Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR BERKONTRIBUSI KEBERHASILAN OPERASI

Sampai saat ini sudah banyak upaya untuk mengembangkan dan merancang operasi
penyemenan pada sumur horizontal, tetapi ada faktor lain yang berkontribusi terhadap
keberhasilan pekerjaan. Faktor inilah yang harus diperhatikan untuk mengoptimalisasikan
operasi penyemenan pada sumur horzontal, sehingga menghasilkan hasil penyemenan yang
bagus. Faktor tersebut diantaranya adalah:

borehole geometry
drilling-fluid selection
wellbore preparation
mud removal
centralization
wiper plugs
displacement techniques
slurry design

Borehole Geometri
Geometri lubang bor memiliki efek yang signifikan pada operasi penyemenan. Diameter
lubang bor pada zona pembelokan dan zona horizontal harus rata dan sesuai dengan rencana,
karena cutting dan gas dapat berkumpul pada cekungan yang terbentuk akibat diameter yang
tidak seragam. Doglegs, microdoglegs, keyseats, zigzaged, dan spiraled harus diminimalkan.
Lubang bor berbentuk spiral atau zig-zag memiliki efek mirip dengan washouts di sebuah
sumur vertikal, yaitu:

Jika kecepatan annular tidak cukup, maka proses pengangkatan cutting tidak akan
bagus, sehingga cutting yang tidak terangkat dapat membentuk timbunan cutting di

dasar lubang bor.


Laju alir optimum akan meningkat seiring dengan meningkatnya sudut deviasi
(misalnya, laju alir optimum untuk pipa 5 pada lubang berdiameter 8 dapat

meningkat 50% ketika sudut deviasi juga meningkat dari 20 ke 90 derajat).


Casing yang tidak tersentralisasi pasti selalu ada, walaupun telah menggunakan
centralizers. Ketika casing tidak dalam bentuk vertikal, sentralisasi akan lebih sulit
dilakukan sehingga pengangkatan atau pembersihan lumpur pada anulus lebih susah

dilakukan.
Tidak berfungsinya packer pada casing dapat terjadi karena packer membutuhkan
sebuah lubang yang berdiameter rata sesuai dengan ukuran diameter yang
direncanakan. Apabila diameter lubang tidak rata, maka packer tidak akan menutup
anulus dengan sempurna.

Interpretasi log mungkin sulit ketika logging dilakukan pada slotted liner.

Perbaikan dalam geometri lubang bor dapat dicapai dengan menggunakan lumpur minyak
dasar, menghindari koreksi untuk penyimpangan kecil dari program pengeboran,
mengoptimalkan sifat pengeboran-cairan dan mengendalikan parameter pengeboran.

Drilling-Fluid Selection
Sifat lumpur pemboran memainkan peran penting dalam menentukan lubang bor yang
dihasilkan. Sifat tersebut diperlukan agar pengeboran efektif, dan kecepatan cairan di anulus
harus dioptimalkan agar transportasi cutting juga optimal.
Pemilihan fluida pemboran dipertimbangkan oleh biaya pengeboran per-feet atau
permeternya, kompatibilitas terhadap batuan dan fluida cairan, pertimbangan pengalaman dan
lingkungan. Dalam semua kasus, fluida pemboran harus dapat membertahankan stabilitas
lubang bor.
Stabilitas lubang bor dipengaruhi oleh densitas fluida dan sudut deviasi (Misalnya, jika sumur
underbalance di bagian drainhole, maka keruntuhan parsial dapat terjadi yang mengakibatkan
pembesaran lubang, kemudian reruntuhan tersebut juga akan membentuk tumpukan cutting di
bawah). Penumpukan cutting selama operasi pengeboran harus dicegah dengan
mengoptimalkan kemampuan pengangkatan dari fluida pemboran. Kemampuan lumpur untuk
mencegah pengendapan berhubungan dengan sifat yield point dan gel strength. Untuk
mencegah permasalahan ini, biasanya digunakan lumpur berbahan dasar minyak.
Masalah yang berpotensial paling serius terjadi pada penyemenan sumur horizontal adalah
pengendapan padatan dari cairan pengeboran di sisi bawah lubang bor, yang sangat sulit
untuk desak keluar. Dengan sudut pembelokan tinggi atau lubang horizontal, padatan hanya
memiliki jarak pendek untuk jatuh kebawah. Sedangkan untuk deviasi antara 30 dan 60

derajat, padatan cenderung menumpuk dan turun ke bawah lubang. Tumpukan dan akumulasi
padatan yang tidak terangkat sebelum penyemenan akan menyebabkan lumpur sepanjang
anulus sisi bawah lubang bor tidak tersirkulasi. Penumpukan padatan juga dapat
meningkatkan torque dan drag saat saat memutar casing selama operasi penyemenan dan
meningkatkan kemungkinan sticking. Efisiensi pendesakan tergantung pada sifat reologi
lumpur dan kemiringan lubang bor. Yield point dan viskositas lumpur harus cukup untuk
secara efektif mengangkut cutting keluar dari lubang, mencegah cutting turun ketika sirkulasi
berhenti, dan dapat mencapai laju aliran yang direncanakan. Di sisi lain, hal ini tidak baik
untuk pendesakan lumpur karena untu dapat dengan mudah dibersihkan, lumpur harus
memiliki yield point serendah mungkin. Untuk ,mengatasi hal ini, biasanya viscous pills
digunakan untuk membersihkan lubang bor dari lumpur. Viscous pills dipompakan seperti
wiper dengan tingkat sirkulasi yang tinggi.
Disarankan untuk melakukan sirkulasi secara bertahap selama menjalankan casing atau liner,
tujuan utama dari langkah ini adalah untuk memecahkan lumpur berbentuk gel dan untuk
mengangkat sisa cutting ke permukaan.
Kontaminasi semen dengan cairan pengeboran lebih sering terjadi pada sumur horizontal.
Oleh karena itu sangat penting untuk memastikan kompatibilitas cairan tersebut.
Drilling-Fluid Properties
Saat menentukan fluida pemboran, sifat fluida pemboran tersebut pada kondisi statis dan
dinamis kondisi harus dipertimbangkan. Seringkali lumpur memantul kembali atau hilang di
sudut bagian horizontal. Lumpur yang hilang pada formasi tersebut dapat masuk kembali
pada lubang bor dan merusak sifat fisik semen sehingga semen tidak dapat optimal dalam
mengisolasi zona.
Berbagai penelitian pada transportasi cutting untuk zona dengan sudut pembelokan tinggi
atau horizontal menunjukkan bahwa:
Ada ambang batas nilai yield point agar tidak mengakibatkan terakumulasinya padatan pada
sisi bawah dari lubang bor. Nilai yield point tersebut harus meningkat seiring dengan
besarnya sudut pembelokan. Dalam kondisi statis yang agak lama (misalnya saat logging atau
running casing), pengendapan dari weighting agent harus diminimalkan dengan
menggunakan yield point pada nilai ambang batas.
Untuk laju alir tertentu, kemampuan lumpur untuk mencegah pengendapan cutting
tergantung pada nilai yield point dan gel strength. Untuk membuat aliran turbulen pada laju

alir rendah, yield pint dan gel strength harus rendah. Namun yield point dan gel strength juga
harus cukup tinggi untuk mencegah cutting mengendap selama sirkulasi berhenti dan juga
memastikan cutting tetap terangkat meskipun aliran turbulen tidak dapat dicapai. Gel strength
harus dikontrol untuk mencegah pembentukan lapisan fluida yang tidak dapat bergerak di sisi
bawah lubang. Hal ini dapat dikurangi dengan pengontrolan yang baik pada padatan (<10%)
dan yang paling penting adalah dengan mempertahankan rasio gel strength pada 10 detik dan
10 menit sedekat mungkin ke angka 1.
Bentuk aliran untuk membersihkan lubang secara optimal tergantung pada sudut deviasi
dari lubang bor. Aliran laminar dapat membersihkan lubang secara lebih baik untuk sudut
deviasi kurang dari 45 derajat dan aliran turbulen lebih efisien ketika sudut deviasi melebihi
55 derajat. Antara 45 dan 55 derajat, aliran turbulen dan aliran laminar sama-sama efektif.
Pengontrolan Parameter Pemboran
Efisiensi pengangkkatan cutting selama pengeboran dapat ditingkatkan dengan:

meningkatkan kecepatan putar (RPM)


sering menurunkan wiper
menggunakan viscous pills
Membuat pengukuran pada lubang.
mengendalikan pola aliran dan reologi dari lumpur.

Untuk membersihkan lubang pada sumur yang memiliki deviasi tinggi atau horizontal, maka
wajib menggunakan sistem pengeboran top-drive (TDS). Sistem ini memberikan beberapa
keunggulan dibandingkan sistem rotary-tabel / kelly-drive konvensional. Keuntungannya
adalah:

Mampu untuk mengangkat dan memutar drillpipe selama sirkulasi untuk

meningkatkan pembersihan lubang dari cutting (kembali reaming).


Ketika membuat sambungan, mampu kembali membersihkan satu diameter lubang

dan setidaknya tiga kali pada zona yang dibersihkan.


Mampu untuk membuat wiper kembali lagi ke casing shoe dengan sirkulasi untuk
setidaknya 10 drillpipe standoff pertama dibawah.

Rotasi, penggeseran pipa, dan running wiper akan membantu membersihkan lubang secara
mekanis.
Persiapan Lubang: Pembersihan Lubang dan Lumpur
Faktor penting yang harus dipertimbangkan untuk membersihkan lubang diantaranya adalah:

Sirkulasi harus pada aliran sebesar mungkin dan waktu selama mungkin ketika

membersihkan lubang.
Pembersihan harus dilakukan berkala untuk menghapus gel lumpur dan mud cake.
Setidaknya 95% dari volume lubang harus disirkulasi sebelum penyemenan.
Optimalkan fluida pemboran.
Melakukan prediksi tekanan sirkulasi yang harus digunakan, dan memprediksikan
permasalahan apa yang mungkin dapat terjadi.

Di sumur horizontal, pembersihan lumpur membutuhkan waktu lebih lama dari pada sumur
vertikal karena pengangkatan cutting lebih sulit pada bagian horizontal.
Tujuan dari proses pembersihan lumpur adalah:

Untuk membersihkan lubang dari sisa cutting dan menghancurkan gel lumpur yang

tidak terangkat dari wiper sebelumnya,.


Mengangkat fluida formasi (gas) yang masuk lubang bor.
Untuk mengganti lumpur yang lebih mudah didesak dan dibersihkan daripada lumpur
pemboran (dilakukan dengan menurunkan yield point lumpur).

Gerakan casing membantu dalam pembersihan lumpur, baik pengangkatan dan rotasi.
Beberapa aturan praktis mengatur tentang berapa banyak sirkulasi yang diperlukan untuk
membersihkan lumpur tergantung pada ukuran lubang dan besarnya deviasi. Aturan ini tidak
lantas mengesampingkan pengontrolan kadungan lumpur selama sirkulasi, baik terhadap
adanya cutting, kandungan gas, besarnya gel strength dan yield point.
Mud Removal
Seperti pada penyemenan konvensional, pendesakan lumpur sangat penting untuk
memperoleh hasil semen yang baik. Prinsip-prinsip pendesakan lumpur efektif yang berlaku
untuk sumur vertikal juga berlaku untuk lubang bor horisontal. Namun, ada beberapa faktor
tambahan yaitu efisiensi pendesakan, gerakan casing, gaya gesek/friksi, torque dan drag.
Efisiensi Pendesakan
Sirkulasi lumpur sebelum penyemenan pada lubang sumur horisontal ataupun vertikal sama
pentingnya. Sirkulasi lumpur dengan aliran tinggi sangat tepat untuk membuat pola aliran
yang diperlukan untuk menghancurkan gel strength dari lumpur yang didesak. Menurut
standar API, sirkulasi harus 1 kali volume annular atau 1 kali volume casing. Kembalinya
fluida ke permukaan dengan baik (tidak ada loss) tidak berarti bahwa semua cairan di lubang
sumur bergerak, karena masih terdapat kemungkinan terjadinya endapan lumpur di bawah
lubang.

Aliran turbulen sangat penting untuk menghilangkan cutting dari lubang bor dengan sudut
deviasi tinggi. Dalam aliran turbulen, kemampuan lumpur untuk mengangkut cutting
tergantung pada momentum fluida dan perbedaan densitas antara fluida dengan cutting.
Aliran turbulen harus dipertahankan dengan tidak melebihi tekanan breakdown formasi.
Kecepatan annular lebih besar dari 30 m/min (100 ft/min) akan menghapus akumulasi gas di
tempat yang tinggi (kantong gas). Pada sudut deviasi 90-92 derajat, gas bergerak bersama
cairan ke dalam lubang bor. Pada sudut deviasi 100 derajat, gas bergerak dengan 10%
kecepatan fluida, sehingga diperlukan sirkulasi yang lama.
Gerakan casing
Penelitian telah menunjukkan bahwa efisiensi pendesakan dapat meningkat 25-50%
dibanding tanpa ada gerakan pipa. Gerakan pipa dikhawatirkan akan menyebabkan pipa
menjadi stuck, namun jika lubang dalam kondisi yang baik, potensi pipa terjepit sangat
rendah. Sentralisasi yang efektif dapat membantu mengurangi drag pada pipa, karena pipa
tidak bersentuhan dengan dinding sumur bor. Gerakan pipa akan memiliki beberapa efek
yang menguntungkan, misalnya:

Membantuk dalam menghilangkan cutting.


Menghancurkan gel strength.
Mengubah pola aliran annular.

Rotasi adalah gerakan pipa disarankan karena gaya rotasi yang diberikan pada fluida akan
menyebabkan fluida benar-benar menyapu sekitar anulus. Rotasi yang diberikan harus sekitar
10-20 rpm. Kadang-kadang, cutting yang terkumpul di bawah lubang dapat dikeruk oleh shoe
dari pipa. Namun, rotasi tidak selalu dapat diaplikasikan karena gesekan yang terjadi pada
lubang horisontal akan lebih besar.
Penggeseran pipa adalah alternatif lain yang dapat dilakukan, meskipun tidak lebih efektif
dari rotasi, efek penggeseran pipa dapat memecah gel lumpur. Perlu hati-hati dalam
melakukaan pergeseran pipa untuk menghindari rekah atau surging pada formasi. Pergeseran
pipa juga dapat membantu untuk mengubah pola aliran di sekitar pipa dan membantu dalam
pendesakan. Pergeseran pipa dapat dilakukan sebesar 3-6 m dari bagian bawah, dan harus
diulang setiap satu atau dua menit.
Gerakan pipa dimulai saat sirkulasi lumpur awal dan berlanjut sampai plug menyentuh ujung.
Rotasi dan pergeseran pipa dapat dilakukan bersamaan ketika pemasangan casing di sumur
horizontal.
Gaya gesek/friksi

gaya gesek menahan pergerakan casing. Gaya ini lebih besar pada zona openhole
dibandingkan pada area casedhole. Gaya ini juga cenderung lebih besar terjadipada water
base mud daripada oil base mud karena oil base mud dapat mengurangi koefisien gesekan
sebesar 15-35%.
Torque dan Drag
Tambahan torsi yang dialami saat liner berputar dalam bagian horizontal atau bagian
pembelokan lubang disebabkan oleh pipa menempel pada sisi bawah dari dinding lubang.
Besarnya drag dipengaruhi oleh daya apung dari pipa. Drag akan meningkat ketika bubur
semen berada di dalam pipa. Drag akan menurun ketika bubur dipindahkan ke anulus. Hal ini
disebabkan karena bubur semen di dalam pipa akan membuat pipa kehilangan daya apung
sehingga rebah kebawah.
Sentralisasi
Sentralisasi penting untuk memberikan ruang fluida untuk mengalir pada anulus. Sentralisasi
juga bermanfaat karena membantu untuk melawan gesekan dan membantu dalam
menempatkan casing ke bawah. Jika casing tidak tersentralisasi, maka pipa akan menjebak
lumpur di bagian bawah dari dinding lubang bor.
Standoff pipa akan mempengaruhi pola aliran. Terkadang dapat menyebabkan turbulensi
terjadi di salah satu bagian dari anulus dan laminar pada sisi yang lain. Perhitungan nilai
standoff dapat merepresentasikan sentralisasi pipa pada lubang terbuka. Jika standoff sebesar
100%, menunjukkan bahwa pipa tersentralilasi sempurna. Jika standoff sebesar 0% maka
menunjukkan pipa menyentuh dinding lubang sumur.
Fluida akan selalu mengambil jalan yang lebih mudah dan lebih lebar dari anulus, sehingga
kecepatan alir fluida di sisi anulus yang lebih lebar akan selalu lebih tinggi daripada
kecepatan alir fluida di sisi sempit anulus.
Gambar 4.3 merupakan rasio jumlah Reynolds pada sisi sempit dan sisi lebar dari anulus.
Agar pipa terpusat sempurna, rasio harus bernilai 1.

Gambar 4.4 merupakan bagian dari casing diambil dari sumur bor yang menunjukkan
pengaruh ketidaksentralan terhadap pendesakan lumpur. Bubur semen akan mengambil jalan
mudah melalui sisi lebar dari anulus, menghindari hambatan yang diakibatkan lumpur tak
terdesak yang mengisi sisi sempit anulus.

Centralizers
Karena friksi yang tinggi pada saat running casing dan beban yang disangga oleh centralizer
di bagian horisontal, maka harus digunakan centralizers kaku. Centralizer ini akan
memastikan standoff positif, alat ini tidak akan rusak atau terkompresi akibat beban casing,
selain itu juga tidak menyebabkan cutting terjebak.
Bow-Spring centralizers digunakan pada lubang dengan diameter terukur atau diameter tidak
terukur. Alat ini biasanya ditempatkan di atas casing atau stop collar agar dapat terdorong

masuk dan tidak terdorong mundur. Jika bow-spring centralizers diletakkan mengambang
diantara collar maka alat ini dapat dengan mudah rusak.
Centralizers teknologi baru yang dirancang untuk sumur horizontal, misalnya roller
centralizers juga dapat mengurangi friksi saat running casing. Roller sekunder yang dipasang
di centralizer dirancang untuk mengurangi torsi ketika memutar casing.

Wiper Plugs
Keuntungan dari penggunaan top dan bottom plug adalah:

Memisahkan cairan yang bergerak turun dalam pipa.


Mejaga cairan bersih tidak terkontaminasi hingga sampai pada shoe.
Menghilangkan lapisan lumpur dan semen di dalam casing.
Mengurangi jumlah kontaminasi fluida pada anulus

.
Teknik pendesakan
Perbedaan utama pendesakan lumpur pada sumur horizontal dengan sumur vertikal adalah:

Gradien densitas antara semen berat dan lumpur ringan memainkan peran penting
dalam penyemenan sumur horizontal. Di sumur vertikal, ketika semen mengalir ke
anulus, semen tetap berada di bawah lumpur karena efek daya apung, sehingga
membantu dalam memisahkan cairan. Dalam sumur horizontal, tidak ada manfaat dari
gaya apung terhadap pemisahan antara semen dan lumpur merkipun densitasnya
berbeda. Dalam sumur horizontal, pendesakan lumpur hanya dibantu oleh sifat
reologi. Sehingga fluida dengan densitas tinggi dapat mendesak fluida berdensitas

rendah, namun dapat juga sebaliknya.


Casing tidak pernah terpusat sempurna di lubang bor (bahkan telah menggunakan
banyak centralizers), sebaliknya untuk sumur vertikal dengan penggunaan beberapa
centralizers saja sudah dapat memberikan standoff yang sangat baik.

Pendesakan lumpur adalah bagian paling penting dari operasi penyemenan. Kondisi
pendesakan harus dipertimbangkan, termasuk laju aliran dan tekanan rekah formasi yang
dapat terjadi.
Aliran turbulen adalah pola aliran yang disarankan. Seperti yang kita ketahui bahwa padatan
hanya memiliki sedikit jarak untuk jatuh di bagian bawah lubang, sehingga harus
dipertimbangkan dalam desain fluida dan intensitas pemompaan. Penghentian sirkulasi harus
diminimalkan sampai fluida benar-benar terdesak keluar.
Fluida newtonian (air, minyak, dan zat kimia pembersih) adalah fluida yang hanya dapat
digunakan untuk aliran turbulen pada proses pendesakan. Laju aliran tinggi yang diperlukan
untuk mencapai aliran turbulen dapat tekanan yang melebihi tekanan rekah formasi. Jika
casing tidak terpusat dengan baik, fluida newtonian tersbut tidak akan mengalir secara
turbulen, namun justru akan terendap pada sisi sempit anulus.
Pendesakan lumpur menggunakan teknik aliran turbulen memerlukan syarat:

Sistem lumpur dengan reologi dan densitas rendah tanpa mengesampingkan well

control dan transportasi cutting.


Sistem semen reologi rendah dengan fluidloss control yang baik untuk menjaga sifat
bubur semen selama pemompaan.

Untuk fluida dengan reologi rendah (yang menghasilkan aliran turbulen), penghentian atau
pengurangan laju pompa selama pekerjaan penyemenan akan menyebabkan pengendapan
padatan. Jika aliran turbulen tidak dapat digunakan, maka pendesakan lumpur menggunakan
teknik laminar-flow merupakan alternatif terbaik. Untuk teknik laminar-flow, densitas
memiliki pengaruh yang kecil kecuali dalam bagian pembelokan dan bagian vertikal dari
sumur.
Langkah-langkah untuk strategi pendesakan lumpur meliputi:

aliran turbulen untuk chemical wash


aliran laminar untuk spacer dan bubur semen kurang dari 20% tekanan diferensial

antara lumpur dengan spacer dan spacer dengan bubur


spacer kental harus digunakan
memeriksa efisiensi pendesakan lumpur
memeriksa batas tekanan pori dan tekanan rekah
apabila menggunakan OBM, fluida preflushes harus membasahi casing.

Volume spacer harus minimal 9,5 m3 [60 bbl] atau 500 ft annular. Pertimbangan harus
dilakukan dalam meningkatkan panjang spacer, tergantung pada panjang bagian yang akan
disemen.

Desain Bubur Semen


Sifat bubur semen perlu dipertimbangkan untuk mencapai kesuksesan operasi penyemenan.
Beberapa sifat yang penting untuk sumur horizontal, diantaranya:
Temperatur
Temperatur sangat berpengaruh pada sifat fisik bubur semen. Semakin tinggi temperatur akan
menyebabkan turunnya densitas. Akibatnya reologi semen akan menurun dan dapat
menyebabkan perubahan pola aliran dari desain awal.
Rheology
Kebutuhan utama bubur semen adalah agar sifat reologi semen dapat untuk mendesak
lumpur. Gaya friksi yang dihasilkan dapat ditingkatkan dengan penggunaan viscosifiers
seperti bentonit, D153 anti-settling, atau fluid loss control seperti D112. Semen foam cocok
untuk penyemenan sumur horizontal karena menunjukkan viskositas plastik tinggi dan
gesekan tinggi yang membantu dalam pendesakan lumpur di bagian horizontal.
Stabilitas
Stabilitas bubur semen berarti bahwa bubur tidak menghasilkan freewater dan sedimentasi.
Freewater penting dalam sumur horizontal karena air yang terpisah akan bermigrasi ke sisi
atas dari lubang dan membuat adanya lapisan air (channeling) sepanjang bagian lateral.
Menurut API setiap 0,5 mL freewater dapat mengakibatkan channeling 2-10 mm dalam
anulus. Untuk sumur horizontal, freewater harus dikurangi serendah mungkin, sebaiknya nol.
Sedimentasi dapat mengakibatkan padatan terendap di sepanjang dasar lubang, sehingga
densitas semen dibagian atas berkurang dan mengakibatkan pengerasan tidak sempurna.
Lapisan kurang padat ini akan memiliki permeabilitas yang nantinya dapat mengakibatkan
terjadinya kontakfluida formasi dengan casing di sepanjang bagian lateral. Menurut standart
API, sedimentasi yang dihasikan tidak boleh lebih dari 5% atau 1 ppg.
Freewater dan sedimentasi dapat terjadi bersamaan. Kedua masalah ini dapat dikendalikan
dengan menggunakan additif anti-settling seperti D153
Fluid loss Kontrol
Kehilangan cairan dari bubur semen harus dikendalikan serendah mungkin.. Hal ini
dilakukan untuk:

Mengurangi resiko kerusakan pada formasi produksi


Menjaga sifat reologi untuk pendesakan lumpur dan untuk menghindari perekahan.

Untuk sumur horizontal di formasi permeabel, kehilangan cairan harus dipertahankan di


bawah 50 mL / 30 menit. Batas kehilangan cairan ini dapat diabaikan jika penyemenan

dilakukan pada zona impermeabel seperti shale, namun celah dan microfractures di shale juga
bersifat permeabel, sehingga tingkat kehilangan cairan tetap harus dikontrol.
Properti Slurry lainnya
Gel Strength Statis
Untuk memastikan bahwa tekanan hidrostatik kolom semen vertikal ditransmisikan ke semen
di bagian horisontal, peningkatan gel strength statis harus diukur dan diminimalkan.

Semen Acid Soluble

Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa 19% dari perekahan pada lubang bor berkurang
setelah dilakukan treatment menggunakan semen asic soluble. Sebuah semen larut asam
(ASC) digunakan untuk menyemen bagian horizontal. Setelah semen diperforasi, 15% pil
HCl dipompa melalui lubang perforasi. ASC yang dilarutkan dengan pil asam di sekitar
perforasi, dapat mengurangi rekahan.

Peralatan mekanis

Salah satu sifat yang sangat penting dari bubur semen adalah sifat mekaniknya. Di masa lalu,
sifat mekanik yang diperlukan untuk semen cukup sederhana dan hanya fokus pada
compressive strength. Beberapa teori yang digunakan seperti menunggu 3,5 MPa (500 psi)
compressive strength sebelum dibor kembali, melakukan perforasi saat compressive strength
telah mencapai 13,8 MPa (2.000 psi), dll.
Saat ini, telah dipelajari sifat-sifat lainnya di semen, seperti modulus young dan tensile
strength. Modulus young adalah nilai fleksibilitas dari semen. Tensile strength biasanya lebih
penting dari penting daripada compressive strength, karena semen pada casing biasanya rusak
akibat tension bukan akibat kompresi.

Anda mungkin juga menyukai