Anda di halaman 1dari 15

GALERI SENI BUDAYA USING BANYUWANGI

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh :

NOVI TRI NURYANA


NIM. 0810650071-65

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2013
GALERI SENI BUDAYA USING BANYUWANGI
Novi Tri Nuryana, Rusdi Tjahjono, Noviani Suryasari
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65141, Indonesia
E-mail: novitrinuryana@gmail.com

ABSTRAK
Desa Kemiren merupakan Desa Wisata Using di Kabupaten Banyuwangi yang merupakan sebuah aset
budaya. Namun desa ini belum memiliki fasilitas bagi karya seni masyarakat Using untuk dapat
menampilkan karya seni budaya Using di dalamnya. Pada penelitian ini dilakukan proses transformasi
dengan menganalisis karakter dari Arsitektur Using dan bangunan galeri sebagai kriteria perancangan
bangunan Galeri Seni Budaya Using Banyuwangi. Transformasi yang dilakukan berupa karakter fungsi,
spasial, dan bentuk. Untuk karakter bentuk ditransformasi dengan menggunakan teknik transformasi
tipologi. Hasilnya dapat terlihat pada tata massa dan fasade sebuah bangunan galeri yang memiliki
karakter Arsitektur Using yaitu pada bangunan Galeri Seni Budaya Using Banyuwangi.
Kata kunci: tipologi, transformasi, Arsitektur Using

PENDAHULUAN mewadahi kebudayaan Using di


Latar Belakang dalamnya.
Using merupakan etnik yang Diharapkan dari Arsitektur
kaya akan peninggalan tradisi Using yang ada di Desa Kemiren dapat
kebudayaan dan kesenian dari warisan ditransformasikan ke dalam bentukan
Blambangan, kebudayaan kebudayaan bangunan Galeri Seni Budaya Using
tersebut berupa peninggalan arsitektur sebagai upaya untuk memperlihatkan
yang berupa rumah tinggal Using identitas Arsitektur Using dan
maupun peninggalan tradisi yang kebudayaan Using kepada masyarakat
berupa tari gandrung, seblang, kebo- Banyuwangi maupun masyarakat luar
keboan, dll. Banyuwangi.
Kebudayaan-kebudayaan
Blambangan yang diwarisi oleh Rumusan Masalah
kelompok etnik Using merupakan aset Dari latar belakang
kebudayaan bagi Banyuwangi yang permasalahan yang ada sehingga
tidak dimiliki oleh daerah kabupaten memunculkan suatu rumusan yaitu
lainnya sehingga aset kebudayaan bagaimana penerapan transformasi
tersebut perlu di jaga eksistensinya karakteristik ruang dan bentuk
sebagai warisan budaya bagi generasi- Arsitektur Using pada fasade bangunan
generasi selanjutnya. dan tata massa Galeri Seni Budaya
Desa Kemiren yang dijadikan Using Banyuwangi di Desa Kemiren?
sebagai Desa Wisata Using oleh
pemerintah Banyuwangi saat ini masih Batasan Masalah
tidak memiliki galeri seni budaya. Karena luasnya objek kajian,
Berdasarkan pengamatan kondisi Desa maka kajian ini akan dibatasi dengan
Kemiren saat ini, fasilitas rekreasi dan beberapa batasan masalah yang
edukasi yang disediakan oleh meliputi:
pemerintah bagi pengunjung dari luar 1. Pembahasan pada penulisan skripsi
Desa Kemiren hanya sebatas ini difokuskan pada bagaimana
penginapan dan kolam renang bukan karakteristik rumah tradisional
tempat yang mewadahi segala aktivitas penduduk Desa Wisata Using
seni budaya Using di desa wisata Kemiren sebagai dasar perancangan
tersebut sehingga dibutuhkan bangunan Galeri Seni Budaya Using
Galeri Seni Budaya Using yang Banyuwangi.
2. Perancangan difokuskan pada aspek pemerintah dalam pembangunan
fasade bangunan dan tata massa daerah selanjutnya.
Galeri Seni Budaya Using yang 2. Bagi Bidang Pendidikan
dapat menampilkan karakteristik Memberikan solusi desain serta
Arsitektur Using. sebagai referensi studi untuk
3. Pada proses pengenalan perancangan selanjutnya mengenai
karakteristik rumah tradisional bangunan galeri secara umum dan
Using di Desa Kemiren mengacu studi tentang karakteristik Arsitektur
pada data hasil penelitian terdahulu Using secara khusus.
mengenai semiotika Arsitektur 3. Bagi Masyarakat
Using. Memberikan peluang untuk
4. Bangunan Galeri Seni Budaya mengenal arsitektur dan kebudayaan
Using Banyuwangi mewadahi Using dan meningkatkan
fungsi untuk memamerkan karya ketertarikan masyarakat untuk
seni budaya Using dalam bentuk 2 melestarikan arsitektur dan
dimensi dan 3 dimensi. kebudayaan Using.
5. Tapak Galeri Seni Budaya Using 4. Bagi Praktisi
Banyuwangi adalah bagian dari Dapat memberikan informasi berupa
tapak Taman Rekreasi Desa Wisata datadata mengenai perancangan
Using. Berdasarkan masterplan bangunan galeri seni budaya atau
posisi tapak berada pada sisi utara sejenisnya serta karakteristik tatanan
tapak Taman Rekreasi Desa Wisata Arsitektur Using untuk perancangan
Using yang berada pada jalan selanjutnya.
Jambesari.
Tinjauan Pustaka
Tujuan Tinjauan umum galeri seni budaya
Untuk memperoleh penerapan Bangunan Galeri Seni Budaya
transformasi karakteristik Arsitektur merupakan bangunan yang mewadahi
Using di Desa Kemiren, Kecamatan segala macam aktivitas kesenian dan
Glagah, Banyuwangi dengan budaya. Galeri seni budaya dapat
menampilkan Galeri Seni Budaya Using mencakup fungsi sebagai tempat pamer
Banyuwangi sebagai salah satu fasilitas karya seni dalam bentuk 2 dimensi, 3
Desa Wisata Using sehingga dapat dimensi, serta audio visual, sehingga
digunakan sebagai dasar kajian didalamnya dibutuhkan ruang pamer
transformasi karakteristik Arsitektur atau galeri serta ruang pagelaran atau
Using terhadap bangunan publik dengan auditorium.
fungsi kekinian.
Tinjauan pameran
Manfaat Pengertian pameran menurut
Manfaat yang dapat diperoleh Galeri Nasional Indonesia yaitu
dari perancangan skripsi ini adalah Pameran adalah suatu kegiatan
sebagai berikut: penyajian karya seni rupa untuk
1. Bagi Pemerintah dikomunikasikan sehingga dapat
Dapat membantu memperkenalkan diapresiasi oleh masyarakat luas.
kebudayaan Using ke masyarakat (www.galeri-nasional.or.id)
dalam lingkup kabupaten Bentuk pameran terbagi menjadi tiga
Banyuwangi pada khususnya serta macam (www.galeri-nasional.or.id):
luar daerah Banyuwangi pada 1. Pameran tetap (Permanent
umumnya serta dapat menjadi acuan Exhibition)
2. Pameran temporer (Temporary
Exhibition)
3. Pameran keliling (Travelling Macam pola peletakan tata massa
exhibition) yaitu pola terpusat, linier, radial,
cluster, dan grid.
Tinjauan arsitektur tradisional Using 2. Pencapaian bangunan
Menurut Suprijanto (2002), Macam pencapaian bangunan yaitu
karakter yang ada pada Arsitektur yang pencapaian langsung, pencapaian
terlihat pada ruang, bentuk, dan tersamar, dan pencapaian berputar.
ornamennya adalah sebagai berikut: 3. Sirkulasi
1. Ruang pada rumah tradisional Using Sirkulasi terbagi menjadi beberapa
terbagi atas ampok, amper, bale, pola yaitu linier, radial, spiral, grid,
pendopo, jrumah, pawon, serta network (jaringan), dan composite
lumbung. (gabungan).
2. Bentuk atap rumah tradisional Using
terbagi menjadi tikel balung (4 rab), Teori unsur visual desain dan prinsip
baresan (3 rab), dan cerocogan (2 desain
rab). Unsur visual bentuk arsitektur
3. Ornamen yang pada rumah menurut Ching (2000), berdasarkan
tradisional Using merupakan pendekatan ruang, struktur, dan
ornamen dengan motifmotif flora penutupnya, terdiri dari wujud, warna,
dan geometris. Ornamen dengan tekstur, bukaan, dan ornamen. Dan
motif flora berupa peciringan prinsip desain untuk menampilkan
(bunga matahari) dan kembang pare karakter bentuk dari bangunan, terdiri
(sulur-suluran), sedangkan ornamen dari balance (keseimbangan), irama,
dengan motif geometris yaitu skala dan proporsi, unity (kesatuan), dan
slimpet (swastika) dan kawung. harmoni.

Teori tipologi fasade Teori transformasi


Pengertian fasade menurut Krier Menurut Laseau dalam Pratiwi
(1988: 122) merupakan elemen (2009) transformasi dibagi kedalam
arsitektur terpenting yang mampu beberapa kategori yaitu:
mewakili fungsi dan makna pada 1. Transformasi bersifat typological
sebuah bangunan. Di dalam fasade (geometri)
terbagi beberapa komponen atau 2. Transformasi bersifat gramatika
elemen, komponen fasade tersebut hiasan (ornamental)
menurut Krier (1988: 61-66) adalah: 3. Transformasi bersifat reverseal
1. Gerbang dan pintu masuk (entrance) (kebalikan)
2. Zona lantai dasar 4. Transformasi bersifat distortion
3. Jendela dan pintu masuk ke (merancukan)
bangunan Menurut Broadbent dalam
4. Pagar pembatas (railling) Amanati (2008) transformasi yang
5. Atap dan akhiran bangunan bertema fungsi dan bentuk tergolong
6. Ornamen pada fasade kedalam desain tipologi.
7. Teori tata massa
Tinjauan objek komparasi
Teori tata massa Selasar Sunaryo Art Space
Menurut Ching (2000), teori- Menurut Syarif (2008), fasade
teori yang mempengaruhi bangunan Selasar Sunaryo Art Space
pengembangan tata massa bangunan menampilkan image modern abstrak
dalam tapak diantaranya yaitu: yang menjadi ekspresi karya-karya seni
1. Pola peletakan tata massa kontemporer dari Sunaryo.
Taman Budaya Provinsi Bali (Art bangunan (Galeri Seni Budaya
Centre) Using Banyuwangi).
Taman Budaya Provinsi Bali 3. Tahap studi analisis, yaitu tahap
(Art Centre) menurut Taswadi (1994) penelusuran karakter masing-masing
bangunan ini menerapkan konsep bangunan. Analisis yang dilakukan
perpaduan antara arsitektur modern dan menggunakan metode analisis
arsitektur zaman Bali baru. deskripstif.
4. Tahap konsep perancangan, yaitu
METODE PERANCANGAN tahap kesimpulan dan hasil
Metode Umum perumusan dari analisis. Pada tahap
Metode yang digunakan adalah ini metode yang digunakan adalah
penelusuran dan penggabungan metode deskriptif dan tipologi
karakteristik Arsitektur Using dan sebagai pemecahan masalah
karaktersitik bangunan galeri yang arsitektural bangunan Galeri Seni
kemudian dijadikan sebagai konsep Budaya Using Banyuwangi.
perancangan bangunan Galeri Seni 5. Tahap pembahasan perancangan,
Budaya Using Banyuwangi. yaitu tahap pembahasan hasil
Karakteristik yang diambil berupa perancangan yang dijelaskan secara
karakter fungsi, karakter bentuk, dan rinci mengenai tata massa dan
karakter spasial. bentuk bangunan Galeri Seni
Budaya Using Banyuwangi yang
Tahapan Perancangan
sesuai perubahan terhadap kriteria
Secara umum tahapan perancangan
dan konsep Arsitektur Using dan
pada kajian ini menggunakan tahapan
bangunan galeri.
perancangan yang meliputi:
1. Tahap identifikasi, yaitu pencarian
informasi mengenai berita terkini HASIL DAN PEMBAHASAN
mengenai perkembangan Gambaran Umum Kabupaten
kebudayaan Using di Banyuwangi Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi
hal ini diperoleh dari pernyataan
merupakan Kabupaten yang terletak di
pernyataan masyarakat dari berita
ujung timur Pulau Jawa.Wilayah
internet tentang masyarakat Using di
daratannya terdiri atas dataran tinggi
Desa Kemiren serta
berupa pegunungan yang merupakan
perkembangannya dalam kawasan
daerah penghasil produk perkebunan,
Banyuwangi.
dataran rendah dengan berbagai potensi
2. Tahap pengumpulan data, yaitu
produk hasil pertanian, serta daerah
untuk mendapatkan data data yang
sekitar garis pantai yang membujur dari
berupa data primer dan data
arah utara ke selatan yang merupakan
sekunder terkait dengan bangunan
daerah penghasil berbagai biota laut.
galeri seni dan budaya dan
Batas wilayah :
Arsitektur Using di Desa Kemiren.
sebelah utara : Kabupaten Situbondo;
Dari hasil pengumpulan data
sebelah timur : Selat Bali;
kemudian tahap berikutnya yaitu
sebelah selatan: Samudera Indonesia;
seleksi data-data yang dibutuhkan,
sebelah barat : Kabupaten Jember dan
seluruh informasi diseleksi
Bondowoso.
berdasarkan kebutuhan yang
digunakan selama proses
Gambaran Umum Desa Kemiren:
perancangan yang ditinjau dari segi
Desa Masyarakat Using
arsitekturalnya. Selanjutnya akan
Desa Kemiren merupakan salah
dianalisis untuk memecahkan
satu desa di Kecamatan Glagah,
masalah arsitektural terkait
Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. 2. Karakter bentuk: kepala bangunan
Desa Kemiren terletak di kawasan kaki (atap), badan bangunan (ornamen,
gunung Ijen yang cukup strategis, jarak dinding dan bukaan), serta kaki
antara Desa Kemiren dengan pusat bangunan (lantai dan obag).
pemerintahan kabupaten sejauh + 5 km. 3. Karakter spasial: karakter spasial
makro yang mencakup bahasan
spasial Arsitektur Using secara
kawasan dan mikro yang mencakup
bahasan spasial pada rumah
tradisional Using.

Karakter Arsitektur Bangunan


Galeri: Kajian Komparatif
Selasar Sunaryo Art Space
Karakter yang dibahas meliputi:
1. Karakter fungsi, yang meliputi
fungsi primer yaitu ruang pamer
tetap, ruang pamer temporer, stone
garden, dan amphiteater, fungsi
sekunder yaitu lobby, entrance,
rumah bambu, bale handap, dan
Gambar 1 Peta Kabupaten Banyuwangi, audio visual space, sedangkan
Kecamatan Glagah, dan Desa Kemiren fungsi tersier yaitu kopi selasar,
cinderamata selasar, toilet, dan
Gambaran Umum Tapak gudang.
Lokasi tapak berada di pinggir 2. Karakter bentuk, merupakan analisis
jalan Jambesari serta nantinya akan unsur visual desain dan analisis
direncanakan menjadi satu pengelolaan prinsip desain dari bangunan Selasar
dengan Taman Rekreasi Desa Wisata Sunaryo Art Space.
Using yang merupakan ruang publik 3. Karakter spasial, berkaitan dengan
yang saat ini difungsikan sebagai pola tata massa, orientasi bangunan,
kolam, penginapan, serta fasilitas serta hubungan dan organisasi ruang
rekreasi. pada bangunan Selasar Sunaryo Art
Batas batas tapak: Space.
Utara : Sungai kecil dan Sawah
Timur : Permukiman warga Taman Budaya Provinsi Bali (Arts
Selatan : Taman Rekreasi Desa Wisata Centre)
Using Karakter yang dibahas meliputi:
Barat : Sawah dan permukiman warga 1. Karakter fungsi, yang meliputi
fungsi primer yaitu amphitetater
Karakter Arsitektur Using (panggung terbuka Ardha Candra),
Karakter Arsitektur Using dalam kajian panggung tertutup Ksirarnawa,
ini dibagi menjadi tiga yaitu: gedung pameran utama Mahudara
1. Karakter fungsi: fungsi primer yang Mandara Giri Bhuwana, dan
meliputi ruang Jrumah, fungsi Gedung Krya Sembrani
sekunder meliputi ruang amper, Occaihcrawa. Fungsi sekunder yaitu
bale, pawon,dan ampok, sedangkan entrance dan tiket, perpustakaan,
fungsi tersier meliputi ruang kalanganruang rapat dan kantin,
halaman (halaman depan dan gedung kriya, studio patung, studio
samping). melukis, wantilan, dan gardu listrik,
menara air, dan castern battery.
Fungsi tersier yaitu parkir, jembatan Organisasi ruang
gajah mina, bale, pura taman beji,
Sanggar r.seniman
arena anak, rumah pimpinan, wisma
seniman, toilet, gudang.
2. Karakter bentuk, merupakan analisis
unsur visual desain dan analisis Ruang pamer
tetap & temporer
prinsip desain dari bangunan Taman Gazebo
Plaza
Budaya Provinsi Bali (Arts centre).
3. Karakter spasial, berkaitan dengan Perpustakaan
pola tata massa, orientasi bangunan,
serta hubungan dan organisasi ruang
Entrance &
pada bangunan Taman Budaya Tiket
Provinsi Bali (Arts centre).
Shop Parkir
Analisis Fungsi Galeri Seni Budaya Keterangan:
area
Using Banyuwangi : Fungsi primer
Fungsi dan fasilitas pada Galeri : Fungsi Sekunder entrance exit
: Fungsi Tersier
Seni Budaya Using Banyuwangi
merupakan fungsi dan fasilitas Gambar 2 Organisasi ruang Galeri Seni Budaya
pelengkap atau fungsi dan fasilitas yang Using Banyuwangi
ditambahkan karena belum adanya Aspek tapak
fasilitas tersebut pada Taman Rekreasi Aspek tapak yang dianalisis meliputi
Desa Wisata Using. Fungsi dan fasilitas sirkulasi dan pencapaian, topografi,
yang ditambahkan meliputi: angin, vegetasi pada tapak, kebisingan,
view dan orientasi, zoning tapak, dan
1. Fungsi primer yaitu ruang pamer tata massa.
tetap dan ruang pamer temporer.
2. Fungsi sekunder yaitu lobby dan Analisis Bangunan Galeri Seni
entrance, loket, resepsionis, ruang Budaya Using Banyuwangi
administrasi, ruang seniman, ruang Analisis bentuk dan tampilan
pelatihan/sanggar, perpustakaan, Analisis bentuk dan tampilan
ruang teknis, plaza terbuka, dan diperoleh dari penggabungan
gazebo. kesimpulan analisis unsur visual desain
3. Fungsi tersier yaitu musholla, toilet, dan prinsip desain Arsitektur Using
kafetaria, shop area, gudang dan dengan unsur visual desain dan prinsip
parkir. desain bangunan galeri. Hasil analisis
ini nantinya akan digunakan sebagai
Analisis Spasial (Tapak) Galeri Seni
konsep bentuk bangunan Galeri Seni
Budaya Using Banyuwangi
Budaya Using Banyuwangi.
Kebutuhan ruang dan luasan ruang
Analisis Struktur
Total luas bangunan Galeri Seni
Analisis struktur dibagi menjadi tiga:
Budaya Using Banyuwangi dari hasil
1. Struktur atap
analisis yaitu 4702,83 m2 dari total luas
Struktur atap menggunakan
tapak + 18.122 m2 , GSB 7m, KDB
bentuk atap pada Arsitektur Using
30%, dan KLB 60%, sehingga diperoleh
dan beberapa menggunakan struktur
prosentase area terbangun 25,95 % dan
bentang panjang. Struktur rangka
area terbuka 74.05 %.
atap menggunakan bahan pabrikasi
seperti struktur rangka atap baja
ringan.
2. Dinding dan bukaan 1. Jrumah (primer) diterapkan menjadi
Material dinding bangunan pamer tetap.
menggunakan dinding pasangan 2. Bale (sekunder) diterapkan menjadi
batu bata. Untuk bukaan pada bangunan pamer temporer dan
bangunan Galeri Seni Budaya Using perpustakaan.
Banyuwangi ini menggunakan 3. Ampok (sekunder) diterapkan
bukaan jendela dengan kaca serta menjadi gazebo dan plaza terbuka.
tidak berornamen. 4. Pawon (sekunder) diterapkan
3. Lantai menjadi sanggar.
Lantai menggunakan lantai 5. Amper (tersier) diterapkan menjadi
ubin. Selain itu penerapan lantai shop area.
yang ditinggikan pada Arsitektur 6. Halaman (tersier) diterapkan
Using diterapkan pada bangunan menjadi parkir.
Galeri Seni Budaya Using Konsep spasial
Banyuwangi. Lantai pada bangunan Konsep spasial meliputi:
keseluruhan bangunan Galeri Seni 1. Kebutuhan ruang dan luasan ruang
Budaya Using ditinggikan minimal
30cm dari permukaan tanah. Tabel 1 Luas ruang total Galeri Seni
Analisis utilitas Budaya Using Banyuwangi
Dari beberapa sarana utilitas No. Kebutuhan ruang Luas
Area terbangun
yang tersedia pada tapak, perancangan
1 Bangunan pamer tetap 1482 m2
utilitas bangunan Galeri Seni Budaya 2 Bangunan pamer 804 m2
Using akan dapat terpenuhi dengan temporer
mudah. Sumber listrik dan air dari PLN 3 Perpustakaan 360 m2
dan PDAM yang sudah tersedia pada 4 Sanggar 630 m2
tapak akan digunakan untuk memenuhi 5 Shop area 216 m2
kebutuhan air bersih dan listrik pada 6 Gazebo 30 m2
Total 3522 m2
bangunan Galeri Seni Budaya Using Area terbuka
Banyuwangi. Untuk pembuangan air 7 Plaza terbuka 624 m2
kotor masih perlu direncanakan kembali 8 Parkir 1001 m2
dan disesuaikan. Sedangkan untuk 9 Taman & sirkulasi 12975 m2
sistem penghawaan buatan masih perlu Total 14600 m2
direncanakan karena belum tersedianya
sistem penghawaan buatan. 2. Organisasi dan hubungan ruang
Organisasi dan hubungan
Konsep Perancangan Galeri Seni ruang dari hasil analisis spasial
Budaya Using Banyuwangi sebelumnya kemudian ditarik
Konsep fungsi kesimpulan sehingga diperoleh
Konsep fungsi terbagi menjadi konsep spasial (hubungan ruang)
konsep fungsi makro dan mikro. pada bangunan Galeri Seni Budaya
Dimana konsep fungsi makro Using Banyuwangi jika dikaitkan
merupakan konsep fungsi Galeri Seni dengan Taman Rekreasi Desa
Budaya Using Banyuwangi serta Wisata Using Banyuwangi.
kaitannya dengan Taman Rekreasi Desa 3. Aspek tapak
Wisata Using, sedangkan konsep fungsi Konsep spasial yang
mikro merupakan fungsi ruang Using berhubungan dengan aspek tapak
yang diterapkan pada tata massa Galeri meliputi konsep mengenai sirkulasi
Seni Budaya Using Banyuwangi. dan pencapaian, topografi, angin,
Penerapan tersebut sebagai berikut: vegetasi pada tapak, kebisingan,
view dan orientasi bangunan, zoning diletakkan pada kontur yang lebih
tapak, dan tata massa. rendah. Untuk bangunan sanggar
Konsep bangunan diletakkan pada kontur yang sama
Konsep bangunan meliputi: dengan bangunan pamer tetap,
1. Konsep bentuk dan tampilan, yang namun bangunannya dibuat lebih
dijabarkan dari unsur visual desain rendah sehingga tidak mengalahkan
dan prinsip desainnya serta kesan visual bangunan pamer tetap
transformasi tipologi melalui teknik sebagai bangunan utama. Karena
friction, break, addition , adanya kontur, arah orientasi
borrowing, interlacking, dan rotate. bangunan Galeri Seni Budaya Using
2. Konsep struktur, menggunakan Banyuwangi dominan menghadap
struktur Arsitektur Using dengan pada kontur terendah.
beberapa massa bangunan 3. Angin
menggunakan struktur rangka atap Jarak antar bangunan Galeri
baja ringan, sedangkan untuk massa Seni Budaya Using Banyuwangi
bangunan sanggar menggunakan dibuat dengan cukup lebar agar
struktur rangka atap kayu. Pondasi angin tidak berhembus kuat akibat
yang digunakan adalah pondasi batu tekanan ruang yang sempit.
kali pada tiap-tiap kolomnya. Tanaman barrier berdaun rindang
Dinding menggunakan pasangan diletakkan pada tapak sebelah timur
batu bata, serta material penutup dan area parkir untuk menahan laju
atap yang digunakan yaitu genteng. angin masuk ke dalam tapak.
3. Konsep utilitas, Utilitas pada 4. Vegetasi pada tapak
bangunan Galeri Seni Budaya Using Area terbuka yang sebagian
ini akan dibagi menjadi sistem besar menggunakan rumput gajah
plambing, sistem jaringan listrik, mini pada perancangan bangunan
serta sistem penghawaan. Galeri Seni Budaya Using
Banyuwangi ini terdapat pada
Pembahasan Hasil Perancangan gazebo.
Tata massa Pohon-pohon peneduh
1. Sirkulasi dan pencapaian banyak digunakan di area gazebo,
Sirkulasi dibedakan menjadi plaza terbuka, area parkir, serta pada
sirkulasi di luar tapak dan sirkulasi bagian luar di sekitar bangunan
di dalam tapak. Sirkulasi di luar pamer temporer, shop area,
tapak terdapat 3 jalur sirkulasi yaitu perpustakaan dan sanggar. Jenis
dari parkir menuju entrance utama tanaman peneduh yang digunakan
dan tiket Taman Rekreasi Desa diantaranya yaitu pohon tanjung,
Wisata Using, entrance samping pohon mangga, pohon rambutan,
dan tiket Taman Rekreasi Desa dan pohon kiara payung.
Wisata Using, dan entrance utama Tanaman pengarah ditanam
Galeri Seni Budaya Using di sepanjang jalur sirkulasi menuju
Banyuwangi. bangunan pamer tetap dan di sekitar
2. Topografi jalur sirkulasi yang mengelilingi
Bangunan pamer tetap bangunan pamer tetap. Jenis
diletakkan pada kontur tertinggi tanaman yang digunakan sebagai
serta untuk memperoleh kesan tanaman pengarah yaitu bunga
visual dan sebagai point of view bagi pucuk merah dan pohon cemara.
pengunjung yang datang. Bangunan Tanaman pagar ditanam di
penunjang seperti bangunan pamer sepanjang area depan dan di
temporer dan perpustakaan sepanjang jalur sirkulasi di dalam
tapak bangunan Galeri Seni Budaya gazebo, dan plaza terbuka.
Using Banyuwangi. Jenis tanaman Bangunan fungsi sekunder pada
yang digunakan sebagai tanaman Galeri Seni Budaya Using
pagar diantaranya yaitu lidah Banyuwangi dibuat mengelilingi
mertua, lili paris, dan brojo lintang. bangunan fungsi primer.
5. Kebisingan Berdasarkan penerapan
Pengaturan jarak area Arsitektur Using massa Galeri Seni
rileksasi (area gazebo dan plaza) Budaya Using ditata sesuai dengan
dan bangunan utama agar terhindar ruang Arsitektur Using. Tata ruang
dari kebisingan kendaraan bermotor bale diterapkan pada bangunan
dari jalan Jambesari dengan galeri berupa bangunan di area
meletakkan ketiga area tersebut depan. Ruang pawon diterapkan
pada bagian tengah tapak. pada bangunan galeri berupa
6. View dan orientasi bangunan di area belakang. Ruang
View dan orientasi ampok diletakkan pada bagian
menghadap entrance dan jalan yaitu samping utara dan selatan yaitu area
pada massa sanggar, bangunan gazebo dan plaza terbuka.
pamer tetap, bangunan pamer c. Tata massa fungsi tesier
temporer, dan perpustakaan. View Bangunan fungsi tersier pada
dan orientasi menghadap tapak yaitu Galeri Seni Budaya Using
pada massa shop area, area gazebo, Banyuwangi diletakkan di tapak
dan plaza terbuka. bagian timur. Untuk fungsi tersier
7. Zoning tapak toilet pada Galeri Seni Budaya
Zoning massa bangunan Using terdapat di dalam masing-
primer pada bangunan Galeri Seni masing bangunan.
Budaya Using Banyuwangi yaitu Berdasarkan penerapan
berupa bangunan pamer tetap. Arsitektur Using massa Galeri Seni
Zoning massa bangunan sekunder Budaya Using ditata sesuai dengan
berupa bangunan pamer temporer, ruang Arsitektur Using. Ruang
perpustakaan, sanggar, gazebo, dan Amper diterapkan pada bangunan
plaza terbuka. Zoning massa galeri berupa bangunan dengan
bangunan tersier berupa bangunan fungsi-fungsi tersier pada area
shop area dan area parkir. depan. Halaman diterapkan pada
8. Tata massa bangunan galeri berupa area parkir.
Tata massa Galeri Seni
Budaya Using Banyuwangi ini Massa bangunan pamer tetap
terbagi menjadi: 1. Kebutuhan dan luasan ruang
a. Tata massa fungsi primer
Fungsi primer pada Tabel 2 Kebutuhan dan luasan ruang
bangunan Galeri Seni Budaya Using bangunan pamer tetap
Banyuwangi adalah bangunan No. Kebutuhan ruang Luas
1 Lobby 108 m2
pamer tetap. Dalam kaitannya
2 Resepsionis 36 m2
dengan Arsitektur Using Bangunan 3 R. administrasi 36 m2
pamer tetap merupakan penerapan 4 R. pamer 1404 m2
dari ruang jrumah. 5 Toilet 36 m2
b. Tata massa fungsi sekunder 6 Gudang 18 m2
Fungsi sekunder pada Galeri 7 Loading dock 36 m2
Seni Budaya Using Banyuwangi Total 1674 m2
yaitu berupa bangunan pamer
temporer, perpustakaan, sanggar,
2. Unsur visual desain
- Wujud: persegi panjang dan
segitiga.
- Warna: penerapan warna
natural, merah bata, cokelat,
Gambar 3 Massa bangunan pamer tetap
hitam, dan putih.
- Tekstur: tekstur halus Massa bangunan pamer temporer
diaplikasikan pada dinding yang 1. Kebutuhan dan luasan ruang
difinishing cat, sedangkan Tabel 3 Kebutuhan dan luasan ruang
tekstur kasar diaplikasikan pada bangunan pamer temporer
dinding yang diberi ornamen No. Kebutuhan ruang Luas
1 Lobby 72 m2
dan pada atap.
2 Resepsionis 36 m2
- Bukaan: penerapan berupa pintu 3 R. administrasi 36 m2
dan jendela dengan bukaan- 4 R. pamer temporer 630 m2
bukaan lebar, serta pintu dengan 5 Toilet 36 m2
dua pintu. 6 Gudang 18 m2
- Penerapan ornamen: penerapan 7 Loading dock 24 m2
bagian ampik berupa motif Total 852 m2
geometris segitiga di bawah
atap. Ornamen pada fasade 2. Unsur visual desain
bangunan berupa motif kawung - Wujud: persegi panjang,
dan slimpet (swastika). segitiga, dan trapesium.
3. Prinsip desain - Warna: warna natural putih dan
- Keseimbangan: simetris. merah bata.
- Irama: statis. - Tekstur: tekstur halus
- Skala: skala manusiawi. diaplikasikan pada dinding yang
- Proporsi: berlaku kelipatan t difinishing dengan cat,
1:.2. sedangkan tekstur kasar pada
4. Struktur bagian atap dan sebagian
Struktur atap tikel balung dinding ornamen.
seperti pada Arsitektur Using. - Bukaan: pintu dan jendela
Struktur rangka atap bangunan dengan bukaan yang lebar, serta
pamer tetap ini menggunakan bahan pintu dengan dua daun pintu.
pabrikasi dengan struktur rangka - Penerapan ornamen: motif
atap baja ringan. Penerapan obag slimpet (swastika) pada dinding
pada kolom penyangga di bagian bagian samping.
luar bangunan saja. Dinding 3. Prinsip desain
menggunakan dinding pasangan - Keseimbangan: asimetris.
batu bata yang difinishing dengan - Irama: dinamis.
cat dengan ornamen berupa dinding - Skala: skala manusiawi.
dari bahan pabrikasi. Kanopi serta - Proporsi: berlaku kelipatan t 1:2.
sekat-sekat bukaan menerapkan 4. Struktur
bentuk dasar dari dinding dan Bentuk atap yang digunakan
bukaan pada Arsitektur Using, yaitu atap cerocogan yang sedikit
gebyog dan roji. Lantai berupa ditransformasi sehingga diperoleh
lantai ubin ukuran 40x40 serta kesan bangunan modern. Struktur
ditinggikan +1meter dari permukaan rangka atap menggunakan bahan
tanah. material pabrikasi berupa rangka
atap baja ringan. Dinding
menggunakan dinding pasangan
batu bata yang difinishing dengan
cat warna putih atau cokelat muda. - Irama : dinamis.
Untuk dinding ornamen - Skala: skala manusiawi.
menggunakan bahan material - Proporsi: berlaku kelipatan t 1:2.
pabrikasi serta dilapisi kaca pada 4. Struktur
bagian luar. Bukaan berupa pintu Menggunakan bentuk atap
dengan bukaan dua daun pintu serta Arsitektur Using cerocogan yang
jendela dengan kaca-kaca yang ditransformasikan, sehingga hampir
lebar. Lantai menggunakan lantai menyerupai bentuk silang x.
ubin 40x40 serta ditinggikan Bahan material atap yang digunakan
+1meter dari permukaan tanah. yaitu berupa atap baja ringan.
Dinding dan bukaan menggunakan
dinding pasangan batu bata yang
difinishing cat warna cokelat muda.
Serta dinding ornamen pada bagian
Gambar 4 Massa bangunan pamer temporer samping bangunan mnggunakan
bahan pabrikasi. Lantai
Massa bangunan perpustakaan perpustakaan ditinggikan + 75cm
1. Kebutuhan dan luasan ruang dari permukaan tanah. Lantai
menggunakan ubin ukuran 30x30.
Tabel 4 Kebutuhan ruang dan luasan ruang
bangunan perpustakaan
No. Kebutuhan ruang Luas
1 Lobby 81 m2
2 R. administrasi 9 m2
3 Loker & katalog 9 m2 Gambar 5 Massa bangunan perpustakaan
4 R. baca 108 m2
5 R. koleksi buku 108 m2 Massa bangunan sanggar
6 Toilet 36 m2 1. Kebutuhan dan luasan ruang
7 Gudang 9 m2 Tabel 5 Kebutuhan ruang dan luasan ruang
Total 360 m2 pada bangunan sanggar
2. Unsur visual desain No. Kebutuhan ruang Luas
- Wujud: persegi panjang dan 1 Lobby = 108 m2
segitiga. 2 Resepsionis = 36 m2
- Warna: warna natural merah 3 Ruang sanggar tari 144 m2
4 Ruang sanggar musik 144 m2
bata, cokelat, putih dan abu-abu. 5 Ruang sanggar tenun 144 m2
- Tekstur: Tekstur kasar pada abaca
atap, dinding ornamen, dan 6 Ruang seniman 144 m2
lantai. Sedangkan tekstur halus 7 Toilet = 78 m2
pada permukaan dinding yang 8 Gudang 9 m2
difinishing dengan cat dan pada 9 Loading dock 27 m2
Total 834 m2
permukaan kaca jendela.
- Bukaan: jendela dan pintu yang
2. Unsur visual desain
sebagian besar permukaannya
- Wujud: persegi dan persegi
berupa kaca.
panjang.
- Penerapan ornamen: motif
kawung pada dinding bagian - Warna: warna natural cokelat
samping dan depan. Sedangkan bata, cokelat muda, cokelat tua,
ornamen pada bagian ampik dan abu-abu.
berupa bentuk dasar geometri - Tekstur: tekstur halus diterapkan
segitiga. pada dinding yang difinishing
3. Prinsip desain cat, sedangkan tekstur kasar
- Keseimbangan: asimetris.
diterapkan pada atap, lantai, dan 2. Unsur visual desain
dinding ornamen. - Wujud: persegi panjang dan
- Bukaan: bangunan semi terbuka segitiga.
yang sebagian bangunannya - Warna: warna natural merah
terbuka, dan memiliki bukaan- bata, putih, dan abu-abu.
bukaan yang lebar. - Tekstur: tekstur halus diterapkan
- Penerapan ornamen: motif pada dinding yang difinishing
kawung dan slimpet (swastika). cat, sedangkan tekstur kasar
3. Prinsip desain diterapkan pada atap, lantai, dan
- Keseimbangan: simetris. dinding ornamen.
- Irama: statis. - Bukaan: bukaan berupa jendela
- Skala: skala manusiawi. dan pintu yang sebagian besar
- Proporsi: berlaku kelipatan t 1:2. permukaannya berupa kaca.
4. Struktur - Penerapan ornamen: motif
Struktur yang digunakan kecubung.
pada bentuk bangunan sanggar 3. Prinsip desain
ini pada intinya menggunakan - Keseimbangan: simetris.
struktur kuda-kuda seperti pada - Irama: statis.
bentuk atap cerocogan yang - Skala: skala manusiawi.
terpotong. Bahan material - Proporsi: berlaku kelipatan t 1:2.
rangka atap dari kayu. Dinding 4. Struktur
dan bukaan berupa pintu masuk Bangunan shop area ini
tanpa adanya daun pintu, karena menggunakan struktur rangka atap
bentuk bangunan ini dibuat agar baja ringan. Dinding berupa dinding
terlihat bebas untuk kegiatan batu bata yang difinishing dengan
pelatihan. Bukaan-bukaan cat. Lantai berupa lantai ubin ukuran
berupa dinding-dinding ornamen 30x30 serta ditinggikan dengan
yang tidak menutup penuh, ketinggian hingga 45cm dari
sehingga dapat memasukkan permukaan tanah.
cahaya dan udara ke dalam
bangunan. Lantai terbuat dari
ubin dengan ukuran 30x30.
Selain itu lantai ditinggikan
dengan ketingian hingga 45cm Gambar 7 Massa bangunan shop area
dari permukaan tanah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan
bangunan Galeri Seni Budaya Using
Gambar 6 Massa bangunan sanggar Banyuwangi, diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu:
Massa bangunan shop area 1. Berkaitan dengan pengembangan
1. Kebutuhan dan luasan ruang Desa Kemiren sebagai Desa Wisata
Using yang membutuhkan adanya
Tabel 6 Kebutuhan ruang dan luasan ruang bangunan galeri seni yang dapat
bangunan shop area menampung kreasi seni dan budaya
No. Kebutuhan ruang Luas masyarakat Kemiren pada
1 Kios tenun abaca 108 m2
khususnya serta dapat menjadi daya
2 Kios peralatan gandrung 108 m2
dan barong tarik bagi warga Banyuwangi untuk
Total 216 m2 mengenal budaya Using atau
sekedar menikmati kesenian dan bangunan-sunda.html. (diakses 1
suasana Desa Wisata Using di sana. November 2012).
2. Melihat potensi Desa Kemiren Arystianto, Deni. P. 2008. Simbol
dengan karakter Arsitektur Using di Arsitektur Tradisional Using
dalamnya dapat dijadikan sebagai dan Bangunan Publik Kawasan
potensi penerapan arsitektur Wisata Pantai Watudodol
tradisional ke dalam fungsi baru Banyuwangi. Skripsi Tidak
yaitu bangunan galeri seni. Dipublikasikan. Malang:
3. Penerapan karakteristik Arsitektur Universitas Brawijaya.
Using ini diambil dari tipologi Bappeda Kabupaten Banyuwangi.
rumah tradisional Using yang ada di 2011. Kondisi Geografis
Desa Kemiren, sehingga teknik Kabupaten Banyuwangi.
yang digunakan yaitu transformasi Banyuwangi :
tipologi. www.banyuwangikab.go.id
(diakses pada 21 September
Saran 2011)
Bagi para akademisi dan Bappeda Kabupaten Banyuwangi. 2011.
praktisi, kajian ini dapat bermanfaat Peta Administrasi Kabupaten
sebagai metode penerapan arsitektur Banyuwangi Banyuwangi :
tradisional pada desain dan fungsi pada www.banyuwangikab.go.id
bangunan kekinian, penerapan unsur (diakses pada 21 September
budaya pada suatu rancangan bangunan, 2011)
serta penerapan metode transformasi Bappeda Kabupaten Banyuwangi.2011.
tipologi sebagai alat eksplorasi desain. RPJMD Kabupaten Banyuwangi
Metode-metode ini sangat bermanfaat 2011-2015 . Banyuwangi :
sebagai metode perancangan yang www.banyuwangikab.go.id
berhubungan dengan karaktersitik dan (diakses pada 22 September
arsitektur tradisional. Mengingat 2011)
Indonesia sebagai negara yang kaya Bappeda Kabupaten Banyuwangi. 2013.
akan kultur budayanya, sehingga dapat Peta Wilayah Kecamatan
difungsikan sebagai metode dalam Glagah. Banyuwangi :
perancangan untuk memunculkan www.banyuwangikab.go.id
desain dengan fungsi baru yang berakar (diakses pada 4 Februari 2013)
dari kebudayaan. Chiara, J. D. & Callender. 1987. Time
Saver Standart for Buillding
DAFTAR PUSTAKA Type 2nd Edition. New York:
Amanati, Ratna. 2008. Transformasi McGraw-Hill Co.
Makna dalam Tampilan Ching, Francis D. K. 2000. Arsitektur :
Arsitektur Theme Park. Jurnal Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Sains dan Teknologi. 7 (2): 45- Terjemahan. Jakarta : Erlangga
53 Hudin, I. N. 2010. Galeri Seni Rupa Di
Anonim. 2011. 33rd Bali Arts Festival Surakarta Sebagai Media
June. Komunikasi Ramah Lingkungan.
www.balipromotioncenter.com/ Universitas Muhammadiyah
2011/06/33rd-bali-arts-festival- Surakarta.
june-11-july.html (diakses 1 mei http://v2.eprints.ums.ac.id/archiv
2013) e/etd/8189/1/3. (diakses 3
Anonim. 2012. Jenis-Jenis Atap Rumah Januari 2013)
Sunda.
http://anangelnino.blogspot.com/
2012/08/jenis-jenis-atap-
Krier, Rob. 1988. Architectural Suryani, S. 2011. Elegi Seni, Arsitektur,
Compotition. London: Academy dan Wabi-Sabi kasus: Selasar
Edition. Sunaryo & NuArt Galery.
Lukman, F. 2011. Selasar Sunaryo Art http://id.scribd.com/doc/510961
Space. 48/15207072-SRI-SURYANI-
http://fariable.blogspot.com/201 part-3. (diakses 1 November
1/07/selasar-sunaryo-art- 2012).
space.html. (diakses 1 Sutarto, Ayu. 2006. Sekilas tentang
November 2012) Masyarakat Using. Makalah
Neufert, E. & Sunarto, T. 2002. Data yang disampaikan dalam Jelajah
Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Jakarta : Budaya. Balai Kajian Sejarah
Erlangga dan Nilai Tradisional
Pertiwi, A. K. & Ridhayanti, I. 2010. Yogyakarta.
Selasar Sunaryo Syarif, Muhamad. 2008. Yogyakarta
http://zonearchitect.blogspot.co Contemporary Art Gallery 104.
m/2010/11/selasar-sunaryo.html. http://eprints.undip.ac.id/1277/2/
(diakses 1 November 2012). Muhamad_Syarif_H.pdf.
Pratiwi, W. 2009. Definisi (diakses 1 November 2012 )
Transformasi. Taswadi.1994. Sejarah Bali.
http://www.ar.itb.ac.id/wdp/wpc http://file.upi.edu/Direktori/FPB
ontent/uploads/2009/09/definisi_ S/JUR._PEND._SENI_RUPA/1
transformasi_wdpratiwi.pdf 96501111994121-
(diakses 3 januari 2013) TASWADI/sejarah_bali.pdf.
Rusnandar, N. 2011. Arsitektur dan (diakses 1 November 2012).
Tata Ruang Menurut Konsep Widaningsih, Lilis. 2012. Outlet
Orang sunda. Factory.
http://sundasamanggaran.blogsp http://file.upi.edu/Direktori/FPT
ot.com/2011/03/arsitektur-dan- K/JUR._PEND._TEKNIK_ARS
tata-ruang-menurut.html. ITEKTUR/197110221998022-
(diakses 1 November 2012). LILIS_WIDANINGSIH/Factory
Santri, Tyas. 2011. Galeri Batik Gedhog _Outlet.pdf (diakses 1
sekar Ayu Dusun Ngluwuk November 2012)
Kabupaten Tuban. Skripsi tidak www.Archdaily.com (diakses 1 Mei
dipublikasikan. Malang: 2013)
Universitas Brawijaya. www.galeri-nasional.or.id (diakses 1
Saputra, Heru S. P. 2001. Tradisi November 2012)
Mantra Kelompok Etnik Using
di Banyuwangi. Jurnal
Humaniora Volume XIII, No.3.
Setyabudi, Irawan. 2011. Nilai Guna
Ruang Rumah Tradisional Suku
Using Banyuwangi dalam
Kegiatan Sosial, Budaya dan
Agama. Jurnal Local Wisdom.
III (1): 01-08
Suprijanto, Iwan. 2002. Rumah
Tradisional Osing: Konsep
Ruang dan Bentuk. Jurnal
Dimensi Arsitektur. XXX (1):
10-20

Anda mungkin juga menyukai