Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS TENSION PNEUMOTHORAKS

1. Pengertian
Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara
dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. Sedangkan tension
pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga pleura
akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan
bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang
mengalami tekanan.
PneumothoraxKeteganganadalahakumulasiudara
pleura.

Kondisi

initerjadi

ketikajaringan

di

yang

bawahtekanan

dalamrongga

terlukamembentukkatup1arah,

memungkinkanudara masukruangpleuradan mencegahudaradari melarikan dirisecara alami.


Timbul dariberbagai penyebab, kondisi inicepatberkembang menjadiinsufisiensipernapasan,
kolaps kardiovaskuler, dan, akhirnya, kematian jikatidak diakui dantidak diobati.
Menguntungkanhasil

pasienmemerlukandiagnosismendesak

danmanajemenlangsung.

PneumothoraxKeteganganadalah diagnosisklinis yangsekaranglebih mudahdikenalkarena


peningkatan dalampelayanan medisdarurat(EMS) danmeluasnya penggunaanrontgen dada.
(Pneumothoraks, Albert. C.S./Journal of Britsh/www.FrementalNurse.net/2007)
Tension pneumothoraks adalah pengumpulan penimbunan udara di ikuti peningkatan
tekanan di dalam rongga pleura. Kondisi ini terjadi bila salah satu rongga paru terluka,
sehingga udara masuk ke rongga pleura dan udara tidak bisa keluar secara alami. Kondisi ini
bisa dengan cepat menyebabkan terjadinya insufisiensi pernapasan, kolaps kardiovaskuler,
dan, akhirnya, kematian jika tidak dikenali dan ditangani. Hasil yang baik memerlukan
diagnosa mendesak dan penanganan dengan segera. Tension pneumothoraks adalah diagnosa
klinis yang sekarang lebih siap dikenali karena perbaikan di pelayanan-pelayanan darurat
medis dan tersebarnya penggunaan sinar-x dada. (Pneumothoraks, Albert. C.S./Journal of
Britsh/www.FrementalNurse.net/2007)
Tension Pneumothoraks adalah suatu pneumothoraks yang progresif dan cepat sehingga
membahayakan jiwa pasien dalam waktu yang singkat. Udara yang keluar masuk paru masuk
ke rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi sehingga tekanan pleura terus meningkat. (Arief
Manjoer, Selekta Kapita, 2000).
78

2. Anatomi Fisiologi
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan, dibatasi oleh :
1.

Depan : Sternum dan tulang iga.

2.

Belakang : 12 ruas tulang belakang (diskus intervertebralis).

3.

Samping : Iga-iga beserta otot-otot intercostal.

4.

Bawah : Diafragma

5.

Atas : Dasar leher.

Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus
pleuranya. Mediastinum : ruang di dalam rongga dada antara kedua paru-paru. Isinya
meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, oesophagus, aorta desendens, duktus
torasika dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjar limfe
(Pearce, E.C., 1995).
3. Etiologi
Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena iatrogenik
atau berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut :
1.

Trauma benda tumpul atau tajam meliputi gangguan salah satu pleura visceral atau
parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak menjadi hal
yang penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks).

2.

Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya vena
subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).

3.

Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke Tension


Pneumotoraks.

4.

Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks sederhana di


mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup.

5.

Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks.

79

4. Pathway
Trauma dada kanankarenabenturankeras
danmendarattengkurap
Resikotinggifrakturiga multiple
Robekanpada pleura viseralisdandinding alveolus

Membentuk fistula yang mengalirudarakecavitas pleura

Ketikainspirasicavumthoraksmengembangsehinggaparuparudipaksamengembangsehinggatek.intrapleural(+) danudaramasuk( Tension


pneumothoraks )
Ketikainspirasilukarobek
anterbukatetapiketikaeksp
irasirobekanmenutupjalan
sehinggaudaraterjebakdal
amcavitas pleura

Pergeseran
mediastinum
hipersonor

Hiperekspansicavitas
pleura olehudara

Tekanan (-) di cavum pleura


berubahmenjadi (+)

Tekananintrapleuralsemakin

Tekananintrathorakal
Penekananpadapembuluhdarah
(dasarcavumdimasukioleh vena cava )

Distensi vena
jugularis

Penekanan vena cava inferior &


superior

Alirandarahbalik

Paru2
tidakbisadibantumeng
embang
Colapspadasa
at
inspirasi
ekspirasi
Gangguanve
ntilasi

preload
tekanandara
h (90/50 )

Kadar O2,CO2

Bisingnafasm
elemah

Gerakandindi
ng dada
ygterbatas
Fraktur
costae &
rasa nyeri

afterload

80

Mekanismekompensasipe
an RR(takipneu 50x/
menit)

Pasientida
kkooperat
if

alirandarah
perifer

Wajahdan
bibirkebir
uan
Kulitpucat
, dingin,
keringatdi
ngin

Mekanismekompensasiuntukstabi
lkan CO dengan me
denyutjantung

Auskultasi :Hr 140 x/ menit


( takikardia )

Resiko
Metabolism tinggi
trauma
anaerob
penghentian

napas
Perfusi
O2jaringan(kare
na cardiac
output)

5. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :
1.

Ada jejas pada thorak

2.

Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi

3.

Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi

4.

Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek

5.

Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan

6.

Penurunan tekanan darah

6. Data Fokus
a. Aktivitas / istirahat
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop,
nadiapikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman
(bunyi rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam
mediastinum).
c.

Psikososial
Ketakutan, gelisah.

d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
81

e.

Nyeri / kenyamanan
Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral meningkat karena batuk,
timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang
diperberat oleh napas dalam.

f.

Pernapasan
Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori
pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun/ hilang
(auskultasi mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang dalam rongga pleura),
fremitus menurun, perkusi dada : hipersonor diatas terisi udara, observasi dan palpasi
dada : gerakan dada tidak sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat,
mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan. Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah
dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi),
keganasan (mis. Obstruksi tumor).

g. Keamanan
Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
1.

Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural; dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal.

2.

GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.

3. Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosa.


4. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.
8. Penatalaksanaan
Tindakan penyelamatan hidup yang cepat, lakukan disinfeksi kulit disela iga ke-2 dari
garis midklavikuler yang terkena tusuk benda tajam. Lalu dengan jarum suntik steril
dilakukan pungsi dan dibiarkan terbuka. Secepat mungkin lakukan tube torakostomi karena
sangat mungkin akan terjadi tension pneumothotarks lagi sesudah paru mengembang. Namun
pada prinsipnya, dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
1.

Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum


(primary survey secondary survey).

82

2.

Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif
(berturutan)

3.

Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil),
adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak
dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang
emergency.

4.

Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk
menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan
penyelamatan nyawa.

5.

Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau


setelah melakukan prosedur penanganan trauma.

6.

Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang telah
memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life Support).

7.

Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey (airway, breathing,


circulation) merupakan bidang keahlian spesialistik Ilmu Bedah Toraks
Kardiovaskular, sebaiknya setiap RS yang memiliki trauma unit/center memiliki
konsultan bedah toraks kardiovaskular.

8.

Bullow Drainage / WSD

Pada trauma toraks dan tension pneumothoraks, WSD dapat berarti :


Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukanperlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.
Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan
tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang
seharusnya.
Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" tetap baik.

83

Perawatan WSD dan pedoman latihanya :


1) Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali,
dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan
tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
2) Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan
diberi analgetik oleh dokter.
3) Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
a) Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu
dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat
dikurangi.
b) Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang,
atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi
tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang
cedera.
4) Mendorong berkembangnya paru-paru.
-

Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.


Latihan napas dalam.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang

diklem.
Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

5) Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.


Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan
dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya
hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
6) Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam
selama 24 jam setelah operasi.
-

Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,

keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.


Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction
kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2
duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal :
84

slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang
slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
7) Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
a)

Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar
kalau ada dicatat.

b) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung
udara yang keluar dari bullow drainage.
c)

Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu


meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.

d) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang


harus tetap steril.
e)

Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan


memakai sarung tangan.

f)

Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang
terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.

8) Dinyatakan berhasil, bila :


a)

Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.

b) Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.


c)

Tidak ada pus dari selang WSD.

9. Analisa Data
Data

Etiologi

Data Subyektif :
Klien mengatakan
susah bernafas

Tension pneumothoraks
sekarang
Hiperekspansicavitas pleura
olehudara

Data obyektif :
-

Takipneu
Peningkatan respirasi
Tekanan darah rendah

Tekanan (-) di cavum pleura


berubah menjadi (+)

85

Masalah
Pola
pernafasan
tak efektif

Paru2 tidak bisa dibantu


mengembang

Colaps pada saat


inspirasi
ekspirasi
Gangguanventilasi
Kadar O2,CO2
takipneu
pola nafas tidak efektif

Gangguanventilasi
Data Subyektif :
-

Pasien mengatakan nafasny


cepat

dan

takut

Kadar O2,CO2

terjadi

komplikasi lainnya

takipneu
pasien tidak kooperatif

Data Obyektif :
-

Dispnea, takipnea,
perubahan
kedalaman
pernapasan,
hilangnya suara nafas,
pasien tidak kooperatif.

Resiko tinggi trauma penghentian


nafas

86

Resiko
tinggi
trauma
penghentia
n napas

Data subyektif :

Pengetahuan dan pengalaman

Klien
meminta
informasi,
berulangnya masalah.

kurang tentang penyakit dan


penatalksanaannya
Kurang
pengetahua
n mengenai
kondisi
aturan
pengobatan

Kurang informasi
Data obyektif :
-Klien Nampak kurang menerima
informasi yang diberikan
perawat,
-mengekspresikan masalah,

Ketidaktahuan

(penyakit dan

perawatannya)
Kurang pengetahuan mengenai
kondisi aturan pengobatan
10. Diagnosa Keperawatan
1. Pola pernafasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan),
nyeri, ansietas, ditandai dengan dispnea, takipnea, perubahan kedalaman
pernapasan, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal, gangguan pengembangan
dada, sianosis, GDA tak normal.
2. Resiko tinggi trauma penghentian

napas

b/d

kurang

pendidikan

keamanan/pencegahan, ditandai dengan dispnea, takipnea, perubahan kedalaman


pernapasan, hilangnya suara nafas, pasien tidak kooperatif.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan pengobatan b/d kurang menerima
informasi ditandai dengan kurang menerima informasi, mengekspresikan masalah,
meminta informasi, berulangnya masalah.
4. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
5. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder.
11. IntervensiKeperawatan
Diagnosa
Keperawatan
1. Pola

Tujuan dan

Rencana Keperawatan
Intervensi

Rasional

Kriteria Hasil
Tujuan : Setelah Mandiri

pernafasan tak dilakukan

asuhan - Awasi kesesuaian pola


87

- Kesulitan

bernafas

dengan

ventilator

efektif

b/d keperawatan 1 X 24

penurunan
ekspansi

pernapasan

jam pola pernafasan


paru pasien efektif.

(akumulasi

Kriteria Hasil :

nyeri, ansietas

atau

peningkatan

menggunakan

tekanan jalan nafas

ventilasi

diduga

catat

udara/cairan,

bila
mekanik,
perubahan

terjadi

komplikasi

tekanan udara.

Menunjukka
n

- Area atelektasis tak

pola

pernapasan

ada
- Auskultasi bunyi nafas

normal

atau

efektif

dengan

bunyi

nafas

dan sebagian area


kolaps

menurun

bunyinya. Evaluasi

Gas Darah dalam

dilakukan

rentang normal.

mengetahui

untuk

pertukaran gas dan

Bebas sianosis dan

memberi

tanda/

data

evaluasi perbaikan

gejalahipoksia

pneumothoraks.
- Sokongan
- Kaji

pasien

area

nyeri,

adanya
nyeri

tekan bila batuk.

dada

terhadap
dan

otot

abdominal
membuat

batuk

lebih efektif atau


mengurangi
trauma.
- Distres
dan

- Evaluasi
pernapasan,

fungsi

pada

catat

dapat

tanda

vital
terjadi

sesak,

fisiologi dan nyeri

dispnea,

terjadinya

atau

sianosis,

perubahan

menunjukkan

tanda vital.
88

perubahan

sebagai akibat stres

kecepatan/
pernapasan

pernapasan

terjadinya

dapat
syok

sehubungan
dengan hipoksia /
perdarahan.
- Pengembangan dada
sama

dengan

ekspansi
- Catat

pengembangan

dada

dan

posisi

trakea.

paru.

Deviasi trakea dari


area sisi yang sakit
pada

tension

pneumotoraks.
- Tak
adanya
gelembung

udara

dapat
- Bila dipasang selang
dada

pada

ekspansi

paru

evaluasi

lengkap

(normal)

ketidaknormalan atau

atau tidak adanya

kontinuitas

komplikasi.

gelembung

pasien,

menunjukkan

botol

penampung.

- Mengidentifikasi
kesalahan

posisi

selang endotrakeal,
mempengaruhi
Kolaborasi

inflamasi paru.
- Kaji hasil foto thoraks. - Mengkaji
status
pertukaran gas dan
- Awasi hasil Gas Darah.

ventilasi
- Untuk menurunkan
kerja

- Berikan
tambahan

oksigen
sesuai

indikasi.

- Pemasangan WSD

89

nafas

dan

menghilangkan
distres

respirasi

dan sianosis.
- Mengeluarkan
udaran atau darah
yang

masuk

ke

rongga

pleura

sehingga
"mechanis

of

breathing"

tetap

baik.
2. Resiko

tinggi Tujuan :

Mandiri

trauma

Setelah

penghentian

asuhan keperawatan

napas

dilakukan - Anjurkan pasien untuk

kurang

trauma

pendidikan

dicegah.

berbaring

dapat

egahan

atau

- Kaji tujuan/ fungsi unit

- Mencari

drainase

bantuan

untuk

dada

mengetahui

informasi

tentang

memberikan
keyakinan

untuk menghindari
bahaya fisik.

- Untuk

bekerja

komplikasi.
- Memberi perawatan
dan

terlepasnya

bagaimana system

dengan pasien.

mencegah

lingkungan

atau
selang.

menarik selang.

keamanan/penc Kriteria Hasil :

resiko

obstruksi drainase

menghindari

b/d 1 X 24 jam resiko

- Menurunkan

untuk

menurunkan
ansietas pasien.
Intervensi
tepat
- Identifikasi perubahan
atau

situasi

harus

yang

dilaporkan

waktu

dapat

mencegah
komplikasi serius.

pada perawat.

- Observasi tanda distres - Pneumothoraks dapat


pernafasan

bila

memburuk karena

kateter toraks lepas

mempengaruhi

atau tercabut.

fungsi pernafasan
dan

memerlukan

intervensi darurat.
Tujuan
3.

Kurang
pengetahuan
mengenai
kondisi aturan
pengobatan

dilakukan
keperawatan
jam

klien

Setelah Mandiri
asuhan - Kaji patologi masalah
1X24
dan

keluarga

dapat

mengerti

tentang
90

individu.

- Memberikan
pengetahuan dasar
untuk pemahaman
kondisi
dan

dinamik
pentingnya

kondisi
b/d kurang
menerima

kesehatan

intervensi

klien.
Kriteria Hasil :

terapeutik.
- Untuk menurunkan

- Identifikasi

informasi.

potensial

kemungkinan terjadi
- Pasien

dapat

komplikasi

mengidentifikasi

komplikasi.

jangka

panjang.

tanda atau gejala


yang memerlukan

- Kaji

ulang

praktik

- Mempertahankan

kesehatan yang baik

evaluasi medik

kesehatan

contoh nutrisi baik,


- Mengikuti program
pengobatan

meningkatkan

istirahat dan latihan.

penyembuhan.

dan
- Kaji ulang tanda /

menunjukkan
perubahan

gejala

pola

- Berulangnya

yang

memerlukan evaluasi

hidup yang perlu

medik cepat, contoh

dicegah agar tidak

nyeri dada tiba-tiba,

menimbulkan

dispnea,

masalah baru

umum

distres

pernapasan lanjut.

pneumotoraks
memerlukan
intervensi
untuk

medik

mencegah/

menurunkan
potensial
komplikasi.

4.

Inefektif

Tujuan

Jalan -

Jelaskan

klien -

pengetahuan yang

bersihan jalan

napas lancar/normal

tentang

kegunaan

diharapkan

napas

Kriteria hasil :

batuk yang efektif

membantu

dan

mengembangkan

berhubungan Menunjukkan

batuk

mengapa

akan

dengan

yang efektif.

terdapat

kepatuhan

peningkatan

Tidak ada lagi

penumpukan sekret

terhadap rencana

sekresi sekret

penumpukan

di sal. pernapasan.

teraupetik.

dan penurunan

sekret

Ajarkan

batuk yang tidak

batuk sekunder

pernapasan.
Klien nyaman.

akibat nyeri

di

sal.

tentang

klien metode

yang

dan keletihan.

pengontrolan

91

tepat

klien

terkontrol adalah
melelahkan
tidak

dan

efektif,

batuk.

menyebabkan
frustasi.

napas dalam dan


perlahan
duduk

Memungkinkan

saat

ekspansi

setegak

paru

lebih luas.

mungkin.
-

lakukan pernapasan
diafragma.

Pernapasan
diafragma
menurunkan
frekuensi

napas

dan meningkatkan
-

Tahan

napas

ventilasi alveolar.

selama 3 - 5 detik
kemudian

secara
e.
perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak
mungkin
-

melalui

volume udara dalam


paru mempermudah
pengeluaran

sekresi

mulut.
sekret.
Lakukan napas ke
dua,

tahan

dan

batukkan dari dada


f.
dengan melakukan
2 batuk pendek dan
Auskultasi

- pengkajian ini
membantu
mengevaluasi

kuat.
-

Meningkatkan

paru

sebelum dan sesudah

keefektifan

upaya

batuk klien.

klien batuk.
g.

Sekresi kental

sulit

untuk

diencerkan dan dapat


menyebabkan
sumbatan
- Ajarkan klien tindakan
92

mukus,

yang mengarah pada

untuk

menurunkan atelektasis.

viskositas sekresi :
mempertahankan h.
hidrasi

Untuk

yang menghindari

adekuat;

pengentalan

meningkatkan

sekret

masukan

dari

atau

mosa

cairan pada saluran nafas

1000 sampai 1500 bagian atas.


cc/hari

bila

tidak

kontraindikasi.
- Dorong atau berikan
perawatan mulut yang
baik setelah batuk.
i. -

Hiegene

mulut

yang

baik

meningkatkan
rasa
-

Kolaborasi
dengan

kesejahteraan dan
tim

kesehatan lain :
ii.
Dengan dokter,
radiologi

dan

fisioterapi.
Pemberian

expectoran
pemberianantib

iotika.
fisioterapi
dada.

mencegah

bau

mulut
-

Expextorant
untuk
memudahkan
mengeluarkan
lendir

dan

menevaluasi
perbaikan
kondisi klien atas
pengembangan

i.

parunya.

93

5.

Perubahan

Tujuan : Nyeri
kenyamanan : berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Nyeri akut
- Nyeri berkurang/
berhubungan
dapat diadaptasi.
- Dapat
dengan
trauma

mengindentifikasi

jaringan dan

aktivitas yang

reflek spasme

meningkatkan/me

otot sekunder.

- Jelaskan

dan

bantu - pendekatan

dengan

klien

dengan

menggunakan

tindakan

pereda

relaksasi

dan

nyeri

nonfarmakologi

nonfarmakologi dan

lainnya

non invasif.

menunjukkan

telah

keefektifan dalam

nurunkan nyeri.
- Ajarkan Relaksasi :
- Pasien tidak gelisah.
Tehnik-tehnik untuk
ketegangan

otot

rangka, yang dapat


intensitas nyeri dan
tingkatkan

relaksasi masase.
metode

distraksi

darah,

kebutuhan O2 oleh
jaringan

akan

terpenuhi,

menurunkan

- Ajarkan

peredaran
sehingga

menurunkan

juga

mengurangi nyeri.
- Akan melancarkan

selama

sehingga
mengurangi
nyerinya.
- Mengalihkan

perhatian nyerinya
ke

nyeri akut.

akan

hal-hal

yang

menyenangkan.
- Berikan

kesempatan - Istirahat

akan

waktu istirahat bila

merelaksasi semua

terasa

jaringan sehingga

nyeri

dan

berikan posisi yang

akan

nyaman;

misal

meningkatkan

waktu

tidur,

kenyamanan.

belakangnya
dipasang
kecil.
- Tingkatkan
pengetahuan
94

bantal
- Pengetahuan
akan

yang

dirasakan

membantu

tentang:
sebab

sebabnyeri,

dan

mengurangi
nyerinya.

Dan

menghubungkan

dapat

membantu

berapa lama nyeri

mengembangkan

akan berlangsung.

kepatuhan
terhadap

klien
rencana

teraupetik.
- Kolaborasi
dokter,

dengan - Analgetik memblok


pemberian

analgetik.

lintasan

nyeri,

sehingga

nyeri

akan berkurang.
- Pengkajian
optimal
- Observasi

tingkat

nyeri, dan respon


motorik klien, 30
menit

setelah

pemberian

obat

analgetik

untuk

mengkaji
setiap 1 - 2 jam
tindakan

perawatan selama 1
- 2 hari.

95

akan

memberikan
perawat data yang
obyektif

untuk

mencegah
kemungkinan
komplikasi

dan

melakukan

efektivitasnya. Serta
setelah

yang

intervensi
tepat.

yang

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito , L.J (2000).DiagnosaKeperawatan.Jakarta :EGC.
Depkes. RI.
:Pusdiknakes

(2001).PerawatanPasien

yang

MerupakanKasus-KasusBedah.Jakarta

Doengoes, L.M. (2001). PerencanaanKeperawatandanDokumentasianKeperawatan.Jakarta :


EGC

96

97

98

99

100

Anda mungkin juga menyukai