Anda di halaman 1dari 14

KONFLIK CHINA TAIWAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 ILMU SEJARAH
Maret 2016

DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1
A. Latar belakang
........................................................................................................................
1
B. Rumusan masalah
........................................................................................................................
2
C. Tujuan
........................................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
4
A. Sejarah Konflik yang Terjadi Antara China dan Taiwan
........................................................................................................................
4
B. Dinamika Negara Taiwan dan Konflik Posisi Dengan Negara China
........................................................................................................................
5
BAB III PENUTUP..................................................................................................
10
A. Kesimpulan
........................................................................................................................
10
B. Saran
........................................................................................................................
10
Daftar Rujukan........................................................................................................
11
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tampaknya kawasan Asia Timur begitu rentan akan konflik yang terjadi.
Bagaimana tidak, Negara-negara yang berada disana hamper kesemuanya
memiliki perbedaan secara idiologi ataupu latar belakang sejarah yang kelam.
Contoh China dan Jepang yang secara histories mereka terlibat hubungan colonial.
Namun disini akan dibahas mengenai Negara yang rawan konflik dengan Taiwan,
yaitu Republik Rakyat China atau yang dikenal kini Republik Rakyat Tiongkok.
Secara histories Taiwan berdiri atas pemerintahan Cina, namun Setelah
Perang Dunia II, Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan
Kuomintang berakhir pada 1949 dengan pihak komunis menguasai Cina Daratan
dan Kuomintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di
Fujian. Pada 1 Oktober 1949. Setelah perpecahan tersebut Cina dan Taiwan
menjalani hubungan yang kurang baik, terlebih dari sisi idiologi, mereka berbeda,
Taiwan beridiologi Demokrasi dan Cina beridiologi Komunis. Bahkan RRC
menetapkan syarat bahwa negara-negara yang ingin menjalin kerjasama
diplomatik dengannya harus menyetujui klaim Cina terhadap Taiwan dan
memutuskan hubungan resmi dengan pemerintah Republik China.
Dari kedua negara tersebut merupakan konflik internal yang berawal dari
sejarah masing- masing kedaulatan yang diakui oleh dunia internasional termasuk
PBB. Secara umum jika melihat orang cina, maka anggapan pertama kali adalah
bahwa cina itu satu dan tidak ada lain orang cina selain berstatus RRC. Tetapi
berbeda dengan Taiwan. Meskipun secara fisik mereka adalah keturunan cina
tetapi secara ideology sangat berbeda dengan RRC. Bahkan masyarakat Taiwan
selalu berkampanye dengan menggunakan kata Taiwan is not part of china.
Karena perbedaan kedua pandangan ideology tersebut, Taiwan lebih condong
bekerjasama dengan Amerika dan Amerika lebih banyak membantu dalam milter
Taiwan.

Jika memaksakan penyatuan konsep negara dengan menyatukan cina


dengan Taiwan dengan menggunakan teori Reunifikasi (penyatuan) , adakalanya
dapat dibenarkan. Pasalnya melihat kembali kepada status Hongkong dan macau
yang mereka dirangkul oleh cina menggunakan satu negara dua system, dimana
Beijing adalah pemerintah pusat sementara keduanya berhak menganut system
demokrasi. Cina selalu memegang perinsip demikian dengan dalih Taiwan bisa
ikut bergabung. Tetapi melihat sejarah bahwa Taiwan merupakan negara yang
berdiri sendiri dan berbeda ideology maka akan sangat sulit dipertemukan.
Hongkong dan Macau memang lebih cenderung berideology sama dengan china.
Karena konflik yang berkepanjangan terus menerus mengenai status
Taiwan, di seluruh penduduk cina daratan maupun di Taiwan saling berbeda
persepsi sehingga seringkali memunculkan suatu sentiment-sentimen negative
hingga berujung pada tindakan kekerasan psikologis antara masyarakat Taiwan
dengan cina. Cina dan Taiwan saling menyindir hingga memunculkan
diskriminasi antar institusi dan lembaga. Walaupun begitu, jika melihat sejarahnya
memang berasal dari perang sipil antara nasionalis dan komunis. Di setiap
wilayah tentu mempertahankan ideologinya. Kondisi diskriminasi hingga
persaingan ekonomi yang tidak menyatu sering terjadi menandakan bahwa belum
tercapainya peace buiding antara Taiwan dengan china.
Persaingan demi persaingan terjadi antara Taiwan dan RRC, meskipun kini
perbaikan hubungan tengah dicanangkan oleh kedua belah pihak melalui kedua
pemimpin Negara yang memiliki hubungan baik, namun tampaknya kekecewaan
RRC akan Taiwan secara histories dan perbedaan idiologi tampaknya akan
menjadi hal yang rentan memicu konflik antara kedua Negara, terlebih sevara
politik, RRC sebagai pemegang hak Veto di PBB masih belum memberikan
pengakuan akan keberadaan Taiwan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Konflik yang Terjadi Antara Cina dan Taiwan ?
2. Bagaimana Dinamika Negara Taiwan dan Konflik Posisi Dengan Negara
China ?
C. Tujuan
1. Mendiskripsikan Sejarah Konflik yang Terjadi Antara Cina dan Taiwan.
2

2. mendiskripsikan Dinamika Negara Taiwan dan Konflik Posisi Dengan


Negara China.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Konflik yang Terjadi Antara Cina dan Taiwan
Bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah mengerti posisi Taiwan sebagai
provinsi , tetapi di kalangan dunia internasional menganggap bahwa status Taiwan
merupakan sebuah negara dan diakui oleh beberapa negara lain. Tetapi secara
deyure, status Taiwan tidaklah diakui di PBB sebagai negara melainkan hanya
sebagai provinsi, sementara secara de facto Taiwan sudah cukup dikatakan
sebagai sebuah negara karena ia mempunyai wilayah, penduduk dan presiden
sebagai pemimpin eksekutif sebagai sebuah negara.
Untuk itu, mari kita cermati baik-baik mengenai sejarah pertamakali
konflik antar Taiwan dengan cina. Dahulu kala, Taiwan merupakan sebuah
kepulauan Formosa yang dikuasai oleh jepang dan jepang mengembalikan
Taiwan kepada Republik cina (sebutan cina daratan) untuk dijadikan hanya
sebatas provinsi pada thaun 1945, ketika jepang kalah di perang dunia ke-2.
Ketika tahun 1949, terjadi perang sipil yang pertarungan antara Partai
Kuomintang (dipimpin oleh Chiang khaishek) dengan Partai Komunis cina (mao
Zedong). Basis dari Kuomintang tentulah nasionalis dan mendapatkan dukungan
dari negara luar seperti Amerika untuk menentang Komunis saat itu. kendatipun
demikian, partai Komunis tetap menang dalam perang sipil tersebut pada tahun
yang sama. Pada tahun yang sama pula (1949) partai komunis memproklamasikan
dirinya sebagai negara cina yang sah, yang hingga kini sering kita sebut Republik
Rakyat Cina (RRC).
Sementara Khaishek berhijrah ke pulau Formosa yang kini disebut Taiwan.
Taiwan dulunya memang sudah memproklamasikan sebagai negara pada tahun
1912 tetapi versi Republik cina (cina lama) dan hanya sebagai provinsi. Kehadiran
khaishek di Taiwan ini mebuat sebuah peradaban baru didalamnya hingga masingmasing (khaishek dan maozedong) menganggap wilayah china adalah bagiannya.
Dan karena khaishek pula yang memunculkan bisa tumbuh nasionalisme
penduduk di Taiwan yang menginginkan memisahkan diri dari RRC. Tetapi
walapun begitu, nama RRC kian membesar dan semakin dikenal di dunia

Internasional hingga RRC diakui sebagai negara berdaulat di PBB. Sementara


Taiwan lambat laun popularitas dan kedaulatannya pun mulai luntur, hanya
negara-negara kecil yang mengakuinya sebagai negara, sementara negara besar
seperti Amerika yang awalnya mengakui Taiwan sebagai negara kini
membelokkan pandangannya kepada RRC.
Karena konflik yang berkepanjangan terus menerus mengenai status
Taiwan, di seluruh penduduk cina daratan maupun di Taiwan saling berbeda
persepsi sehingga seringkali memunculkan sentiment-sentimen negative hingga
berujung pada tindakan kekerasan psikologis antara masyarakat Taiwan dengan
cina. Cina dan Taiwan saling menyindir hingga memunculkan diskriminasi antar
institusi dan lembaga. Walaupun begitu, jika kita melihat sejarahnya memang
berasal dari perang sipil antara nasionalis dan komunis. Di setiap wilayah tentu
mempertahankan ideologinya. Kondisi diskriminasi hingga persaingan ekonomi
yang tidak menyatu sering terjadi menandakan bahwa belum tercapainya peace
buiding antara Taiwan dengan china.
B. Dinamika Negara Taiwan dan Konflik Posisi Dengan Negara China
Kesuksesan di bidang ekonomi yang dialami oleh negara-negara di
wilayah Asia Timur telah membawa rasa penasaran para pemikir akademisi untuk
dapat mencari, menyelidiki, dan menemukan penyebab dari kesuksesan ekonomi
yang dialami oleh negara-negara di wilayah Asia Timur ini. Para pemikir
akademisi memiliki pandangan bahwa kesuksesan ekonomi yang dialami oleh
negara-negara di wilayah Asia Timur ini pastilah memiliki fokus dan titik khusus
yang kemudian mengantarkan negara-negara di kawasan Asia Timur kepada
kesuksesan ekonomi ini. Kesamaan karakteristik kawasanlah yang kemudian
menjadi salah satu titik fokus yang membuat kesuksesan ekonomi wilayah Asia
Timur ini. Negara-negara berkembang yang berorientasi untuk melakukan strategi
export inilah yang kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi dari negaranegara kawasan Asia Timur ini. Salah satu dari negara-negara yang berada di
kawasan Asia Timur adalah negara Taiwan. Taiwan adalah negara yang
wilayahnya masihlah menjadi begian dari wilayah negara China. Namun,
kedaulatan milik Taiwan ini cukup sering menimbulkan pertanyaan karena

posisinya yang meskipun secara geografis dekat dengan negara China tetapi
secara diplomatik hubungan negara Taiwan dengan negara China sering
mengalami berbagai permasalahan dan juga konflik. Pemerintahan di negara
Taiwan dan juga warga negaranya merasa bahwa negara Taiwan adalah sebuah
negara yang telah merdeka dan memiliki kedaulatannya sendiri, akan tetapi negara
China justru sebaliknya.
Permasalahan yang terjadi di dalam hubungan antara negara Taiwan dan
juga negara China ini secara garis besar adalah permasalahan yang menyangkut
mengenai posisi dari kedaulatan negaranya masing-masing. Negara Taiwan yang
merasa telah menjadi negara yang telah bebas dan merdeka serta berdiri atas
kedaulatannya sendiri mendapat pertentangan dari
Negara China yang memiliki pendapat bahwa negara Taiwan bukanlah
sebuah negara yang bebesa dan berdiri diatas kedaulatannyasendirikarena negara
Taiwan masihlah menjadi bagian dari wilayah kedaulatan China. Berkali-kali
negara Taiwan menuntut adanya pengakuan eksistensinya sebagai sebuah negara
yang sepenuhnya memiliki kedaulatannya sendiri didalam dunia internasional.
Namun, hingga pada sekitar tahun 1988, hanya terdapat sejumlah 22 negara yang
megakui kedaulatan negara Taiwan. Hal ini juga dipengaruhi pada faktor
menurunnya peran dan partisipasi negara Taiwan didalam hubungan internasional
yang diakibatkan kebijakan isolasionisme yang diberlakukan China yang juga
kemudian membuat Taiwan kehilangan posisinya di kursi PBB. Konflik antara
negara Taiwan dan juga negara China berawal pada tahun 1912 ketika Republik
China berdiri dengan Nanjing sebagai ibukota negaranya, kemudian revolusi pun
terjadi oleh Sun Yat Sen sebagai pemimpin partai Kuomintang yang berusaha
untuk menjatuhkan Dinasti Qing. Partai Kuomintang yang mendeklarasikan diri
sebagai partai nasionalis ini melakukan perlawanan berdasarkan perbedaan
ideologi yang dianut oleh republik China. Namun, dalam perlawanannya partai
kuomintang atau partai nasionalis ini mengalami kekalahan atas partai komunis.
Hingga pada 1 Oktober 1949 pemerintahan Mao Tse Tung mengumumkan
berdirinya Republik Rakyat China yang menggantikan nama Republik China dan
menyatakan Taiwan sebagai sebuah wilayah didalam Republik Rakyat China.

Chiang Kai Shek mundur ke Taiwan dan tidak menyetujui adanya klaim China
atas wilayah Taiwan. Pindahnya kaum partai nasionalis Kuomintang ke Pulau
Formosa di taiwan ini juga telah memunculkan keinginan untuk dapat
mendeklarasikan diri atas kemerdekaan dan kebebasan negara Taiwan atas China.
Namun hal ini menjadi sulit untuk dapat disetujui oleh dunia internasional karena
secara hukum, Taiwan masihlah sebagai salah satu wilayah yang ada di dalam
wilayah kedaulatan negara China.
Pada tahun 1970, posisi negara Taiwan didunia internasional masihlah
cukup kuat. Hal ini juga didasari bahwa Taiwan yang menolak dan memusuhi
konsep komunis Uni Soviet yang diturunkan ke China dan lebih memilih untuk
beraliran anti komunis serta memosisikan diri sebagai sekutu Amerika Serikat.
Hubungan yang penuh konflik antara negara Taiwan dan negara China terus
berlanjut. Taiwan tetap bersikeras untuk tidak bersedia bersatu kembali dengan
negara China yang terus melakukan tekanan atas Taiwan untuk dapat menyetujui
penyatuan China kembali melalui konsep One-China. Taiwan pernah sekali nyaris
menyetujui penyatuan kembali dengan negara China, namun dibatalkan pada
tahun 1988 karena Taiwan lebih memilih memberlakukan demokratisasi di
negaranya dan memisahkan diri kembali dari China. Taiwan juga kemudian
pernah mencoba untuk memberlakukan prinsip demokratisasi sebagai tawaran
untuk dapat menyatukan diri dengan China, namun tawaran mengenai prinsip
demokratisasi ini ditolak oleh China.
Negara China sendiri menginginkan Taiwan untuk menerima konsep
penyatuan diri dengannya dengan didasari pada posisi Taiwan sebagai salah satu
yang menguntungkan terhadap geostrategis China. China yang ingin menjadi
hegemon mengalahkan Amerika Serikat merasa harus lebih kuat dan lebih luas
dari pesaingnya yaitu Amerika Serikat yang sampai sekarang masih dianggap
sebagai kekuatan hegemoni didunia. Dengan bergabungnya kembali Taiwan
sebagai wilayah kedaulatan China, hal ini akan semakin memperkuat dominasi
keturunan China di negara Asia Tenggara untuk dapat membangun kekuatan
ekonomi atas China. China juga akan memiliki kekuatan tambahan untuk dapat
mengklaim Laut Cina Selatan sebagai miliknya. Apabila Laut Cina Selatan benar-

benar menjadi milik China, makanegara pesaing China di kawasan AsiaTimur


seperti negara Jepang dan juga Korea Utara akan tunduk pada hegemoni China
sebagai negara besar. Hal inilah yang kemudian mendasari China untuk dapt
mewujudkan penyatuan kembali dengan Taiwan dan membuat Amerika Serikat
mencoba untuk menghalang pengaruh China yang masuk ke Taiwan agar China
tidak menjadi kekuatan yang mendominasi di wilayah Asia.
Namun selain permasalahan mengenai posisi negara Taiwan bagi negara
China, berbagai permasalahan juga muncul dalam hubungandiplomatik dalam
aspek ekonomi antara Taiwan dan juga China. Bagi negara Taiwan, China adalah
negara tujuan utama dari barang-barang dan produk-produk ekspor Taiwan
sedangkan bagi China,Taiwan adalah sumber yang paling dituju dalam kegiatan
impor negara China. Taiwan pun juga kemudian menanamkan FDI mereka
melalui pembangunan industri-industri pabrik penghasil barang produksi dengan
skala yang cukup besar. Ketika hubungan ekonomi antara China dan Taiwan
menjadi lebih kuat, perang di Selat Taiwan menjadi sangat tidak mungkin. Perang
akan memiliki efek negatif pada perkembangan ekonomi bagi kedua belah pihak.
Selain itu, hubungan ekonomi meningkatkan kepentingan ekonomi bersama
antara China dan Taiwan, sehingga pemulihan hubungan politik menjadi lebih
memungkinkan. Namun meskipun hubungan ekonomi tumbuh, masing-masing
pihak baik negara Taiwan ataupun negara China tampaknya tidak memiliki niat
untuk memulihkan hubungan disisi lain selain hubungan ekonomi, sementara
China terus mengancam Taiwan secara lisan dan militer. Hal ini juga menyatakan
bahwa integrasi ekonomi antara China dan Taiwan tidak akan mengurangi
kemungkinan konflik karena masalah utama yang memicu persaingan adalah
masalah politik yang menyangkut isu identitas dan kedaulatan. Sulit untuk
membayangkan bahwa China atau Taiwan akan berkompromi pada isu-isu ini.
Maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi di dalam
hubungan antara negara Taiwan dan juga negara China ini secara garis besar
adalah permasalahan yang menyangkut mengenai posisi dari kedaulatan
negaranya masing-masing. Permasalah ini dimulai pada masa ketika partai
nasionalis Kuomintang melakukan revolusi terhadap Republik China karena

terdapat perbedaan ideologi diantara partai nasionalis Kuomintang dan partai


Komunis. Namun, revolusi ini menghasilkan kegagalan di pihak Partai
Kuomintang yang membuat Mao Zedong memproklamirkan Republik China
sebagai Republik Rakyat China. Bekas anggota partai Kuomintang yang tidak
setuju kabur ke pulau Formosa dan memutuskan untuk mendirikan sebuah negara
nasionalis sendiri ekas anggota partai Kuomintang yang tidak setuju kabur ke
pulau Formosa dan memutuskan untuk mendirikan sebuah negara nasionalis
sendiri yang memiliki kedaulatan bebas dari China yang kemudian pada masa
sekarang ini dikenal dengan negara Taiwan. Namun hal ini ditentang oleh negara
China yang menyatakan pendapatnya bahwa Taiwan bukanlah sebuah negara yang
bebas, merdeka ataupun memiliki kedaulatan sendiri karena secara hukum Taiwan
masihlah menjadi salah satu bagian dari wilayah kedaulatan China. Konflik antara
Taiwan dan China ini terus berlanjut mengenai posisi dan identitas negara. Usaha
untuk normalisasi hubungan dan penyatuan kembali sering dilakukan namun
selalu berujung pada kegagalan. Normalisasi hubungan ekonomi antara Taiwan
dan China pada kenyataanya tidak mengurangi kemungkinan konflik karena
masalah utama yang memicu persaingan adalah masalah politik yang
menyangkut isu identitas dan kedaulatan antara kedua negara.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika kita memaksakan penyatuan konsep negara dengan menyatukan
cina dengan Taiwan dengan menggunakan teori Reunifikasi (penyatuan) ,
adakalanya dapat dibenarkan. Pasalnya kita melihat kembali kepada status
Hongkong dan macau yang mereka dirangkul oleh cina menggunakan satu
negara dua system, dimana Beijing adalah pemerintah pusat sementara
keduanya berhak menganut system demokrasi. Cina selalu memegang perinsip
demikian dengan dalih Taiwan bisa ikut bergabung. Tetapi melihat sejarah
bahwa Taiwan merupakan negara yang berdiri sendiri dan berbeda ideology
maka akan sangat sulit dipertemukan. Hongkong dan Macau memang lebih
cenderung berideology sama dengan china.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca tentang konflik
yang terjadi antara china dan taiwan, serta dapat memberikan keritik dan saran
apa bila terjadi kekelirun dalam penulisannya terhadap makalah ini yang
sifaanya membangun .

10

Daftar Rujukan
Carpenter, Ted Galen. 2005. Americas coming war with China : A collision
course over Taiwan. New York: PALGRAVE MACMILLAN
Hsing, You Tien. 1998. Making Capitalism in China The Tttiwun Connection.
New York: OXFORD UNIVERSITY PRESS
Tsai, Terence. 2002. Corporate environmentalism in China and Taiwan. New
York: PALGRAVE
Weller, Robert P. 2006. Discovering Nature Globalization and Environmental
Culturein China and Taiwan. New York: Cambridge University Press
Su, Tomy. 2015. Era Baru Hubungan China-Taiwan. Dalam
http://www.unisosdem.org. Uni sosial Demokrat. Diakses pada Senin, 27 Februari
2016.
Isharyanto. 2013. Hubungan China-Taiwan, Akankah Berujung Perdamaian?.
Dalam http://ekonomi.kompasiana.com. Diakses pada Senin, 27 Februari 2016.

11

Anda mungkin juga menyukai