Anda di halaman 1dari 13

BANK INDONESIA SURAKARTA SEBAGAI

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR POST MODERN DI


KOTA SURAKARTA

Bank merupakan sebuah tempat yang menjadi sebuah indikator


penting

adanya

perkembangan

dalam

sebuah

wilayah.

Dalam

perkembangan yang ada tersebut, biasanya bank akan mengikuti dari


perkembangan sebuah wilayah yang ada, sehingga perkembangan
wilayah bisa dikatakan selaras akan perkembangan bank yang ada di
dalam wilayah tersebut.
Seperti halnya dicontohkan dalam sebuah bank milik pemerintah di
Kota Surakarta, yaitu Bank Indonesia. Dimana keberadaan bank ini sangat
mencerminkan adanya sebuah proses perkembangan Kota Surakarta dari
waktu ke waktu. Bank Indonesia yang ada di wilayah Kota Surakarta ini
terbagi atas dua buah massa bangunan yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Satu bangunan beraliran neo klasik, satu bangunan beraliran
post modern. Dari fasad yang terlihat kita pasti juga telah bisa
membedakan

manakah

bangunan

dari

Bank

Indonesia

ini

yang

menggunakan aliran neo klasik, ataupun yang menggunakan aliran post


modern.
Sebenarnya jika dilihat oleh orang awam yang tidaklah mengerti
apa itu neo klasik dan apa itu post modern, bangunan Bank Indonesia ini
akan tetap bisa dibedakan, karena kedua massa bangunan yang
terbangun/

terbentuk

menghasilkan/

mempunyai

sebuah

ciri

khas

tersendiri di dalamnya. Bangunan Bank Indonesia lama (neo klasik)


terlihat seperti bangunan yang dibangun pada era jaman Belanda. Pilarpilar, kekokohan tembok, kemasivan fasad bangunan, model atap,
sangatlah menunjukkan bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan
kuno/ lawas (bangunan era Belanda).

Berbeda

dengan

bangunan

Bank

Indonesia

yang

baru

(menggunakan aliran post modern), bangunan ini nampak lebih modern,


memiliki fasad bangunan yang unik, pemakaian materual modern/ baru
dalam pengaplikasiann pada fasad serta bentuknya yang sudah tidak
kaku lagi, memperjelas bahwa bangunan Bank Indonesia yang satu ini
adala bangunan baru di kawasan Bank Indonesia
Kota Surakarta. Berikut perbedaan dari

fasad
kedua

massa bangunan.

Gambar 1 : Bangunan Bank Indonesia baru / post modern ( kanan) dan bangunan Bank Indonesia
lama/ neo klasik ( kiri)

Dari gambar di atas terlihat jelas mengenai bentuk fasad bangunan


dari dua buah bangunan Bank Indonesia yang berbeda. Perbedaan yang
muncul tersebut menjadi daya tarik tersendiri oleh masyarakat di
sekitarnya. Karena sejatinya adanya perbedaan tersebut akan saling
memperkuat citra bangunan satu dengan yang lainnya.
Namun pada pembahasan kali ini bukanlah sebuah perbedaan dua
buah bangunan dari Bank Indonesia yang akan dibahas serta dikaji lebih
dalam lagi, namun hanya terfokuskan pembahasan pada salah satu
bangunan dari Bank Indonesia tersebut, yaitu bangunan baru (bangunan
aliran post modern) yang berada di sisi kiri bangunan lama Bank
Indonesia. Pengulasan mengenai bangunan ini dirasa cukup menarik,
karena sejatinya umur bangunan yang masih baru serta memiliki desain
bangunan yang berbeda dengan bangunan yang lain di Kota Surakarta ini.
Arsitektur post modern adalah Arsitektur yang sudah melepaskan
diri dari aturan-aturan modernisme. Tapi kedua-duanya masih eksis. Atau
bisa dikatakan juga bahwa arsitektur post modern adalah arsitektur yang
mengusung paham percampuran

antara tradisional dengan non2

tradisional , gabungan setengah modern dengan setengah non - modern ,


perpaduan antar yang lama dengan yang baru.

Mempunyai style yang

hybrid ( perpaduan dua unsur ) dan bermuka dua ( double coding ).


Jika dilihat dari pengertiannya, maka secara singkat kita telah
mengetahui beberapa penjelasan singkat akan arsitektur post modern,
namun akan lebih mengerti dan memahami jika kita juga mengetahui
akan ciri-ciri yang menjadi patokan sebuah arsitektur post modern. Ciriciri tersebut adalah ( Menurut Budi Sukada) :

Komunikatif yang bersifat LOKAL atau POPULAR


Membangkitkan kenangan HISTORIK
Berkonteks URBAN
Ornamentasi
Representasional
Metaforik
Dihasilkan dari partisipasi
Bersifat plural / jamak
Bersifat eklektik

Sedangkan menurut Jencks, ciri-ciri arsitektur post modern adalah :

Ideologi
Gaya
Ide- ide rancangan

Ideologi memiliki pengertian suatu konsep bersistem yang menjadi


azas pendapat untuk memberikan arah dan tujuan, jadi ideological adalah
konsep yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur post modern
bias lebih terarah dan sistematis. Ideologi yang dapat digolongkan di
dalam arsitektur post modern yaitu :

Double Coding of Style


Bangunan postmodern adalah bangunan yang memiliki dua
gaya (style) yaitu memadukan arsitektur modern dengan
arsitektur lainnya, misal :
1.Revivalist Metaphorical
2.Local Kontekstual
3

3.Commercial

Popular and pluralistic


Ide/gagasan yang umum serta bersifat lebih umum dan tidak
terikat

dengan

kaidah-kaidah

tertentu,

tetapi

memiliki

fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik daripada


gagasan tunggal.

Semiotic form
Penampilan bangunan lebih mudah difahami, karena bentukbentuk

yang

vertical

yang

menyiratkan

makna-makna

tertentu

Tradion and Choice


Merupakan hal-hal yang tradisional dan penerapannya secara
terpilih

atau

disesuaikan

dengan

maksud

dan

tujuan

perancang.

Artist / Client
Mengandung dua hal pokok yaitu bersifat seni (intern) dan
bersifat umum (ekstern). Yang menjadi tuntutan perancangan
sehingga mudah dipahami secara umum

Elistist and participative


Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi
sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern

Piecemal
Penerapan unsure-unsur dasar, secara sub-sub saja/ tidak
menyeluruh. Unsur-unsur dasar seperti: History , vernacular,
Lokasi / Lokal dll.

Architect, as representative and activist


Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah perancangan dan
secara aktif berperan serta dalam perancangan

Dalam bangunan Bank Indonesia baru kita dapat melihat beberapa


ciri arsitektur post modern yang terlihat dari bangunan tersebut. Ciri yang
dapat kita amati adalah dalam hal tradition and choice. Hal yang
4

dimaksudkan disini adalah, Bank Indonesia yang kebetulan berada di


wilayah Kota Surakarta, di mana notabennya kota ini masih syarat akan
budaya yang sangatlah kuat, maka unsur budaya tetap dimaksukkan oleh
perancang, agar keselarasan antara moderenitas dan tradisi tetap terjaga.
Terlihat dari bagian depan bangunan yang terlihat seperti akuarium.
Desain ini mengadopsi bangunan Pendapa pada langgam arsitektur Jawa
Kuno. Meski di sini terkesan tanpa fungsi, namun sang arsitek ingin
menyelaraskan kemudian mengadopsi konsep arsitektur lama ke dalam
langgam arsitektur modern. 'Pendapa' ini beserta lanskap, pada bagian
depannya

menjadi

ruang

publik

dari

sekedar

fungsi

privatnya.

Dibangunnya area ini merupakan salah satu usaha memisahkan ruang


publik dan fungsi bangunan sebagai bangunan Bank, adalah dengan
dibuatnya satu bangunan transisi sebagai area masuk ke bangunan
utama, yang pada filosofinya hampir sama dengan bangunan tradisional
setempat, yaitu pendopo. Bangunan Pendopo ini di buat dengan material
kaca modern, yang menyaratkan sisi modernitas sekaligus menjaga agar
visual pandangan warga dari jalan raya dari arah Kantor Pos tidak
terhalangi untuk menikmati bangunan eks De Javasche Bank .Selain hal
tersebut, di bangunan Bank Indonesia tersebut juga terdapat sebuah
ornamen wayang. Wayang tersebut berupa wayang Beber berupa seni
pahatan pada batu candi yang menempel di dinding gedung. Sehingga
masyarakat yang melintas, bisa langsung melihat wayang tersebut.
Pahatan wayang Beber bercerita tentang tugas Gubernur Bank Indonesia
dan Deputi Gubernur dalam membuat kebijakan tentang keuangan dan
perbankan.
Bagian depan yang ada pada bangunan tersebut, tidak hanya
mengisyaratkan pada tradition and choice saja, namun juga mengarah
kepada elistist and participative. Di mana dalam hal desain bangunan
yang banyak menggunakan material kaca/ bening membuat bangunan
tersebut tidak bersifat angkuh dengan lingkungan sekitar, (borjuis seperti
pada arsitektur modern) namun bangunan tersebut terbangun juga
sebagai ruang publik di Kota Surakarta yang keindahan arsitekturalnya
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Kota Surakarta. Selain untuk
5

fungsi di atas, elemen kaca yang terdapat di fasad bangunan juga


berfungsi sebagai elemen yang dipergunakan untuk pencahayaan alami
pada bangunan tersebut. Sehingga unsur green building juga tercipta di
dalam gedung Bank Indonesia tersebut.

Gambar 2 : Penggunaan elemen kaca pada fasad Bank Indonesia serta desain bangunan
yang mengadopsi nilai nilai arsitektur jawa, khususnya pendhapa.

Pembahasan berikutnya adalah mengenai gaya. Gaya memiliki


pengertian yaitu suatu pemahaman bentuk , cara , rupa , dsb, yang
khusus mengenai arsitektur post modern. Dalam ciri di arsitektur modern,
gaya terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

Hybrid expression
Penampilan hasil

gabungan

antara

unsur-unsur

modern

dengan :
- Vernacular Revivalist
- Local Commercial
- Metaphorical Contextual

Complexity
Hasil pengembangan ideology dan ciri-ciri postmodern yang
mempengaruhi perancangan dasar sehingga menampilkan
rancangan yang bersifat kompleks. Disini pengamat diajak
mengamati, menikmati dan mendalami secara seksama.

Variable Space with surprice


6

Perubahan nilai ruang yang tercipta akibat adanya kejutankejutan, misalnya : warna, detail elemen arsitektur, suasana
interior, dll.

Conventional and abstract form


Kebanyakan penampilan bentuk yang konvensional dan
bentuk yang rumit / popular, sehingga mudah ditangkap
artinya.

Eclectic
Campuran langgam yang saling berintergrasi secara kontinu
untuk menciptakan unity.

Semiotic
Arti yang hendak ditampilkan secara fungsi.

Variable mixed aesthetic depending on context, expression on


content and semantic appropiateness toward function
Gabungan unsure estetis dan fungsi-fungsi estetis serta tidak
mengacaukan fungsi.

Pro Organic and applied ornament


Mencerminkan kedinamisan sesuatu yang hidup dan kaya
ornamen.

Pro Representation
Menampilkan ciri-ciri

yang

gamblang

sehingga

dapat

memperjelas arti dan fungsi.

Pro Metaphor
Hasil pengisian bentuk-bentuk tertentu yang diterapkan pada
desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan
fungsi bangunan.

Pro Hestorical reference


Menampilkan nilai-nilai histories pada setiap rancangan yang
menegaskan ciri bangunan.

Pro Humor
Mengandung nilai humoris sehingga pengamat diajak untuk
lebih menikmatinya.

Pro Symbolic
Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang
dikehendaki perancang.

Dalam bangunan Bank Indonesia kita dapat mengamati bahwa


sebenarnya bangunan ini merupakan gabungan dari beberapa unsur
modern dengan hal-hal yang bersifat lokal dan komersil. Unsur modern
yang terlihat dalam bangunan tersebut adalah adanya keberanian desain
perancangan untuk mendesain sebuah gedung yang iramanya berbeda
dengan gedung yang ada di wilayah tersebut. Desain modern nampak
pada fasad, penggunaan/ pemilihan bahan bangunan serta penataan
ruang yang ada. Unsur modern yang ada ini tentu saja tidak lantas
berdiri sendiri, namun masih membutuhkan unsur-unsur lokal dan
komersil, agar bangunan ini lebih ramah dan mengena di hati
masyarakat.
Dalam unsur lokal dan komersil, kita melihat dari unsur utama
pembentuk bangunan ini adalah kubus. Dimana kubus merupakan
bentuk yang mudah diingat serta umum digunakan serta mudah
dimengerti oleh banyak orang. Hal ini menjadi unsur komersil di
bangunan Bank Indonesia. Kemudian unsur lokal yang ada yaitu, detail
ornamen jawa yang diukir di atas kaca. Pada kaca pendapa juga dibuat
motif semen yang kental nilai budaya. Semen berasal dari kata "semi"
yang ditambah "ang" yang berarti menggambarkan sesuatu yang
bersemi akan tumbuh terus. Motif semen diwujudkan sebagai tumbuhan
yang diberi variasi sayap burung atau ular. Dyah melanjutkan, sebagai
apresiasi terhadap batik, ada karya seni mural dari tembaga dan
kuningan di lobi utama. Mural itu merupakan perpaduan berbagai motif
batik di Solo.Hal ini diekspos paling menonjol karena kaca yang didetail
ornamen ini terletak di depan dari fasad bangunan, sehingga masyarakat
yang melewatinya akan melihat unsur lokal yang tetap ada di bangunan
modern tersebut.

Gambar 3 : Ornamen pada kaca di tampak depan Bank


Indonesia

Pembahasan

berikutnya

adalah

mengenai

ide-ide

rancangan.

Pengertian tentang ide-ide desain dalam arsitektur post modern adalah


suatu gagasan perancangan yang mendasari arsitektur postmodern. Ide
itu sendiri terbagi atas beberapa poin untuk mempermudah penggolongan
bangunan tersebut masuk/ tidak dalam kategori aliran post modern. Poinpoin tersebut adalah :

Contextual Urbanism and Rehabilitation


Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu
lingkungan urban

Functional Mixing
Gabungan beberapa fungsi yang menjadi tuntutan dalam
perancangan

Mannerist and Baroque


Kecenderungan untuk menonjolkan diri

All Phetorical Means


Semua bentuk-bentuk perancangan yang memilki arti

Skew Space and Extensions


Pengembangan rancangan

yang

asymetris

dinamis,

seimbang

Ambiquity
Menampilkan cirri-ciri yang men dua , berbeda tetapi masih
unity dalam fungsi.

Trends to Asymetical Symetry


Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan asymetris tetapi
yang seimbang.
9

Collage / Collision
Susunan menjadi karya.

Mengenai ciri dari post modern ide-ide rancangan terlihat juga di


bangunan Bank Indonesia ini, yaitu pada poin Mannerist and Baroque.
Mannerist

and

Baroque

memiliki

pengertian

kecenderungan

untuk

menonjolkan diri. Seperti yang kita lihat, bangunan Bank Indonesia ini
berbeda, baik dari segi material, desain bangunan, serta dimensi
bangunan. Bangunan ini terlihat lebih menonjol dari bangunan komersial
yang ada di sebelah kanan maupun kirinya. Di sebelah kanan bangunan,
yaitu bangunan Bank Indonesia lama, yang masih menggunakan gaya
arsitektur neo klasik. Sedangkan di sebelah kiri bangunan terdapat Kantor
Pos Indonesia, yang desain bangunannya masih belum bisa menyaingi
kemegahan dan keunikan dari bangunan Bank Indonesia ini. Itulah
mengapa ciri Mannerist and Baroque masuk ke dalam salah satu ciri di
bangunan ini.
Gambar 5 : Bangunan Bank Indonesia baru terlihat paling menonjol dan berbeda dari segi ide, fasad
serta desain dibandingkan dengan bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya.

Skew

Space

and

Extensions

menjadi

ciri

selanjutnya yang muncul di gedung baru bank Indonesia ini. Skew Space
and Extensions memiliki pengertian pengembangan rancangan yang
asymetris

dinamis,

seimbang.

Terlihat

sangatlah

jelas

pada

pengembangan desain antara bangunan baru dan bangunan lama.


Walaupun yang akan dibangun adalah bangunan baru, serta bangunan
lama akan tetap pada desain awal, namun di sini terlihat penyelarasan
antara dua buah massa yang berbeda baik dari segi fasad, material,
maupun aliran dari masing-masing bangunan tersebut.
10

Rancangan gedung baru yang dituntut dengan kemodernitas yang


ada pada jaman sekarang ini, menuntut perancang untuk mendesain
bangunan yang berbeda musim ini terlihat dinamis walaupun sangatlah
berbeda. Cara menyatukan keharmonisan bangunan yang kontras ini
dipilih dengan menggunakan pola lansekap yang sama, penggunaan
material yang dapat meresapkan (permeable) air seperti grass blok di
kedua tapak, menghubungkan dua site yang terpisah sebagai pedestrian.
serta penggunaan garis garis horizontal yang seirama di tampak
bangunan.
Tidak hanya terhenti kepada hal-hal di atas yang menjadikan
gedung baru Bank Indonesia adalah bangunan dengan aliran post
modern, namun masih ada beberapa hal penguat untyk menjadikan
bangunan ini adalah bangunan dengan aliran post modern. Contextual
Urbanism and Rehabilitation juga menjadi salah satu ciri yang ada di
bangunan tersebut. Maksud dari Contextual Urbanism and Rehabilitation
adalah Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu
lingkungan urban. Hal yang dimaksudkan di sini (penerapan pada
bangunan baru Bank Indonesia) adalah sebuah sebuah ide yang
dimunculkan dalam sebuah perancangan Bank Indonesia ini tetap
memperhatikan fasilitas kepada beberapa aspek-aspek urban yang ada di
sekitar wilayahnya. Seperti halnya untuk melengkapi seluruh konsep
urban bangunan Kantor Bank Indonesia baru ini, pohon beringin besar
yang ada di lokasi tetap dipertahankan karena kota Solo sendiri memiliki
ikatan batin dengan jenis pohon ini, dan tidak lupa ditambahkan satu
pohon beringin baru di bangunan lama, untuk mengimbangi kedudukan
jalan antara kedua site ini yang memperkuat poros sejarah Keraton
Kesultanan dengan Benteng Vastenburg serta mewujudkan Kota Solo
sebagaiCity Of Trees.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari ulasan serta deskripsi-deskripsi
di atas adalah bahwa gedung baru Bank Indonesia Kota Surakarta adalah
bangunan baru yang ada di kota Solo yang menggunakan paham aliran
arsitektur post modern yang diterapkan pada bangunan publik.
11

ARSITEKTUR POST MODERN


TEORI ARSITEKTUR 2

MAULINA SUKMAWATIE BUDIHARJO


I0211039

PRODI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013

12

13

Anda mungkin juga menyukai