(Sarwono,2009: 677).
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu.
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan
37 minggu maupun kehamilan aterm.
C. PATOFISIOLOGI
Insiden ketuban pecah dini adalah 2,7 persen sampai 17 persen, bergantung pada lama
periode laten yang digunakan untuk menegakkan diagnosis. Insiden ketuban pecah dini
lebih tinggi pada wanita dengan servik inkompeten, polihidramnion, malpresentasi janin,
kehamilan kembar, atau infeksi vagina/ serviks (misalnya: vaginosis bacterial,
trikomonas, klamidia, gonore, streptococcus Grup B)
(Helen varney,dkk., 2008: 788).
BAGAN
b.
D. FAKTOR PENYEBAB
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui.
(Fakultas Kedokteran UI, 2008; 310).
Pecahnya kantung ketuban dapat disebabkan oleh trauma langsung pada perut,
kelainan letak janin dalam rahim, atau pada kehamilan grande multipara (kehamilan lebih
dari lima kali)
( MT. Indiarti,dkk, 2008: 155).
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh. Terdapat
keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur,
jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.
E. KOMPLIKASI PADA IBU DAN BAYI
Infeksi
Partus preterm / kelahiran/ persalinan premature.
Distosia (partus kering)
( Fakultas Kedokteran UI, 2008; 313)
Kompresi tali pusat akibat prolaps tali pusat atau oligohidramnion.
Pada ketuban pecah dini preterm, terutama jika terjadi kurang dari minggu ke-26
gestasi, hipoplasia paru dan deformitas janin dapat terjadi akibat oligohidramnion
(Helen varney, dkk., 2008: 789-791)
Hipoksia dan asfiksia
Sindrom derfonitas janin
(Sarwono, 2009: 679).
F. PENATALAKSANAAN
A. PROM Aterm
Sebagian besar sumber menganjurkan induksi dan persalinan terjadi dalam rentang
waktu 24 sampai 36 jam setelah masuk rumah sakit.
B. PROM Preterm
Maturitas janin harus dipertimbangkan seperti yang diharapkan sampai janin matur
kecuali timbul korioamnionitis atau gawat janin, atau persalinan tidak dapat dihambat
dengan tokolisis. Biarkan serviks yang positif harus diobati tetapi tidak mengharuskan
induksi tanpa tanda korioamnionitis atau gawat janin lainnya. Pantau tanda vital ibu
dan janin, termasuk suhu badan setiap 4 jam dan hitung leukosit jika diindikasikan.
Penggunaan antibiotic untuk profilaksis masih diteliti.
C. Amnionitis. Tanda-tandanya adalah takikardia ibu atau janin, demam ibu, nyeri tekan
uterus, secret serviks berbau busuk, kontraks uterus, leukositosis, adanya leukosit atau
bakteri dalam cairan amnion.
( Mark A. Grater, M.D, dkk, 2006; 378-379)
D. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum awitan persalinan
adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ
ketat dengan alat janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin
untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia
dapat mengindikasikan infeksi intrauteri.
E. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
F. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga
hal-hal berikut:
Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
Bau rabas atau cairan di ssarung tangan anda
Warna rabas atau cairan di sarung tangan anda
G. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran jelas
dari setiap infeksi yang timbul. Sering kali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat
dehidrasi.
G. PENANGANAN
a. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg eritromisin bila tidak tahan ampsilin)
dan Metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika UK < 32 37 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai
air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika UK 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi tes busa negatif : beri
Dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi
pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan fokolitik
(salbutamol), dexametason dan induksi setelah 24 jam.
6) Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi sesudah 24 jam.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine).
8) Pada UK 32 -34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin,dan
kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
9) Dosis Betamethason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
10) Dexamethason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat
pula diberikan Misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri
a)
b)
c)