Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
1.1.1.1 Keadaan Geografis
A. Letak Wilayah
Kecamatan Cempaka Putihadalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah
Kotamadya Jakarta Pusat, terdiri dari Kelurahan Cempaka Putih Timur, Cempaka
Putih Barat dan Rawasari.
B. Batas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
1. Sebelah Utara : wilayah RW 04 dan RW 09 Kelurahan Cempaka Putih Barat
2. Sebelah Barat : Jl. Rawa Selatan, Jl. Mardani (Kecamatan Johar Baru)
3. Sebelah Selatan : Jl. Raya Percetakan Negara
4. Sebelah Timur :Sungai Cempaka Putih (Jembatan Serong)

Gambar 1.1 Peta Kecamatan Cempaka Putih


Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2016

C. Luas Wilayah
Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
Kelurahan

Luas Wilayah
Jumlah RW
Jumlah RT
(Ha)
Cempaka Putih Barat
121.87 Ha
13
151
Cempaka Putih Timur
222.06 Ha
8
106
Rawasari
124.75 Ha
9
109
Jumlah
468.68 Ha
30
366
(Sumber : Laporan Tahunan Kantor KecamatanCempaka Putih dan Kantor
Lurah CPB I, CPB II,CPT dan Rawasari)
Dilihat dari data pada tabel di atas Cempaka Putih Timur memiliki wilayah
sekitar 222.06 Ha dan merupakan wilayah terluas dibandingkan dengan Cempaka
Putih Barat dan Rawasari.
1.1.1.2 Keadaan Demografi
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Cempaka Putih sampai akhir bulan Desember
2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Cempaka Putih
No.
1
2
3

Kelurahan
Cempaka Putih Barat
Cempaka Putih Timur
Rawasari
Jumlah

Jumlah Penduduk
WNI
WNA
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
20.402
19.935
21
10
14.151
13.948
19
17
13.418
13.235
7
8
47.971
47.118
47
35

Jumlah
40.368
28.135
26.668
95.171

(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah


CPB, CPT dan Rawasari)
Jumlah penduduk di Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan yang
tertinggi dibandingkan dengan Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan
Rawasari.Disusul oleh Kelurahan Cempaka Putih Timur dengan 28.135 penduduk
dan Kelurahan Rawasari sebesar 26.668 penduduk.

Tabel 1.3 Pertumbuhan Alamiah dan Mobilitas Penduduk


No
1
2
3

Kelurahan
Cempaka Putih Barat
Cempaka Putih Timur
Rawasari
Jumlah

Lahir
Lk
Pr
89
82
12
14
131
136
232
232

Mati
Lk
7
4
95
106

Pr
4
4
61
69

Pindah
Lk
Pr
127
132
38
40
350
324
515
496

Datang
Lk
Pr
168
220
24
14
255
273
447
507

(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah


CPB, CPT dan Rawasari)
Dari data di atas bahwa didapatkan data terbanyak pada kasus perpindahan
didapat pada Kelurahan Rawasari dan data kedatangan didapat pada Kelurahan
Cempaka Putih Barat.
Tabel 1.4 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No
1
2
3
4
5
6

Jenis Pendidikan
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
Tamat SMU/Sederajat
Tamat Universitas/PT
Jumlah

Kelurahan
CPB
158
2.170
2.809
19.103
3.410
27.650

CPT
385
4.388
4.933
7.558
6.886
1.963
26.113

Jumlah
Penduduk
Rawasari
1.090
523
1.076
1.945
759
158
5.551

1.475
5.069
8.179
12.312
26.748
5.531
59.314

(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah


CPB, CPT dan Rawasari)
Menurut data di atas mayoritas penduduk di Kelurahan Rawasari memiliki
tingkat pendidikan yang lebih rendah di bandingkan dengan Kelurahan Cempaka
Putih Barat dan Timur. Di lihat berdasarkan jumlah penduduk di Kelurahan
Rawasari yang tidak sekolah sebesar 1.090 dan yang tamat Universitas/PT hanya
sebesar 158 orang. Sedangkan Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan
Kelurahan yang lebih baik tingkat pendidikan pada penduduknya dilihat dari tidak
adanya penduduk yang tidak sekolah dan jumlah penduduk yang tamat
universitas/PT sebesar 3.410.
Tabel 1.5 Gambaran Penduduk Menurut Agama

No

Kelurahan

1
2
3

Cempaka Putih Barat


Cempaka Putih Timur
Rawasari
Jumlah

Jumlah
Penduduk
35.490
25.335
16.164
76.989

Islam
32.971
14.555
14.585
62.111

Protestan
1.225
4.762
323
6.310

Agama
Katolik
1.089
3.111
1.169
5.369

Hindu
111
1.667
116
1.894

Budha
94
1.240
7
1.341

(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah


CPB,CPT dan Rawasari)
Agama Islam merupakan agama terbanyak dari ketiga Kelurahan.Hal tersebut
dilihat dari jumlah penduduk yang memeluk agama Islam sebesar 62.111
penduduk.
Tabel 1.6 Gambaran Penduduk Menurut Tenaga Kerja
No
1
2
3
4
5
6
7

Jenis
Pencaharian
Karyawan
Pedagang
Pegawai Negeri
Sipil
TNI/Polri
Pensiunan
TNI/Polri/PNS
Pertukangan
Lain-lain
Jumlah

CPB
6.099
9.156
2.567

Kelurahan
CPT
Rawasari
6.294
3.312
2.915
398
4.891
2.389

Jumlah
Penduduk
15.705
12.469
9.856

1.710
3.385

41
2.954

25
881

1.776
7.220

73
111
23.110

1.149
6.323
24.567

21
3.407
10.433

1.243
9.841
58.110

(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor


Lurah CPB,CPT dan Rawasari)
Dari data di atas, terlihat penduduk di Kecamatan Cempaka Putih paling
banyak bekerja sebagai karyawan dengan total 15.705 penduduk.
1.1.1.3 Fasilitas Umum
Tabel 1.7 Jumlah Rumah Menurut Jenis Bangunan
No
1
2
3
4

Jenis Bangunan
Rumah Permanen
Rumah Semi Permanen
Rumah Biasa
Rusun Apartemen

CPB
3.570
1.003
1.500
1

Kelurahan
CPT
2.700
4.205
807
-

Jumlah
Rawasari
1.529
982
775
1

7.799
6.190
3.082
2

Rumah Susun
Jumlah

6.074

7.712

3.287

17.073

(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah


CPB,CPT dan Rawasari)
Mayoritas penduduk di Kecamatan Cempaka Putih bertempat tinggal di rumah
yang permanen dan semi-permanen berdasarkan jumlah masing-masing yaitu
7.799 dan 6.190. Di daerah Cempaka Putih Barat menyumbangkan nilai terbesar
dari rumah permanen sebesar 3.570 dibandingkan dengan wilayah yang lain.
Untuk Cempaka Putih Timur mayoritas penduduknya masih bertempat tinggal
pada rumah yang semi-permanen.
Tabel 1.8 Sarana Tempat Ibadah
No

Kelurahan

1 Cempaka Putih Barat


2 Cempaka Putih Timur
3 Rawasari
Jumlah

Musholla

Masjid

13
4
16
33

14
14
10
38

Tempat Ibadah
Majelis
Gereja
Talim
27
2
29
4
26
82
6

Wihara

(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih danKantor Lurah


CPB, CPT dan Rawasari)
Dari data tabel diatas didapatkan terdapat banyak masjid dan majelis talim
yang didirikan disana yaitu sekitar 38 dan 82 tempat ibadah.
Tabel 1.9 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Sarana dan Prasarana


Rumah Sakit
Puskesmas
Pos Kesehatan
Balai Pengobatan
Apotik
Rumah/Toko Obat
Posyandu
Klinik KB
Karang Balita/Pos Penimbangan
PPKB
Panti Pijat

Jumlah
3
3
16
0
3
0
16
9
9
23
0

12
13

14

Laboratorium Klinik
Tenaga Medis
1 Dokter Spesialis
2 Dokter Umum
3 Dokter Gigi
4 Sarjana Kesehatan
5 Bidan
6 Perawat
7 Perawat Gigi
8 Analisa Kesehatan
9 Nutrisionis
10 Apoteker
11 Ass Apoteker
Rumah Bersalin

2
0
10
5
3
17
20
1
2
2
2
5
2

(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2016)


Dari data tabel di atas bahwa didapatkan fasilitas kesehatan di wilayah
Kecamatan Cempaka Putih terbanyak yaitu Pos Kesehatan sebanyak 16, Posyandu
sebanyak 16 dan PPKB sebanyak 23.
1.1.2

Gambaran Umum Puskesmas

1.1.2.1 Definisi
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi
sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
yakni satu atau sebagian wilayah kecamatan, mendorong kemandirian hidup
sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, memelihara dan
meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakannya,

memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,

keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.


Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk
mandiri

dalam

menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan

tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi


pelayanan

mandiri,

kewenangan

yang

dimiliki

puskesmas

juga

meliputikewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di


wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods
atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai
kondisi geografi puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan
pada setiap puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber
daya

yang

dimiliki

namun

puskesmas

tetap

melaksanakan

kegiatan

pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.


Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Tidak sebatas pada aspek kuratif dan rehabilatatif saja seperti rumah
sakit.Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh
masyarakat umum. Seiringdengan semangat reformasi dan otonomi daerah
maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan
yaituterjadinya perubahanparadigma pembangunan kesehatan menjadi paradigma
sehat.
Dengan paradigm baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang sangat
mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain:
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif rehabilitative.
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah

(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).


3. Sumber

pembiayaan

kesehatan

yang

semula

lebih banyak

dari

pemerintah berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari


masyarakat.
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula
fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran

pemahaman

tentang

kesehatan

dari pandangan komsutif

menjadi investasi.
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah
akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra
pemerintah (partnership).
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)
menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
1.1.2.2 Wilayah Kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrakstruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah
tingkat II sehingga

pembagian

wilayah

kerja puskesmas ditetapkan oleh

walikota/bupati dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.


Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000

50.000 penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan jumlah
penduduk

371.335

jiwa atau lebih merupakan puskesmas pembina yang

berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai
fungsi koordinasi.
3

Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :

A. Promotif (peningkatan kesehatan)


B. Preventif (upaya pencegahan)
C. Kuratif (pengobatan)
D. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
4

Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah

tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan


sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator
utama, yaitu:
A. Lingkungan sehat
B. Perilaku sehat
C. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

D. Derajat kesehatan penduduk Kecamatan.


Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan sehat
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah
Kecamatan setempat.
5
Misi Puskesmas
A. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas

akan

selalu

menggerakkan

pembangunan

sektor

lain

yang

diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,


yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan,setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
B. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan, menuju kemandirian
hidup.
C. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan

standar dan

memuaskan

masyarakat, mengupayakan

pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan


dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
D. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya.


Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal
di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan
ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.
6

Strategi Puskesmas

A. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan


B. Mengembangkan dan menetapkan azas kemitraan serta pemberdayaan
masyarakat dan keluarga
C. Meningkatkan profesionalisme petugas
D. Mengembangkan kemandirian puskesmas sesuai dengan kewenangan yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
7

Fungsi Puskesmas

A. Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan.


Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di
samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan

kesehatan

dan

pencegahan

penyakit

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

tanpa

mengabaikan

B. Pusat pemberdayaan masyarakat.


Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif

dalam

memperjuangkan

kepentingan

kesehatan

termasuk

sumber

pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan dan memantau


progran kesehatan. Pemberadayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosisal
budaya masyarakat setempat.
C. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
1. Pelayanan kesehatan perorangan.
Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan

penyakit

dan

pemulihan

kesehatan

perorangan,

tanpa

mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan


perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah
dengan rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan

kesehatan

masyarakat

tersebut

antara

lain

adalah

promosi

kesehatan,

pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan


kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
programkesehatan masyarakat lainnya.

Diagram1.1 Fungsi Puskesmas


Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan program kesehatan perorangan dan
program kesehatan masyarakat, yang bila ditinjau dalam sistem kesehatan
nasional, keduanya merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Program
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu program kesehatan wajib
dan program kesehatan pengembangan.
8 Upaya Kesehatan Wajib
Program yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global
serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Program kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
yang ada di wilayah Indonesia. Program kesehatan wajib Puskesmas adalah:
A. Program Promosi Kesehatan

B. Program Kesehatan Lingkungan


C. Program Kesehatan Ibu dan Anak
D. Program Keluarga Berencana
E. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
F. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
G. Program Pengobatan Dasar
Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib yang ditampilkan dalam
bentuk tabel, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.10 Indikator Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Program
Kesehatan Wajib

Kegiatan

Promosi Kesehatan

Promosi hidup bersih dan sehat

Kesehatan
Lingkungan

Penyehatan pemukiman

Kesehatan Ibu dan


Anak

ANC
Pertolongan persalinan
MTBS
Imunisasi

Keluarga Berencana

Pelayanan Keluarga Berencana

Pengendalian
Penyakit Menular

Diare
ISPA
Malaria
Tuberkulosis

Gizi

Distribusi vit A/ Fe / cap


yodium
PSG

Indikator
Tatanan sehat
Perbaikan perilaku sehat
Cakupan air bersih
Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Cakupan K1, K4
Cakupan linakes
Cakupan MTBS
Cakupan imunisasi, terdiri
dari :
HB0, BCG, Polio 1,
DPT/HB1, Polio 2,
DPT/HB2, Polio 3,
DPT/HB3, Polio 4, Campak
Cakupan MKET
Cakupan kasus diare
Cakupan kasus ISPA
Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Cakupan vit A /Fe / cap
yodium
% gizi kurang / buruk, SKDN
% kadar gizi

Promosi Kesehatan

Pengobatan

Medik dasar
UGD
Laboratorium sederhana

Cakupan pelayanan
Jumlah kasus yang
ditangani
Jumlah pemeriksaan

9 Upaya Kesehatan Pengembangan


Program yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Program
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar program kesehatan pokok puskesmas
yang telah ada yakni :
a Program Kesehatan Sekolah
b Program Kesehatan Olahraga
c Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
d Program Kesehatan Kerja
e Program Kesehatan Gigi & Mulut
f Program Kesehatan Jiwa
g Program Kesehatan Mata
h Program Kesehatan Usia Lanjut
i Program Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pemilihan program kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
program kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti
target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan
program kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Dalam keadaan tertentu program kesehatan pengembangan puskesmas dapat
pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota. Penyelenggaraan
program kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus menerapkan azas

penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan tersebut


dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah
pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap program puskesmas, baik program kesehatan wajib
maupun program kesehatan pengembangan
Tabel 1.11 Indikator Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas
Upaya kesehatan
pengembangan
Upaya Kesehatan
Sekolah

Kegiatan

Indikator

UKS/UKGS

Jumlah Sekolah dg
UKS/UKGS
% sekolah sehat

Upaya kesehatan olah


raga

Memasyarakatkan olah
raga untuk kesehatan

Jumlah kelompok senam


Jumlah klub jantung sehat

Upaya perawatan
kesehatan masyarakat

Kunjungan rumah
konseling

% keluarga rawan yang


dikunjungi

Upaya kesehatan kerja

Memasyarakatkan
masker (norma sehat
dalam bekerja)

% pos UKK
Tingkat perkembangan pos
UKK

Upaya kesehatan gigi


dan mulut

Poliklinik gigi

Jumlah kasus gigi

Upaya kesehatan jiwa

Konseling

Jumlah kasus penyakit jiwa

Upaya kesehatan mata

Mencegah kebutaan

Jml pend. katarak yg


dioperasi
Jml kelainan visus yang
dikoreksi

Upaya kesehatan usia


lanjut

Memasyarakatkan
perilaku sehat di usia
lanjut

% Posyandu Usila
Tingkat perkembangan
Posyandu Usila

Usaha
pembinaanpengobatan
tradisional

Membina pengobatan
tradisional yang
rasional

Jumlah sarasehan battra


Jumlah battra yang dibina

1.1.2.10 Azas Puskesmas

A. Azas pertanggungjawaban wilayah


Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
1. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
2. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
4. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya.
B. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas. Untuk ini,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
1. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
2. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
3. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
4. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

5. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Pokestren)
6. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
7. Kesehatan Kerja : Pos Program Kesehatan Kerja (Pos UKK)
8. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat (TPKJM)
9. Pembinaan

Pengobatan

Tradisional:

Tanaman

Obat

Keluarga

(TOGA),Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra)


C. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Program memadukan penyelengaraan berbagai program kesehatan yang
menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh : MTBS, UKS, Puskesmas Keliling,
Posyandu
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Program memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program
dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatn dan
dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektoral antara lain :
1

UKS, Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,

pendidikan & agama.


Promosi Kesehatan, keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,

lurah/kepala desa, pendidikan, agama & pertanian.


Perbaikan Gizi, keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha dan
organisasi kemsyarakatan.

Kesehatan kerja, keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala


desa, tenaga kerja & dunia usaha.

D. Azas Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana
pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni:
a. Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis)
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang
lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan program kesehatan
perorangan dibedakan atas :
1 Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis
2

(contoh: operasi) dan lain-lain.


Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium

yang lebih lengkap.


Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau

menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.


b. Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan)
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana.
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
1

Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,


peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,

bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.


Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa,
bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan kesehatan karena

bencana alam.
Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan

kesehatan

masyarakat

kepada

dinas

kesehatan

kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas


tidak mampu.

Gambar 1.2 Sistem Rujukan Puskesmas


3

Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih


Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih mulai beroperasi pada bulan Juli 1990

setelah terjadi pemisahan wilayah dengan Kecamatan Johar Baru. Puskesmas


Kecamatan Cempaka Putih menempati gedung baru di Jl. Cempaka Putih Barat 19
No. 2 RT 07 RW 07, Kelurahan Cempaka Putih Barat, Kecamatan Cempaka Putih
sesuai dengan instruksi Ka Sudinkes Jakarta Pusat, dengan bangunan tiga lantai
memiliki Unit Siaga 24 Jam dan Rumah Bersalin.
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih membawahi tiga Puskesmas Kelurahan

yaitu Kelurahan Cempaka Putih Barat I, Cempaka Putih Barat II,dan


Rawasari.Sejak bulan Maret 2001 Puskesmas ini ditetapkan sebagai Puskesmas
Swadana, kemudian tahun ini ditetapkan juga oleh Gubernur DKI Jakarta bahwa
setiap Puskesmas Kecamatan harus membuka Unit Puskesmas Siaga 24 jam..
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta nomor 2086/2006
tanggal 28 Desember 2006 tentang penetapan 44 Puskesmas Kecamatan sebagai
Unit Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta yang menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara bertahap. Maka Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih sejak tahun 2007 menjalankan keputusan tersebut.

Gambar 1.3 Skema Puskesmas di wilayah Kecamatan Cempaka Putih


Keterangan
: Puskesmas Kecamatan
: Puskesmas Kelurahan
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2016)
1 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Dengan surat keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No
15 Tahun 2001 tentang uji coba Puskesmas Kecamatan di Daerah Khusus Ibukota
DKI Jakarta sebagai unit swadana daerah maka Puskesmas Kecamatan Cempaka
Putih resmi menjadi Puskesmas Unit Swadana Kecamatan Cempaka Putih
terhitung mulai tanggal 14 Februari 2001.
Puskesmas Unit Swadana merupakan Puskesmas yang diberi wewenang

mengelola sendiri penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasional secara


langsung dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
A Visi Puskesmas adalah menjadikan Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
sebagai Puskesmas pilihan utama di DKI Jakarta.
B Misi Puskesmas sebagai berikut :
1 Meningkatkan SDM yang berkualitas dan kompeten secara berkelanjutan.
2 Meningkatkan mutu pelayanan secara menyeluruh yang berorientasi pada
kebutuhan pelanggan.
3 Meningkatkan sarana dan prasarana yang aman, nyaman, dan berkualitas.
4 Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan harmonis.
5 Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan lintas sektoral.
C Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih adalah memberikan
pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada peningkatan
kepuasan pelanggan melalui pemenuhan persyaratan pelanggan serta
D
1
2
3
4
5

peraturan terkait.
Tujuan Puskesmas adalah sebagai berikut :
Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif
Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat rehabilitatif
Mengembangkan proses Perencanaan (P1), Pengorganisasian

dan

Pelaksanaan (P2), Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) dan


6
7
8
9

pelayanan kesehatan
Mengembangkan pengorganisasian pelayanan kesehatan
Mengembangkan sistem pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan
Mengembangkan sistem pengendalian dan evaluasi pelayanan kesehatan
Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknis petugas medis dan

paramedik
10 Meningkatkan kemampuan teknis petugas-petugas non medis
11 Mensosialisasikan paradigma baru
2
Tugas Pokok
Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknik Dinas Kesehatan yang
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian, Puskesmas

Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga


kesehatan di wilayah kerjanya.
3
Fungsi Puskesmas
1 Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, pengendalian
Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan dan pendidikan di
2

wilayah kerjanya
Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap pengelolaan dan

pelayanan Puskesmas Kelurahan


Memberikan pelayanan kesehatan klinis meliputi: loket, rekam medis, klinik
umum, ibu anak, KB, gigi, spesialis, konsultasi remaja, gizi, geriatri, klinik

24 jam, persalinan
Rawat inap, laboratorium klinik, apotek, farmasi komunikasi, radiologi, optik,

serta klinik lainnya sesuai kebutuhan


Mengkoordinasi temu lintas batas, lintas sektoral dalam penanggulangan

masalah kesehatan.
Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang

4
a

meliputi Kader Kesehatan, Posyandu, Karang wredha dan lain-lain.


Sarana dan Prasarana
Gedung Puskesmas di Kecamatan Cempaka Putih
Tabel 1.12 Uraian Gedung Puskesmas di Kecamatan Cempaka Putih
Uraian

Kecamatan
Cempaka
Putih

Kelurahan
Cempaka
Putih Barat I

Kelurahan
Cempaka
Putih Barat II

Kelurahan
Rawasari

1.350

621

138

287

3.499
4,5 lantai
Renovasi total
tahun 2010
Genteng

855
3 lantai
2011

195,98
1 lantai
1977

Genteng

284
2 lantai
Renovasi tahun
2006
Genteng

Genteng

Plafon

Gypsum

Gypsum

Gypsum

Eternit

Dinding

Tembok

Tembok

Tembok

Tembok

Lantai

Keramik

Keramik

Keramik

Keramik

Luas Tanah (m2)


2

Luas Bangunan (m )
Pembangunan Gedung
Atap

Pagar

Besi

Besi

Stainless

Besi

31

161.000

23.000

16.500

3.500

Telepon

Ada

Ada

Ada

Ada

Internet

Ada

Ada

Ada

Ada

Air

PAM

Pump

PAM

Pump

WC
Listrik (watt)

(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih2016)


b
1
2

Alat transportasi
Lima buah sepeda motor di Puskesmas Kecamatan
Pada awal tahun 2004 menerima satu unit Mobil Ambulance Mitsubishi L

300 untuk operasional Puskesmas


Tahun 2005 menerima satu Unit Mobil Dinas Suzuki APV untuk Operasional

Puskesmas
Tahun 2014 menerima satu Unit Mobil Ambulance KIA Travelo untuk

c
1
2
3
4
5
6

Operasional Puskesmas
Alat medis dan non medis
Alat Rontgen diruangan khusus
Peralatan Laboratorium lengkap
Alat pemeriksaan khusus untuk kasus THT sudah dioprasikan
Alat audiometri untuk sementara belum bisa dioperasikan
Alat pemeriksaan empat unit EKG
Enam Dental unit di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, dan masingmasing 1 unit di Puskesmas Kelurahan. (dari 6 Dental Unit Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih, karena keterbatasan hanya bisa dioperasionalkan

5 Dental Unit)
Satu Unit alat USG belum bisa dioperasikan karena belum ada SDM yang

memadai
Obat-obatan. (perencanaan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun
sebelumnya).

Gambar 1.4 Denah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih


(Sumber : Arsip Profil Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih)

5 Sumber Daya Manusia


Potensi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas wilayah Kecamatan Cempaka
Putih Periode Januari Desember 2015 berjumlah 88 orang, dengan perincian:
Tabel 1.13 Ketenagaan di Puskesmas Se-kecamatan Cempaka PutihTenaga
PNS Tenaga Kesehatan
PENDIDIKAN
S2

S1
TENAGA KESEHATAN

D4

D3

Lainlain

Kec.
Cemput

Kesmas
Spesialis
Dokter
Umum
Dokter gigi
Perawat
Apoteker
SKM
Kebidanan
Perawat
Kebidanan
Radiologi
Akfis
Gizi
Kesling
Farmasi
Analis
Kesehatan
Rekam
Medis
D1 Gizi
D1 Kesling
D1 Bidan
SPK
SAA
SPRG

0
1
6

PUSKESMAS
Kel. Kel. Rawasari
CPB CPT
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1

Jumlah
0
1
8

3
4
1
1
0
12
3
2
1
2
1
0
1

1
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0

1
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0

1
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0

6
6
1
1
0
13
9
2
1
2
1
0
1

2
0
2
1
0
2

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
1
0

2
0
2
1
1
2

(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2016)

Tabel 1.14 Tenaga Non Kesehatan

PENDIDIKAN
Non
SPAG

Kec.
Cemput

PUSKESMAS
Kel.
Kel.
Kel.
CPB1
CPB2
Rawasari
0
0
0
0

Kesehatan
S1

Pek. Kes
Adm
Komput
D3
er
Lain- lain SLTA
SLTP
SD
Jumlah

1
1

1
0

0
0

0
0

0
3
0

0
0
0
0
5

0
0
0
0
6

0
0
0
0
5

51

(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2016)


Tabel 1.15 Tenaga PTT/ Honorer/ Kontrak
Pendidikan
Kec.
Cemput
S2
S1

Tenaga
Kesehatan

D
4

D
3

Puskesmas
Kel.
Kel.
Cpb1 Cpb2

Jumlah
Rawasari

Kesmas
Spesialis
Dokter
Dokter
Gigi
Perawat
Apoteker
Skm
Kebidanan

0
0
4
1

0
0
1
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
5
1

0
2
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
2
0
0

Perawat
Kebidanan
Radiologi
Akfis
Gizi
Kesling
Farmasi
Rekam
Medik
Analis
Kesehatan

4
8
0
0
0
0
0
1

0
0
0
0
0
0
1
0

0
0
0
0
0
0
0
0

1
0
0
0
0
0
0
0

5
8
0
0
0
0
1
1

(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2016)


Tabel 1.15 Tenaga PTT/ Honorer/ Kontrak (lanjutan)
TENAGA
KESEHATA
N

PUSKESMAS
PENDIDIKAN

Jumlah
Kec.
Cempu
t

Kel.
Kel. Rawasar
CPB1 CPB2 i

Lain- SPK
lain
SPRG
SAA
Analish
Kesh

NON
KESEHATAN

SPAG
Pek Kes
S1
Adm
D3
Komputer
Lain- SLTA
lain
SLTP
SD

JUMLAH

0
3
0

0
0
0

0
1
0

0
0
0

0
4
0

0
0
4
2
7

0
0
0
0
1

0
0
1
0
0

0
0
0
0
1

0
0
5
2
9

0
0
37

0
0
3

0
0
2

0
0
2

0
0
44

(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2016)


6 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Stuktur organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih tahun 2016, terdiri
atas Kepala Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih yang dibantu oleh Tata Usaha,
Satuan Pengawas Internal, seksi Kesehatan Masyarakat, seksi Pelayanan
Kesehatan dan bertanggung jawab terhadap Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih
Barat 1, Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat 2, dan Puskesmas Kelurahan
Rawasari. Seksi Upaya Kesehatan Masyarakat terdiri dari Program Esensial yang
bertanggung jawab terhadap bagian Pomosi Kesehatan, Kesehatan LingkunganDBD, KIA-KB, Gizi, P2M, Pelatihan Keperawatan Kesehatan Masyarakat, serta
Program Pengembangan yang bertanggung jawab terhadap bagianKesehatan Jiwa,
Kesehatan Gigi Masyarakat-UKGS, Kesehatan Lansia. Seksi Upaya Kesehatan
Perorangan bertanggung jawab terhadap pelayanan rawat jalan, ruang bersalin,
farmasi, laboratorium, peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan, patient
safety, pengelolaan limbah medis, dan pemeriksaan jenazah.

Kepala
Puskesma
s
SPI
Ka Subag
(Satuan
TU
Pengawas
Internal)

Pengembang
an

Esensial

Promkes-UKS

Kesling-DBD

KIA-KB

Gizi

Pencegahan &
Pengendalian
Penyakit
-IMS/HIV/PM
- PTM
- Surveilans

Pel. Perawatan
Kes. Masyarakat

Puskesma
s
Kelurahan

UKP

UKM

Rawat Jalan

Kesehatan
Jiwa

RB

Kes. Gigi
MasyarakatUKGS

Farmasi

Kesehatan
Lansia

Laboratorium

Peningkatan
& Penjaminan
Mutu
Pelayanan

Patient
Safety

Pengelolaan
Limbah Medis

Pemeriksaan
Jenazah

Diagram 1.2 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih


(Sumber: Arsip Profil Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2016)
Program Keluarga Berencana di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah
dalam rangka menekan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Program KB di Indonesia tidak lagi hanya terfokus pada pengaturan kelahiran


dalam rangka pengendalian penduduk dan peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, berkembangnya isu HAM, termasuk hak-hak reproduksi dan hak-hak
perempuan (kesejahteraan gender) mendorong program KB untuk memberikan
penekanan yang sama pada program kesehatan reproduksi serta peningkatan
partisipasi pria. Pemakaian kontrasepsi mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai
pengendalian kelahiran dan peningkatan kualitas kesehatan reproduksi.
Tujuan Keluarga Berencana secara umum adalah menurunkan angka kelahiran
dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (BKKBN, 2014).

Tujuan
Keluarga berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan
hanya terjadi pada waktu yang diinginkan. Tujuannya agar :
1. Tujuan umum berupa menurunkan angka kelahiran dan meningkatkan
kesehatan ibu sehingga mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) melalui pengendalian pertumbuhan, meningkatkan
keikut sertaan kelestrarian ber KB seluruh pelosok sehingga akan
menurunkan angka fertilitas yang bermakna.
2. Tujuan khusus berupa; Meningkatkan pemerataan pemakaian MKJP baik
terhadap peserta baru maupun kb aktif, meningkatkan dan semakin meratanya
penggarapan terhadap generasi muda dalam kaitannya dengan pendewasaan
usia kawin dan sebagai bantuan mendukung gerakan KB nasional di daerah,

Semakin meratanya kemandirian masyarakat dalam ikut serta memberikan


pelayanan atau mendapatkan pelayanan KB (BKKBN,2014).
Sasaran
Sasaran program Keluarga Berencana adalah Pasangan Usia Subur (PUS) dan
Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM). Jumlah pasangan usia subur yang
menjadi sasaran program ditetapkan berdasarkan survei pasangan usia subur yang
dilaksanakan sekali setiap tahun dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh PLKB
(Petugas Lapangan Keluarga Berencana) di masing-masing kelurahan atau dari
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) (BKKBN,2014).
Sasaran program Keluarga Berencana mempunyai tiga sasaran diantaranya :
1. Sasaran Primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan
atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum,
ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan
terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan

perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang
diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan
perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan
sosial (social support).
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat,
maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakankebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai
dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga
kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi
(BKKBN,2014).
Program dan Upaya KB
Program dan Upaya KB Nasional antara lain :
1. Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dan konseling calon pengantin.
2. Konseling dan pelayanan KB pada WUS/PUS
3. Promosi KB pasca persalinan
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Penerangan dan motivasi
6. Pelembagaan program
7. Pendidikan KB
8. Pendidikan dan pelatihan tenaga program

9. Pelayanan KB
10. Pencapaian peserta KB Baru
11. Pencapaian peserta KB Aktif
12. Prasarana dan Sarana
13. Pelaporan dan Penelitian
(BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012)
Ruang Lingkup
Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat (pada
saat kunjungan, posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa wisma dan
sebagainya). Termasuk dalam kegiatan penyuluhan ini adalah konseling untuk
PUS (BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012).
Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, meliputi :
1.

IUD

2.

Pil KB

3.

Implant (susuk KB)

4.

Suntik

5.

Kondom
Kegiatan program KB di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih adalah

mengadakan penyuluhan KB, menyediakan alat-alat kontrasepsi dan memberikan


pelayanan KB pada usia subur serta mengadakan pelayanan KB keliling.
Akseptor KB terdiri dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah
akseptor yang baru mengikuti program KB pertama kali tetapi belum tentu
berdomisili di Kecamatan Cempaka Putih. Sedangkan KB aktif adalah akseptor

yang mengikuti KB terus-menerus yang berdomisili di Kecamatan Cempaka Putih


(BKKBN dan Kemenkes R.I. 2012).
1.3.1

Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain

(BKKBN,2014).:
1

Pendekatan kemasyarakatan (community approach).


Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat

(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.


2

Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)


Mengkoordinasikanberbagai

pelaksanaan

program

KB

dan pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan


mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan
kemitraan sejajar.
3

Pendekatan integrative (integrative approach)


Memadukan

pelaksanaan

kegiatan

pembangunan

agar

dapat

mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat


sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4

Pendekatan kualitas (quality approach)


Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider)

dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.


5

Pendekatan kemandirian (self rellant approach)

Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat


yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan program KB nasional.
6

Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)


Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional,

dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :


a

Tahap perluasan jangkauan


Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :

Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada

penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan yang besar

Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada

tahap ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.


b

Tahap pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap

perluasan jangkauan. Tahap coveragewilayah diperluas jangkauan propinsi luar


Jawa Bali. Tahap ini inkator kuantitatif kesertaan ber- KB pada kisaran 45-65 %
dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan
memanfaatkan momentum-momentum besar.
c

Tahap pembudayaan program KB

Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia.


Sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak,
oleh sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra
(Tabungan Keluarga Sejahtera) dan Kukesra (Kredit Usaha Keluarga Sejahtera).
Adapun kegiatan/cara operasional pelayana KB adalah sebagai berikut :
a

Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)


Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan

penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan


penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam ber
KB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
b

Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB


Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita

baik sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan
mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang
tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan
yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat
sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.

Pengayoman,

melalui

program

ASKABI

(Asuransi

Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila
terjadi komplikasi dan kegagalan.
c

Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah


PSM

ditonjolkan

(pendekatan

masyarakat)

serta

kerjasama

institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).


d

Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan,

dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan (Saifuddin A B, 2003).


1.3.2

Macam Metode Kontrasepsi yang Ada Dalam Program KB (Keluarga


Berencana) Di Indonesia

1. Metode Kontrasepsi Sederhana


Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus,
metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu Basal Badan, dan
Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan
metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, dan
spermisida.
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja.

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.


Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik
dan implant.
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan Vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
5. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil
dan AKDR (Cunningham F G, Gant NF, 2009).
1.3.3

Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi


Tabel 1.11. Uraian Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi

Jenis Kontrasepsi
1. Pil
2. Kondom

3. AKDR

Kondisi Penyimpanan
Simpan di tempat kering, dan
jauhkan dari sinar matahari
langsung
Simpan di tempat kering, yaitu
suhu > 40C dan jauhkan dari
sinar matahari langsung, bahan
kimia, dan bahan yang mudah
rusak
Lindungi dari kelembabab, sinar
matahari langsung, suhu 15-

Masa Kadaluwarsa
5 tahun
3-5 tahun

7 tahun

4. Spermisida
5. Implant
6. Suntik KB

30C
Simpan pada ruang bersuhu 1530C, jauhkan dari temperatur
tinggi
Simpan di tempat kering, suhu >
30C
Simpan pada suhu 15-30C
posisi vials tegak lurus
menghadap ke atas, jauhkan dari
sinar matahari langsung

3-5 tahun
5 tahun
5 tahun

(Cunningham F G, Gant NF, 2009)


1.3.4

Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana di Puskesmas Wilayah


Kecamatan Cempaka Putih 2016

Akseptor KB terdiri dari dua, yaitu KB baru dan KB aktif. KB baru adalah
akseptor yang baru mengikuti program KB pertama kali tetapi belum tentu
berdomisili di Kecamatan Cempaka Putih. Sedangkan KB aktif adalah akseptor
yang mengikuti KB terus-menerus yang berdomisili di Kecamatan Cempaka
Putih.
Secara umum, berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Prov. DKI
Jakarta tahun 2008, target untuk peserta KB baru dan KB Aktif tahun 2016 adalah
90% dari PPM (Perkiraan Permintaan Masyarakat).
Indikator pelayanan KB :
1. Tenaga
2. Sarana dan prasarana
3. Cakupan pelayanan

Tabel 1.12. Indikator Pelayanan KB

INDIKATOR PELAYANAN KB
Tenaga
1. Jumlah dokter SpOg
1.
2. Jumlah dokter umum
terlatih standarisasi KB di
fasilitas pelayanan KB
(RS, Puskesmas, DPS)
3. Jumlah bidan terlatih 2.
standarisasi
KB
di
fasilitas pelayanan KB
(RS, Puskesmas, DPS)
3.
4. Jumlah Bidan di desa
yang terlatih standarisasi
KB (Polindes/poskesdes)
4.

Sarana dan
Prasarana
Ketersediaan
peralatan
pelayanan
KB
(IUD kit, Implant
kit,dll)
Ketersediaan
BPH
(Bahan
Habis Pakai)
Ketersediaan
alokon
untuk
keluarga miskin
(GAKIN)
Ketersediaan
alokon untuk non
GAKIN

Cakupan Pelayanan
1. Persentase peserta KB
Aktif (CPR)
2. Persentase peserta KB
baru
3. Persentase komplikasi
4. Persentase kegagalan
5. Persentase drop out
6. Persentase PUS Miskin
ber-KB
7. Persentase
PUS
4T
(melahirkan terlalu muda,
terlalu banyak (anak),
terlalu
rapat
(jarak
kelahiran) dan terlalu tua)
Ber-KB
8. Persentase PUS dengan
atau menderita penyakit
kronis ber-KB
9. Persentase
ibu
pasca
bersalin / keguguran berKB

(Sumber: Departemen Kesehatan RI 2012)


Dari data di atas di dapatkan 7 indikator Pelayanan KB, yang masing-masing
nya merupakan indikator yang perlu dicapai dari setiap Puskesmas.

Tabel . Indikator dan Pencapaian Program KB Puskesmas Kecamatan


Cempaka Putih Tahun 2016
Program

Indikator

KB

IUD
MOW
MOP
Implant
Suntik
Pil

Target 12 Bulan
(%)
75%

Target 7
bulan (%)
43,75 %

Kondom

(Sumber : Laporan Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Tahun 2016)


Tabel .Cakupan Peserta KB Aktif dengan Suntik di Wilayah Puskesmas seKecamatan Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No.
1
2
3

Kelurahan
Cempaka Putih Timur
Cempaka Putih Barat
Rawasari
JUMLAH

PUS
(a)

SUNTIK
(b)

Pencapaian
(b/a x 100 %)

Target 7
bulan (%)

3878
6302
4363
14543

1846
1272
759
3877

47,6
20,18
17,39
26,65

43,75
43,75
43,75

Tabel .Cakupan Peserta KB Aktif dengan Pil di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan


Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No.
1
2
3

Kelurahan
Cempaka Putih Timur
Cempaka Putih Barat
Rawasari
JUMLAH

PUS
(a)

PIL
(b)

Pencapaian
(b/a x 100 %)

Target 7
bulan (%)

3878
6302
4363
14543

411
1533
659
2603

10,59
24,32
15,10
17,89

43,75
43,75
43,75

Tabel .Cakupan Peserta KB Aktif dengan IUD di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan


Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No.
1
2
3

Kelurahan
Cempaka Putih Timur
Cempaka Putih Barat
Rawasari
JUMLAH

PUS
(a)

IUD (b)

Pencapaian
(b/a x 100 %)

Target 7
bulan (%)

3878
6302
4363
14543

721
639
440
1800

18,59
10,13
10,08
12,37

43,75
43,75
43,75

Tabel .Cakupan Peserta KB Aktif dengan Implant di Wilayah Puskesmas seKecamatan Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No. Kelurahan
PUS
Implant
Pencapaian
Target 7
(a)
(b)
(b/a x 100 %)
bulan (%)
1
2
3

Cempaka Putih Timur


Cempaka Putih Barat
Rawasari
JUMLAH

3878
6302
4363
14543

151
354
88
593

3,89
5,61
2,01
4,07

43,75
43,75
43,75

Tabel .Cakupan Peserta KB Aktif dengan Kondom di Wilayah Puskesmas seKecamatan Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No.
1
2
3

Kelurahan
Cempaka Putih Timur
Cempaka Putih Barat
Rawasari
JUMLAH

PUS
(a)

Kondom
(b)

Pencapaian
(b/a x 100 %)

Target 7
bulan (%)

3878
6302
4363
14543

161
491
686
1338

4,15
7,79
15,72
9,02

43,75
43,75
43,75

Tabel .Cakupan Peserta KB Aktif dengan MOW di Wilayah Puskesmas seKecamatan Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No.
1
2
3

Kelurahan
Cempaka Putih Timur
Cempaka Putih Barat
Rawasari
JUMLAH

PUS
(a)

MOW
(b)

Pencapaian
(b/a x 100 %)

Target 7
bulan (%)

3878
6302
4363
14543

102
134
92
328

2,63
2,12
2,10
2,25

43,75
43,75
43,75
43,75

Tabel .Cakupan Peserta KB Aktif dengan MOP di Wilayah Puskesmas seKecamatan Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No.
1
2
3

Kelurahan
Cempaka Putih Timur
Cempaka Putih Barat
Rawasari
JUMLAH

PUS
(a)

MOP (b)

Pencapaian
(b/a x 100 %)

Target x
bulan (%)

3878
6302
4363
14543

5
16
10
31

0,12
0,25
0,23
0,21

43,75
43,75
43,75

1.4 Identifikasi Masalah


Setelah mengkaji data dari program kesehatan dasar (basic seven) di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Januari Juli 2016, terdapat satu program
yang dipilih dalam identifikasi masalah, yaitu Program Keluarga Berencana.
Program ini dipilih karena merupakan salah satu program dengan karakteristik

khusus yaitu, puskesmas dalam hal ini berfungsi sebagai pelaksana, dan fungsi
perencana dan pengawas adalah PLKB yang berada di Kecamatan dan tingkat
Suku Dinas.
Sasaran program Keluarga Berencana adalah kelompok-kelompok masyarakat
yang berada di wilayah Kecamatan Cempaka Putih dan secara khusus adalah
kelompok-kelompok pasangan usia subur. Penyuluhan ini diberikan secara
terpadu bersamaan dengan program wajib dan pengembangan lainnya termasuk di
dalamnya tokoh masyarakat, masyarakat umum, dan masyarakat sekolah dengan
kegiatan pencapaian program dan target sebagai berikut:
1. Cakupan peserta KB aktif dengan Suntik di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 26,65%
2. Cakupan Peserta KB aktif dengan Pil di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 17,89%
3. Cakupan Peserta KB aktif dengan IUD di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 12,37%
4. Cakupan Peserta KB aktif dengan Implant di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 4,07%
5. Cakupan Peserta KB aktif dengan Kondom di wilayah se-kecamatan
Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 9,02%
6. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOW di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 2,25%
7. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOP di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 0,21%

1.5 Rumusan Masalah


Setelah mengidentifikasi masalah dari program wajib puskesmas di Kecamatan
Cempaka Putih maka dipilih satu program yang menjadi masalah, dengan cara
menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang telah terjadi (observed).
Selanjutnya dilakukan perumusan masalah evaluasi program pelayanan
kesehatan dasar keluarga berencana di puskesmas Cempaka Putih periode Januari
Juli 2016 berdasarkan data pasangan usia subur untuk membuat perencanaan
yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari
Program KB di puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Cakupan peserta KB aktif dengan Suntik di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 26,65%
2. Cakupan Peserta KB aktif dengan Pil di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 17,89%
3. Cakupan Peserta KB aktif dengan IUD di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 12,37%
4. Cakupan Peserta KB aktif dengan Implant di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 4,07%
5. Cakupan Peserta KB aktif dengan Kondom di wilayah se-kecamatan
Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 9,02%
6. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOW di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 2,25%

7. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOP di wilayah se-kecamatan Cempaka


Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 0,21%

BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1.

Penentuan Prioritas Masalah


Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan

apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul
harus dicarikan jalan keluarnya, namun karena keterbatasan sumber daya, dana,
dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus.
Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap
awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas
masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta
yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan
yang cukup.
Pada bab I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada program Keluarga
Berencana yang merupakan salah satu dari 7 program kesehatan dasar di
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. Dikarenakan adanya keterbatasan sumber
daya manusia, dana, dan waktu, maka dari semua masalah yang telah dirumuskan,
perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan

dalam penetapan prioritas masalah meliputi:


1

Menetapkan kriteria

Memberikan bobot masalah

Menentukan skoring tiap masalah


Berdasarkan hasil analisis program Keluarga Berencana puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih yang diangkat, maka didapatkan 15 permasalahan.


Adapun masalah tersebut meliputi:
1. Cakupan peserta KB aktif dengan Suntik di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 26,65%
2. Cakupan Peserta KB aktif dengan Pil di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 17,89%
3. Cakupan Peserta KB aktif dengan IUD di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 12,37%
4. Cakupan Peserta KB aktif dengan Implant di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 4,07%
5. Cakupan Peserta KB aktif dengan Kondom di wilayah se-kecamatan
Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 9,02%
6. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOW di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 2,25%
7. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOP di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 0,21%
Program Keluarga Berencana merupakan program kesehatan dasar yang
berhubungan

dengan

permasalahan

lintas

sektoral.

Diputuskan

untuk

menggunakan metode MCUA dalam penetapan prioritas masalah untuk program


ini karena metode ini memiliki parameter expanding scope, dimana parameter ini
menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain di
luar sektor kesehatan.
Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing masalah
dengan membandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap masalah
tersebut diberikan nilai. Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian
untuk menentukan prioritas masalah pada Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih,
yaitu :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria
ini adalah CFR (Case Fatality Rate) jika masalah yang dinilai berupa penyakit.
adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan
parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
2. Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena
masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit,
maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk
masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara
pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang
telah ditetapkan.

3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain
diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas
wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan
sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan
kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk
kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah
kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat
memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah
mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan
apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap
permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang
concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut
terpublikasi di berbagai media.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah
dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan
dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif.
Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan
digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan
yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang lebih
tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai
bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang
tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5: paling penting.
Bobot 4: sangat penting sekali.
Bobot 3: sangat penting.
Bobot 2: penting.
Bobot 1: cukup penting.
A. Emergency
Emergency menunjukkan besar kerugian yang ditimbulkan oleh masalah. Ini
ditujukan dengan case fatality rate (CFR) masing-masing penyakit. Sedangkan
untuk masalah-masalah yang tidak berhubungan dengan penyakit digunakan
proxy. Nilai proxy didapatkan dari berbagai sumber, sedangkan sistem scoring

proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.


Pada permasalahan ini, pengaruh jangka panjang KB adalah untuk menurunkan
angka kematian ibu (AKI), sehingga kelompok kami memakai angka kematian
ibu sebagai proxy. Angka Kematian Ibu adalah 359 orang per 100.000 jumlah
kelahiran hidup, menjadi 0,359 % (sumber: Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia, 2013).
Tabel 2.1 Penentuan Nilai Emergency berdasarkan Proxy AKI
Range (%)

Nilai

0 8636,2

8636,3 17272,4

17272,5 25908,6

25908,7 34544,8

43181

Tabel 2.2 Skoring Emergency terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan


Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No

Daftar Masalah

Cakupan (%)

Target

Cakupan peserta KB aktif


dengan Suntik di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 26,65%

26,65

43,75

Nilai
Proxy
16741

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Pil di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 17,89%

17,89

43,75

25501

Skor
2

Cakupan Peserta KB aktif


dengan IUD di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 12,37%

12,37

43,75

31021

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Implant di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari - Juli
2016 sebesar 4,07%

4,07

43,75

39321

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Kondom di wilayah
se-kecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 9,02%

9,02

43,75

34371

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOW di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 2,25%

2,25

43,75

41141

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOP di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 0,21%

0,21

43,75

43181

Greatest Member
Greatest Member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalence. Semakin besar
selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Penentuan Nilai Greatest Member
Range (%)
0 8,7
8,8 - 17,4
17,5 26,1
26,2 34,8
34,9

Nilai
1
2
3
4
5

Tabel 2.2 Skoring Greatest Member terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan


Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No
1

Daftar Masalah
Cakupan peserta KB aktif
dengan Suntik di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 26,65%

Cakupan (%)
26,65

Target
43,75

Selisih
17,1

Skor
2

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Pil di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 17,89%

17,89

43,75

25,86

Cakupan Peserta KB aktif


dengan IUD di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 12,37%

12,37

43,75

31,38

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Implant di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari - Juli
2016 sebesar 4,07%

4,07

43,75

39,68

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Kondom di wilayah
se-kecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 9,02%

9,02

43,75

35,07

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOW di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 2,25%

2,25

43,75

41,50

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOP di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 0,21%

0,21

43,75

43,54

C. Expanding Scope

Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan


terhadap sektor lain di luar sektor kesehatan. Dinilai melalui azas keterpaduan
puskesmas, yaitu melalui lintas sektor. Adanya keterpaduan lintas sektor diberikan
nilai 2, karena masalah pada suatu program memungkinkan untuk menimbulkan
masalah pada banyak sektor lainnya yang berhubungan langsung, sedangkan yang
tidak ada kaitan dengan sektor lain diberikan nilai 1.
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas
Sektoral dan Program Periode Januari Juli 2016
Keterpaduan
Tidak ada keterpaduan lintas sektor atau lintas program
Ada Keterpaduan lintas sektor atau lintas program
Ada Keterpaduan lintas sektor dan lintas program

Nilai
1
2
3

Tabel 2.2 Skoring Expanding Scope terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan


Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
Sko
r
3

No

Daftar Masalah

Cakupan peserta KB aktif


dengan Suntik di wilayah sekecamatan Cempaka Putih pada
periode Januari Juli 2016
sebesar 26,65%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Pil di wilayah sekecamatan Cempaka Putih pada
periode Januari Juli 2016
sebesar 17,89%

s3

Cakupan Peserta KB aktif


dengan IUD di wilayah sekecamatan Cempaka Putih pada
periode Januari Juli 2016
sebesar 12,37%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Implant di wilayah sekecamatan Cempaka Putih pada
periode Januari - Juli 2016
sebesar 4,07%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Kondom di wilayah sekecamatan Cempaka Putih pada
periode Januari Juli 2016
sebesar 9,02%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOW di wilayah sekecamatan Cempaka Putih pada
periode Januari Juli 2016
sebesar 2,25%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOP di wilayah sekecamatan Cempaka Putih pada
periode Januari Juli 2016
sebesar 0,21%

D. Feasibility
Feasibility menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja yang
terdapat di puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan. Untuk menilai hal tersebut
digunakan sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya manusia, program
kerja, material, serta transportasi yang efektif serta efisien untuk mengatasi
masalah tersebut.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat
diselesaikan meliputi:
1. Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber Daya
Manusia/ SDM). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan
semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan rasio tenaga kesehatan
di puskesmas kecamatan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran
program kesehatan dimasing-masing wilayah puskesmas.
Tabel 2.7 Penentuan Nilai Feasibility berdasarkan Rasio Tenaga Kerja
Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk
Range
1:1 1:1000

Nilai
5

1:1001 1:2000
1:2001 1:3000
1:3001 1:4000
1: 4001 1:5000

4
3
2
1

2. Ketersediaaan fasilitas, nilai ketersediaan fasilitas terhadap setiap kegiatan


Puskesmas penilaiannya dibagi 2, yaitu :tersedia dan tidak tersedia.
Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program terkait.
Tabel 2.8 Penentuan Nilai Feasibility berdasarkan Ketersediaan Fasilitas
No
1

Kategori
Tempat

Alat/obat

Ketersediaan
Tersedia
Tidak tersedia
Tersedia
Tidak tersedia

Nilai
1
2
1
2

Tabel 2.2 Skoring Feasability terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan


Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016
No

Daftar Masalah

Cakupan peserta KB aktif


dengan Suntik di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 26,65%

Tenaga
Kerja
Puskes
3

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Pil di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 17,89%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan IUD di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 12,37%

Fasilitas Alat /
Obat

Skor
4

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Implant di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari - Juli
2016 sebesar 4,07%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Kondom di wilayah
se-kecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 9,02%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOW di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 2,25%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOP di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 0,21%

E. Policy
Untuk dapat menyelesaikan masalah ini, maka aspek lain yang harus
dipertimbangkan dari suatu masalah tersebut menjadi perhatian masyarakat dan
pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan sebagai hasil
justifikasi ditentukan bahwa untuk mengetahui hal tersebut dilihat dari seberapa
seringnya masalah tersebut dipublikasikan di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling mungkin
sampai ke masyarakat. Publikasi suatu informasi kesehatan di media elektronik
memiliki jangkauan yang lebih luas. Kebijakan pemerintah berupa undangundang yang mengatur jumlah anak juga berperan dalam publikasi program KB.
Publikasi informasi dalam bentuk media cetak dan penyuluhan pun termasuk
dalam penilaian policy. Penjumlahan dari nilai-nilai tersebut dijadikan score
penilaian.
Dalam menilai aspek kebijakan pemerintah, penilaian mengacu kepada:
1. Undang-undang

Nomor

52

Tahun

2009

tentang

Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga


2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
BKKBN mempunyai tugas di bidang pengendalian penduduk dan keluarga
berencana
3. Peraturan BPJS Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 22 ayat (1)
bahwa pelayanan Keluarga Berencana merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan untuk memberikan jaminan pelayanannya bagi seluruh peserta
jaminan
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan,
BKKBN dan Pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan kebutuhan
alat dan obat kontrasepsi bagi seluruh Pasangan Usia Subur (PUS) Jaminan
Kesehatan Nasional.
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
6. Peraturan Gubernur Nomor 31 tahun 2013 tentang penyelenggaraan
kesehatan reproduksi
7. Peraturan Gubernur Nomor 47 tahun 2014 tentang Pelayanan Keluarga
Berencana di Provinsi DKI Jakarta
8. Peraturan Gubernur Nomor 227 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan perempuan dan Keluarga Berencana.
Tabel. 2.10 Penentuan Nilai Policy
Parameter

Score

Kebijakan pemerintah (Nasional dan/atau Daerah)


Dua atau lebih kebijakan
Satu kebijakan
Tidak ada kebijakan

3
2
1

Media (Cetak dan/atau Elektronik)


Elektronik dan Cetak
Elektronik atau Cetak

2
1

Tabel 2.2 Skoring Feasability terhadap Program KB di Wilayah Kecamatan


Cempaka Putih Periode Januari Juli 2016

No
1

Daftar Masalah
Cakupan peserta KB aktif
dengan Suntik di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 26,65%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Pil di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 17,89%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan IUD di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 12,37%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Implant di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari - Juli
2016 sebesar 4,07%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan Kondom di wilayah
se-kecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 9,02%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOW di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 2,25%

Cakupan Peserta KB aktif


dengan MOP di wilayah sekecamatan Cempaka Putih
pada periode Januari Juli
2016 sebesar 0,21%

Kebijakan

Media

Nilai

Penetapan Prioritas Masalah


Dari kelima aspek tersebut di atas, hasil nilai kemudian dikalikan dengan
bobot sehingga didapatkan bobot nilai. Hasil perhitungan skor bobot nilai adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.12. Penentuan Prioritas Masalah Menurut Metode MCUA di Wilayah Sekecamatan Cempaka Putih
Periode Januari Juli Tahun 2016
NO

1
2
3
4
5
JUMLAH

PARAMETER

GREATEST
MEMBER
FEASIBILITY
POLICY
EXPANDING
SCOPE
EMERGENCY

BOBOT

MS-1

MS-2

MS-3

MS-4
B
N
N

BN

BN

BN

12

16

4
3

16

20

20

10

15

MS-5

MS-6

MS-7

BN

BN

BN

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

25

Keterangan :
1. Cakupan peserta KB aktif dengan Suntik di wilayah se-kecamatan Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 26,65%
2. Cakupan Peserta KB aktif dengan Pil di wilayah se-kecamatan Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 17,89%
3. Cakupan Peserta KB aktif dengan IUD di wilayah se-kecamatan Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 12,37%
4. Cakupan Peserta KB aktif dengan Implant di wilayah se-kecamatan Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 4,07%
5. Cakupan Peserta KB aktif dengan Kondom di wilayah se-kecamatan Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 9,02%
6. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOW di wilayah se-kecamatan Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 2,25%
7. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOP di wilayah se-kecamatan Cempaka Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 0,21%

2.2 Menentukan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya
ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian
yang ada terlebih dahulu. Pada tahap telah dicoba mencari apa yang menjadi akar
permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini
digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga diagram tulang ikan (fishbone
diagram/ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data
yang tersedia dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu
sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya sistem adalah:
1. Man
: jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan, dan motivasi kerja.
2. Money : jumlah dana tersedia.
3. Material: jumlah peralatan medis, jenis alat kontrasepsi, dan ruang
pemasangan
4. Method : cara pemasangan alat kontrasepsi
Proses adalah kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi
output. Tahapan proses terdiri dari:
1.
Planning (perencanaan) : Sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan
2.

unuk mencapainya.
Organizing (pengorganisasian) : Rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan

3.

memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.


Actuating (pelaksana): proses bimbingan kepada staf agar mereka
mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai
dengan keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang

4.

tersedia.
Controlling (monitoring): proses untuk mengamati secara terus

menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah


disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
Pada tahapan proses, input selanjutnya akan diubah menjadi output. Adapun
tahapan proses tersebut terjadi dalam suatu lingkungan (environment), sehingga
keadaan lingkungan pun dapat mempengaruhi suatu sistem.
Masalah prioritas untuk program KB di wilayah Kecamatan Pademangan yang
akan ditetapkan penyebab masalah dengan menggunakan diagram fishbone adalah
sebagai berikut :
1. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOW di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 2,25%
2. Cakupan Peserta KB aktif dengan MOP di wilayah se-kecamatan Cempaka
Putih pada periode Januari Juli 2016 sebesar 0,21%

Gambar 2.1. Fishbone Cakupan Peserta KB Baru dengan MOP di Kecamatan Cempaka Putih pada Januari Juli 2016
Method

Money

Material
Masyarakattidakmengetahui
carakontrasepsidenganMOP

Tidakadasaranaprasaranauntuk
pemasanganMOP

Tenaga kesehatan tidak


PUStidakdapatmelakukanMOP
mendapatpelatihanMOP

Rendahnyapengetahuan
masyarakatterkaitalat
kontrasepsi.

Tidakterdapatmediaedukasikepada
masyarakatterkaitmetodeMOP

diPuskesmas

RuangPemasanganMOPtidak
tersediakarenabukanmenjadi
prioritaspuskesmas

Jumlahanggaranuntuk
programKBMOPtidak
mencukupi

Man

Anggaranuntukpromosidan
sosialisasitidakada
Tidakterdapatalokasidanapromosi
dansosialisasipadarencana
anggaran2015

Puskesmastidakmemiliki
tenagakesehatanyangmampu
melakukanMOP

MelakukanMOP
bukankompetensi
tenagakesehatan
diPuskesmas

PenggunaandanaKBmenjadi
tidakoptimalkarenatidak
dapatdilakukanMOP

Tidakdapatdikerjakannya
PelaksanaanprogramMOP
MOPdiPuskesmasdan
tidakmampudilaksanakan
Tenagakesehatan
tidakadasaranlebihlanjut
diPuskesmas
memeganglebihdari1
Kurangterfokusnya
mengenaiMOP
Belumpernahadapelatihan
program
programMOPdalam
mengenaipelaksanaanMOP
Tidakmeratanya
programKB
pembagianprogram
Monitoringpelaksanaan
Tidakadanyasosialisasi
BanyaknyapenggunaKB
kesehatanpadatenaga
programKBtidak
targetprogramKBkepada
disekitaryangmenyarakan
kesehatan
berjalan
pelaksanaProgram
menggunaanKBlain
Puskesmas tidak
Belumterdapatnya
PelaksanaanKB
mengerahkan tenaga
Kurangnya
pembagiantugas
MOPyang
kesehatan
untuk
Gambar
2.2.
Fishbone
Cakupan
Peserta
KB
Baru
dengan MOW di terkaitKBMOPdi
Kecamatan Cempaka
pengetahuantentang
melakukan
terhambatakibat
kelebihandan
Puskesmas
2016
pendataan MOP
kurangnyasarana
kekurangandari
Money
Actuating danprasarana
Organizing
Controlling Material
MethodpenggunaanMOP
Man

Tidakadarapat
perencanaanmengenai
pelaksanaanKBMOW
KBMOPbelumdapat
dilaksanakandiPuskesmas

Stigmaketakutan
masyarakattentangKB
MOP
Rendahnyakeinginan
masyarakatuntuk
menggunakanMOP

Environment

Masyarakattidakmengetahui
carakontrasepsidenganMOW
Rendahnyapengetahuanmasyarakat
terkaitalatkontrasepsi.
Tidakterdapatmediaedukasikepada
masyarakatterkaitmetodeMOW

Tidakadasaranaprasaranauntuk
pemasanganMOW
PUSmelakukanMOPtidakdi
Puskesmas

RuangPemasanganMOW
tidaktersediakarenabukan
menjadiprioritaspuskesmas

Jumlahanggaranuntuk
programKBMOWtidak
mencukupi

Tidakterdapatfasilitasdantenaga
kesehatanyangmampu
melaksanakanMOWdiPuskesmas
Belumadanyaarahan
Putih
pada Januari Juli

Planning

Anggaranuntukpromosidan
sosialisasitidakada
Tidakterdapatalokasidanapromosi
dansosialisasipadarencana
anggaran2015
PenggunaandanaKBmenjadi
tidakoptimalkarenatidak
dapatdilakukanMOW

Cakupan peserta Kb
baru dengan MOP di
wilayah kecamatan
Cempaka Putih pada
periode Januari Juli
2016 sebesar 0%
berada di bawah target
yaitu 37,5 %

dariDINKESterkait
penetapantargetMOP
diPuskesmas

Puskesmastidakmemiliki
tenagakesehatanyang
mampumelakukanMOW
Tenagakesehatan
tidakmendapat
pelatihanMOW
Melakukan MOW
bukan kompetensi
tenaga kesehatan
diPuskesmas

Cakupan peserta Kb
baru dengan MOW di
wilayah kecamatan
Cempaka Putih pada
periode Januari Juli
2016 sebesar 0%
berada di bawah target
yaitu 37,5 %

BanyakPUSyangtidak
menggunakanKBdengan
caraMOW
Rendahnyakeinginan
masyarakatuntuk
menggunakanMOW
BanyaknyapenggunaKB
disekitaryangmenyarakan
menggunaanKBlain
Kurangnya
pengetahuantentang
kelebihandan
kekurangandari

Environment

Tidakdapatdikerjakannya
MOPdipuskesmasdan
tidakadapenyarananlebih
lanjutmengenaiMOW
Kurangterfokusnya
programMOWdalam
programKB
Monitoringpelaksanaan
programKBtidak
berjalan
Puskesmastidak
mengerahkantenaga
kesehatanuntuk
melakukan
pendataanMOW

Controlling

PelaksanaanprogramKB
tidakterarahsesuaitarget
dansasaran
Pelaksanaprogramtidak
mengetahuitargetprogram
KBdiPuskesmas
Tidakadanyasosialisasi
targetprogramKBkepada
pelaksanaProgram
PelaksanaanKB
MOWyang
terhambatakibat
ketidakadaansarana

Actuating

Tenagakesehatan
memeganglebihdari1
program
Tidakmeratanyapembagian
programkesehatanpada
tenagakesehatan
Belumterdapatnya
pembagiantugas
terkaitKBMOWdi
Puskesmas

Organizing

Tidakadarapat
perencanaanmengenai
pelaksanaanKBMOW
KBMOWbelumdapat
dilaksanakanPuskesmas
Tidakterdapatfasilitasdantenaga
kesehatanyangmampu
melaksanakanMOPdiPuskesmas
Belumadanyaarahan
dariDINKESterkait
penetapantarget
MOWdiPuskesmas

Planning

Anda mungkin juga menyukai