Anda di halaman 1dari 17

HAKEKAT MANUSIA MENURUT ALQUR'AN

Al-Qur'an menegaskan kualitas dan nilai manusia dengan menggunakan tiga macam istilah
yang satu sama lain saling berhubungan, yakni al-insaan , an-naas , al-basyar , dan banii
Aadam .
Manusia disebut al-insaan karena dia sering menjadi pelupa sehingga diperlukan teguran dan
peringatan.
Sedangkan kata an-naas (terambil dari kata an-nawsyang berarti gerak; dan ada juga yang
berpendapat bahwa ia berasal dari kata unaas yang berarti nampak) digunakan untuk
menunjukkan sekelompok manusia baik dalam arti jenis manusia atau sekelompok tertentu
dari manusia.
Manusia disebut al-basyar, karena dia cenderung perasa dan emosional sehingga perlu
disabarkan dan didamaikan. Manusia disebut sebagai banii Aadam karena dia menunjukkan
pada asal-usul yang bermula dari nabi Adam as sehingga dia bisa tahu dan sadar akan jati
dirinya. Misalnya, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup, dan ke mana ia akan kembali.
Penggunaan istilah banii Aadam menunjukkan bahwa manusia bukanlah merupakan hasil
evolusi dari makhluk anthropus (sejenis kera). Hal ini diperkuat lagi dengan panggilan
kepada Adam dalam al-Qur'an oleh Allah dengan huruf nidaa (Yaa Adam!). Demikian juga
penggunaan kata ganti yang menunjukkan kepada Nabi Adam, Allah selalu menggunakan
kata tunggal (anta)dan bukan jamak (antum) sebagaimana terdapat dalam surah al-Baqarah
ayat 35.
Manusia dalam pandangan al- Qur'an bukanlah makhluk anthropomorfisme yaitu makhluk
penjasadan Tuhan, atau mengubah Tuhan menjadi manusia. Al-Qur'an menggambarkan
manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya.
Disamping itu manusia dianugerahi akal yang memungkinkan dia dapat membedakan nilai
baik dan buruk, sehingga membawa dia pada sebuah kualitas tertinggi sebagai manusia
takwa.
Al-Qur'an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai
manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal
manusia,yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan
istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya
adalah pembawa dosa turunan.
Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam
perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia
harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam
hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat
aslinya adalah berpembawaan baik (positif, haniif).

Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak
ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu. Sungguhpun
demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu
mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya.
Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa
menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua
tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya
yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih
prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.
Gambaran al-Qur'an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas megingatkan kita pada teori
superego yang dikemukakan oleh sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang
pendapatnya banyak dijadika rujukan tatkala orang berbicara tentang kualitas jiwa manusia.
Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang mempunyai berbagai
tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido bitalis), sehingga penyaluran
doronganego (nafsu lawwamah/nafsu buruk) tidak mudah menempuh jalan melalui superego
(nafsu muthmainnah/nafsu baik). Karena superego (nafsu muthmainnah) berfungsi sebagai
badan sensor atau pengendali ego manusia.
Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap egomanakala
instink, intuisi, dan intelegensi - ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragamabekerja secara matang dan integral. Artinya superego bisa memberikan pembenaran pada ego
manakala ego bekerja ke arah yang positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang
negatif, ego yang merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.
Sebagai kesimpulan dapatlah diterangkan bahwa kualitas manusia berada diantara naluridan
nurani. Dalam rentetan seperti itulah manusia berperilaku, baik perilaku yang positif maupun
yang negatif. Fungsi intelegensi dapat menaikkan manusia ke tingkat yang lebih tinggi.
Namun intelegensi saja tidaklah cukup melainkan harus diikuti dengan nurani yang tajam
dan bersih. Nurani (mata batin, akal budi) dipahami sebagai superego, sebagiconscience atau
sebagai nafsu muthmainnah (dorongan yang positif). Prof. Dr. Fuad Hasan mengatakan
bahwa bagi manusia bukan sekedar to live (bagaimana memiliki) dan to survive (bagaimana
bertahan), melainkan juga to exist (bagaimana keberadaannya). Untuk itu, maka manusia
memerlukan pembekalan yang kualitatif dan kuantitatif yang lebih baik daripada hewan.
Manusia bisa berkulitas kalau ia memiliki kebebasan untuk berbuat dan kehendak. Tetapi
kebebasan disini bukanlah melepaskan diri dari kendali rohani dan akal sehat, melainkan
upaya kualitatif untuk mengekspresikan totalitas kediriannya, sambil berjuang keras untuk
menenangkan diri sendiri atas dorongan naluriah yang negatif dan destruktif. Jadi kebebasan
yang dimaksudkan disini adalah upaya sadar untuk mewujudkan kualitas dan nilai dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi secara bertangung jawab.

Kualitas dan nilai manusia akan terkuak bila manusia memiliki kemampuan untuk
mengarahkan naluri bebasnya itu berdasarkan pertimbangan aqliah yang dikaruniai Allah
kepadanya dan dibimbing oleh cahaya iman yang menerangi nuraninya yang paling murni.
Wallaahu A'lam.
http://nuansaislam.com

Hakikat Manusia dalam Islam


0
> 8 Definisi Manusia Menurut al- Toumy al- Syaibani
1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi.
2. Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
3. insan makhluk sosial yang berbahasa.
4. insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh
5. insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil
pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan
6. manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang diwarisi
mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
7. manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
8. insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah.
> Hakikat manusia dalam islam Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang
dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.
1. Makhluuq (yang diciptakan)
a.
Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati
nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]b.
Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan
keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa:48]c.
Bodoh Beban amanat yang begitu besar
dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat
tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]d.
Memiliki kebutuhan
Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka sangat mungkin manusia
memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]

1. Mukarram (yang dimuliakan)


a.
Ditiupkan ruh [QS As Sajdah:9]b.
Diberi keistimewaan [QS Al Isra:70]c.
Ditundukkan alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan
untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]
1. Mukallaf (yang mendapatkan beban)
a.
Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai
konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]b.
Khilafah
Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia
sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]
1. Mukhayyar (yang bebas mamilih)
Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]
1. Majziy (yang mendapat balasan)
a.
Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya,
Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]b.
Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah
berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman
yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]> Pertanyaanpertanyaan
Apakah menurut anda tugas manusia sebagai Khilafah sudah
terlaksana? Jawab: Ya dan tidak, di satu sisi ada manusia yang berbuat kerusakan dan
pertumpahan darah dimana-mana. Namun ditempat lain manusia berusaha menjaga dan
menjalankan amanah yang Allah berikan kepadanya.
Mengapa Allah ciptakan surga
& neraka? Mengapa Allah tidak menciptakan hukuman yang lebih edukatif saja?
Jawab: Allah ciptakan surga dan neraka karena memang segala sesuatu ada pasangannya.
Sama seperti gelap dan terang, jika dipikirkan lebih dalam, sesungguhnya gelap itu tidak ada.
Gelap adalah keadaan dimana ketiadaan cahaya, dalam arti lain terang. Maka mengapa Allah
ciptakan neraka? Tentu saja agar setiap orang dapat merasakan ganjaran atas sesuatu yang
telah ia lakukan. Jika Allah hanya menciptakan surga, tanpa neraka. Maka tidak ada seorang
pun yang mengerti hakikat kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan di surga. Lalu
mengapa Allah tidak memberiakan hukuman yang lebih edukatif dari pada imbalan surga dan
neraka? Bukankah sudah cukup peringatan yang Allah berikan selama seseorang hidup di
dunia? Allah sudah memberikan peringatan langsung melalui Al Quran. Tak hanya itu saja,
Allah juga telah memberikan peringatan untuk siapapun yang berpikir.
Mengapa
ibadah disebut sebagai beban? Jadi, manusia beribadah hanya karena beban? Jawab: Allah
menurunkan ibadah sebagai beban bagi manusia, sebagai syarat kesempurnaan seorang
manusia. Mengapa disebut sebagai syarat kesempurnaan? Karena manusia memiliki hawa
nafsu yang mendorong seseorang manusia untuk melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan hati nuraninya. Namun ketika seorang manusia tetap melakukan ibadah, walaupun
memiliki hawa nafsu, di sanalah nilai kesempurnaannya.Manusia memang Allah berikan
beban untuk beribadah, namun bagaimana menyikapinya, itu adalah urusan manusia, apakah
ia menganggapnya sebagai beban atau sebagai sebuah kebutuhan.

Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenarbenarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti
dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan
hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan
tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul
kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari
hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.

Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.

Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens


(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang
memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan

social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional
(akali), dan moral (nilai). Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia
sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi
terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan
laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa
sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak
saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil
proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap
pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal
berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta
kehidupan manusia.

Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar,
insan dan al-nas.

Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama
anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya
dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan
dan minum (al-muminuum : 33).

Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau
spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul

amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan
terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.

Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna
linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan
bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas
menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.

Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,


psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social
yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :

1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.


2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani
saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang
diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di
kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang
terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk
social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk
menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak
hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa
mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul
bersama manusia.

Asal Mula Manusia Teori Evolusi Darwin dan


Nabi Adam a.s
Jika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali
dipikiran adalah teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin
dijelaskan bahwa manusia pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci
umat Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa manusia pertama adalah Nabi
adam a.s. Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih terus mencari bukti untuk
memastikan asal mula manusia.

1. Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin


Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis
makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga
telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat
beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek moyangnya.
Ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini :

a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens

Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut
oleh evolusionis digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari
selatan". Australophitecus, yang tidak lain adalah jenis kera purba yang telah
punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa dari mereka lebih besar dan
kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah. Dengan
menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo
Habilis> Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara tidak langsung
menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya.

2. Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)


Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat
cerita tentang asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut
manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi. Di dalam Al-Quran, kejadian itu
diabadikan. "...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr: 28-29).

Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis
tetap dalam kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah
dosa yang pertama kali dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan.
Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi makhluk paling celaka dan sudah
dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagi teman
hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah
satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam
dan Hawa dalam kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa
sehingga diturunkan kebumi dan pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat.
Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan Hawa menetap dibumi.
Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.

Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan,
bisa menerima ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah
keunikan manusia yang Allah ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk
menghuni dan memelihara bumi yang Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal
bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui pernikahannya dengan Hawa,
Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua diseluruh
penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya
diseluruh penjuru bumi. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka


didaratan dan di lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan

Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk
yang telah Kami ciptakan." (QS. al-Isra' [17]: 70)

Demikianlah

dua

pendapat

tentang

asal

mula

manusia.

Tentang

siapa

sebenarnya manusia pertama di bumi, mugkin kami lebih memilih bahwa Adam
a.s adalah manusia pertama sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Quran.
Apakah kalian setuju bahwa Nabi Adam a.s adalah nenek moyang manusia?
Tergantung pada kepercayaan kalian masing-masing.

Tujuan Penciptaan Manusia


Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.
Pengertian penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit,
dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja.
Penyembahan

berarti

ketundukan

manusia

dalam

hokum

Allah

dalam

menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan


manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.

Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak
membutuhkan

sedikitpun

pada

manusia

karena

termasuk

ritual-ritual

penyembahannya. Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah


akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah
alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan
hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah ciptakan.

Fungsi dan Peran Manusia


Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia
yang mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan
sebagai penerus ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku
ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan
oleh Allah di antaranya adalah:

1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu

Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu
pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.

Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan


Khalifah Allah SWT
1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan
dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan, Oleh
karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan quu anfusakun waahlikun naran
(jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia

diserahi

tugas

hidup

yang

merupakan

amanat

dan

harus

dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini


adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi,
serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti
yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan
untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia
bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan
apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya. Oleh karena itu hidup
manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja keras yang
tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal
saleh.

Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang
sosial.

Demikianlah ulasan Hakikat Manusia Menurut Islam semoga bermanfaat bagi


kita semua.. Aminn.
Wassalam

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


1. Pengertian hakikat
Menurut bahasa artinya kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau

asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat
syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang
mencari hakikat diri manusia yan
g sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama
dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
2. Pengertian manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens
(makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang
memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan
social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional
(akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme
(aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan
psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak
nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja. Menurut aliran
ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang
bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir.
Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap
pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal
berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta
kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan
makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar,
insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama
anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya
dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan
dan minum (al-muminuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya (dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya). Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau
spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dfan memikul
amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan
terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna

linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan
bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas
menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian al-quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social
yang tidak biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
Sebenarnya maniusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu:
1. Jasmani.
Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh
Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan
pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di
kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia
adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk
social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena
manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila
hidup berkumpul bersama manusia.
3. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA
Dibandingkan dengan makhlukm lainnya, manusia mempunyai kelebihan .
Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan
manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanpun,
baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu
bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat
dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia.
Di samping itu, manusia di beri akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu
yang diturunkan allah. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaikbaiknya (at-tiin,95:4). Manusia tetap bermartabat mulia, kalau mereka sebagai
khalifah (makhluk alternative) tetap hidup dengan ajaran allah (QS. Alanam:165). Oleh karena ilmu manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.
A. Tujuan penciptaan manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu allah.
Pengertian penyembahan kepada allah tidak bisa di artikan secara sempit,
dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja.
Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hokum allah dalam
menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan
manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
Oleh kerena penyembahan harus dilkukan secara suka rela, karena allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual
penyembahannya.
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan
dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta.
Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum

kemanusiaan yang telah allah ciptakan.


B. Fungsi dan peran manusia
Berpedoman pada al-quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia
yang mempolori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan
sebagai penerus ajaran allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku
ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran allah.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan
oleh Allah di antanya adalah:
Belajar
Mengajarkan ilmu
Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat
manusia dan hamba allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu
pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Allah SWT.
4. Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
a. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT.
Makna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan
dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan quu anfusakun waahlikun
naran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil allah di muka bumi,
serta pegolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia
menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di
muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang
memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka
bumi untuk kepentingan hidpnya.
Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan
amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebab bekerja sebagai
seorang muslim adalah membentuk amal saleh

Hakikat manusia menurut ajaran Islam


1. Apa sebetulnya hakikat manusia menurut ajaran islam?
Jawab : Hakikat manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai
manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka
bumi dengan segala karakter kemanusiaannya. Dalam logika sederhana, dapat
di pahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia adalah sang
pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha pencipta. Jadi Allah yang lebih
memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Quran di jelaskan
tentang proses penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14.

.












.






Artinya:
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik.

Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari sulatin minthin
(sari pati tanah). Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu
yang di sarikan, sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari pati
tanah berproses manjadi nuthfah (air mani).

2.

Bagaimana martabat manusia menurut ajaran islam?

Jawab : Menurut ajaran islam, manusia di banding makhluk lain, mempunyai berbagai
ciri, antara lain ciri utamanya adalah :
1.

Makhuk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan
yang paling sempurna. sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam
bentuk yang sebaik baiknya (Q.S al-tin 95).
2.
Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin di
kembangkan ) beriman kepada Allah.
3. Manusia di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

Anda mungkin juga menyukai