Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku yang bersumber
dari air permukaan yaitu danau/ situ/ kolam dan sungai. Untuk dapat memanfaatkan sungai tersebut, diperlukan bangunan penangkap air/intake untuk dapat menampung air agar dapat dialirkan melalui pipa distribusi ke daerah pelayanan. Lokasi intake umumnya di sungai, danau dan air tanah. Dalam perencanaan lokasi intake ada beberapa persyaratan lokasi yang harus dipertimbangkan agar intake berfungsi secara efektif. Adapun beberapa persyaratan lokasi intake yang harus diperhatikan yakni : 1. Mudah dijangkau. 2. Dapat memberikan air dalam jumlah yang spesifik. 3. Dapat diandalkan. 4. Aspek kontruksi : Stabilitas palung, tebing sungai dan lainnya. 5. Jarak ke BPAP/IPA. 6. Kualitas air. 7. Sumber pencemaran. 8. Instrusi air asin. 9. Aspek belokan sungai : Bagian sungai yang lurus merupakan pilihan yang terbaik. 10. Aspek sungai dan banjir. Komponen Intake Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu : 1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju sumur pengumpul. 2. Sumur pengumpul (Sump well) Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas area yang cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 m dibawah dasar sungai atau tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan. Konstruksi sumur disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya terbuat dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal. 3. Screen
Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk
menyaring padatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun dari jenis-jenis screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak antar bar, yaitu : a. Saringan kasar (coarse screen) Digunakan untuk menjaga alat-alat dan biasanya digunakan pada pengolahan pertama. Tipenya secara umum adalah bara rack (bar screen), coarse weir, screen, dan kominutor. b. Saringan halus (fine screen) Bukaan berkisar antara 2,3 6 mm, bahkan untuk instalasi tertentu bisa lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan untuk primary treatment atau pre treatment. Perencanaan Intake Sumber air baku untuk perencanaan ini berasal dari sungai dan untuk pengambilan airnya digunakan bantuan pompa. Jenis intake yang digunakan adalah river intake (Shore intake), dimana air baku dari sungai disadap ke area bak pengumpul melalui net dan dapat menyesuaikan dengan fluktuasi muka air, lalu disedot dengan pompa sentrifugal dengan pipa penghisap (suction) yang dilengkapi dengan strainer di mulut pipa yang berguna untuk mencegah partikel berukuran besar masuk dan menghambat kinerja pompa. Selanjutnya air disedot dengan pompa melalui pipa penghisap (suction) menuju sejauh 100 m ke bangunan IPA.
SYSTEM PENGOLAHAN AIR CLARIFIER
Clarifier adalah alat / tempat untuk menjernihkan air baku yang keruh ( mis: air sungai, air tanah )dengan cara melakukan pengendapan, untuk
mempercepat pengendapan lazimnya ditambahkan chemical koagulan dan
flokulan agar terjadi proses koagulasi dan flokulasi pada air. Koagulasi adalah pemisahan padatan yang tersuspensi dalam air melalui proses kimia. Flokulasi adalah proses penggabungan dari flok-flok kecil sehingga membentuk partikel yang lebih besar dengan harapan semakin besar gumpalan padatan maka kecepatan pengendapan yang dihasilkan lebih besar. Penentuan dosis dari flokulan dan koagulan tersebut biasanya bisa ditentukan melalui jar test. Flok yang sudah terbentuk pada proses biasanya dibuang melalui drain yang terdapat di bawah clarifier, sedangkan hasil air pengendapan di alirkan ke penampungan selanjutnya dengan system overflow (meluberkan wadah). Dibutuhkan alat-alat penunjang clarifier agar proses pengendapan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, alat-alat penunjang yang lazim digunakan adalah: 1.Dosing pump yang berfungsi untuk inject chemical (koagulan,flokulan khlorin dll), untuk besaran flow rate dosing pump seyogyanya dihitung berdasarkan kapasitas pompa yang dibutuhkan dengan batas minimal 0,11% (mis: Flow air yang diinginkan 2000 liter/jam maka dosing pump yang ideal mempunyai kapasitas maksimal 2 liter - 20 liter/jam 2.Mixing Tank yang berfungsi sebagai tanki buffer untuk memastikan chemical teraduk sempurna dan homogen dengan air, sehingga proses kimiawi yang dihasilkan bisa optimal 3.Sediment Pond yang berfungsi kolam untuk mengendapkan lumpur atau padatan yang telah terbentuk di clarifier tetapi belum sempat mengendap dengan sempurna, sediment pond juga bisa meringankan kerja Sand Filter sehingga tidak sering mampat 4.Bag Filter 20 micron, yang diperlukan jika karakter air baku tidak bisa merespon proses koagulasi dan flokulasi dengan cepat sehingga masih tersisa flok flok halus yang tidak bisa terendap sempurna walaupun sudah melewati proses dalam sediment pont Flokulan dan koagulan yang lazim dipakai adalah PAC (Poly Alumunium Chloride), Tawas dan soda ash. Kelemahan proses pengolahan clarifier memerlukan rentang waktu yang
lebih lama dari pada pengolahan menggunakan filtrasi dan membutuhkan
tempat yang besar, tetapi sangat efektif untuk mengolah dari air yang benarbenar keruh secara kasat mata menjadi jernih, juga memperpanjang umur proses filtrasi setelahnya (mis; Sand Filter, Carbon Aktif, Softener, RO)