Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH ISLAM DI ASIA TENGGARA

KAMBOJA

Mata Kuliah

: Studi Islam Asia Tenggara

Dosen Pengampu

: Tasriani, S.Ag, M.Ag

Disusun Oleh:

Angela Viska Wulandari

11373201183

Fida Ismalia

11373202150

Lily Suryani

11373201866

Muhammad Rahman

11373101754

Winda Lestari

11373201677

Akuntansi S1 III/A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF QASIM


PEKANBARU
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nama resmi negara ini dalam bahasa Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa
Inggris: Kingdom of Cambodia), merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preh
Rachanachk Kmpcha. Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: ).
Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Kambuja.
Secara geografis, Kamboja berbatasan dengan Thailand disebelah Barat, Laos disebelah
Utara dan Vietnam disebelah Timur. Disebelah selatan, Kamboja berbatasan dengan Teluk
Thailand. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.400.000 jiwa, 6%
beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas Katholik.
Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin
berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun
1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu kerajaan besar
di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke Campa diperkirakan pada tahun 1607,
melalui jalur dagang dengan berbagai negara tetangga. Mayoritas Muslim Kamboja sekarang
adalah orang-orang Campa, yaitu benar-benar penduduk asli Indochina.
Atas latar belakang itulah kami tertarik membahas bagaimana Sejarah Islam di
Kamboja yang akan diulas lebih dalam pada bab selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Geografis Kamboja
Lokasi : Asia tenggara, berbatasan dengan teluk Thailand, antara Thailand, Vietnam

dan Laos
Koordinat Geografi : 13 00 U, 105 00 T
Wilayah : Total 181.040 km2 dengan daratan 176.520 km2 dan Perairan: 4.520km2
Perbatasan Darat : Total 2.572 km2 negara perbatasan : Laos 541 km, Thailand 803

km, Vietnam 1.228 km


Garis pantai : 443 km
Iklim : tropis, musim monsoon (mei sampai November); musim panas (Desember

sampai april); sedikit variasi temperatur musiman


Sumber Daya Alam : Minyak dan gas, kayu, batu berharga, besi mentah, manganese,
phospates, hydropower potential

B. Sejarah Singkat Kamboja


Kamboja (Bahasa Khmer: . Dibaca: Kampuchea). Secara
resmi bernama Kerajaan Kamboja, adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Luas totalnya
adalah 181.035 km2. Negara anggota ASEAN yang terkenal dengan pagoda Angkor Wat ini
Berbatasan dengan Thailand di sebelah barat, Laos di sebelah utara, Vietnam di sebelah
timur, dan Teluk Thailand di selatan. Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap melintasi negara
ini. Negara ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh
Indochina antara abad ke-11 dan 14.
Jumlah populasi Kamboja lebih dari 14,8 juta jiwa. Agama resmi di Kamboja adalah
Buddha dengan pemeluk sekitar 95% dari total penduduk Kamboja. Ibukota dan kota terbesar
Kamboja adalah Phnom Penh. Bentuk negara Kamboja adalah monarki konstitusional
demokratik.
-Asal Mula Nama Kamboja

Nama resmi negara ini dalam bahasa Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa
Inggris: Kingdom of Cambodia), merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preh
Rachanachk Kmpcha. Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: ).
Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Kambuja.
Penyebutan Kampuchea mungkin perubahan dialek dari kata Kampung Cham, yaitu
kampung-kampung atau pemukiman orang Champa, yang mana kerajaan Champa adalah
kerajaan Islam tertua di Nusantara. Beberapa nama Provinsi di Kamboja didahului dengan
kata Kampong. Dahulu, Kamboja atau Kampuchea merupakan negara di Asia Tenggara yang
semula berbentuk Kerajaan di bawah kekuasaan Dinasti Khmer di Semenanjung Indo-China
antara Abad Ke-11 dan Abad Ke-14. Rakyat Kamboja biasanya dikenal dengan sebutan
Cambodian atau Khmer, yang mengacu pada etnis Khmer di negara tersebut. Negara anggota
ASEAN yang terkenal dengan pagoda Angkor Wat ini berbatasan langsung. Sebagian besar
rakyat Kamboja beragama Buddha Theravada, yang turun-temurun dianut oleh etnis Khmer.
Namun, sebagian warganya juga ada yang beragama Islam dari keturunan muslim Cham.
Kamboja meraih kemerdekaannya pada 17 April 1953. Peradaan Kamboja telah mulai
berkembang sejak abad 1 Masehi. Pada waktu itu, wilayah tersebut dikuasai oleh kerajaan
Funan dan Chenla. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan China dan India.
Memasuki abad ke-3 hingga abad ke-5, kedua kerajaan itu bersatu untuk membangun
Kamboja. Namun, ketika upaya itu mulai stabil, kekuasaan keduanya runtuh ketika kerajaan
Khmer dibangun dan berkuasa pada abad ke-9 sampai abad ke-13. Setelah itu, kerajaan
Khmer bertahan hingga abad ke-15.
Kerajaan Khmer masih bertahan hingga abad ke-15. Ibukota Kerajaan Khmer terletak
di Angkor, sebuah daerah yang dibangun pada masa kejayaan Khmer. Angkor Wat, yang
dibangun juga pada saat itu, menjadi simbol bagi kekuasaan Khmer.
Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer
memindahkan ibukota dari Angkor ke Lovek, dimana Kerajaan mendapat keuntungan besar
karena Lovek adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai
oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah Khmer.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama tiga abad berikutnya, Khmer dikuasai oleh rajaraja dari Thaidan Vietnam secara bergilir.

Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada
Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis
yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi
bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada
perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai.
Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan
1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an,
akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja
menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
1. Merdeka dari Prancis
Pada tanggal 9 November 1953, Perancis mengakhiri penjajahannya di Kamboja yang
telah berlangsung sejak tahun 1863 dan Kamboja pun menjadi sebuah negara berdaulat.
Setahun kemudian mantan pemimpin negara kawasan Indo-China itu, Raja Norodom
Sihanouk, kembali dari pengasingannya di Thailand. Sihanouk kemudian membentuk partai
politik dan menggelar pemilihan umum (pemilu). Setelah memenangkan pemilu ia berhasil
mengusir orang-orang komunis dan memperoleh seluruh kursi pemerintahan.
Pada tahun 1955, untuk melepaskan diri dari segala bentuk pelarangan yang dibuat
untuk raja oleh perundang-undangan Kamboja, Norodom Sihanouk mengembalikan tahta
kepada ayahnya, Norodom Suramarit. Ia kemudnian memasuki dunia politik. Selama
pemilihan berturut-turut, pada tahun 1955,1958, 1962 dan 1966, partai bentukan Norodom
Sihanouk selalu memenangkan kursi mayoritas di parlemen.
Pada bulan Maret 1969, Pesawat Amerika mulai mengebom Kamboja untuk
menghalangi jejak dan penyusupan dari tentara Vietkong. Pengeboman tersebut berakhir
sampai tahun 1973.
Pada tahun 1970, ketika Sihanouk sedang berada di Moskow dalam sebuah kunjungan
kenegaraan, Marsekal Lon Nol melakukan kudeta di Phnom Penh. Lon Nol lalu menghapus
bentuk kerajaan dan menyatakan Kamboja sebagai sebuah negara republik. Sihanouk tidak
kembali ke negaranya dan memilih menetap di Peking, China. Ia memimpin pemerintahan
dalam pelarian dan Khmer Merah merupakan bagian dari pemerintahan tersebut.

2. Khmer Merah
Khmer Merah (Bahasa Perancis: Khmer Rouge) adalah cabang militer Partai Komunis
Kampuchea (nama Kamboja kala itu). Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Khmer Merah
melakukan perang gerilya melawan rezim Shihanouk dan Marsekal Lon Nol. Pada 17 April
1975, Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot berhasil menggulingkan kekuasaan dan
menjadi pemimpin Kamboja.
Hanya dalam beberapa hari saja, rezim baru ini telah menghukum mati sejumlah besar
rakyat Kamboja yang tadinya bergabung dengan rezim Lon Nol. Penduduk Phnom Phen dan
juga penduduk di provinsi lain terpaksa keluar dari kota dan pindah ke daerah-daerah
penampungan. Phnom Phen menjadi kota mati. Seluruh perekonomian di seluruh negeri
berubah di bawah garis keras komunis, Uang hilang dari peredaran. Akibat dari semua itu
adalah terjadinya kelaparan dan wabah penyakit di daerah tersebut.
Selama 44 bulan berikutnya, jutaan orang Kamboja menjadi korban teror dari Khmer
Merah. Para pengungsi yang berhasil lari ke Thailand menceritakan kekejaman kelompok ini
yang antara lain menghukum mati anak-anak hanya karena mereka tidak lahir dari keluarga
petani. Selain itu orang-orang keturunan Vietnam dan Cina juga turut diteror dan dibunuh.
Siapa saja yang disangka sebagai orang yang berpendidikan, atau menjadi angota dari
keluarga pedagang pasti dibunuh dengan cara dipukul sampai mati, bukan dengan ditembak
dengan dalih untuk menghemat amunisi.
3. Killing Fields (Ladang Pembantaian)
Masa empat tahun Pol Pot dan Khmer Merahnya berkuasa di Kamboja, adalah masa
yang membuat seluruh dunia geger. Khmer Merah berupaya mentransformasi Kamboja
menjadi sebuah negara Maois dengan konsep agrarianisme. Rezim Khmer juga menyatakan,
tahun kedatangan mereka sebagai "Tahun Nol" (Year Zero). Mata uang, dihapuskan.
Pelayanan pos, dihentikan. Kamboja diputus hubungannya dengan luar negeri. Hukum
Kamboja juga dihapuskan.
Rezim Khmer Merah dalam kurun waktu tersebut diperkirakan telah membantai sekitar
dua juta orang Kamboja. Ada sekitar 343 "ladang pembantaian" yang tersebar di seluruh
wilayah Kamboja. Choeung Ek adalah "ladang pembantaian" paling terkenal. Di sini,

sebagian besar korban yang dieksekusi adalah para intelektual dari Phnom Penh, yang di
antaranya adalah: mantan Menteri Informasi Hou Nim, profesor ilmu hukum Phorng Ton,
serta sembilan warga Barat termasuk David Lioy Scott dari Australia. Sebelum dibunuh,
sebagian besar mereka didokumentasikan dan diinterogasi di kamp penyiksaan Tuol Sleng.
Penjara S-21 atau Tuol Sleng adalah organ rezim Khmer Merah yang paling rahasia.
Pada 1962, penjara S-21 merupakan sebuah gedung SMA bernama Ponhea Yat. Semasa
pemerintahan Lon Nol, nama sekolah diubah menjadi Tuol Svay Prey High School.
Tuol Sleng yang berlokasi di subdistrik Tuol Svay Prey, sebelah selatan Phnom Penh,
mencakupi wilayah seluas 600 x 400 meter. Setelah Phnom Penh jatuh ke tangan Khmer
Merah, sekolah diubah menjadi kamp interogasi dan penyiksaan tahanan yang dituduh
sebagai musuh politik. Di ladang pembantaian ini, para intelektual diinterogasi agar
menyebutkan kerabat atau sejawat sesama intelektual. Satu orang harus menyebutkan 15
nama orang berpendidikan yang lain. Jika tidak menjawab, mereka akan disiksa. Kuku-kuku
jari mereka akan dicabut, lantas direndam cairan alkohol. Mereka juga disiksa dengan cara
ditenggelamkan ke bak air atau disetrum. Kepedihan terutama dirasakan kaum perempuan
karena kerap diperkosa saat diinterogasi.
Setelah diinterogasi selama 2-4 bulan, mereka akan dieksekusi di Choeung Ek.
Sejumlah tahanan politik yang dinilai penting ditahan untuk diinterogasi sekitar 6-7 bulan,
lalu dieksekusi.
4. Intervensi Vietnam
Pada tanggal 25 Desember 1978, setelah beberapa pelanggaran terjadi di perbatasan
antara Kamboja dan Vietnam, tentara Vietnam menginvansi Kamboja. Tanggal 7 Januari
1979, pasukan Vietnam menduduki Phnom Penh dan menggulingkan pemerintahan Pol Pot.
Pemerintahan boneka lalu dibentuk di bawah pimpinan Heng Samrin, mantan anggota Khmer
Merah yang telah membelot ke Vietnam. Namun, pemerintahan baru ini tidak diakui oleh
negara-negara Barat. Sementara Pol Pot dan para pengikutnya lari ke hutan-hutan dan
kembali melakukan taktik gerilya dan teror. Pol Pot yang bernama asli Saloth Sar akhirnya
meniggal di tengah hutan pada 15 April 1998 karena serangan jantung.
5. Menuju Perdamaian

Pada tahun 1982, tiga kelompok (faksi) yang masih bertahan di Kamboja yaitu : Khmer
Merah dan Front Kemerdekaan Nasional, netral, kedamaian dan kerjasama Kamboja
(FUNCINPEC) pimpinan Pangeran Sihanouk, serta Front Nasional kebebasan orang-orang
Khmer yang dipimpin oleh perdana menteri yang terdahulu yaitu Son Sann, membentuk
koalisi yang bertujuan untuk memaksa keluar tentara Vietnam dan akhirnya mundur dari
kamboja pada tahun 1989.
Pada tahun 1992, PBB (UNTAC) mengambil alih sementara pemerintahan negara ini.
Tahun berikutnya, PBB menggelar pemilu demokratis yang dimenangkan oleh FUNCINPEC.
Faksi ini kemudian membentuk pemerintahan koalisi bersama Partai Rakyat Kamboja (CPP)
pimpinan Hun Sen.
Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong). Daerah Kamboja
kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik besar (khett) dan
kepulauan (koh).
1. Kota Praja (Krong):
o Phnom Penh
o Sihanoukville (Kampong Som)
o Pailin
o Kep
2. Propinsi (Khett):
o Banteay Meanchey, Battambang, Kampong Cham, Kampong Chhnang,
Kampong Speu, Kampong Thom, Kampot, Kandal, Koh Kong, Krati,
Mondulkiri, Oddar Meancheay, Pursat, Preah Vihear, Prey Veng, Ratanakiri,
Siem Reap, Stung Treng, Svay Rieng and Tako
3. Kepulauan (Koh):
o Koh Sess

o Koh Polaway
o Koh Rong
o Koh Thass
o Koh Treas
o Koh Traolach
o Koh Tral
o Koh Tang
6. Kamboja Saat Ini
Tahun 1999, tahun pertama perdamaian setelah 30 tahun, pemerintah membuat
kemajuan dalam reformasi ekonomi. AS dan Kamboja menandatangani Perjanjian Tekstil
Bilateral, yang memberikan Kamboja jaminan quota untuk impor tekstil AS dan bonus karena
memperbaiki kondisi bekerja dan mendorong hukum tenaga kerja Kamboja dan standar
tenaga kerja internasional dalam industri tersebut. Dari 2001 sampai 2004, ekonomi tumbuh
rata-rata 6.4%, disebabkan oleh ekspansi di bidang garmen dan pariwisata. Dengan
berakhirnya Perjanjian WTO untuk Tekstil dan Pakaian tahun 2005, produsen tekstil di
Kamboja terpaksa bersaing dengan negara produsen yang harganya lebih rendah seperti Cina
dan India. Walaupun pertumbuhan GDP diperkirakan kurang dari 3%, lebih dari yang
diharapkan untuk kinerja sector garmen membuat IMF memperkirakan pertumbuhan 6% di
2005. berhadapan dengan kemungkinan industri garmen yang menyediakan lebih dari
200.000 mata pencaharian mungkin terancam.
Perlambatan ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi
asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya
kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Pada tahun 2009 Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan, ekonomi Kamboja
tahun 2009 menyusut lebih dari perkiraan sebelumnya karena krisis ekonomi global
berdampak buruk di negeri ini.

IMF pada awal tahun 2009 memperkirakan penyusutan sebesar 0,5 persen tetapi
sekarang melihat kontraksi 2,75 persen karena ekonomi tidak bekerja sebaik yang
diperkirakan di beberapa daerah, pejabat IMF David Cowen mengatakan setelah kunjungan
untuk mengevaluasi pembangunan.
7. Pemerintahan di Kamboja
Politik nasional di Kamboja mendapat tempat ketika pembuatan konstitusi nasional di
tahun 1993. Pemerintahan adalah monarki konstitusional dan dijalankan sebagai demokratik
parlementer.
Sistem parlemen Kamboja adalah bikameral. Dimana dibagi menjadi dewan rendah,
majelis nasional, atau Radhsphea dan sebuah dewan tinggi, senat, atau Snat. 123 kursi
anggota majelis terpilih untuk masa jabatan 5 tahun. Senat mempunyai 61 kursi, dua
diantaranya dipilih oleh raja dan dua lainnya oleh majelis nasional, dan sisanya dipilih
melalui pemilihan umum di 24 provinsi di Kamboja. Masa jabatan senat adalah 6 tahun.
Partai Rakyat Kamboja adalah partai utama di Kamboja. Partai ini menempati 73 kursi
di majelis nasional dan 43 kursi di senat. Oposisi Partai Sam Rainsy adalah partai terbesar
kedua di Kamboja dengan 26 kursi di majelis nasional dan 2 kursi di senat.
Kamboja merupakan salah satu negara dengan pemerintahan terkorup di dunia.
8. Militer di Kamboja
Angkatan Darat Kerajaan Kamboja, Angkatan Laut Kerajaan Kamboja, Angkatan
Udara Kerajaan Kamboja, dan Polisi Militer Kerajaan Kamboja merupakan bagian dari
Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja, dalam komando dari Kementrian Pertahanan
Kerajaan Kamboja, dipimpin oleh Perdana Menteri Kerajaan Kamboja.
Awal dari revisi struktur komandi pada awal tahun 2000 menjadi kunci pembentukan
militer Kamboja. Pada tahun 2010, Angkatan Besenjata Kerajaan Kamboja memiliki sekitar
210.000 pasukan. Militer Kamboja menghabiskan 3% anggaran negara.
Polisi Militer Kerajaan Kamboja memiliki lebih dari 7.000 pasukan. Mereka bertugas
untuk menjaga keamanan, untuk menginvestigasi dan menanggulangi kejahatan dan
terorisme, untuk menjaga wilayah dan bangunan yang dilindungi, dan untuk mambantu dan
mengevakuasi penduduk dari bencana dan konflik.

C. Masuk dan Perkembangan Islam di Kamboja


Secara geografis, Kamboja berbatasan dengan Thailand disebelah Barat, Laos disebelah
Utara dan Vietnam disebelah Timur. Disebelah selatan, Kamboja berbatasan dengan Teluk
Thailand. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.400.000 jiwa, 6%
beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas Katholik.
Untuk datangnya islam ke Kamboja dari beberapa sumber yang didapatkan bahwa
islam di Kamboja dari Arab tepatnya Hadramaut. Masuk dan berkembangnya islam di
Kamboja tidak dapat dipisahkan dari datangnya orang Campa yang telah memeluk agama
islam ke negeri kamboja. Mereka bertemu dengan kelompok Melayu yang datang dari
Nusantara. Migrasi Campa terjadi karena melarikan diri dari penghancuran Vietnam,
sedangkan migrasi melayu dari Nusantara terjadi karena perdagangan dan penyebaran agama
islam. Maka, terjadilah akulturasi budaya karena persamaan agama dan rumpun bahasa
kedalam masyarakat baru yang disebut Melayu-Campa atau Jva-Cam. Kemudian mereka
saling bekerjasama dan menjalin hubungan perkawinan.
Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin
berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun
1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu kerajaan besar
di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke Campa diperkirakan pada tahun 1607,
melalui jalur dagang dengan berbagai negara tetangga. Jadi, mayoritas Muslim Kamboja
sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu benar-benar penduduk asli Indochina.
Pada awal tahun 1970-an, jumlah kaum Muslimin sekitar 700 ribu jiwa. Semua Muslim
ini mengikuti Mazhab Syafii. Pada tahun ini, mereka memiliki 122 Masjid, 200 Mushalla,
300 Madrasah Islamiyyah dan satu tempat penghafalan Al-Quran. Mayoritas Muslim Campa
adalah petani, nelayan, pembuat sampan dan tukang daging. Mereka hidup di desa-desa
padat, sebagian hidup di kota-kota dan bekerja sebagai pedagang dan industri.
Komunitas Muslim Kamboja terorganisasi dengan baik. Setiap desa Muslim dipimpin
oleh seorang hakam dibantu oleh seorang kalik (qadi). Imam memimpin sembahyang dan

ketib (katib) mengajar Quran, bilal memanggil orang untuk sembahyang. Dan beberapa ratus
orang Muslim Kamboja setiap tahunnya pergi ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Pada tahun 1975, situasi berubah secara drastis ketika Khmer Merah mengambil alih
kekuasaan. Sehingga mengakibatkan masyarakat Campah hijrah ke negara-negara lain di
seluruh dunia seperti ke Malaysia, Amerika Syarikat, Perancis, Australia dan lain-lain. Khmer
Merah merupakan komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan menyiksa siapa
saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, Muslim, Budha ataupun lainnya. Selama
kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk Kamboja, di antaranya
500.000 kaum Muslimin, di samping pembakaran beberapa masjid, madrasah dan mushaf
serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum Muslimin di Kamboja.
Kemudian pada tahun 1979, Khmer Merah jatuh di tangan pemerintahan baru yang di
topang dari Vietnam dan ini merupakan berita baik bagi minoritas Muslim Kamboja. Sejak
itu, keadaan penduduk Kamboja mulai membaik dan kaum Muslimin mencapai kurang lebih
45.000 jiwa dapat melakukan kegiatan keagamaan mereka dengan bebas, mereka memiliki
268 Masjid, 200 Mushallah, 300 Madrasah Islamiyyah dan satu tempat penghafalan AlQuran.
Kemudian bermunculan organisasi-organisasi Islam, seperti:

Ikatan Kaum Muslimin Kamboja


Ikatan Pemuda Islam Kamboja
Yayasan Pengembangan Kaum Muslimin Kamboja dan
Lembaga Islam Kamboja untuk Pengembagan.

Meskipun kaum Muslimin dapat menjalankan kegiatan kehidupan mereka seperti


biasanya, namun program-program mereka ini mengalami kendala finansial yang cukup
besar, karena kondisi perekonomian mereka yang sulit sehingga identitas mereka tidak
diketahui.
Saat ini kaum Muslimin Kamboja berpusat di kawasan Free Campa bagian utara
sekitar 40 % dari penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut sekitar
15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000 Muslim.
D. Hukum Islam di Kamboja

Sudah diketahui bahwasannya agama Islam di Kamboja merupakan minoritas dan


mayoritas beragama Budha. Menurut estimasi, terdapat sekitar 700.000 Muslim di Kamboja.
Sekitar 80% dari Muslim Kamboja adalah keturunan etnis Cham.
Umat Islam di Kamboja khususnya keturunan etnis Cham mengikuti mazhab SyafiI
dalam bidang Fiqih, sedangkan dalam bidang Tauhid mereka mengikuti mazhab Imam Abu
Hasan Al-Asari. Dalam bidang amalih atau peribatan, mereka mengikuti faham Ahlusunnah
wal Jamaah. Karena itu mereka sangat toleran dan bisa hidup berdampingan dengan
komunitas Budha sebagai agama mayoritas Kamboja.
Terutama yang berkaitan dengan situasi hak-hak Manusia (HAM). Hal ini karena
peradilan tidak berjalan secara independen sebagaimana semestinya dan dasar kebebasan
berekspresi dan berkumpul sedang dibatasi. Sedangkan mengenai hukum Islam di Kamboja
belum terlembagakan. Secara umum, umat Islam di Kamboja menjalankan syariat Islam
sebagaimana umat Islam di Indonesia terutama hukum keluarga yang meliputi perkawinan,
ruju, talaq dan warisan.
Dalam hal perkawinan, orang-orang Campa di Kamboja tidak mengijinkan perkawinan
antar agama kecuali dengan syarat bahwa pihak yang bukan Islam masuk Islam. Oleh karena
itu, orang-orang Khmer dikatakan tak pernah akan meninggalkan agama Budha karena tidak
mungkin kedua Bangsa akan terpadu. Sedangkan orang Campa dengan orang Melayu sering
terjadi perkawinan. Kalau dalam hal perceraian, hampir tidak pernah terjadi. Karena
perkawinan mereka hampir selalu subur, akan tetapi orang Campa di Kamboja bertambah
banyak jumlahnya dengan mengangkat anak asing ke dalam sukunya, yaitu anak bangsa
Annam atau lagi-lagi anak Khmer yang diterimanya sebagai pembayaran hutang yang tak
terlunasi dan akan dididiknya dalam agama Islam.
Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia yang
akan didirikan beberapa institusi khusus bagi sarana pembangunan insan di negara Indochina
yang pernah hancur di bawah kekuasaan Khmer Merah. Lembaga ini adalah Majelis Mufakat
Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini adalah sebuah organisasi yang mirip
seperti Lembaga Tabung Haji dan akan dibentuk segera dalam usaha membantu umat Islam
negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci Makkah.

E. Respon Pemerintah
1. Bidang Politik
Sejumlah muslim diberikan kesempatan untuk bekerja dikantor pemerintah. Muslim
pun menikmati hak-hak politik mereka. Ada beberapa muslim yang kini bertugas dilembagalembaga politik papan atas negara, mulai dari senat, dewan perwakilan, Senator Premier
(salah satu anggota senat) pun memiliki penasihat khusus urusan Muslim.
Diantara mereka juga ada yang menduduki sebagai perdana menteri, menteri
pendidikan, wakil menteri transportasi, 2 orang menteri agama, dan 2 anggota majelis ulama.
2. Bidang Pendidikan
Untuk tingkat pendidikan dasar sampai menengah sudah ada madrasah yang
mengeluarkan ijazah dan terdaftar di Kementrian Pendidikan Kamboja. Sementara untuk
pendidikan tinggi, ini menjadi tantangan. Dari tujuh universitas negeri, ada tiga puluh
universitas swasta, belum satupun yang menjadi islam sebagai sebuah matakuliah, apalagi
menjadikannya sebagai urusan. Namun, masyarakat muslim Kamboja tidak berkecil hati dan
berdiam diri. Justru mereka secara aktif mengembangkan kesefahaman sekaligus memberikan
informasi terkait dengan kehadiran masyarakat islam di Kamboja, sehingga suatu saat mereka
dapat memiliki tempat bagi kelanjutan pendidika tinggi yang khusus dalam kajian islam.
Kaum muslim Kamboja membutuhkan pembangunan beberapa sekolah dan pembuatan
kurikulum islam yang baku, karena selama ini sekolah-sekolah yang berdiri saat ini berjalan
berdasarkan ijtihad mesing-masing. Setiap sekolah ditangani oleh seorang guru yang
membuat kurikulum sendiri yang umumnya masih lemah dan kurang, bahkan ada beberapa
sekolah diliburkan lantaran guru-gurunya berpaling mencari pekerjaan lain yang dapat
menolong kehidupan mereka. Mereka juga sangat membuutuhkan adanta terjemahan AlQuranulkarim dan buku-buku islami, khususnya yang berkaitan dengan akidah hukumhukum islam.
3. Bidang Ekonomi
Selama ini sebagian besar dari mereka bergantung dari pertanian dan mencari ikan, dua
pekerjaan yang akhir-akhir ini sangat berbahaya, karena sering terjadi banjir dan angin topan

yang menyebabkan kerugian besar bagi kaum muslim dan membawa mereka sampai ke
bawah garis kemiskinan.
Untuk mendapatkan makanan halal, beberapa restoran dibangun khusus dengan konsep
halal. Bahkan sudah dimulai sebuah prakarsa label halal yang dikeluarkan Dewan Muslim
Kamboja. Kawasan pasar lama, begitu juga dengan area masjid a-Serkal terdapat pilihan
makanan yang beragam, termasuk masakan Thailand muslim.
4. Bidang Sosial Budaya
Peranan pemerintah yang berinisiatif memuluskan toleransi bagi muslim di Kamboja.
Dari pihak pemerintah, Perdana Menteri Hun Sen memerintahkan pembangunan mesjid dan
memberi saluran udara gratis bagi muslim untuk menyiarkan program-program khusus islam.
Beberapa waktu lalu, pemerintah setempat mengizinkan siswa muslim yang ingin
mengenakan atribut islam termasuk jilbab.
5. Bidang Kesehatan
Angka harapan hidup adalah 60 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan
pada tahun 2010. Ini meningkat dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8 tahun
untuk laki-laki dan 46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan Kamboja berencana
untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan menanggulangi HIV/AIDS,
malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah 5,8%.
6. Bidang Sarana dan Prasarana

Kamboja telah memperbaiki jalan raya sehingga memenuhi standar internasional


pada tahun 2006. Kebanyakan jalan utama sekarang telah dipaving.

Kamboja memiliki dua jalur kereta api dengan total panjang sekitar 612 kilometer.
Jalur kereta api tersedia untuk rute Sihanoukville sampai ke bagian selatan Kamboja,
dan dari Phnom Penh sampai Sisophon.

Angka kecelakaan lalu lintas di Kamboja sangat tinggi berdasarkan standar


internasional. Pada tahun 2004, angka kecelakaan per 10.000 kendaraan adalah

sepuluh kali lipat lebih tinggi dari pada angka kecelakaan di negara maju, dan angka
kematian kecelakaan telah meningkat dua kali lipat dalam waktu tiga tahun.

Kamboja memiliki empat bandara. Bandara Internasional Phnom Penh(Pochentong)


di Phnom Penh adalah yang terbesar kedua di Kamboja. Bandara Internasional Siem
Reap-Angkor adalah bandara terbesar di Kamboja. Bandara lainnya terdapat di
Sihanoukville dan Battambang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuk pemerintahan negara Kamboja adalah kerajaan. Negara dipimpin oleh raja,
sedangkan kepala pemerintahannya adalah perdana menteri. Kamboja memiliki lima
pemerintahan lokal dengan ibu kota Phnom Penh. Kamboja merupakan wilayah protektorat
Perancis sejak tahun 1863, dan pada tahun 1951 pemerintah Perancis mengangkat Sihanouk
sebagai raja, yang menjadikan negara ini berbentuk kerajaan konstitusional dengan nama
resmi Kerajaan Kamboja.
Pada tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja
dan pada saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak
terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa perang
saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya manusia,
sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath Sirik
Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin besar di negara
Kamboja di masa ini juga ditandai dengan berkuasanya rezim Khmer Merah. Bahasa resmi
penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa
Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha. Jumlah penduduk negara ini 11.168.000
jiwa. Sebagian besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di
Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya.
Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri
Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.
Kerajaan Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong). Daerah
Kamboja kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik besar (khett), dan
kepulauan(koh). Kamboja mempunyai area seluas 181.035 kilometer per segi.
Meskipun tergabung dalam satu perhimpunan negara-negara kawasan Asia Tenggara,
letak geografis Kamboja yang berbatasan darat dengan Thailand, membuat kedua negara
seringkali terlibat konflik yang memperebutkan batas wilayah kedua negara.
Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem
demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara,

tetapi tidak memberikan perintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dan dibantu
oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri.
Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin
berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun
1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu kerajaan besar
di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam masuk ke Campa diperkirakan pada tahun 1607,
melalui jalur dagang dengan berbagai negara tetangga. Jadi, mayoritas Muslim Kamboja
sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu benar-benar penduduk asli Indochina.
Menurut estimasi, terdapat sekitar 700.000 Muslim di Kamboja. Sekitar 80% dari
Muslim Kamboja adalah keturunan etnis Cham.
Umat Islam di Kamboja khususnya keturunan etnis Cham mengikuti mazhab SyafiI
dalam bidang Fiqih, sedangkan dalam bidang Tauhid mereka mengikuti mazhab Imam Abu
Hasan Al-Asari. Dalam bidang amalih atau peribatan, mereka mengikuti faham Ahlusunnah
wal Jamaah. Karena itu mereka sangat toleran dan bisa hidup berdampingan dengan
komunitas Budha sebagai agama mayoritas Kamboja.
Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia yang
akan didirikan beberapa institusi khusus bagi sarana pembangunan insan di negara Indochina
yang pernah hancur di bawah kekuasaan Khmer Merah. Lembaga ini adalah Majelis Mufakat
Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini adalah sebuah organisasi yang mirip
seperti Lembaga Tabung Haji dan akan dibentuk segera dalam usaha membantu umat Islam
negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci Makkah.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, penulis menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran saya harapkan guna perbaikan
makalah berikutnya. Apabila ada kesalahan kata dan penyampaian, mohon di maafkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Roger M.Smith, Kerajaan dan Politik Asia Tenggara, Adabi Sdn. Bhd, Kuala Lumpur,
Cetakan Pertama, 1982.
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/04/kamboja-artikel-lengkap.html
http://komunitasislam.wordpress.com/2010/04/24/islam-di-kamboja/
http://imam2992.blogspot.com/2013/10/kamboja-geografi-asia-tenggara_5721.html

Angkor Wat, Kamboja

Demografi kamboja

Anda mungkin juga menyukai