri (0)
dengan
terjadwal
mengikuti
terjadwa
pengawasan
dengan
aktivitas
l
minimal (3)
bantuan (7)
terjadwal (10)

42

Mandi

Mengikuti/
Mandiri (0)

Berpakaia
n

Mengikuti/
Mandiri (0)

Mengikuti
dengan
pengawasan
minimal (3)
Mengikuti
dengan
pengawasan
minimal (3)

Aktivitas
terjadwal
dengan
bantuan (7)
Aktivitas
terjadwal
dengan
bantuan (7)

Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pasien:


a Kategori I
: skor 0-30
: Healt Promotion
b Kategori II
: skor 31-59
: Maintenance (45)
c Kategori III : skor 60-119
: Akut
d Kategori IV : skor 120-200
: Krisis

43

Tidak dapat
mengikuti
aktivitas
terjadwal (10)
Tidak dapat
mengikuti
aktivitas
terjadwal (10)

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


Diagnosa
Rasional
Hari/Tanggal Keperawata
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
n
14-24
Risiko
a. Pasien
dapat Setelah 1x interaksi Strategi Pelaksanaan 1 Pasien mampu
September
Perilaku
mengontrol
risiko selama 1 x 10 menit, 1. Identifikasi penyebab, mengontrol perilaku
2016
Kekerasan
pasien
dapat
tanda
dan
gejala kekerasan dengan tarik
perilaku kekerasan
tandaperilaku
kekerasan nafas dalam dan
b. Pasien
mengikuti menunjukkan
yang dilakukan dan memukul bantal, kasur.
program pengobatan tanda:
a. Pasien
mampu
akibat
perilaku
secara optimal.
menyebutkan
kekerasan
penyebab,
tanda 2. Jelaskan
cara
dan gejala perilaku
mengontrol perilaku
kekerasan, perilaku
kekerasan : fisik, obat,
kekerasan
yang
verbal dan spritual
biasa
dilakukan, 3. Latihan
cara
serta akibat dari
mengontrol perilaku
perilaku kekerasan
kekerasan
secara
yang dilakukan.
fisik : tarik napas
b. Pasien
mampu
dalam dan pukul kasur
memahami tentang
dan bantal
perawatan
cara 4. Masukkan
pada
mengontrol risiko
jadwal kegiatan untuk
perilaku kekerasan
latihan fisik
secara teratur sesuai
jadwal,
yang
meliputi:
1) secara fisik,

44

2) terapi
psikofarmaka.
3) secara
sosial/verbal,
4) secara spiritual
Setelah 1x interaksi Strategi Pelaksanaan 2
selama 1 x 10 menit, 1. Evaluasi
kegiatan
pasien
dapat
latihan fisik, beri
menunjukkan
tandapujian
tanda:
2. Latih cara mengontrol
d. Pasien
mampu
perilaku
kekerasan
memahami tentang
dengan obat (6 benar
cara
mengontrol
obat, guna, dosis,
risiko
perilaku
frekuensi,
cara,
kekerasan
dengan
kontinuitas
minum
minum obat
obat, akibat jika obat
tidak diminum sesuai
program, akibat putus
obat)
3. Masukkan
pada
jadwal kegiatan untuk
latihan
fisik
dan
minum obat
Setelah 1x interaksi Strategi Pelaksanaan 3
selama 1 x 10 menit, 1. Evaluasi
kegiatan
pasien
dapat
latihan fisik dan obat,
menunjukkan
tandaserta beri pujian
tanda:
2. Latih
pasien

45

Pasien mau untuk


minum obat secara
teratur dan mengetahui
tentang penggunaan obat
yang benar sebagai
pengendali jika risiko
kekerasan muncul

Pasien mampu
mengajarkan pasien
untuk mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara yang baik

a. Pasien
mampu
memahami tentang
cara
mengontrol
risiko
perilaku
kekerasan dengan
verbal

mengontrol perilaku
kekerasan
secara
verbal (3 cara, yaitu :
mengungkapkan,
meminta,
menolak
dengan benar)
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat dan
verbal
Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi
kegiatan
latihan fisik, obat dan
verbal, beri pujian
2. Latih
pasien
mengontrol perilaku
kekerasan
secara
spiritual (2 kegiatan)
3. Masukkan
pada
jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum
obat,
verbal
dan
spritual.

yaitu secara verbal


(meminta,
menolak,mengungkapkan
perasaan kesal dengan
baik), dan mengajarkan
pasien untuk bersikap
baik terhadap orang lain

Setelah 1x interaksi Strategi Pelaksanaan 5


selama 1 x 10 menit, 1. Evaluasi
kegiatan
pasien
dapat
latihan fisik 1&2,
menunjukkan
tandaminum obat, verbal

Pasien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan dengan latihan
fisik,obat dan verbal dan

Setelah 1x interaksi
selama 1 x 10 menit,
pasien
dapat
menunjukkan
tandatanda:
a. Pasien
mampu
memahami tentang
cara
mengontrol
risiko
perilaku
kekerasan
secara
spritual

46

Pasien mampu
mengontrol perilaku
kekerasan secara spritual
(sholat 5 waktu dan
mengaji)

tanda:
dan spritual, beri spritual (sholat dan
a. Pasien
mampu
pujian
mengaji) secara mandiri
menyebutkan
2. Nilai
kemampuan
kembali cara cara
yang telah mandiri
mengontrol
risiko 3. Nilai apakah Perilaku
perilaku kekerasan
Kekerasan terkontrol
yaitu secara latihan
fisik, minum obat,
verbal dan spritual

47

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


SP I/P2
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Hari, Tanggal : Kamis, 15 September S: (Pasien dan keluarga)
2016
- Pasien mengatakan bahwa
dirinya bolak-balik ke RSJ.
Data Pasien :
Sambang Lihum sebanyak 2x
S:
- Pasien
mengatakan
bisa
- Pasien mengatakan pernah mengamuk
melakukan tarik nafas
dan memukul tv
- Pasien mengatakan sulit mendengar O: (Pasien dan keluarga)
karena
mengalami
masalah
- Pasien
kooperatif
selama
pendengaran
diskusi, kontak mata dapat
dipertahankan dengan baik.
O:
- Pasien mau berjabat tangan
- Kontak mata ada
dengan perawat
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
- Pasien
hanya
mampu
dibicarakannya,
proses
pikir
menceritakan gejala perilaku
sirkumtansial.
kekerasan
yang
pernah
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
dilakukan,
bertanya dan mengajak mengobrol
- sesekali dalam pembicaraan
pasien, jawaban pasien terkadang
pasien
inkoheren,
karena
nyambung
apabila
dipertegas,
pasien
memiliki
masalah
terkadang inkoheren.
pendengaran
- Pasien selalu mengulang kataDiagnosa Keperawatan:
kata bjm-bjb-bjm-bjb setiap
Risiko Perilaku Kekerasan
diberikan pertanyaan mengenai
perilaku
kekerasan
yang
Tindakan Keperawatan
pernah dilakukan
Pasien: SP 1
1. Membina hubungan saling percaya A:
dengan pasien
- Pasien mulai mampu membina
2. Mengidentifikasi
penyebab,
hubungan
saling
percaya
dengan perawat
tanda dan gejala perilaku
- Pasien
belum
mampu
kekerasan yang dilakukan dan
mengidentifikasi
penyebab,
akibat perilaku kekerasan
dan akibat perilaku kekerasan.
3. Menjelaskan cara mengontrol
Pasien mampu melakukan 1
perilaku kekerasan : fisik,
tindakan mengontrol perilaku
obat, verbal dan spritual
kekerasan secara fisik: tarik
4. Memberikan
latihan
cara
nafas
mengontrol
perilaku
SP 1 belum berhasil
kekerasan secara fisik : tarik
napas dalam dan pukul kasur
dan bantal

46

P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Melanjutkan SP 1
1. Identifikasi penyebab,
tanda
dan
gejala
perilaku
kekerasan
yang dilakukan dan
akibat
perilaku
kekerasan
2. Latihan
cara
Rencana tindak lanjut
mengontrol perilaku
Pasien:
kekerasan secara fisik
1. Membimbing pasien memasukkan
: tarik napas dalam
kedalam jadwal kegiatan harian cara
dan pukul kasur dan
mengontrol perilaku kekerasan secara
bantal
fisik: tarik napas dalam dan pukul
kasur dan bantal
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan
Mengetahui,
Mahasiswa

Zhavira Fakhrianti, S.Kep

47

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


SP I/3
IMPLEMENTASI
Hari, Tanggal : Jumat 16 September 2016

EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien mengatakan pernah
Data Pasien :
mengamuk dan memukul tv,
pasien tidak tahu penyebabnya
S:
mengamuk dan akibatnya
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
- Pasien
mengatakan
bisa
tidak ada perasaan marah
melakukan tarik nafas dan
- Pasien mengatakan sulit mendengar
pukul bantal serta akan
karena
mengalami
masalah
melakukan latihan setiap hari
pendengaran
O: (Pasien dan keluarga)
- Pasien selalu mengulang katakata bjm-bjb-bjm-bjb setiap
O:
diberikan pertanyaan mengenai
- Kontak mata ada
perilaku
kekerasan
yang
- Pasien tampak antusias berbicara
pernah
dilakukan
dengan perawat
- Pasien
kooperatif
selama
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
diskusi,
kontak
mata
dapat
dibicarakannya,
proses
pikir
dipertahankan dengan baik.
sirkumtansial.
Pasien mau berjabat tangan
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
dengan perawat
bertanya dan mengajak mengobrol
Pasien
hanya
mampu
pasien, jawaban pasien terkadang
menceritakan gejala perilaku
nyambung
apabila
dipertegas,
kekerasan
yang
pernah
terkadang inkoheren.
dilakukan, belum mampu
mengidentifikasi penyebab dan
Diagnosa Keperawatan:
akibat dari perilaku kekerasan
Risiko Perilaku Kekerasan
yang pernah dilakukannya
sesekali dalam pembicaraan
Tindakan Keperawatan
pasien
inkoheren,
karena
Pasien: SP 1
pasien
memiliki
masalah
1. Membina hubungan saling percaya
pendengaran
dengan pasien
pasien
mampu
2. Mengidentifikasi penyebab,
mendemonstrasikan
cara
tanda dan gejala perilaku
mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan yang dilakukan
secara fisik: tarik nafas dan
dan
akibat
perilaku
pukul bantal
kekerasan
3. Menjelaskan
cara
mengontrol
perilaku A:
- Pasien
mampu
membina
kekerasan : fisik, obat,
hubungan
saling
percaya
verbal dan spritual
dengan
perawat
4. Memberikan latihan cara

48

Pasien
belum
mampu
mengidentifikasi
penyebab,
dan akibat perilaku kekerasan.
Pasien mampu melakukan 1
tindakan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik: tarik
nafas dan pukul bantal
SP 1 berhasil sebagian

P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Melanjutkan SP 1
1. Identifikasi penyebab,
tanda
dan
gejala
perilaku
kekerasan
yang dilakukan dan
akibat
perilaku
kekerasan
2. Latihan
cara
mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
: tarik napas dalam
dan pukul kasur dan
bantal

mengontrol
perilaku
kekerasan secara fisik :
tarik napas dalam dan
pukul kasur dan bantal
Rencana tindak lanjut
Pasien:
1. Membimbing pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
cara
mengontrol
perilaku
kekerasan secara fisik: tarik napas
dalam dan pukul kasur dan bantal
2. Mengevaluasi
kembali
kemampuan
pasien
dalam
mengidentifikasi penyebab, tanda
gejala dan akibat dari perilaku
kekerasan
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan

Mengetahui,
Mahasiswa

Khairir Ramadhani, S.Kep

49

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


SP1/4
IMPLEMENTASI
Hari, Tanggal : Sabtu, 17 September 2016
Data Pasien

S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran

EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien mengatakan pernah
mengamuk dan memukul tv,
Pasien mengatakan akibat dari
mengamuk
adalah
mengganggu orang lain, dan
merasa bersalah.
- Pasien mengatakan tidak tahu
penyebab mengamuk yang dia
lakukan.
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal serta melakukan
latihan setiap hari

O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
O: (Pasien dan keluarga)
ruangan
- Pasien
kooperatif
selama
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
diskusi,
kontak
mata
dapat
dibicarakannya,
proses
pikir
dipertahankan dengan baik.
sirkumtansial.
Pasien mau berjabat tangan
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
dengan perawat
bertanya dan mengajak mengobrol
Pasien
hanya
mampu
pasien, jawaban pasien terkadang
menceritakan gejala perilaku
nyambung
apabila
dipertegas,
kekerasan
yang
pernah
terkadang inkoheren.
dilakukan dan akibat dari
perilaku
kekerasan
yang
Diagnosa Keperawatan:
pernah
dilakukannya
Risiko Perilaku Kekerasan
- pasien
mampu
mendemonstrasikan
cara
Tindakan Keperawatan
mengontrol perilaku kekerasan
Pasien: SP 1
secara fisik: tarik nafas dan
1. Membina hubungan saling percaya
pukul bantal
dengan pasien
2. Mengidentifikasi penyebab,
tanda dan gejala perilaku A:
- Pasien
mampu
membina
kekerasan yang dilakukan
hubungan
saling
percaya
dan
akibat
perilaku
dengan perawat
kekerasan
Pasien
belum
mampu
3. Menjelaskan
cara
mengidentifikasi penyebab dari
mengontrol
perilaku
perilaku kekerasan.
kekerasan : fisik, obat,
- Pasien mampu melakukan 2
verbal dan spritual
tindakan mengontrol perilaku
4. Memberikan latihan cara
50

kekerasan secara fisik: tarik


nafas dan pukul bantal
SP 1 berhasil sebagian

P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Melanjutkan SP 1
1. Identifikasi penyebab,
tanda
dan
gejala
perilaku
kekerasan
yang dilakukan dan
akibat
perilaku
kekerasan
2. Latihan
cara
mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik
: tarik napas dalam
dan pukul kasur dan
bantal

mengontrol
perilaku
kekerasan secara fisik :
tarik napas dalam dan
pukul kasur dan bantal
Rencana tindak lanjut
Pasien:
1. Membimbing pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian
cara
mengontrol
perilaku
kekerasan secara fisik: tarik napas
dalam dan pukul kasur dan bantal
2. Mengevaluasi
kembali
kemampuan
pasien
dalam
mengidentifikasi penyebab, tanda Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
gejala dan akibat dari perilaku
mengontrol perilaku kekerasan
kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan

Mengetahui,
Mahasiswa

Ridha Fahliati Dewi, S.Kep

51

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


SP 1/5
IMPLEMENTASI
Hari, Tanggal : Senin, 19 September 2016
Data Pasien

S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah atau kesal
pada orang lain
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran

EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien mengatakan hanya
mendengar pada telinga kiri
- Pasien mengatakan pernah
mengamuk dan memukul tv,
Penyebabnya marah karena
berebut acara tv. Pasien
mengatakan
akibat
dari
mengamuk
adalah
mengganggu orang lain, dan
merasa bersalah.
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal serta melakukan
latihan setiap hari

O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
ruangan
- Pandangan mata tampak tajam
O: (Pasien dan keluarga)
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
- Pasien
kooperatif
selama
dibicarakannya,
proses
pikir
diskusi, kontak mata dapat
sirkumtansial.
dipertahankan dengan baik.
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
- Pasien mau berjabat tangan
bertanya dan mengajak mengobrol
dengan perawat
pasien, jawaban pasien terkadang
- Pasien mampu menceritakan
nyambung
apabila
dipertegas,
gejala, penyebab dan akibat
terkadang inkoheren.
dari perilaku kekerasan yang
pernah dilakukan
Diagnosa Keperawatan:
- pasien
mampu
Risiko Perilaku Kekerasan
mendemonstrasikan
cara
mengontrol perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan
secara fisik: tarik nafas dan
Pasien: SP 1
pukul bantal
1. Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
A:
2. Mengidentifikasi penyebab,
- Pasien
mampu
membina
hubungan
saling
percaya
tanda dan gejala perilaku
dengan perawat
kekerasan yang dilakukan
- Pasien
mampu
dan
akibat
perilaku
mengidentifikasi
penyebab,
kekerasan
dan akibat perilaku kekerasan.
3. Menjelaskan
cara
52

Pasien mampu melakukan 2


tindakan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik: tarik
nafas dan pukul bantal
SP 1 berhasil

mengontrol
perilaku
kekerasan : fisik, obat,
verbal dan spritual
P
4. Memberikan latihan cara
Perawat:
mengontrol
perilaku
- Pertahankan bina hubungan
kekerasan secara fisik :
saling percaya dengan pasien
tarik napas dalam dan
- Mempersiapkan diri untuk
pukul kasur dan bantal
melanjutkan SP 2
5. Memasukkan
pasien
ke
1. mengevaluasi kegiatan
dalam
terapi
aktivitas
latihan fisik, beri pujian
kelompok
2. melatih cara mengontrol
Rencana tindak lanjut
perilaku
kekerasan
Pasien:
dengan obat (6 benar
1. Membimbing pasien memasukkan
obat,
guna,
dosis,
kedalam jadwal kegiatan harian
frekuensi,
cara,
cara
mengontrol
perilaku
kontinuitas minum obat,
kekerasan secara fisik: tarik napas
akibat jika obat tidak
dalam dan pukul kasur dan bantal
diminum
sesuai
2. Melanjutkan SP2
program,
akibat
putus
- Evaluasi kegiatan latihan
obat)
fisik, beri pujian
3.
memasukkan
pada
- Latih cara mengontrol
jadwal kegiatan latihan
perilaku
kekerasan
dengan obat (6 benar
obat,
guna,
dosis,
frekuensi,
cara, Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
kontinuitas minum obat,
mengontrol perilaku kekerasan
akibat jika obat tidak
secara fisik: tarik nafas dan
diminum
sesuai
pukul bantal
program, akibat putus
- Memasukkan kedalam jadwal
obat)
kegiatan
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
Mengetahui,
fisik dan minum obat
Mahasiswa

Anna Maulina Kustantie, S.Kep

53

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


SP 2/P6
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Hari, Tanggal : Selasa, 20 September 2016 S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
mengatakan
bisa
Data Pasien :
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal
S:
- Pasien mengatakan tahu obat
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
yang diminumnya ada 3 yaitu;
tidak ada perasaan marah atau kesal
CPZ (Chlorpromazin) warna
pada orang lain
jingga, THP (trihexyphenidyl)
- Pasien mengatakan sulit mendengar
warna kuning, dan HLP
karena
mengalami
masalah
(Haloperidol) warna pink.
pendengaran
- Pasien mengatakan minum
obat 3x sehari; pagi, siang dan
O:
malam.
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
- Pasien mengatakan manfaat
sering mondar-mandir di dalam
minum obat adalah supaya
ruangan
tidak mengalami gangguan
- Pandangan mata tampak tajam,
jiwa lagi,
sesekali mata tampak melotot saat
- pasien mengatakan akibat
pasien bercerita kepada perawat.
putus obat dan tidak sesuai
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
program adalah kambuh lagi
dibicarakannya,
proses
pikir
penyakit jiwanya
sirkumtansial.
- Pasien mengatakan akan selalu
- Pasien hanya berbicara ketika
minum obat supaya tidak
perawat bertanya dan mengajak
kambuh lagi.
(Pasien dan keluarga)
mengobrol pasien, jawaban pasien O:
terkadang
nyambung
apabila
- Pasien
kooperatif
selama
dipertegas, terkadang inkoheren.
diskusi, kontak mata dapat
dipertahankan dengan baik.
Diagnosa Keperawatan:
- Pasien mau berjabat tangan
Risiko Perilaku Kekerasan
dengan perawat
- Pasien mampu menyebutkan 3
Tindakan Keperawatan
obat yang diminumnya, pasien
Pasien: SP 2
mampu menyebutkan kembali
1. Membina hubungan saling percaya
penjelasan perawat tentang 6
dengan pasien
benar obat dan manfaat serta
2. mengevaluasi
kegiatan
akibat
- Pasien
mampu
latihan fisik, beri pujian
54

3. melatih
cara
mengontrol
perilaku kekerasan dengan
obat (6 benar obat, guna,
dosis,
frekuensi,
cara,
kontinuitas
minum
obat,
akibat jika obat tidak diminum A:
sesuai program, akibat putus
obat)
4. memasukkan pasien ke dalam
terapi aktivitas kelompok

mendemonstrasikan
kemampuan mengontrol marah
dengan tarik nafas dan pukul
bantal
Pasien
mampu
membina
hubungan
saling
percaya
dengan perawat
Pasien mampu mengevaluasi
kemampuan mengontrol marah
secara fisik dan obat
SP 2 berhasil

Rencana tindak lanjut


Pasien:
1. Masukkan
pada
jadwal P
kegiatan untuk latihan fisik Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
dan minum obat
saling percaya dengan pasien
2. Melanjutkan
SP
3
(Latih
Mempersiapkan diri untuk
pasien mengontrol perilaku
melanjutkan SP 3
kekerasan secara verbal 3
1.
Evaluasi
kegiatan
cara, yaitu : mengungkapkan,
latihan fisik dan obat,
meminta, menolak dengan
serta beri pujian
benar)
2. Latih
pasien
mengontrol perilaku
kekerasan
secara
verbal (3 cara, yaitu :
mengungkapkan,
meminta,
menolak
dengan benar)
3. Masukan pada jadwal
kegiatan
untuk
latihan fisik, minum
obat dan verbal
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Pasien meminum obat sesuai 6
benar obat
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan

Mengetahui,
Mahasiswa
55

Zhavira fakhrianti, S.Kep

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


SP.3/P7
IMPLEMENTASI
Hari, Tanggal : rabu, 21 September 2016
Data Pasien

S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah atau kesal
pada orang lain
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran
O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
ruangan
- Pandangan mata tampak tajam,
sesekali mata tampak melotot saat
pasien bercerita kepada perawat.
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
dibicarakannya,
proses
pikir
sirkumtansial.
- Pasien hanya berbicara ketika perawat
bertanya dan mengajak mengobrol
pasien, jawaban pasien terkadang
nyambung
apabila
dipertegas,
terkadang inkoheren.
Diagnosa Keperawatan:

56

EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal
- Pasien mengatakan tahu obat
yang diminumnya ada 3 yaitu;
CPZ (Chlorpromazin), THP
(trihexyphenidyl), dan HLP
(Haloperidol).
- Pasien mengatakan tahu cara
meminta,
menolak
dan
menyampaikan perasaan marah
pada temannya
- Pasien
mengatakan
akan
melatih diri untuk melakukan
kegiatan meminta, menolak
dan menyampaikan perasaan
setiap hari.
O: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
kooperatif
selama
diskusi, kontak mata dapat
dipertahankan dengan baik.
- Pasien mau berjabat tangan
dengan perawat
- Pasien mampu menyebutkan 3
obat yang diminumnya, pasien
mampu menyebutkan kembali
penjelasan perawat tentang 6
benar obat dan manfaat serta

Risiko Perilaku Kekerasan


-

akibat
Pasien
mampu
mendemonstrasikan
kemampuan mengontrol marah
dengan tarik nafas dan pukul
bantal
Pasien mampu mencontohkan
cara mengontrol marah secara
verbal; meminta, menolak dan
menyampaikan
perasaan
setelah dijelaskan oleh perawat

Tindakan Keperawatan
Pasien: SP 3
1. Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
2. Evaluasi kegiatan latihan fisik
dan obat, serta beri pujian
3. Latih
pasien
mengontrol
perilaku kekerasan secara
verbal (3 cara, yaitu :
mengungkapkan,
meminta,
menolak dengan benar)
4. Memasukkan pasien ke dalam A:
- Pasien
mampu
membina
terapi aktivitas kelompok
hubungan
saling
percaya
Rencana tindak lanjut
dengan perawat
Pasien:
- Pasien mampu mengevaluasi
1. Masukan
pada
jadwal
kemampuan mengontrol marah
kegiatan untuk latihan fisik,
secara fisik, obat dan secara
minum obat dan verbal
verbal
2. Melanjutkan SP 4 (melatih
SP 3 berhasil
pasien
untuk
melakukan
kegiatan mengontrol perilaku P
kekerasan
dengan
cara Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
spiritual).
saling percaya dengan pasien
- Mempersiapkan diri untuk
melanjutkan SP 4
1. Evaluasi
kegiatan
latihan
fisik,
obat
serta verbal serta beri
pujian
2. Latih
pasien
mengontrol perilaku
kekerasan
secara
spiritual
3. Masukan pada jadwal
kegiatan
untuk
latihan fisik, minum
obat,
verbal,
dan
spiritual.
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
57

Pasien meminum obat sesuai 6


benar obat
Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara
verbal
(meminta,
menolak dan menyampaikan
perasaan).
Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan
Mengetahui,
Mahasiswa

Ridha Fahliati Dewi, S.Kep


IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN
SP 4/P 8
IMPLEMENTASI
Hari, Tanggal : kamis, 22 September 2016
Data Pasien :
S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah atau kesal
pada orang lain
- Pasien
mengatakan
tidak
ada
mengamuk
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran

EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal, menyampaikan
permintaan, penolakan dan
menyampaikan perasaan.
- Pasien mengatakan tahu obat
yang diminumnya ada 3 yaitu;
CPZ (Chlorpromazin), THP
(trihexyphenidyl), dan HLP
(Haloperidol).
- Pasien mengatakan agamanya
islam dan setiap hari selama di
RSJ selalu sholat 5 waktu;
magrib, isya, subuh, zuhur dan
ashar
- Pasien juga mengatakan setiap
selesai sholat selalu berdoa
- Pasien
mengatakan
akan
melatih diri untuk melakukan
sholat, berdoa, dan berzikir
setiap hari

O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
ruangan
- Pandangan mata tampak tajam,
sesekali mata tampak melotot saat
pasien bercerita kepada perawat.
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
dibicarakannya,
proses
pikir
sirkumtansial.
- Pasien hanya berbicara ketika perawat O: (Pasien dan keluarga)
bertanya dan mengajak mengobrol
- Pasien
kooperatif
58

selama

pasien, jawaban pasien terkadang


nyambung
apabila
dipertegas,
terkadang inkoheren.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan

diskusi, kontak mata dapat


dipertahankan dengan baik.
Pasien mau berjabat tangan
dengan perawat
Pasien mampu menyebutkan 3
obat yang diminumnya,
Pasien
mampu
mendemonstrasikan
kemampuan mengontrol marah
dengan tarik nafas dan pukul
bantal
Pasien mampu mencontohkan
cara mengontrol marah secara
verbal; meminta, menolak dan
menyampaikan
perasaan
setelah dijelaskan oleh perawat
Pasien mampu menyebutkan
kegiatan
spiritual
yang
dilakukan sholat, berdoa, serta
berzikir.

Tindakan Keperawatan
Pasien: SP 4
1. Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
2. Melakukan
evaluasi
kegiatan latihan fisik, obat,
dan verbal serta beri pujian
3. melatih pasien mengontrol
perilaku kekerasan secara
spiritual (2 kegiatan)
4. Memasukkan
pasien
ke
dalam
aktifitas
terapi
kelompok
Rencana tindak lanjut
A:
Pasien:
- Pasien
mampu
membina
1. memasukan pada jadwal
hubungan
saling
percaya
kegiatan untuk latihan fisik,
dengan perawat
minum obat, verbal dan
Pasien mampu mengevaluasi
fisik
kemampuan mengontrol marah
2. Melanjutkan
SP
5
secara fisik, obat dan secara
(mengevaluasi kemampuan
verbal, dan spiritual (sholat,
pasien untuk melakukan
berdoa dan berzikir).
kegiatan
mengontrol
SP 4 berhasil
perilaku kekerasan dengan
cara fisik, obat, verbal dan
P
spiritual).
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Mempersiapkan diri untuk
melanjutkan SP 5
1. Evaluasi
kegiatan
latihan fisik, obat,
verbal dan spiritual
serta beri pujian
2. Menilai kemampuan
secara mandiri
3. Menilai apakah risiko
perilaku
kekerasan
59

dapat terkontrol
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Pasien meminum obat sesuai 6
benar obat
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara
verbal
(meminta,
menolak dan menyampaikan
perasaan).
- Pasien melatih diri untuk selalu
sholat 5 waktu, berdoa dan
berzikir setiap hari
- Memasukkan kedalam jadwal
kegiatan
Mengetahui,
Mahasiswa

Khairir ramadhani, S.Kep

60

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


SP 5/P9
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Hari, Tanggal : jumat, 23 September S: (Pasien dan keluarga)
2016
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
Data Pasien :
pukul bantal, menyampaikan
permintaan, penolakan dan
S:
menyampaikan perasaan.
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
- Pasien mengatakan tahu obat
tidak ada perasaan marah atau kesal
yang diminumnya ada 3 yaitu;
pada orang lain
CPZ (Chlorpromazin), THP
- Pasien
mengatakan
tidak
ada
(trihexyphenidyl), dan HLP
mengamuk
(Haloperidol).
- Pasien mengatakan sulit mendengar
- Pasien mengatakan agamanya
karena
mengalami
masalah
islam dan setiap hari selama di
pendengaran
RSJ selalu sholat 5 waktu;
- Pasien mengatakan sudah bisa
magrib, isya, subuh, zuhur dan
melakukan 4 kegiatan mengontrol
ashar
marah
- Pasien juga mengatakan setiap
selesai sholat selalu berdoa
O:
- Pasien
mengatakan
akan
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
melatih diri untuk melakukan
sering mondar-mandir di dalam
sholat, berdoa, dan berzikir
ruangan
setiap hari
- Pandangan mata tampak tajam,
- Pasien mengatakan sudah bisa
sesekali mata tampak melotot saat
menggunakan
4
cara
pasien bercerita kepada perawat.
mengontrol marah yaitu secara
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
fisik, obat, verbal dan spiritual
dibicarakannya,
proses
pikir
(ibadah)
61

sirkumtansial.
Pasien hanya berbicara ketika perawat O: (Pasien dan keluarga)
bertanya dan mengajak mengobrol
- Pasien
kooperatif
selama
pasien, jawaban pasien terkadang
diskusi, kontak mata dapat
nyambung
apabila
dipertegas,
dipertahankan dengan baik.
terkadang inkoheren.
- Pasien mau berjabat tangan
dengan perawat
Diagnosa Keperawatan:
- Pasien mampu menyebutkan 3
Risiko Perilaku Kekerasan
obat yang diminumnya,
- Pasien
mampu
Tindakan Keperawatan
mendemonstrasikan
Pasien: SP 5
kemampuan mengontrol marah
1. Membina hubungan saling percaya
dengan tarik nafas dan pukul
dengan pasien
bantal
2. Mengevaluasi kemampuan pasien
- Pasien mampu mencontohkan
untuk
mengontrol
perilaku
cara mengontrol marah secara
kekerasan dengan cara fisik, obat,
verbal; meminta, menolak dan
verbal, dan spiritual.
menyampaikan
perasaan
3. Menilai kemampuan pasien yang
setelah dijelaskan oleh perawat
telah dilakukan secara mandiri
- Pasien mampu menyebutkan
4. Menilai apakah risiko perilaku
kegiatan
spiritual
yang
kekerasan dapat terkontrol
dilakukan sholat, berdoa, serta
Rencana tindak lanjut
berzikir.
Pasien:
1. Menganjurkan pasien untuk A:
- Pasien
mampu
membina
selalu menggunakan 4 cara
hubungan
saling
percaya
mengontrol
perilaku
dengan perawat
kekerasan apabila merasa
Pasien mampu mengevaluasi
marah atau kesal dan ingin
kemampuan mengontrol marah
mengamuk
secara fisik, obat dan secara
2. Pasien melatih kegiatan
verbal, dan spiritual (sholat,
mengontrol marah secara
berdoa dan berzikir).
mandiri
- Pasien mampu melakukan
kegiatan harian secara mandiri
- Masalah
risiko
perilaku
kekerasan dapat terkontrol
- SP 5 berhasil
P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Mempertahankan SP 5
1. Evaluasi
kegiatan
latihan fisik, obat,
verbal dan spiritual
-

62

serta beri pujian


2. Menilai kemampuan
secara mandiri
3. Menilai apakah risiko
perilaku
kekerasan
dapat terkontrol
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Pasien meminum obat sesuai 6
benar obat
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara
verbal
(meminta,
menolak dan menyampaikan
perasaan).
- Pasien melatih diri untuk selalu
sholat 5 waktu, berdoa dan
berzikir setiap hari
- Pasien
melatih
kegiatan
mengontrol
marah
secara
mandiri
Mengetahui,
Mahasiswa

Zhavira Fakhrianti, S.Kep

63

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN


IMPLEMENTASI
Hari, Tanggal : Sabtu, 24 September 2016
Data Pasien

S:
- Pasien mengatakan perasaannya baik,
tidak ada perasaan marah atau kesal
pada orang lain
- Pasien
mengatakan
tidak
ada
mengamuk
- Pasien mengatakan sulit mendengar
karena
mengalami
masalah
pendengaran
- Pasien mengatakan sudah bisa
melakukan 4 kegiatan mengontrol
marah
O:
- Pasien tampak gaduh gelisah dan
sering mondar-mandir di dalam
ruangan
- Pandangan mata tampak tajam,
sesekali mata tampak melotot saat
pasien bercerita kepada perawat.
- Pasien terkadang tidak jelas apa yang
dibicarakannya,
proses
pikir
64

EVALUASI
S: (Pasien dan keluarga)
- Pasien
mengatakan
bisa
melakukan tarik nafas dan
pukul bantal, menyampaikan
permintaan, penolakan dan
menyampaikan perasaan.
- Pasien mengatakan tahu obat
yang diminumnya ada 3 yaitu;
CPZ (Chlorpromazin), THP
(trihexyphenidyl), dan HLP
(Haloperidol).
- Pasien mengatakan agamanya
islam dan setiap hari selama di
RSJ selalu sholat 5 waktu;
magrib, isya, subuh, zuhur dan
ashar
- Pasien juga mengatakan setiap
selesai sholat selalu berdoa
- Pasien
mengatakan
akan
melatih diri untuk melakukan
sholat, berdoa, dan berzikir
setiap hari
- Pasien mengatakan sudah bisa
menggunakan
4
cara
mengontrol marah yaitu secara
fisik, obat, verbal dan spiritual

sirkumtansial.
(ibadah)
Pasien hanya berbicara ketika perawat
bertanya dan mengajak mengobrol O: (Pasien dan keluarga)
pasien, jawaban pasien terkadang
- Pasien
kooperatif
selama
nyambung
apabila
dipertegas,
diskusi, kontak mata dapat
terkadang inkoheren.
dipertahankan dengan baik.
- Pasien mau berjabat tangan
Diagnosa Keperawatan:
dengan perawat
Risiko Perilaku Kekerasan
- Pasien mampu menyebutkan 3
obat yang diminumnya,
Tindakan Keperawatan
- Pasien
mampu
Pasien: SP 5
mendemonstrasikan
1. Membina hubungan saling percaya
kemampuan mengontrol marah
dengan pasien
dengan tarik nafas dan pukul
2. Mengevaluasi kemampuan pasien
bantal
untuk mengontrol perilaku kekerasan
- Pasien mampu mencontohkan
dengan cara fisik, obat, verbal, dan
cara mengontrol marah secara
spiritual.
verbal; meminta, menolak dan
3. Menilai kemampuan pasien yang
menyampaikan
perasaan
telah dilakukan secara mandiri
setelah dijelaskan oleh perawat
4. Menilai apakah risiko perilaku
- Pasien mampu menyebutkan
kekerasan dapat terkontrol
kegiatan
spiritual
yang
Rencana tindak lanjut
dilakukan sholat, berdoa, serta
Pasien:
berzikir.
1. Menganjurkan pasien untuk
selalu menggunakan 4 cara A:
- Pasien
mampu
membina
mengontrol
perilaku
hubungan
saling
percaya
kekerasan apabila merasa
dengan
perawat
marah atau kesal dan ingin
- Pasien mampu mengevaluasi
mengamuk
kemampuan mengontrol marah
2. Pasien
melatih
kegiatan
secara fisik, obat dan secara
mengontrol
marah
secara
verbal, dan spiritual (sholat,
mandiri
berdoa dan berzikir).
- Pasien mampu melakukan
kegiatan harian secara mandiri
- Masalah
risiko
perilaku
kekerasan dapat terkontrol
- SP 5 berhasil (pasien pulang)
-

P
Perawat:
- Pertahankan bina hubungan
saling percaya dengan pasien
- Mempertahankan SP 5
1. Evaluasi
kegiatan
65

latihan fisik, obat,


verbal dan spiritual
serta beri pujian
2. Menilai kemampuan
secara mandiri
3. Menilai apakah risiko
perilaku
kekerasan
dapat terkontrol
Pasien:
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik: tarik nafas dan
pukul bantal
- Pasien meminum obat sesuai 6
benar obat
- Pasien melatih kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan
secara
verbal
(meminta,
menolak dan menyampaikan
perasaan).
- Pasien melatih diri untuk selalu
sholat 5 waktu, berdoa dan
berzikir setiap hari
- Pasien
melatih
kegiatan
mengontrol
marah
secara
mandiri
Mengetahui,
Mahasiswa

Anna Maulina Kustantie, S.Kep

66

67

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Tn F dibawa ke RSJD Sambang Lihum pada tanggal 19 agustus 2016,
karena mengamuk sejak 2 bulan, masuk ke rumah tetangga dan pasien
juga memukul wajahnya sendiri.
2. Faktor predisposisi dari Tn. F yaitu lima tahun yang lalu (2012) pasien
pernah di rawat di yayasan banjarbaru selama 2x karena keluyuran dan
mengamuk, pengobatan pasien kurang berhasil karena putus obat selama 2
bulan, SMRS pasien memukul neneknya.
3. Pada saat pengkajian ditemukan pasien berbicara keras, pasien selalu
berbicara tentang perilaku kekerasan yang dilihatnya cara memukul,
memperagakan cara membelih. Aktifitas motoric pasien tampak gelisah
karena pasien sering mondar mandir di ruangan, pembicaraan pasien
tangensial dan flight of idea, pasien mengalami masalah pedengaran
sehingga terkadang pembicaraan dengan pasien inkoheren.
4. Pelaksanaan intervensi sesuai dengan strategi pelaksanaan resiko perilaku
kekerasan yaitu SP I membantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang pernah dilakukan, mengontrol perilaku kekerasan dengan
fisik:

tarik

nafas

dan

pukul

bantal,

SP II

membantu

pasien

mengidentifikasi mengontrol perilaku kekerasan dengan cara mengetahui


6 benar obat, manfaat dan akibat putus obat serta tidak sesuai program. SP
III

menjelaskan

cara

berbicara

baik;

meminta,

menolak

dan

menyampaikan perasaan, SP IV memberikan penjelasan tentang cara


mengontrol perilaku kekerasan dengan cara beribadah (spiritual), dan SP V
mengevaluasi 4 cara mengontrol perilaku kekerasan (fisik, obat, verbal dan
spiritual) pada pasien dan menilai apakah risiko perilaku kekerasan dapat
terkontrol. Saat pelaksanaan intervensi terdapat hambatan karena pasien
mengalami masalah pendengaran sehingga sulit dalam berkomunikasi.
5. Pada saat dilakukan TAK pasien dapat melakukan SP I-III dengan baik.

67

6. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, mandi berpakaian


dan toileting pasien dapat melakukannya secara mandiri, namun dalam hal
pemeliharaan kesehatan dan pemenuhan obat pasien masih memerlukan
pengawasan dan arahan (tetapi pasien sudah mampu meminta obat sendiri
dengan perawat ruangan).
7. Pasien memiliki keinginan yang tinggi untuk berkumpul lagi dengan
keluarga.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan yang ada di RSJD Sambang Lihum diharapkan
dapat mempraktikkan perawatan pasien dengan risiko perilaku kekerasan
sesuai dengan SP yang telah ditetapkan dan lebih sabar dalam
menghadapi pasien.
2. Bagi pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang
pengetahuan khususnya keperawatan jiwa dengan pasien risiko perilaku
kekerasan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menerapkan konsep teori
dengan praktik langsung dilapangan untuk meningkatkan keterampilan
mahasiswa dan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada
pasien dengan risiko perilaku kekerasan.

68

DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia,
FKUI; Jakarta.
Dinas Kesehatan Prov. Kal-Sel. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan 2012. Banjarmasin.
Keliat, B. A. 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Rise Kesehatan Dasar 2013. Jakarta; Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Pramuditya, Arindra. 2014. Laporan Pendahuluan Risiko Perilaku Kekerasan.
Terdapat pada arindracase.blogspot.com/2014/10/laporan-pendahuluanresiko-prilaku.html. Diakses pada 12 Mei 2014.
Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa:
Ramona P, Kapoh. Jakarta: EGC.
Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai