Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

REFERAT MINI

FAKULTAS KEDOKTERAN

APRIL 2012

UNIVERSITAS HASANUDDIN

KONDILOMA AKUMINATA

OLEH :
Budhi Karoma
C11108258

PEMBIMBING :
dr.Shinta Novianti Barnas

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangandibawahini ,menyatakanbahwa:

1. Budhi Karoma

C11108258

Benar telah menyelesaikan refarat dengan judul Kondiloma Acuminata sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Makassar, April 2012

Pembimbing

___________________________
dr. Shinta Novianti Barnas

Kondiloma Akuminata
I. DEFENISI
Kondiloma akuminata atau genital warts merupakan bentuk proliferasi jinak dari kulit dan
mukosa yang disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV). Infeksi virus subklinis dapat
berlangsung cukup lama atau dapat tumbuh dan membentuk massa yang besar dan menetap selama
beberapa bulan atau tahun. Virus ini tidak menampakkan gejala maupun tanda akut dari perjalanan
penyakit melainkan terjadinya ekspansi lokal dan perlahan dari sel epitel. Kelainan kulit yang
tampak berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa dapat berupa vegetasi bertangkai dengan
permukaan berjonjot (eksofitik) dan beberapa bergabung membentuk lesi yang lebih besar sehingga
tampak seperti kembang kol.1, Penyakit ini ditularkan melalui kontak seksual. Pertumbuhan
jaringannya bersifat jinak, superfisial dan terutama di daerah genital.1
II. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi kondiloma akuminata dilaporkan adalah melebihi 40% dari seluruh PMS. Lebih
dari 70% infeksi HPV genital berlangsung sebagai infeksi subklinis. Insiden tahunan kondiloma
akuminata di AmerikaSerikat mencapai angka 1% dan dikenal sebagai penyakit menular seksual
yang paling sering ditemukan. Prevalensinya dilaporkan meningkat dalam dua dekade terakhir.
Penyakit ini dapat menyerang semua bangsa dimana frekuensi antara laki-laki dan perempuan
adalah sama.2Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa 3-20% anak usia sekolah memiliki
warts. Pada 1000 anak usia dibawah 16 tahun dengan warts yang terdaftar di klinik rumah sakit di
Cambridge, UK pada tahun 1950an, 70% menderita common warts, 24% plantar warts, 3,5% plane
warts, 2,0% filiform warts dan 0,5% anogenital warts.1,2
III.

ETIOLOGI
Penyebab kondiloma akuminata adalah HPV yaitu virus DNA yang tergolong dalam bentuk

virus papova.1 Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 100 tipe HPV, namun tidak seluruhnya dapat
menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah
tipe 6,11,16,18,30,31,33,35,39,41,42,44,51,52, dan 56.1
HPV adalah virus DNA double-stranded yang mempunyai diameter 55-60 nm dan
berbentuk sferis. Kapsidnya terdiri dari 72 pentamer (kapsomer), protein struktural mayor L1 total
3

dan protein struktural minor L2.Hampir 90% dari kondiloma akuminata dikaitkan dengan HPV tipe
6 dan 11. Kedua tipe tersebut merupakan kelompok yang paling berpotensi rendah dalam
menimbulkan neoplasia. Resiko berkembangnya neoplasia ditemukan cukup tinggi pada tipe 16 dan
18 dan sedang pada tipe 33,35,39,40,43,45,51-56, 58. Meskipun demikian, hanya sekitar 1-2 %
individu yang terinfeksi HPV yang menampakkan lesi klinis yang nyata. 3
Infeksi HPV dapat ditularkan secara langsung melalui hubungan seksual oleh karena itu
termasuk PMS atau secara tidak langsung melalui kamar mandi umum, kolam renang, dan lain-lain,
bisa juga secara autoinokulasi.1,
Dalam suatu laporan kasus ditemukan seorang anak perempuan berusia 13 bulan, dimana
terjadi perubahan papillomatosis pada daerah genitalnya sejak usia 6 bulan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kondiloma akuminata tidak hanya merupakan penyakit menular seksual semata,
namun juga dapat ditransmisikan secara nonseksual misalnya dari ibu yang menderita kondiloma
akuminata ke anaknya. Dalam hal ini, kelainan yang timbul dapat ditemukan pada anaknya selama
tahun pertama kehidupannya. Umumnya,

pada anak-anak dengan usia kurang dari 2 tahun,

penularan terjadi secara vertikal dari ibu ke anak selama proses kelahiran.3
IV.

PATOFISIOLOGI
Infeksi HPV dapat berlangsung bertahun-tahun dalam fase dorman dan menjadi infeksius

secara intermittent.3 Semua tipe HPV bereplikasi dalam sel nukleus host. Pada lesi terkait HPV
benigna,

HPV

terdapat

dalam

bentuk

plasmid

dalam

sitoplasma

seluler, bereplikasi

ekstrakromosom. Pada lesi terkait HPV maligna, HPV berintegrasi ke dalam kromosom host,
menyertai rusaknya genom virus yang menyebabkan terjadinya transformasi seluler.1,3
Human papilloma virus adalah epiteliotropik yang sifatnya mempunyai affinitas tinggi pada
sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada adanya differensiasi epitel skuamous. Lapisan sel basal
dari epidermis merupakan tempat yang diinvasi oleh HPV. Invasinya menembus kulit dan
menyebabkan mikroabrasi pada mukosa. Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan
gejala yang dapat berlangsung sebulan bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi virus DNA,
capsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi infeksius dari struktur koilosit atipik dari
kondiloma

akuminata(morphologic

atypical

koilocytosis

of

condiloma

acuminate)

berkembang.1Lamanya inkubasi sejak pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan
atau dapat lebih lama.3
V. GEJALA KLINIS
4

Penyakit ini memiliki predileksi terutama pada daerah lipatan yang lembab, misalnya di
daerah genitalia eksterna. Pada laki-laki, tempat pedileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Sedangkan pada
perempuan, di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. 4 Lesi
juga dapat ditemukan pada daerah perianal, baik pada laki-laki maupun perempuan, terutama
mereka yang memiliki riwayat anal intercourse.,3
Gambaran effloresensi yang didapatkan yaitu tumor dengan permukaan licin, verukosa, atau
berlobus dapat menyerupai kembang kol (cauliflower), filiform, atau seperti plak. Warnanya dapat
serupa dengan warna kulit di sekitarnya, atau berwarnakemerahan hingga hiperpigmentasi.1
Terdapat 4 tipe morfologi pada kondiloma akuminata,yaitu: serupa kembang kol
(cauliflower-like), papular wart, keratotik wart, dan papul datar (flat top papule). Lesi papular
tampak sebagai papul berbentuk kubah, sewarnakulit, dengan diameter 1-4 mm. Lesi keratotik
tampak sebagai kutil denganpermukaan yang keras atau tampak seperti keratosis seboroik.Varian
papulkubah dan papul datar disebut sebagai papulosis bowenoid yanghiperpigmentasi. 3 Kelainan
kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama
agak kehitaman. Permukaannya berjonjot (papilomatosa) sehingga vegetasi yang besar dapat
dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi
keabu-abuan dan berbau tidak enak.
Pada perempuan yang banyak mengeluarkan fluor albus atau wanita yang hamil,
pertumbuhan penyakit lebih cepat.

Pertumbuhan yang cepat kemungkinan disebabkan oleh

meningkatnya kadar estrogen lokal, meningkatnya vaskularisasi pada daerah di sekitar genital serta
kelembaban daerah genital. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa membesarnya kondiloma
akuminata pada wanita hamil mungkin ada kaitannya dengan penurunan imunitas seluler.4
Kelainan yang timbulbiasanya menyebar dengan cepat pada daerah yang lembab secara simetris
pada labia atau rektum. Common warts bisa menjadi sumber kondiloma akuminata walaupun
common warts biasanya disebabkan oleh tipe antigen virus lain. Warts dapat menyebar ke dalam
traktus vaginal, uretra, rektum, kantung kemih, dimana spekulum atau sigmoidoskop diperlukan
untuik visualisasi dan penanganan penyakit. Kondiloma dapat secara spontan mengecil, membesar,
atau menetap.3

Gambar 1 : Kondiloma akuminata pada


penis (multiple, lunak, papul-papul
filiform,
diskret
dengan
beberapa
raspberry-like lesions yang koalescen,
pada glans penis dan preputium)3

Gambar 2 : Kondiloma akuminata pada


vulva (multipel, merah muda hingga
kecoklatan, papul-papul lunak pada labia)3

Gambar 3 : papul-papul yang konfluent


membentuk gambaran massa seperti
kembang kol pada perineum) 3

Gambar4: Kondiloma akuminata pada


serviks uteri (berbatas tegas, putih, plak
datar yang konfluent di sekitar serviks) 3

Gambar 5 : Mucosal wart. A. Kondiloma akuminata multipel pada penis.B. Kondiloma multipel
yang konfluen pada labia minora dan mayora.C. Kondiloma multipel perianal pada anak-anak.D.
Oral wart pada mukosa mulut.1
VI.

DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan

acetowhitening dan histopatologis. 3

VII.

DIAGNOSIS BANDING
1. Veruka vulgaris
Verukavulgaris adalah merupakan vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna
abu-abu Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu , besarnya lentikuler atau kalau
berkonfluensi bernbentuk plakat, dengan permukaan yang kasar (verukous). Dengan
goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Koebner).
2. Kondilomalatum :
Kondilomalatum merupakan sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif,
ditemukan banyak Spirochaeta pallidum. Lesi berupa papul dengan permukaan lebih
halus dan bentuk lebih bulat daripada kondiloma akuminata. Klinis juga seperti
keganasan tetapi histopatologisnya memberikan gambaran jinak dengan penetrasi
sampai di dermis.
7

Gambar 9 : Secondary syphilis, Condyloma latum 3

3. Moluskum kontangiosum
Moluskum kontangiosum adalah berbentuk papul miliar (1-2 mm) atau nodul (5-10
mm), berwarna putih seperti lilin atau sewarna dengan kulit. Bulat, oval, hemisferis atau
berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan jika dipijat akan tampak
keluar massa yang berwarna putih seperti nasi.5

Gambar 10 : Molluscumcontagiosum. A. papul-papul berwarna seperti kulit, padat,


diskret, diameter 1-2 mm, dengan umbilikasi sentral. B. Lesi yang multiple, beberapa
lesi yang disertai inflamasi. 1
4. Karsinomaselskuamosa
Karsinoma sel skuamosa adalah vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah dan
berbau.

Gambar 11 : Squamous carcinoma, root of ear3


VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan yang spesifik untuk menegakkan diagnosis kondiloma
akuminata. Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu
mengarahkan diagnosis.
1. Acetowhite
Acetowhitening dapat menentukan adanya infeksi HPV pada serviks dan daerah anus.
Acetowhitening pada lesi eksternal genital tidak spesifik untuk kondiloma. 3Pemberian
asam asetat 3-5% pada area infeksi akan menimbulkan efekputih.
2. Papsmear
Pemeriksaan ini kurang sensitif dan spesifik untuk kondiloma, 50% wanita dengan
kondiloma memberikan hasil papsmear negati namun positif pada hibridisasi in situ
untuk infeksi HPV.3 Pemeriksaan ini tetap dianjurkan dilakukan oleh para wanita sekali
setahun untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kanker serviks, yang juga dapat
disebabkan oleh infeksi HPV.3
3. Dermatopatologi
Biopsi diindikasikan misalnya pada diagnosis yang belum pasti, lesi yang tidak
berespons terhadap terapi standar, lesi yang memburuk selama terapi, dan pada pasien
imunokompromis.3 Pada gambaran histopatologi ini dapat ditemukan gambaran khas
berupa koilositosis yang menunjukkan adanya aktivitas virus .
4. Deteksi DNA HPV
Adanya DNA HPV dan tipe HPV spesifik dapat ditentukan melalui pemeriksaan apusan
dan biopsi dengan hibridisasi in situ. Dapat juga dengan mikroskop elektron namun
tidak efektif untuk tipe tertentu dengan jumlah partikel virus yang sedikit. 3
5. Serologi
Terjadinya genital warts adalah pertanda praktek seksual yang tidak aman. Tes serologi
sifilis dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi lain yang
IX.

menyertai. 3
PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan umum
Sebelum pengobatan dimulai sebaiknya dicari kemungkinan adanya PMS lain
sehingga penyakit tersebut diobati terlebih dahulu. Begitu pula bila ditemukan penyakit lain
9

yang menurunkan sistem imun. Pasangan seksual juga diperiksa dan diobati. Sementara itu
sebaiknya hubungan seksual dihindari sementara waktu atau menggunakan pelindung seperti
kondom, serta menjaga kebersihan genital untuk mencegah infeksi. 3
B. Penatalaksanaan khusus
1. Kemoterapi
a. Podofilin
Podofilin 25%digunakan dengan cara: kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin
atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-6 jam dicuci. 4 Podofilotoksin 0,5% adalah
jenis podofilin resin dengan efektifitas serupa dengan podofilin tetapi efek toksiknya lebih
rendah sehingga direkomendasiokan. Untuk podofilotoksin 0,5%, digunakan dua kali
sehari selama tiga hari dilanjutkan empat hari tanpa terapi, siklus ini diulangi lebih dari
empat kali. Jika belum terdapat penyembuhan, dapat diulangi setelah 3 hari. Pemberian
jangan melebihi 0,5ml perhari karena akan diserap dan bersifat toksik.4
b. Asamtrikloroasetat(TCA)
Asam trikloroasetat digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan sekali
seminggu dan dicuci setelah 4 jam. Merupakan suatau bahan yang bersifat kaustik dan
menyebabkan koagulasi protein dan desikasi yang akhirnya menyebabkan nekrosis pada
lapisan superfisial. Dapat diberikan pada wanita hamil. Pemberiannya harus berhati-hati
karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Hindari pemakaian pada kulit yang normal,
dan disertai pemberian talk atau sodium bikarbonat pada daerah lesi.4
c. 5-fluorourasil
5-fluorourasil dalam bentuk krim 5% dapat diberikan dua kali seminggu untuk
terapi kondiloma intraurethral dan sebagai alternatif untuk terapi destruktif pada neoplasia
intraepitelial pada genital eksterna. Akan tetapi penggunaannya perlu dibatasi oleh adanya
efek samping inflamasi. Mempunyai efek sebagai anti metabolik yang menghambat sintesis
DNA/RNA dan cepat menimbulkan nekrosis jaringan yang berproliferasi.5
2. Imunoterapi
a. Interferon
Interferon

merupakan

suatu

famili

glikoprotein

dengan

efek

anti

virus,

antiproliferatif dan immunomodulator. Pemberian interferon dalam bentuk injeksi


intramuskuler, subkutan, intralesi, dan topikal dalam bentuk krim. Jika suatu sel diberi
interferon, maka sel itu akan mengembangkan kekebalan terhadap virus.Terapi sistemik
tidak direkomendasikan sebagai terapi rutin karena, selain mahal juga memberikan efek
samping yang cukup berarti. 4,5
b. Imiquimod krim 5%

10

Imiquimod krim 5% adalah obat sintetik yang dapat meningkatkan respon imun
dengan cara kerja mempengaruhi respon imun alamiah dan respon imun seluler dengan
diperantarai oleh IFN- dan TNF- yang menunjukkan aktivitas antivirus secara tidak
langsung pada HPV.8 Digunakan sebelum tidur, 3 kali seminggu selama 16 minggu. Daerah
yang diberi krim dibersihkan dengan sabun dan air setelah 6-10 jam pemakaian. Tangan
harus dicuci dengan sabun dan air segera setelah pemakaian. 3
3. TindakanBedah
a. Bedahscalpel
Telah dilaporkan bahwa hanya dengan bedah skalpel saja tingkat keberhasilan
mencapai 35-72% . Tingkat keberhasilan yang cukup tinggi dan sedikit yang mengalami
rekuren. Teknik ini cenderung dihindari oleh karena menyebabkan timbulnya skar atau
jaringan parut. 5
b. Bedahlistrik
Prosedur ini cukup efektif digunakan khususnya untuk lesi yang relatif sedikit.4
c. Bedahbeku (N2cair, N2O cair)
Cara ini sederhana dilakukan dan tidak menggunakan bahan kimiawi atau anastesi
lokal, dan jarang ditemukan adanya komplikasi. Teknik ini dapat menyingkirkan lesi tanpa
menimbulkan skar/parut dan perubahan pigmentasi yang minimal atau tidak ada sama
sekali.4
d. Bedah laser (CO2 laser)
Ferizi dkk melaporkan terapi topical pada anak-anak yang menderita kondiloma
akuminata, termasuk aplikasi agen kaustik dan iritasi seperti liquid nitrogen trichloroacetic
acid dan podophyllum resin.Agen-agen ini tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh anakanak yang memerlukanaplikasi yang multiple. 6
XI.

PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya cukup baik. Perempuan yang sistem
imunnya berkurang yang disebabkan obat immunosupresi atau infeksi HIV beresiko tinggi,
berkembang menjadi penyakit persisten. Pada perempuan memiliki insidens yang tinggi
berkembang menjadi displasia pada vulva, vagina, atau serviks. Prognosis kondiloma akuminata
umumnya baik, memberikan penyembuhan yang komplit.7
Perbaikan spontan dapat terjadi pada 10-30% pasien dalam 3 bulan dan berkaitan dengan
respon imun seluler individu. Setelah regresi, infeksi subklinis dapat menetap seumur hidup.
Rekurensi dapat terjadi, baik pada individu dengan respon imun yang normal maupun pada mereka
dengan imunodefisiensi. Rekurensi lebih sering terjadi akibat reaktivasi dari infeksi subklinis dari
11

pada reinfeksi dari pasangan seksual. Jika dibiarkan tanpa mendapat terapi, lesi yang ada dapat
membaik, menetap, atau berkembang menjadi suatu keganasan. 2,3

12

Anda mungkin juga menyukai