Anda di halaman 1dari 33

1.

1. GAYA DAN PERTIMBANGAN ARSITEK DALAM


MERENCANAKAN BANGUNAN

Earthquake did not kill people, but the bad building did it. Gempa bukan bencana yang
mematikan, tapi bangunan yang buruklah yang membunuh manusia.

Data- data terakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata- rata setiap
tahun ada 10 gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan yang cukup besar di
Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan sebagian lagi pada daerah
pemukiman. Pada daerah pemukiman yang cukup padat, perlu adanya suatu
perlindungan untuk mengurangi angka kematian penduduk dan kerusakan berat akibat
goncangan gempa. Dengan menggunakan prinsip teknik yang benar, detail konstruksi
yang baik dan praktis maka kerugian harta benda dan jiwa menusia dapat dikurangi.

Gempa
yang
terjadi
dikelompokkan
gempa ringan, sedang, dan besar.

menjadi 3

bagian,

yaitu

Gempa ringan yang terjadi tidak mengakibatkan efek yang berarti pada struktur,

Gempa sedang sedikit berakibat pada struktur tapi masih aman,

Dan untuk gempa yang besar, sudah mengakibatkan kerusakan pada struktur,
tapi strukturnya masih tetap berdiri dan tidak roboh. Itulah pentingnya perencanaan
bangunan tahan gempa, agar bangunan yang kita tempati aman, stabil, dan tidak mudah
roboh saat terjadi gempa.

Berikut ini ada prinsip- prinsip yang dipakai dalam perencanaan bangunan tahan
gempa :

1. Pondasi :

Gambar

1.

Desain

Pondasi

yang

Digabungkan

Membangun pondasi memang sederhana, tapi pondasi yang kuat memerlukan


pengetahuan yang cukup. Sehingga fondasi bangunan yang baik haruslah kokoh dalam
menyokong beban dan tahan terhadap perubahan termasuk getaran. Penempatan
fondasi juga perlu diperhatikan kondisi batuan dasarnya.Pada dasarnya fondasi yang
baik adalah seimbang atau simetris. Dan untuk pondasi yang berdekatan harus dipisah,
untuk mencegah terjadinya keruntuhan local (Local Shear).

2. Desain Kolom

Gambar

2.

Desain

Gedung

dengan

Kolom

Menerus

Kolom harus menggunakan kolom menerus (ukuran yang mengerucut/ semakin


mengecil dari lantai ke lantai). Dan untuk meningkatkan kemampuan bangunan terhadap
gaya lateral akibat gempa, pada bangunan tinggi (high rise building) acapkali unsur
vertikal struktur menggunakan gabungan antara kolom dengan dinding geser (shear
wall).

3. Denah Bangunan

Gambar

3.

Denah

Bangunan

yang

Dibuat

Terpisah

Bentuk Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, dan dipisahkan (pemisahan


struktur). Untuk menghindari adanya dilatasi (perputaran atau pergerakan) bangunan
saat gempa. Namun dilatasi ini pun menimbulkan masalah pada bangunan yaitu :

2 atau beberapa gedung yang dilatasi akan mempunyai waktu getar alami yang
berbeda, sehingga akan menyebabkan benturan antar gedung,
Ketidak efektifan dalam pemasangan interior, seperti : plafond, keramik, dll
Perlunya konstruksi khusus (balok korbel).
Konstruksi Balok Korbel untuk dilatasi struktur adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Konstruksi Balok Korbel

4. Bahan bangunan harus seringan mungkin

Gambar

5.

Konstruksi

Bangunan

dengan

Kayu

Berat bahan bangunan adalah sebanding dengan beban inersia gempa. Sebagai contoh

penutup atap GENTENG menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3X beban


gempa yang dihasilkan oleh penutup atap SENG. Sama halnya dengan pasangan
dinding BATA menghasiIkan beban gempa sebesar 15X beban gempa yang dihasilkan
oleh dinding KAYU.

5.
Struktur
Atap
Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang menahan beban
gempa dalam arah horizontal, maka keruntuhan akan terjadi seperti, diperlihatkan pada
gambar berikut:

Gambar

6.

Konstruksi

Bangunan

dengan

Pengaku

(Bracing)

6. Konsep Desain Kapasitas (Capasity Design)


Konsep Desain Kapasitas adalah dengan meningkatkan daktalitas elemen- elemen
struktur dan perlindungan elemen- elemen struktur lain yang diharapkan dapat
berperilaku elastik. Salah satunya adalah dengan konsep strong column weak beam.
Dengan metode ini, bila suatu saat terjadi goncangan yang besar akibat gempa, kolom
bangunan di desain akan tetap bertahan, sehingga orang- orang yang berada dalam
Gedung masing mempunyai waktu untuk menyelamatka diri sebelum Bangunan roboh
seketika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendesain kolom yang kuat antara lain
:

Pengaturan jarak antar sengkang,

Peningkatan mutu beton, dan

Perbesaran penampang.

Serta untuk struktur bangunan dengan baja, bisa dimodifkasi sambungan


hubungan antara balok dengan kolom. Berikut ini adalah ilustrasi pembentukan sendi
plastis dalam perencanaan bangunan tahan gempa.

Gambar

7.

Konstruksi

Bangunan

dengan Capasity

Design

Tiap Negara mempunyai desain sendiri dalam merencanakan tingkat daktilitas untuk
keamanan bangunan yang mereka bangun, hal ini tergantung dari letak geologi negara
masing- masing. Misalnya Jepang yang menerapkan tingkat daktilitas 1. Dengan desain
ini, bangunan di desain benar- benar kaku (full elastic). Berikut ini adalah macammacam tingkat daktlitas beserta kondisi yang ditimbulkan :
a. Daktilitas 1 : Keadaan elastis, dengan konsep ini tulangan di desain besar- besar
untuk membuat bangunan menjadi kaku (full elastic). Contohnya : Jepang.
Konsekuensinya, saat gempa melebihi rencana, maka Gedung akan langsung roboh
tanpa memberi tanda (peringatan) terlebih dahulu. Kalo kata Dosen saya, ini Konsep
desain bangunan yang 'menantang' kekuatan Tuhan. Hhehehehehe...
b. Daktilitas 2 : Keadaan Plastis (intermediete)
c. Daktilitas 3 : Keadaan plastis dengan struktur yang daktil, perecanaan struktur
dengan metode Capasity Design. Nah, ini dia yang menjadi dasar perencanaan
bangunan tahan gempa di Indonesia, yaitu dengan pembentukan sendi plastis di balok,
sehingga saat ada gempa Bangunan akan memberi 'tanda' atau peringatan terlebih
dahulu, sehingga orang- orang dalam gedung mempunyai waktu untuk menyelamatkan
diri.

Berikut ini contoh kegagalan bangunan akibat kolom yang lemah (soft story) :

Gambar 8. Kasus Konstruksi Bangunan karena Soft Story. Bayangkan... Ini terjadi di
Kantor DPU Padang looh... (Kantornya orang- orang ahli bangunan)

Gambar 9. Kasus Konstruksi Bangunan karena Soft Story (Desain kolom yang terlalu
kecil)

Soft story adalah istilah yang sering digunakan dalam pembahasan tentang
struktur gedung tahan gempa. Soft story kalo diterjemahkan mentah-mentah ya artinya
lantai lunak. Maksudnya? Apakah berarti ada juga istilah Hard Story? Hehehe... Sekedar

analogi, kita bisa misalkan gedung bertingkat sebagai lapisan-lapisan batu bata yang
ditumpuk di atas sebuah meja. Tiap lapisan batu bata merinpresentasikan lantai gedung.
Sementara itu ada tumpukan batu bata lain. Tapi di tengah- tengah tumpukan tersebut,
ada satu lapisan yang batu batanya mempunyai rongga yang cukup besar di dalamnya.
Kasus kegagalan bangunan di atas terjadi saat Gempa di Padang beberapa tahun lalu,
terlihat kan...? bahwa bangunannya memang kurang direncanakan dengan matang.
Seperti iniloh ilustrasinya...

Gambar 10. Kasus Bangunan yang Mengalami Soft Story

Sekarang, misalkan kita guncang meja tersebut ke arah horizontal secara acak
dan bolak balik. Dengan goncangan yang sama, ternyata kedua tumpukan batu
mempunyai perilaku yang berbeda. Tumpukan pertama bisa saja masih bertahan
selama goncangan berlangsung. Akan tetapi tumpukan kedua sudah runtuh akibat
lapisan batu bata "palsu" yang ada di tengah-tengah tadi yang tidak kuat menahan gaya
dorong
"fiktif"
yang
bekerja
secara
lateral
dan
bolak
balik.
Lapisan batu bata lunak ini bisa di interpresentasikan sebagai soft story. Jika lapisan
lunak ini berada di lantai paling atas, tentu bukan masalah. Justru yang jadi masalah
adalah kalau lantai lunak ini berada pada lapisan atau lantai yang paling bawah. Dan..
kenyataannya memang seperti ini yang banyak dijumpai di lapangan. Mengapa
demikian?
Berikut ini kami coba berikan dua contoh faktor yang menyebabkan keruntuhan karena
pengaruh soft
story.
A.

Kekakuan

Dinding

Bata

Diabaikan.

Gedung-gedung tinggi yang bertipe gedung perkantoran, hotel, atau apartemen,


khususnya di kota-kota besar, pada umumnya mempunyai lobi yang berada di lantai
dasar atau lantai ground. Ciri-ciri lantai lobi adalah :
1.
Tinggi antar lantainya biasanya lebih besar daripada lantai tipikal di atasnya.
Arsitek biasanya menginginkan hal ini agar ruangan lobi terlihat lebih besar, luas, dan
megah.

2.
Karena ingin luas, maka di lantai lobi, penggunaan dinding bata relatif lebih sedikit
daripada di lantai-lantai atas yang memang membutuhkan dinding-dinding sekat antar
ruangan.

Gambar 11. Lantai Lunak Akibat Bukaan yang Lebih Banyak

Akibatnya, seperti yang terlihat pada gambar di atas, lantai paling bawah menjadi
lantai yang paling lunak (kurang kaku) dibandingkan lantai di atasnya. Salah satu
solusinya adalah menambah ukuran kolom sebesar mungkin sehingga bisa
mengimbangi kekakuan- kekakuan lantai di atasnya.

B. Kekeliruan Antara Desain dan Pelaksanaan

Gambar 11. Tumpuan yang di Desain Sebagai Jepit

Gambar 12. Kenyataannya, Tumpuan Berperilaku Sendi


Kenyataannya, tumpuan berperilaku sendi. Contoh di atas adalah contoh kasus
yang sepele namun dampaknya luar biasa. Tumpuannya didesain jepit, akan tetapi pada
pelaksanaannya,
justru
tumpuan
tersebut
berperilaku
sendi.
Kenapa sih tumpuan itu bisa sendi? Ada beberapa penyebabnya, antara lain:

1. Tidak ada yang mentransfer momen dari kolom ke pondasi.


Ketika menentukan sebuah tumpuan itu adalah jepit, maka perlu diperhatikan bahwa
akan ada momen lentur di kaki kolom (tumpuan), dan.. harus ada yang bisa mentransfer
momen tersebut ke pondasi dan terus ke tanah. Jika pondasinya tipe tiang (pile) baik itu
pancang atau bor, setidaknya harus ada pilecap yang cukup kuat untuk menahan
momen dari kolom tersebut. Jika pondasinya pondasi tapak, sebaiknya kolom tidak
didesain sebagai jepit. Pondasi tapak tidak efektif dalam menahan momen lentur akibat
reaksi tumpuan jepit.

2. Pondasi tidak didesain untuk menahan momen.


Kadang pondasi tapak sudah didesain untuk menahan momen, tetapi pada
kenyataannya, jika ada momen yang terjadi pada pondasi, akan ada perbedaan tekanan
pada tanah di daerah ujung-ujung pondasi. Akibatnya bisa terjadi perbedaan settlement.
Jika ada perbedaan settlement di ujung-ujung pondasi tapak, maka akan timbul rotasi.
Adanya rotasi menyebabkan perilaku jepit menjadi tidak sempurna lagi.

Gambar 12. Adanya Rotasi yang Menyebabkan Perilaku Jepit Menjadi Tidak Sempurna

Rotasi pada pondasi tapak mengurangi kekuatan penjepitan


Kurang lebih 2 hal itulah yang paling banyak menyebabkan kegagalan soft-story. Lantas,
apa yang sebaiknya dilakukan oleh perencana?

Lantai yang dianggap "lunak" sebaiknya kekakuan kolomnya agak dilebihkan.


Berbicara kekakuan artinya kita berbicara tentang variabel E, I, dan L. Menaikkan E
berarti meninggikan mutu beton, hal ini relatif jarang dilakukan jika hanya mau
meningkatkan kekauan satu lantai saja. Mengurangi nilai L (tinggi antar lantai) juga sulit
dilakukan karena tinggi lantai yang sudah ditentukan oleh arsitek biasanya tidak bisa
diubah lagi. Yang paling mungkin adalah menambah momen inersia, I, yaitu dengan
memperbesar ukuran kolom. Hal ini memang membutuhkan koordinasi dengan pihak
arsitek.

Yang paling ideal adalah, kekakuan dinding bata juga sebaiknya dimasukkan ke
dalam perhitungan. Akan tetapi di Indonesia khususnya, belum ada pedoman mengenai
hal ini, apalagi dalam perencanaan bangunan tahan gempa. Sebenarnya boleh saja kita
tidak memasukkan kekauan dinding bata ke dalam perhitungan, akan tetapi hal ini
berarti dalam pelaksanaannya nanti dinding bata tersebut harus "terlepas" (tidak diikat)
dari struktur utama. Hal ini tentu sangat berbahaya karena dinding tersebut sewaktuwatu bisa rubuh dan menimpa orang yang ada di dekatnya.

Jika pondasinya tidak didesain untuk menahan momen, sebaiknya tidak


menggunakan tumpuan jepit.

2. GEMPA DAN GAYA YANG DITIMBULKAN SAAT BANGUNAN


TELAH BERDIRI
Gempabumi adalah fenomena alam yang tidak dapat dihapus, dihilangkan, atau ditiadakan.
Indonesia salah satu daerah yang dilewati oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu:
Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik, sehingga bisa dikatakan
Indonesia daerah rawan gempabumi.
Indonesia pun rawan tsunami, bisa dijelaskan; bila gempabumi besar dengan kedalaman dangkal
terjadi pada jalur pertemuan lempeng yang berada di laut. Terdapat selang waktu antara terjadinya
gempabumi dengan tsunami maka selang waktu tersebut dapat digunakan untuk memberikan
peringatan dini kepada masyarakat sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan
membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning
System / Ina-TEWS).

sumber gambar: fariz-irawan.blogspot.com


Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gempabumi dapat mengakibatkan:

getaran atau guncangan tanah (ground shaking), l

ikuifaksi ( liquifaction), longsoran tanah, Tsunami, dan bahaya sekunder (arus pendek, gas bocor
yang menyebabkan kebakaran, dll).
Sedangkan faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan akibat gempabumi: 1) kekuatan
gempabumi, 2) kedalaman gempabumi, 3) jarak hiposentrum gempabumi, 4) lama getaran
gempabumi, 5) kondisi tanah setempat, dan 6) kondisi bangunan.
Getaran dan Likuifaksi
Likuifaksi (liquefaction) adalah suatu proses atau kejadian berubahnya sifat tanah dari keadaan
padat menjadi keadaan cair, yang disebabkan oleh beban siklik pada waktu terjadi gempa
sehingga tekanan air pori meningkat mendekati atau melampaui tegangan vertikal. Peristiwa

likuifaksi juga mengakibatkan amblasnya bangunan, miring, dan melongsor, seperti yang terjadi di
Niigata, Jepang dan di Maumere, Indonesia, tahun 1994.

sumber foto: geoteknik-indonesia.blogspot.com


Akibat gempabumi, menurut Heinz Frick; bangunan di atas permukaan bumi akan mengalami
kerusakan oleh getarannya. Nah.bisa dibayangkan, bangunan diatasnya akan runtuh,
bendungan roboh, pipa air dan gas akan patah. Inilah yang disebut kerusakan sekunder.
Lebih jauh, Heinz Frick membagi getaran tanah akibat gempabumi adalah:
1. Goncangan tunggal yang terjadi pada tanah keras dan arah seragam.
2. Getaran sedang dengan lama 20 detik sampai 30 detik dan arah tidak teratur.
3. Getaran lambat dengan lama sampai 5 menit dan arah agak seragam.
Pengaruh gempabumi pada gedung tergantung dari kecepatan gerak bumi. Gedung umumnya
dikonstruksikan untuk gaya vertikal saja, sedangkan gaya horisontal atau gaya lateral termasuk
gempabumi sangat membahayakan untuk gedung.
Struktur gedung yang baik, bila struktur gedung tersebut dapat bekerja sama dan menahan gaya
horisontal dan vertikal. Gaya vertikal direspon oleh elemen struktur gedung atau dikenal dengan
nama pengaku bangunan. Seperti dinding geser (shear wall), dipasang agar gedung tersebut kuat
menahan gaya geser (horisontal/lateral). Sedangkan dinding pemikul (bearing wall), dipasang agar
mampu memikul beban secara vertikal. Selain dinding geser, elemen struktur yang mampu sebagai
pengaku gedung adalah bracing dan core.
Bersahabat dengan Gempa
Serem ya.baca judul di atas bersahabat dengan gempa. Karena gempa bukan harus dihindari
tapi lebih pada direspon dengan baik. Semakin gaya tersebut ditahan, maka semakin besar energi

yang harus dikeluarkan untuk menahannya. Bila membuat bangunan yang dapat merespon gaya
gempa dengan baik, maka bangunan akan meliuk mengikuti gerak gempa.
Apapun namanya, tetap saja akibat gempabumi intensitas kuat tidak boleh terjadi kerusakan pada
gedung yang membahayakan nyawa penghuni. Sedangkan untuk intensitas kecil yang terjadi
beberapa kali, daya kuat gedung tidak boleh terjadi retak dan kerusakan struktural.
Di Indonesia semua bangunan mulai dari yang tidak bertingkat sampai bertingkat harus
memperhitungkan gaya gempa yang akan terjadi dan mengguncang gedungnya. Untuk itu, gedung
harus memperhatikan kekakuan, stabilitas, dan elastisitas pada struktur bangunan.
Menurut Heinz Frick dan Tri Hesti Mulyani, gedung tahan gempa dapat dicapai terutama dengan
memilih bentuk dan struktur yang menguntungkan, serta konstruksi yang sederhana dan membagi
struktur menjadi bagian yang menerima beban dan yang tidak menerima beban.

Sumber

gambar: http://rumahpengetahuan.web.id/konstruksi-bangunan-standar-kobe-perkokoh-

sendai

Momen Penahan Tumbang


Gedung memiliki berat sendiri hasil dari beban mati dan beban hidup yang dipikul oleh bangunan.
Berat gedung inilah yang mempengaruhi penahan momen tumbang akibat gempa.

Hartono Poerbo dibukunya, mengatakan bangunan anti gempa seratus persen tidak ada, karena
kemampuan manusia terbatas, masih ada yang lebih menentukan dan lebih kuasa. Lebih lanjut,
sebagai ahli kita tidak perlu takabur dan sombong dengan mengatakan atau menjamin bahwa
bangunan yang dirancang adalah anti atau tahan gempa.
Perbandingan antara momen penahan tumbang (counteracting moment) gedung tersebut minimal
1,5 kalinya dari momen tumbang gedung akibat beban gempa. Dapat dijelaskan begini: mengapa
harus 1,5 kalinya? bila kita berdiri dan didorong oleh teman dengan kekuatan yang sama seperti
kekuatan kita mempertahankan diri, apa yang terjadi? ada dua kemungkinan pertama: masih tetap
berdiri atau kemungkinan kedua: justru tumbang. Tetapi bila kita memiliki kekuatan setengah kali
lebih

besar

dibandingkan

kekuatan

dorongnya,

maka

pastinya

kita

akan

lebih

kuat

mempertahankan posisi. Nah.begitu juga gedung yang memiliki besar momen penahan tubang
sama dengan momen tumbangnya, maka gedung tersebut masih belum dikatakan kuat. Maka
momen penahan tumbangnya harus lebih besar 1,5 kali dari momen tumbang.
Momen penahan tumbang suatu gedung dipengaruhi oleh: 1) sistem struktur yang digunakan, 2)
bentuk gedung, 3) material yang digunakan untuk membangun gedung, 4) fungsi bangunan, dan 5)
lokasi gedung tersebut.
Sistem struktur portal bertingkat dengan inti struktural berbeda dengan sistem struktur tabung
dalam tabung. Sistem struktur portal bertingkat dengan inti struktural memiliki volume struktur
beton bertulang 0,35m3/m2 lebih kecil dibandingkan struktur tabung dalam tabung 0,4m3/m2.
Fungsi gedung mempengaruhi beban hidup yang digunakan. Tentu berbeda beban hidup
apartemen dengan perpustakaan.(Peraturan Pembebanan Gedung). Begitu juga untuk lokasi
gedung tersebut dibangun. Indonesia memiliki 6 zona gempa, masing-masing zona memiliki
struktur tanah yang berbeda pula dan keenam zona tersebut memiliki koefisien gempa dasar.
Gedung yang terlalu tinggi sehingga optimasi terhadap gempa tidak mencukupi atau momen
penahan tumbang kurang dari 1,5 kali momen tumbang akibat gempa maka gedung ini perlu gaya
pemberat biasanya dengan menambahkan podium dan basemen. Podium dan basemen
membantu memperbesar momen penahan tumbang.

. GAYA YANG DITIMBULKAN PADA BANGUNAN

Sistem penahan gaya lateral Pada struktur bangunan tinggi, hal ini penting untuk stabilitas
dan kemampuanbya menahan gaya lateral, baik disebabkan oleh angin atau gempa bumi. Beban
angin lebih terkait pada massa bangunan.
Gaya External
Gaya external adalah gaya yang berasal dari luar bangunan. Gaya yang berasal dari luar
bangunan seperti :
-Gaya angin
-Gempa bumi
-Gaya Internal
Gaya internal adalah gaya yang berasal dari dalam bangunan seperti beban bangunan itu
sendiri. Beban yang ada pada bangunan terbagi dua yaitu beban mati dan beban hidup. -Beban
hidup : berat manusia, lemari, dan benda benda yang dapat dipindahkan. -Beban mati : berat
pondasi, kolom, dinding, dan sebagainya.
Mengontrol Kuat Geser 1 Arah Kerusakan akibat gaya geser 1 arah terjadi pada keadaan
dimana mula- mula terjadi retak miring pada daerah beton tarik (seperti creep), akibat distribusi
beban vertikal dari kolom (Pu kolom) yang diteruskan ke pondasi sehingga menyebabkan bagian
dasar pondasi mengalami tegangan. Akibat tegangan ini, tanah memberikan respon berupa gaya
reaksi vertikal ke atas (gaya geser) sebagai akibat dari adanya gaya aksi tersebut. Kombinasi
beban vertikal Pu kolom (ke bawah) dan gaya geser tekanan tanah ke atas berlangsung
sedemikian rupa hingga sedikit demi sedikit membuat retak miring tadi semakin menjalar keatas
dan membuat daerah beton tekan semakin mengecil. Dengan semakin mengecilnya daerah beton
tekan ini, maka mengakibatkan beton tidak mampu menahan beban geser tanah yang mendorong
ke atas, akibatnya beton tekan akan mengalami keruntuhan
Kerusakan Pondasi Akibat Gaya Geser 1 arah Kerusakan pondasi yang diakibatkan oleh
gaya geser 1 arah ini biasanya terjadi jika nilai perbandingan antara nilai a dan nilai d cukup kecil,
dan karena mutu beton yang digunakan juga kurang baik, sehingga mengurangi kemampuan beton
dalam menahan beban tekan.
Keretakan Pondasi Akibat Gaya Geser 1 arah Mengontrol Kuat Geser 2 Arah (Punching
Shear) Kuat geser 2 arah atau biasa disebut juga dengan geser pons, dimana akibat gaya geser ini
pondasi mengalami kerusakan di sekeliling kolom dengan jarak kurang lebih d/2. Berikut ini
ilustrasinya : Gambar 3. Kerusakan Pondasi Akibat Gaya Geser 2 arah Beban yang bekerja pada
pondasi adalah beban dari reaksi tegangan tanah yang bergerak vertikal ke atas akibat adanya
gaya aksi vertikal kebawah (Pu) yang disalurkan oleh kolom. Tulangan pondasi dihitung

berdasarkan momen maksimal yang terjadi pada pondasi dengan asumsi bahwa pondasi dianggap
pelat yang terjepit dibagian tepi- tepi kolom. Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan pondasi telapak
berbentuk bujur sangkar harus disebar merata pada seluruh lebar pondasi. Perhatikan, meskipun
terlihat cukup banyak element vertikal tetapi yangberupa kolom struktur satu, yaitu yang ke dua
dari sebelah kanan, yang lain adalah kolom praktis yang benar-benar praktis tidak memberi
perlawanan terhadap gaya lateral gempa.
B. PEMBEBANAN PADA BANGUNAN (TINGGI)
Penyaluran Beban Pada bagian diatas telah diketahui gaya yang bekerja pada suatu
bangunan. Gaya tersebut akan mengalami penyaluran beban. Beban-beban tersebut di antaranya:
1. Beban mati: Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang
bersifat tetap, termasuk segala bagian tambahan, mesin-mesin serta perlengkapan tetap yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangunan itu.
2. Beban hidup: Beban hidup adalah beban yang sifatnya dapat beubah-ubah atau
begerak sesuai dengan penggunaan bangunan (ruangan) yang bukan bagian dari konstruksi
bangunan. Beban hidup dapat menopang pada beban mati yang dapat berubah dalam jangka
waktu pendek sesuai pergerakan atau pemindahan benda dan dapat juga berubah dalam jangka
waktu panjang. Adapun jenis beban hidup yang ada pada bangunan meliputi: manusia, furniture,
kendaraan, dan gerakan yang terjadi seperti ledakan.
3. Beban angin: Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada bangunan atau
bagian bangunan yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban agin diperhitungkan
karena angin besar dapat menekan bangunan dan mempengaruhi kekuatannya. Bila kecepatan
angin di suatu daerah rata-rata konstan, maka hal ini dapat disebut statis. Apabila perubahannya
besar maka termasuk tekanan dinamis. Tekanan dinamis ini dipengaruhi oleh factor-faktor
lingkungan seperti kekasaran dan bentuk kerampingan bangunan, dan letak bangunan yang
berdekatan satu sama lain.
4. Bebangempa: Beban gempa adalah semua beban static ekivalen yang bekerja pada
bangunan atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari pergerakan tanah akibat gempa
itu. Pengaruh gempa pada struktur ditentukan berdasarkan analisa dinamik, maka yang diartikan
dalam beban gempa yaitu gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh tanah akibat
gempa itu.
5.Beban additional: Beban additional adalah beban yang memiliki nilai yang lebih besar
dari nilai beban mati atau beban hidup dan merupakan bagian dari struktur yang harus ditinjau.
Diantara beban additional adalah tendon air di atas bangunan, kuda-kuda, tangga, dan lift.

Selain beban yang disebutkan diatas ada juga sifat beban yang ada pada bangunan, jenis
beban tersebut ialah beban vertical dan beban horizontal
1. Beban Vertikal
Pada struktur post and beam, struktur akan memikul beban beban vertikal dan
selanjutnya beban diteruskan ke tanah. Pada struktur jenis ini, balok terletak bebas di
atas kolom. Sehingga pada saat beban menyebabkan momen pada balok, ujung-ujung
balok berotasi di ujung atas kolom. Jadi, sudut yang dibentuk antara ujung balok dan
ujung atas kolom berubah. Kolom tidak mempunyai kemampuan untuk menahan rotasi
ujung balok. Ini berarti tidak ada momen yang dapat diteruskan ke kolom,sehingga
kolom memikul gaya aksial. Apabila suatu struktur rangka kaku mengalami beban
vertikal seperti di atas, beban tersebut juga dipikul oleh balok, diteruskan ke kolom dan
akhirnya diterima oleh tanah. Beban itu menyebabkan balok cenderung berotasi. Tetapi
pada struktur rangka kaku akan terjadi rotasi bebas pada ujung yang mencegah rotasi
bebas balok. Hal ini dikarenakan ujung atas kolom dan balok berhubungan secara kaku.
Hal penting yang terjadi adalah balok tersebut lebih bersifat mendekati balok berujung
jepit, bukan terletak secara sederhana. Seiring dengn hal tersebut, diperoleh beberapa
keuntungan, yaitu bertambahnya kekakuan, berkurangnya defleksi, dan berkurangnya
momen lentur internal. Akibat lain dari hubungan kaku tersebut adalah bahwa kolom
menerima juga momen lentur serta gaya aksial akibat ujung kolom cenderung
memberikan tahanan rotasionalnya. Ini berarti desain kolom menjadi relatif lebih rumit.
Titik hubung kaku berfungsi sebagai satu kesatuan. Artinya, bila titik ujung itu berotasi,
maka sudut relatif antara elemen-elemen yang dihubungkan tidak berubah. Misalnya,
bila sudut antara balok dan kolom semula 900, setelah titik hubung berotasi, sudut akan
tetap 900. Besar rotasi titik hubung tergantung pada kekakuan relatif antara balok dan
kolom. Bila kolom semakin relatif kaku terhadap balok, maka kolom lebih mendekati
sifat jepit terhadap ujung balok, sehingga rotasi titik hubung semakin kecil.
Bagaimanapun rotasi selalu terjadi walaupun besarannya relatif kecil. Jadi kondisi ujung
balok pada struktur rangka kaku terletak di antara kondisi ujung jepit (tidak ada rotasi
sama sekali) dan kondisi ujung sendi-sendi (bebas berotasi). Begitu pula halnya dengan
ujung atas kolom. Perilaku yang dijelaskan di atas secara umum berarti bahwa balok
pada sistem rangka kaku yang memikul beban vertikal dapat didesain lebih kecil
daripada balok pada sistem post and beam. Sedangkan kolom pada struktur rangka

kaku harus didesain lebih besar dibandingkan dengan kolom pada struktur post and
beam, karena pada struktur rangka kaku ada kombinasi momen lentur dan gaya aksial.
Sedangkan pada struktur post and beam hanya terjadi gaya aksial. Ukuran relatif kolom
akan semakin dipengaruhi bila tekuk juga ditinjau. Hal ini dikarenakan kolom pada
struktur rangka mempunyai tahanan ujung, sedangkan kolom pada post and beam tidak
mempunyai tahanan ujung. Perbedaan lain antara struktur rangka kaku dan struktur
post and beam sebagai respon terhadap beban vertikal adalah adanya reaksi horisontal
pada struktur rangka kaku. Sementara pada struktur post and beam tidak ada. Pondasi
untuk rangka harus didesain untuk memikul gaya dorong horisontal yang ditimbulkan
oleh beban vertikal. Pada struktur post and beam yang dibebani vertikal, tidak ada gaya
dorong horisontal, jadi tidak ada reaksi horisontal. Dengan demikian, pondasi struktur
post and beam relatif lebih sederhana dibandingkan pondasi untuk struktur rangka. Ini
merupakan salah satu kerusakan tipikal bangunan-bangunan lama, yang mana
fokusnya masih pada pembebanan vertikal. Perhatikan tembok satu batu saja dengan
ringannya dapat terbelah oleh gempa, juga balok kayu di atas, meskipun masih utuh,
tetapi tidak ada peranannya dalam memikul gaya lateral akibat gempa. Itu merupakan
konstruksi simple beam, sedangkan tembok seperti kolom kantilever, bahkan mungkin
seperti sendi-bebas (tidak stabil terhadap beban lateral).
2. Beban Horisontal
Perilaku struktur post and beam dan struktur rangka terhadap beban horisontal sangat
berbeda. Struktur post and beam dapat dikatakan hampir tidak mempunyai kemampuan
sama sekali untuk memikul beban horisontal. Adanya sedikit kemampuan, pada
umumnya hanyalah karena berat sendiri dari tiang / kolom (post), atau adanya
kontribusi elemen lain, misalnya dinding penutup yang berfungsi sebagai bracing. Tetapi
perlu diingat bahwa kemampuan memikul beban horisontal pada struktur post and beam
ini sangat kecil. Sehingga struktur post and beam tidak dapat digunakan untuk memikul
beban horisontal seperti beban gempa dan angin. Sebaliknya, pada struktur rangka
timbul lentur, gaya geser dan gaya aksial pada semua elemen, balok maupun kolom.
Momen lentur yang diakibatkan oleh beban lateral (angin dan gempa) seringkali
mencapai maksimum pada penampang dekat titik hubung. Dengan demikian, ukuran
elemen struktur di bagian yang dekat dengan titik hubung pada umumnya dibuat besar
atau diperkuat bila gaya lateralnya cukup besar. Rangka kaku dapat diterapkan pada
gedung besar maupun kecil. Secara umum, semakin tinggi gedung, maka akan semakin
besar pula momen dan gaya-gaya pada setiap elemen struktur. Kolom terbawah pada
gedung bertingkat banyak pada umumnya memikul gaya aksial dan momen lentur

terbesar. Bila beban lateral itu sudah sangat besar, maka umumnya diperlukan
kontribusi elemen struktur lainnya untuk memikul, misalnya dengan menggunakan
pengekang (bracing) atau dinding geser (shear walls).
Efek Kondisi Pembebanan Sebagian Seperti yang terjadi pada balok menerus,
momen maksimum yang terjadi pada struktur rangka bukan terjadi pada saat rangka itu
dibebani penuh. Melainkan pada saat dibebani sebagian. Hal ini sangat menyulitkan
proses analisisnya. Masalah utamanya adalah masalah prediksi kondisi beban yang
bagaimanakah

yang

menghasilkan

momen

kritis.

Arti / Pengertian IMB


Arti atau pengertian IMB (Izin Mendirikan Bangunan) adalah produk hukum yang berisi
persetujuan atau perizinan yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah Setempat (Pemerintah
kabupaten / kota) dan wajib dimiliki / diurus pemilik bangunan yang ingin membangun,
merobohkan, menambah / mengurangi luas, ataupun merenovasi suatu bangunan.
Kehadiran IMB (izin mendirikan bangunan) pada sebuah bangunan sangatlah
penting,karena bertujuan untuk menciptakan tata letak bangunan yang aman dan sesuai dengan
peruntukan lahan. Bahkan keberadaan IMB juga sangat dibutuhkan ketika terjadi transaksi jual
beli rumah. Pemilik rumah yang tidak memiliki IMB nantinya akan dikenakan denda 10 persen
dari nilai bangunan, rumah pun juga bisa dibongkar.

4. PENGAJUAN IMB UNTUK RUMAH TINGGAL

Syarat IMB Rumah Tinggal

Persyaratan / Syarat IMB Rumah Tinggal


Sebelum menjalankan proses pembuatan IMB, setiap pemohon diwajibkan untuk melengkapi
beberapa persyaratan IMB, diantaranya adalah foto kopi identitas pemilik, foto kopi SPPT dan Bukti
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Tahun Berjalan, foto kopi surat kepemilikan tanah, surat kuasa
(bila dikuasakan), surat pernyataan kepemilikan tanah.

Alur Pengajuan IMB Rumah Tinggal


Bagi Anda yang memiliki rumah di bawah 500 meter persegi, mengurus IMB bisa langsung datang
kecamatan di loket Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kecamatan, setelah itu Anda bisa langsung
mengisi formulir untuk pengajuan pengukuran tanah. Satu minggu kemudian petugas akan datang ke
rumah Anda dan mengukur dan membuat gambar denah rumah Anda, setelah gambar jadi maka dapat
dijadikan blueprint untuk IMB.

Lama Proses Pembuatan IMB Rumah Tinggal


Setelah gambar denah selesai, baru proses pengajuan IMB bisa dilaksanakan, jangka waktu lama
pembuatan IMB sendiri bisa memakan waktu 15 hari kerja.

Biaya Pengurusan IMB Rumah Tinggal


Biaya pengurusan IMB sendiri dihitung berdasarkan luasan rumah tersebut, yakni per meter
persegi dikenakan biaya Rp 2.500.

Syarat IMB Non Rumah Tinggal / Bangunan Umum

Persyaratan / Syarat IMB Bangunan Umum (Non Rumah Tinggal s/d 8 lantai)
Untuk membuat IMB Bangunan Umum Non Rumah Tinggal (s/d 8 lantai) pemohon harus melengkapi
beberapa syarat mengurus IMB berupa :

Formulir permohonan IMB

Surat pernyataan tidak sengketa (bermaterai)

Surat Kuasa (jika dikuasakan)

KTP dan NPWP ( pemohon dan/yang dikuasakan)

Surat Pernyataan Keabsahan dan Kebenaran Dokumen

Bukti Pembayaran PBB

Akta Pendirian (Jika pemohon atas nama perusahaan/badan/yayasan)

Bukti kepemilikan tanah (surat tanah)

Ketetapan Rencana Kota (KRK)/RTLB

SIPPT (untuk luas tanah > 5.000 m2)

Gambar rancangan arsitektur (terdiri atas gambar situasi, denah, tampak, potongan, sumur
resapan) direncanakan oleh arsitek yang memiliki IPTB, diberi notasi GSB, GSJ dan batas tanah)

Gambar konstruksi serta perhitungan konstruksi dan laporan penyelidikan tanah (direncanakan
oleh perencana konstruksi yang memiliki IPTB)

Gambar Instalasi (LAK/LAL/SDP/TDP/TUG)

IPTB (Izin Pelaku Teknis Bangunan) arsitektur, konstruksi dan instalasi ( legalisir asli )

IMB lama dan lampirannya (untuk permohonan merubah/menambah bangunan)

Tahap Pengajuan IMB Bangunan Umum (Non Rumah Tinggal s/d 8 lantai)
Pertama pemohon datang ke loket Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) kota Administrasi
dimana Anda tinggal, kemudian mengisi formulir yang diajukan, setelah itu menyerahkan syarat-syarat
atau dokumen yang dibawa, kemudian berkas akan diteliti dan akan di survey ke lokasi.
Setelah di survey kemudian petugas akan menghitung besaran retribusi atau biaya yang harus
dikeluarkan oleh pemohon, kemudian pemohon membayar retribusi yang ditetapkan di bank DKI dan
meminta bukti pembayaran dan kemudian menyerahkannya ke loket PTSP kota Administrasi. Setelah itu
baru IMB dapat diambil oleh pemohon.

Biaya Membuat IMB Bangunan Umum Non Rumah Tinggal (8 Lantai)


Untuk biayanya membuat IMB Bangunan Umum Non Rumah tinggal sendiri disesuaikan dengan
Perda No 1 tahun 2015 dengan berdasarkan luas bangunan x indek bangungan x harga satuan retribusi.

Lama Proses Pembuatan IMB Bangunan Umum Non Rumah Tinggal (8 Lantai)
Lama pembuatan IMB sendiri adalah 25 hari kerja, sejak dokumen teknis disetujui. Jika sudah jadi
IMB bisa langsung diambil di loket PTSP Kota Administrasi setempat.

Syarat IMB Bangunan Umum (Non Rumah Tinggal) 9 lantai lebih


Hampir sama seperti syarat-syarat membuat IMB Bangunan Umum untuk non rumah (s/d 8 lantai),
untuk bangunan setinggi sembilan lantai lebih pun, harus memeuhi beberapa persyaratan di bawah ini :

Formulir Pendaftaran IMB

Fotokopi KTP dan NPWP Pemohon

Fotokopi Sertifikat Tanah, yang telah dilegalisir Notaris,

Fotokopi PBB Tahun terakhir

Menyertakan Ketetapan Rencana Kota (KRK) dan Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB/
Blokplan) dari BPTSP

Mencantumkan fotokopi Surat Izin Penunjukkan Penggunaan Tanah (SIPPT) dari Gubernur,
apabila luas tanah daerah perencanaan 5.000 M2 atau lebih.

Gambar rancangan arsitektur (terdiri atas gambar situasi, denah, tampak, potongan, sumur
resapan) direncanakan oleh arsitek yang memiliki IPTB, diberi notasi GSB, GSJ dan batas tanah)

Rekomendasi hasil persetujuan Tim Penasehat Arsitektur Kota (TPAK), apabila luas bangunan 9
Lantai atau lebih,

Hasil Penyelidikan Tanah yang dibuat oleh Konsultan,

Persetujuan Hasil Sidang TPKB, apabila ketinggian bangunan 9 lantai atau lebih dan atau
bangunan dengan basement lebih dari 1 lantai, atau bangunan dengan struktur khusus.

Gambar Instalasi (LAK/LAL/SDP/TDP/TUG)

Rekomendasi UKL/UPL dari BPLHD apabila luas bangunan 2.000 sampai dengan 10.000 M2,
atau Rekomendasi AMDAL apabila luas bangunan lebih dari 10.000 M2.

Surat Penunjukan Pemborong dan Direksi Pengawas Pelaksanaan Bangunan dari Pemilik
Bangunan.

Surat Kuasa (jika dikuasakan)

Alur Membuat IMB Bangunan Umum (Non Rumah Tinggal) 9 Lantai atau lebih
Untuk mengurus IMB Bangunan Umum (Non Rumah Tinggal) 9 lantai ini, setiap pemohon yang
berdomisili di Jakarta terlebih dahulu mengisi formulir pendaftaran di loket Badan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (BPTSP) Kantor Provinsi DKI Jakarta.
Di sana pemohon juga diwajibkan untuk menyertakan persyaratan-persyaratan yang telah
ditentukan, kemudian berkas-berkas yang telah masuk akan diteliti dan disidangkan oleh Tim Penasehat
Arsitektur Kota (TPAK). Setelah lulus maka akan disidangkan kembali berdasarkan Pencanaan Struktur
oleh Tim Penasehat Konstruksi Bangunan (TPKB) dan Perencanaan Instalasi dan M&E ke Tim Penasehat
Instalasi Bangunan (TPIB).
Kemudian petugas akan menghitung besarnya retribusi/biaya IMB, setelah itu pemohon harus
segera membayar biaya retribusi IMB melalui Bank DKI dan meminta tanda bukti pembayaran yang
kemudian diserahkan ke loket BPTSP di kantor Provinsi DKI Jakarta, setelah itu maka berkas permohonan
IMB dapat diterbitkan.

IMB yang telah diterbitkan akan diinformasikan melalui SMS atau telepon kepada pemohon dan
IMB dapat diambil oleh pemohon di loket PBTSP.

Lama Waktu Pembuatan


Berdasarkan SK Gubernur No.129 tahun 2012, IMB bisa selesai dikerjakan selama 25 hari kerja,
terhitung sejak dokumen teknis disetujui.

4. PENGAJUAN IMB UNTUK RUMAH SAKIT


Registrasi Berkas Permohonan Ijin Mendirikan Rumah sakit
Persyaratan :
(1) Surat permohonan pemilik di atas kertas bermaterai Rp. 6000
(2) Rekomendasi :
a. Dinas Kesehatan Kab/Kota
b. Bupati/Walikota

(3) Proposal tentang pendirian Rumah Sakit


(4) Study kelayakan tentang Rumah Sakit
- Analisa kebutuhan pelayanan dan rencana pengembangan
- Analisa Keuangan
- Program Fungsi
- Kebutuhan Ruang
- Kebutuhan tenaga dan rencana mendapatkannya
- Rencana kelas Rumah Sakit
- Denah dan Master Plan Rumah Sakit serta keterangan secara rinci
(5) Salinan/foto copy yang sah akte notaris pendirian yayasan atau badan hukum pemohon
(6) Salinan/foto copy yang sah sertifikat tanah
(7) Ijin lokasi dari Pemda setempat
(8) Ijin Mendirikan Bangunan
(9) Surat pernyataan sanggup mentaati perauran perundang-undangan yang berlaku dalam bidang
penyelenggaraan rumah sakit
(10 Upaya Pemantauan/Pengolahan Limbah
)
(11) Ijin Undang-undang gangguan (HO)
5.
6. Permohonan Ijin Operasional Tetap/Perpanjangan Rumah Sakit
(sesuai Permenkes RI Nomor 920/1986)

Persyaratan :
(1) Surat Permohonan Pemilik bermaterai Rp. 6000
(2) Foto copy surat ijin yang dimiliki Rumah Sakit
(3) Surat pernyataan dari pemilik bahwa sanggup mentaati peraturan dan ketentuan yang berlaku di bidang
kesehatan
(4) Dokumen UKL/UPL
(5) Ijin Undang-undang gangguan (HO/SITU)
(6) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
(7) Rekomendasi dari :
- Dinas Kesehatan Kab/Kota
- PERSI
- Bupati/Walikota
(8) Struktur organisasi
(9) Daftar ketenagaan medis, paramedis dan non medis
(10 Data Kepegawaian Direktur RS
)
- Ijazah Dokter
- Surat Penugasan (SP/STR)
- Surat selesai melaksanakan masa bakti

- Surat ijin praktek


- Surat lolos butuh/pensiun
- Surat pengangkatan sebagai Direktur oleh pemilik
- Surat tidak keberatan sebagai Direktur dan Penanggungjawab
- Surat pernyataan tunduk, taat pada peraturan, sanggup beekrja full timer dan tidak bekerja sebagai
tenaga purna waktu di tempat lain
(11) Data Kepegawaian Dokter
- Ijazah Dokter
- Surat Penugasan (SP)
- Surat Ijin Praktek (SIP)
- Surat Ijin Tempat Praktek (SITP)
- Surat pengangkatan sebagai tenaga dokter purna waktu di RS dari pemilik
(12 Data Kepegawaian paramedis
)
- Ijazah paramedis
- SIP / SIB Perawat/Bidan
- Ijazah paramedis non perawat
- Ijazah non medis
(13 Hasil pemeriksaan air minum (6 bulan terakhir)
)
(14 Daftar inventaris medis, peninjang medis dan non medis
)
(15 Daftar tarif pelayanan medis terbaru
)
(16 Daftar isian unutk mendirikan rumah sakit
)
(17 Denah :
)
- Denah situasi
- Denah bangunan
- Denah jaringan listrik
- Denah air dan air limbah
(18 Akte Notaris pendirian badan hukum
)
(19 Sertifikat tanah
)
(20 Instrumen Self Assesment dan POA Akreditasi
)
(21 Surat perjanjian kerjasama tentang pengelolaan sampah medis
)
7.
Persyaratan Fisik Rumah sakit (sesuai dengan Permenkes RI Nomor :
920/Menkes/Per/XII/1986)

(1) Luas tanah


- Rumah sakit umum (RSU)
- Rumah sakit khusus (RSK)
(2) Luas Bagunan
- RSU Type B : 200/M2/1 TT
(3) Pembagian (%) Tempat Tidur (TT)
- Kelas Utama
:5%
- Kelas I
: 15 %
- Kelas II
: 40 %
- Kelas III
: 40 %
(4) Kapasitas :

: 37,50 are
: 18,75 are

- RSU Type B : 200 TT


- RSK
: 25 TT
(5) Gedung terdiri dari :
- Ruang Poliklinik
i. Pol Penyakit Dalam
ii. Pol Bedah
iii. Pol Kesehatan anak
iv. Pol Obgyn
v. Pol Gigi dan Mulut
vi. Pol Spesialis lain (THT, saraf, paru, mata, rehab medik)
- Ruang Rawat Inap
Penyakit dalam
Penyakit Bedah
Kesehatan anak
Obgyn
Spesialis lain
Sub spesialis sesuai kemampuan pelayanan
- Ruang rawat Intensif (Perawatan Kritis/ICU)
- NICU
- PICU
- Ruang IRD
- Ruang Operasi
Pre Operasi, ruang post operasi, ruang ganti pakaian, ruang obat, ruang alat steril, uang alat kotor
- Pelayanan Penunjang
Ruang RM
Laboratorium
Radiologi
Farmasi
Pelayanan Sterilisasi
Resepsionis
Kamar Jenazah
Ruang Admin
Ruang Radiologi
Ruang Dapur Saji
APSRS
IPAL
Ruang Spool Hoek
Ruang Bayi
Ruang Jaga
Ambulance
Gudang
Ruang Cuci
Ruang Isolasi
(6) Ruang Genzet
(7) Incinerator
(8) Instalasi air bersih
- PDAM
- Sumur
(9) Listrik
- Rumah Sakit mampu menyediakan listrik selama 24 jam secara terus menerus
- Tersedia cadangan tenaga listrik / genzet
(10) Pembuagan air limbah
- Kamar operasi
- Laboratorium
- Radiologi
- Septik Tank Khusus
8. Note : Rumah sakit Internasional untuk tenaga kesehatan minimal menguasai 3 (tiga)
bahasa

Permohonan Ijin mendirikan Rumah Sakit PMA (sesuai Permenkes RI Nomor


920/Menkes/Per/XII/1986, SK Menkes RI Nomor 0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV/92)

Persyaratan :
(1) Surat permohonan pemilik bermaterai Rp. 6000,Foto copy surat ijin yang dimiliki Rumah Sakit PMA :
(2) - Badan Koordinasi Penanaman Modal
- Badan Penanaman Modal Provinsi Bali
(3) Surat pernyataan dari pemilik bahwa sanggup mentaati peraturan dan ketentuan yang berlaku di
bidang kesehatan
(4) Dokumen UKL / UPL
(5) Ijin Undang-undang gangguan (HO)
(6) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
(7) Rekomendasi dari :
- Dinas Kesehatan Kab/Kota
- PERSI
- Bupati/Walikota
(8) Struktur organisasi
(9) Daftar ketenagaan medis, paramedis dan non medis :
- 65 % tenaga lokal / dalam negeri
- Minimal 13 jenis spesialisasi
- Semua tenaga purna waktu
- Tenaga medis asing mendapat persetujuan dari konsil kedokteran
Indonesia (KKI)
- Tenaga kesehatan asing (TKKA) lainnya mendapat persetujuan dari Menkes RI c.q. Dirjen
Bina Yanmedik Spesialistik
(10 Data Kepegawaian Direktur (tenaga lokal)
- Ijasah Dokter
- Surat Penugasan (SP)
- Surat selesai melaksanakan masa bakti
- Surat Ijin Praktek
- Surat lolos butuh / pensiun
- Surat pengangkatan sebagai Direktur oleh pemilik
- Surat tidak keberatan sebagai Direktur dan penanggungjawab
- Surat pernyataan tunduk, taat pada peraturan, sanggup bekerja full timer dan tidak
bekerja sebagai tenaga purna waktu di tempat lain
Keterangan : Rencana pengangkatan dan pemberhentian Direktur atas sepengetahuan Dirjen
Yanmedik
(11 Data Kepegawaian Lokal
- Ijasah dokter
- Surat Penugasan (SP)
- Surat ijin praktek (SIP)
- Surat Ijin Tempat Praktek (SITP)
- Surat pengangkatan sebagai tenaga dokter purna waktu di RS dari pemilik (unutk tenaga
purna waktu)
- Surat ijin atasan langsung untuk tenaga paruh waktu
Data Kepegawaian Dokter Asing
- Ijasah dokter dari negara asal
- STR sementara / bersyarat dar KKI
- Dokumen lain (f.c. paspor, IMTA, RPTKA)
(12 Data Kepegawaian Paramedis dan Non Madis Lokal
- Ijasah paramedis perawat/Bidan
- SIP Perawat/Bidan

- Ijasah paramedis non perawat


- Ijasah non medis
Data Kepegawaian paramedis dan non medis asing :
- Ijasah paramedis perawat /bidan dari Negara asal
- Surat tanda terdaftar dari asosiasi sejenis di Indonesia
- Persetujuan dari Dirjen Yanmedik Depkes RI
- Dikomen lain (f.c. paspor, IMTA, RPTKA)
(13 Hasil pemeriksaan air minum (6 bulan terakhir)
(1) Daftar inventaris medis, penunjang medis dan non medis
(15 Daftar tarif layanan medis terbaru
(16 Daftar isian untuk mendirikan Rumah Sakit
(17 Denah
- Denah situasi
- Denah Bangunan
- Denah jaringan listrik
- Denah air dan air limbah
18 Akte notaris pendirian badan hukum
19 Sertifikat tanah
20 Instrumen self assesment dan POA akreditasi
21 Surat perjanjian kerjasama tentang pengolahan sampah medis
9.

(1)
(2)
(3)
(4)

(5)
(6)

Persyaratan Fisik Mendirikan Rumah Sakit Penanaman Modal Asing (PMA)


Luas tanah minimal
- Tidak bertingkat
: 1500 m2
- Bertingkat
: 2000 m2
Luas Bagunan
- RSU Type B : 50/M2/1 TT
Luas parkir
: 1 parkir / 5 TT
Pembagian (%) Tempat Tidur (TT)
- Kelas Utama : 5 %
- Kelas I
: 15 %
- Kelas II
: 40 %
- Kelas III
: 40 %
Keterangan : 25% untuk pasien tidak mampu
Kapasitas :
- RSU Type B : 200 TT
Gedung terdiri dari :
- Ruang Poliklinik
vii. Pol Penyakit Dalam
viii. Pol Bedah
ix. Pol Kesehatan anak
x. Pol Obgyn
xi. Pol Gigi dan Mulut
xii. Pol Spesialis lain (sampai 13 jenis spesialisasi)
- Ruang Rawat Inap
Penyakit dalam
Penyakit Bedah
Kesehatan anak
Obgyn
Spesialis lain
Sub spesialis sesuai kemampuan pelayanan
- Ruang rawat Intensif (Perawatan Kritis/ICU)
- NICU
- PICU
- Ruang IRD
- Ruang Operasi
Pre Operasi, ruang post operasi, ruang ganti pakaian, ruang obat, ruang alat steril, uang alat kotor

- Pelayanan Penunjang
Ruang RM
Laboratorium
Radiologi
Farmasi
Pelayanan Sterilisasi
Resepsionis
Kamar Jenazah
Ruang Admin
Ruang Radiologi
Ruang Dapur Sajii
(7) Ruang Genzet
(8) Incinerator
(9) Instalasi air bersih
- PDAM
- Sumur
(10) Listrik
- Rumah Sakit mampu menyediakan listrik selama 24 jam secara terus menerus
- Tersedia cadangan tenaga listrik / genzet
(11) Pembuagan air limbah
- Kamar operasi
- Laboratorium
- Radiologi
- Septik Tank Khusus
10.
Mekanisme sarana kesehatan untuk mendapatkan izin menggunakan tenaga asing
(1) Sarana pelayanan kesehatan yang berijin (Permenkes No 920/Menkes/Per/XII/86 mengajukan
permohonan penggunaan tenaga kerja asing ke Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi untuk
memperoleh rencana penggunaan tenaga kerja asing (RTPKA)
(2) Calon TKKA mengurus kartu ijin tinggal terbatas (KITAS) ke Dirjen Imigrasi
(3) Adaptsi calon TKKA dilakukan di institusi pendidikan yang ditunjuk Menkes selama 3-6 bulan
(4) Surat tanda registrasi (STR) didapatkan setelah lulus uji kompetensi
(5) STR digunakan sebegai kelengkapan permohonan rekomendasi penggunaan TKKA ke Dinas
Kesehatan provinsi setempat
(6) Sarana pelayanan Kesehatan pengguna TKKA mengajukan permohonan rekomendasi penggunaan
TKKA ke Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melengkapi persyaratan :
- Biodata TKKA
- Pasfoto ukuran 4 x 6 (2 lembar)
- Foto copy paspor / KTP yang masih berlaku
- Foto copy sertifkat / ijazah yang dilegalisir oleh instansi yang berwenang di negaranya
- Rekomendasi dari organisasi profesi di negaranya
- Rekomendasi dari Depkes / Instansi kesehatan minimal tingkat provinsi di negaranya
- Surat keterangan praktek yang diterbitkan oleh institusi tempat bekerja
- Deskripsi keahlian
- Rencana alih teknologi
- Surat pernyataan sanggup melaksanakan alih teknologi
- Surat ijin yang dimiliki oleh instansi perekrut TKKA
- Surat pernyataan sanggup sebagai pendamping
- Foto copy surat ijin yang dimiliki oleh tenaga pendamping
- Surat tanda terdaftar sebagai anggota di asosiasi sejenis di Indonesia
- Semua dokumen diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia oleh institusi
terdaftar
(7) Permohonan penggunaan TKKA diajukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi ke Menteri Kesehatan c.q.
Pusat Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kerja Luar Negeri (Puspronakes LN) dengan tembusan
Sekretaris Jenderal, Direktur Bina Pelayanan Medik, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.

(8) Dokumen akan dinilai bersama dan dibahas dalam Tim verifikasi (lintas program terkait Depkes RI)
kemudian akan mengusulkan pemberian rekomendasi bagi TKKA yang memenuhi persyaratan
kepada Sekretaris Jenderal Depkes RI. Rekomendasi / Surat persetujuan Menkes RI bagi TKKA akan
dikirimkan ke sarana pelayanan kesehatan yang mengajukan permohonan.
(9) Selanjutnya sarana pelayanan kesehatan mengajukan permohonan ke Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi untuk mendapatkan ijin mempekerjakan tenaga kesehatan asing (IMTA) baru dengan
melengkapi persyaratan terlampir
(10 Menakertrans mengeluarkan ijin bekerja bagi TKKAS yang telah mendapatkan persetujuan Menkes
)
RI
11.
Izin Operasional Klinik Khusus
(Permenkes RI No. 920/menkes/Per/XII/86)

Pemohon mengajukan permohonan ke Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan membawa


berkas persyaratan, yaitu :
(1) Surat permohonan bermaterai Rp. 6000
(2) BAP Klinik
(3) Surat pernyataan akan tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
kesehatan
(4) Foto copy surat ijin yang dimiliki
(5) Foto copy akte notaries pendirian yayasan/badan hokum pemohon
(6) Foto copy sertifikat tanah
(7) Undang-undang gangguan (HO)
(8) Ijin mendirikan bangunan (IMB)
(9) Rekomendasi dari Dinas Kab/Kota
(10 Rekomendasi dari OP terkait
)
(11) Struktur Organisasi
(12 Daftar ketenagaan medis, paramedis dan non medis
)
(13 Data ketenagaan klinik
)
- Pimpinan/Direktur klinik
- Penanggungjawab klinik (dokter)

Anda mungkin juga menyukai