Anda di halaman 1dari 7

II.

KONSEP TEORI KETUBAN PECAH DINI (KPD) ATAU PREMATURE


RUPTURE OF MEMBRANE (PROM)
A. DEFINISI KPD
Ketuban pecah dini terjadi jika terdapat kelambatan lebih dari satu jam sampai
dimulainya persalinan. Ketuban pecah premature dini terjadi sebelum usia
37minggu.

( Mark A. Grater, M.D, dkk, 2006; 378)


Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban
pecah dini pada kehamila premature

(Sarwono,2009: 677).
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu.
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan
37 minggu maupun kehamilan aterm.

(Abdul Bahri Saifuddin, 2006: M-144)


Ketuban pecah dini secara teknis didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum
persalinan, tanpa memerhatikan usia gestasi. Namun, dalam praktek dan dalam
penelitian, pecah ketuban dini didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu
pecah ketuban sampai awitan persalinan

(Helen varney, dkk., 2008: 788).


Pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi < 3cm dan
multipara < 5cm
(Rustam Mochtar, 1998 : 255)

B. TANDA DAN GEJALA


Keluar air ketuban warna keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit

atau sekaligus banyak berbau khas


Dapat disertai demam bila sudah infeksi
Janin mudah diraba
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.
( Fakultas Kedokteran UI, 2008; 310)

C. PATOFISIOLOGI
Insiden ketuban pecah dini adalah 2,7 persen sampai 17 persen, bergantung pada lama
periode laten yang digunakan untuk menegakkan diagnosis. Insiden ketuban pecah dini
lebih tinggi pada wanita dengan servik inkompeten, polihidramnion, malpresentasi janin,
kehamilan kembar, atau infeksi vagina/ serviks (misalnya: vaginosis bacterial,
trikomonas, klamidia, gonore, streptococcus Grup B)
(Helen varney,dkk., 2008: 788).

BAGAN

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda


Pada trimester tiga selaput ketuban mudah pecah
Melemahnya selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim,
dan gerakan janin.
Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis.
Ketuban Pecah Dini pada kehamilan premature disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
Ketuban Pecah Dini premature sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten servik,
solusio plasenta.
(Sarwono, 2009: 678)

Tatalaksana ketuban pecah dini kehamilan prematur

b.

Tatalaksana ketuban pecah dini kehamilan aterm

D. FAKTOR PENYEBAB
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui.
(Fakultas Kedokteran UI, 2008; 310).
Pecahnya kantung ketuban dapat disebabkan oleh trauma langsung pada perut,
kelainan letak janin dalam rahim, atau pada kehamilan grande multipara (kehamilan lebih
dari lima kali)
( MT. Indiarti,dkk, 2008: 155).
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh. Terdapat
keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur,
jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.
E. KOMPLIKASI PADA IBU DAN BAYI

Infeksi
Partus preterm / kelahiran/ persalinan premature.
Distosia (partus kering)
( Fakultas Kedokteran UI, 2008; 313)
Kompresi tali pusat akibat prolaps tali pusat atau oligohidramnion.
Pada ketuban pecah dini preterm, terutama jika terjadi kurang dari minggu ke-26

gestasi, hipoplasia paru dan deformitas janin dapat terjadi akibat oligohidramnion
(Helen varney, dkk., 2008: 789-791)
Hipoksia dan asfiksia
Sindrom derfonitas janin
(Sarwono, 2009: 679).

F. PENATALAKSANAAN
A. PROM Aterm
Sebagian besar sumber menganjurkan induksi dan persalinan terjadi dalam rentang
waktu 24 sampai 36 jam setelah masuk rumah sakit.
B. PROM Preterm
Maturitas janin harus dipertimbangkan seperti yang diharapkan sampai janin matur
kecuali timbul korioamnionitis atau gawat janin, atau persalinan tidak dapat dihambat
dengan tokolisis. Biarkan serviks yang positif harus diobati tetapi tidak mengharuskan
induksi tanpa tanda korioamnionitis atau gawat janin lainnya. Pantau tanda vital ibu
dan janin, termasuk suhu badan setiap 4 jam dan hitung leukosit jika diindikasikan.
Penggunaan antibiotic untuk profilaksis masih diteliti.
C. Amnionitis. Tanda-tandanya adalah takikardia ibu atau janin, demam ibu, nyeri tekan
uterus, secret serviks berbau busuk, kontraks uterus, leukositosis, adanya leukosit atau
bakteri dalam cairan amnion.
( Mark A. Grater, M.D, dkk, 2006; 378-379)
D. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum awitan persalinan
adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ
ketat dengan alat janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin
untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia
dapat mengindikasikan infeksi intrauteri.
E. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
F. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga
hal-hal berikut:
Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
Bau rabas atau cairan di ssarung tangan anda
Warna rabas atau cairan di sarung tangan anda
G. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran jelas
dari setiap infeksi yang timbul. Sering kali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat
dehidrasi.

G. PENANGANAN
a. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg eritromisin bila tidak tahan ampsilin)
dan Metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika UK < 32 37 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai
air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika UK 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi tes busa negatif : beri
Dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi
pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi berikan fokolitik
(salbutamol), dexametason dan induksi setelah 24 jam.
6) Jika UK 32-37 minggu, sudah inpartu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi sesudah 24 jam.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine).
8) Pada UK 32 -34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin,dan
kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
9) Dosis Betamethason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
10) Dexamethason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

b. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat
pula diberikan Misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri
a)

Bila skor pelvic < 5, lakukan Pematangan servic, kemudian


induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC.

b)

Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

c)

Antibiotik Setelah Persalinan

Profilaktis : stop antibiotika

Infeksi : lanjutan untuk 24-48 jam setelah bebas panas

Tidak ada infeksi : tidak perlu antibiotika.


(Sarwono, 2009 : 219 220).

Anda mungkin juga menyukai