Anda di halaman 1dari 5

Catatan Sinau Bareng Cak Nun Belajar

Kepada Manusia Gus Dur, 9 Januari 2016


Helmi Mustofa 10 Januari 2016 #Maiyahan #Reportase

Seakan merupakan tugas hidup yang tak pernah berhenti, malam hari ini Cak Nun dan
KiaiKanjeng berada di kompleks Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede Yogyakarta untuk
Maiyahan bersama para santri dan masyarakat Kotagede. KH. Abdul Muhaimin selaku pengasuh
ponpes sengaja mengundang Cak Nun dan KiaiKanjeng untuk menjadi sumur utama dalam acara
yang bermaksud memeringati Haul Gus Dur ke-6. Itulah sebabnya, Sinau Bareng malam ini
bertema Belajar Kepada Manusia Gus Dur. Juga sudah hadir pada malam ini adalah Alissa
Wahid, putri Gus Dur.
Lainnya
Sinau Bareng Masjid Al-Falah Philadelphia

Bersama jamaah khususnya dari tanah air, Cak Nun dan....


Silaturahmi dengan Konjen RI di New York

Selesai menyusuri sudut-sudut Philadelphia, Cak Nun dan Ibu Via....


Reog And Roll

Setelah hujan lebat pada Sabtu, 16 Januari 2016 siang....


Cahaya, Cinta dan Free Will

Bangbangwetan malam ini diawali dengan launching buku kesaksian seorang....


Dua Puluh Empat Jam Liyabuduun

Tak terasa hari-hari di bulan Mei berjalan sangat cepat.....


Kyai Muhaimin tidak salah dengan mengundang Cak Nun untuk membersamai masyarakat
belajar kepada manusia Gus Dur, karena Cak Nun dekat dengan Gus Dur dalam sejumlah
momen-momen sejarah Indonesia, serta Cak Nun sangat sering bertemu dengan masyarakat
Nahdhiyyin di berbagai wilayah di Indonesia dan dari sana Cak Nun mengetahui secara dekat
denyut nadi rasa, jiwa, pikiran, dan harapan mereka. Untuk menyebut satu momen saja, Cak Nun
adalah orang pertama yang mendatangi Gus Dur saat di-impeachment oleh MPR ketika menjadi
presiden dan merayunya agar mau meninggalkan istana dan kembali ke Pesantren Ciganjur.
Ketika Gus Dur meninggal dunia, Cak Nun dan KiaiKanjeng serta jamaah Maiyah sedang
mengadakan Haflah Maiyah di Jombang, dan ketika mendengar kabar duka itu, langsung jamaah
Maiyah menyelenggarakan shalat ghaib berjamaah. Tetapi paginya Cak Nun dan KiaiKanjeng
tidak bisa ikut takziyah, karena harus segera ditunggu acara di Gorontalo. Namun, seminggu
kemudian, Gus Sholah dan keluarga, meminta Cak Nun dan KiaiKanjeng hadir di pesantren
Tebuireng Jombang untuk memeringati tujuh hari wafat Gus Dur, dan Cak Nun bersama
KiaiKanjeng memenuhi permintaan tersebut, hadir di makam Gus Dur.

Cak Nun bersama Alissa Wahid


Berbagai elemen masyarakat Nahdhiyyin ingin menghadirkan Cak Nun setiap hendak
memeringati wafatnya Gus Dur, seakan tak ada lagi orangtua di negeri ini yang pantas untuk
mendampingi dan memandu masyarakat dalam merefleksikan atau mengambil pelajaran dari
sejarah Gus Dur selain Cak Nun. Termasuk pada malam hari ini di Pesantren Nurul Ummahat
Kotagede.
Gus Dur dikenal sebagai tokoh pluralis, toleran, demokratis dan dekat dengan semua golongan.
Tetapi menarik, bahwa malam ini KiaiKanjeng sedari awal, hingga saat ini, membawakan justru
nomor-nomor shalawatan yang khas pesantren seakan hendak mengingatkan akan induk sejarah
Gus Dur yaitu dunia santri, dunia pesantren, dan bahkan cucu dari Hadhrotus Syaikh Hasyim
Asyaari yang mendirikan NU. Jauh sebelum Gus Dur dikenal dengan berbagai predikat, ia
adalah seorang santri.
Sebelum Cak Nun naik ke panggung, Mas Islamiyanto KiaiKanjeng dan teman-teman mengajak
seluruh jamaah yang memadati jalan kampung di depan kompleks pondok ini untuk melantunkan
Shalawat Nariyah, Syiir Tanpo Waton, dan Shalawat Badar. Dan tak lama Shalawat Badar
dibawakan, dari arah mushalla, Cak Nun didampingi Pak Kyai Muhaimin, Mbak Alissa Wahid,
dan para narasumber lain segera naik ke panggung, dan semua jamaah dengan mata yang
berbinar menyambut kedatangan Cak Nun. Tiba duluan di panggung, Cak Nun langsung
meminta Mbak Alissa dan lain-lain untuk mengambil tempat di panggung.
Untuk tema belajar kepada manusia Gus Dur ini, Cak Nun mengambil posisi merendah, Jangan
percaya bahwa ada orang-orang hebat dari Jombang, mulai mbah Hasyim Asyari, KH. Wachid
Hasyim, Cak Nur, Gus Dur, dan Cak Nun. Aslinya ada dua lapisan. Yang pertama Dewa, dan

yang kedua adalah punokawan. Mbah Hasyim, Gus Dur dll itu masuk pada kategori yang
pertama. Nah saya masuk ke golongan yang kedua, yaitu Punokawan bersama Cak Durasim,
Asmuni, dan Gombloh. Di situlah maqam saya. Selain itu Cak Nun juga akan lebih banyak
melalulintaskan acara dengan memberi kesempatan yang cukup kepada narasumber dan para
jamaah untuk mengungkapkan refleksi, pemahaman, atau apa saja yang terkait dengan Gus Dur.
Jika ada pandangan yang perlu direspons, Cak Nun akan coba merespons, menggarisbawahi,
atau menarik benang merah.
Tetapi Mbak Alissa relatif memahami posisi Cak Nun. Sedari bertemu di rumah Pak Yai
Muhaimin tadi, Mbak Alissa sudah curhat dan mengemukakan kegelisahan akan kondisi negeri
ini. Juga situasi NU. Cak Nun merespons dengan jelas dan tegas, bahwa NU harus segera
berbenah dan diperbaiki. Mendapatkan kesempatan pertama berbicara, Mbak Alissa
mengungkapkan, Saya senang, dalam acara yang sangat cair ini, justru tersampaikan banyak
makna. Saya mau menangis, saat Cak Nun mengatakan anak-anak muda mulai bersemi. Karena
tadi saya mengeluh kepada Cak Nun sebagai kakak saya dan sebagai orang yang pernah berjuang
bersama Gus Dur, mau dibawa kemana negeri ini. Rakyat kalah terus. Kanan-kiri penuh masalah.
Doa al-Fatihah yang dipimpin Cak Nun untuk Gus Dur dan para lelulur menurut saya lebih dari
gelar pahlawan. Gelar pahlawan adalah gelar materi. Sedangkan al-Fatihah adalah bekal atau
sangu di alam barzakh.
Kemudian mbak Alissa menggambarkan sosok Gus Dur. Gus Dur tidak membela kelompok
manapun, beliau hanya berjuang melaksanakan surat al-Maidah ayat 8. Gus Dur juga tak perlu
dipuja-puji. Beliau adalah seorang guru, tetapi juga mengambil dari guru-guru lain. Dan semua
ini adalah implementasi dari semangat yang ditanamkan oleh Mbah Hasyim Asyari dan MbahMbah lain saat meletakkan aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah) sebagai dasar bagi NU, yaitu sikap
tasammuh dan tawassuth.

Sebagian hadirin menyaksikan melalui big screen


Terakhir, mbak Alissa mengenang ayahnya yang baginya orang yang selalu merasa kurang, dan
karena itu sering melantunkan doa Abu Nawas Ilahi Lastu, dan ia menirukannya, lalu
disambut oleh musik KiaiKanjeng. Jamaah pun bersama-sama ikut ber-Ilahi Lastu, apalagi doa
ini sangat populer di pesantren dan masyarakat. Doa yang juga diangkat kembali oleh
KiaiKanjeng dalam album Kado Muhammad dan Wirid Padhangmbulan.
Yang tidak rukun, jadi rukun. Yang seret, jadi lunyu dan lancar. Yang sakit, jadi sehat, harap
Cak Nun menyusul doa Ilahi Lastu ini.
Karena lokasi yang bukan lapangan atau alun-alun, melainkan di kompleks pondok yang tak
terlalu luas areanya, maka para jamaah memanfaatkan setiap tempat yang ada. Selain yang
berada di depan panggung, yang di kanan panggung, juga di halaman rumah dari balik pagar,
banyak dari mereka berdiri, sejak awal dan hingga saat ini. Tak terasa capek oleh mereka, karena
kenikmatan kebersamaan ini memenuhi diri mereka. Para santri Nurul Ummahat lebih banyak
menempati depan panggung, dan siap mengikuti shalawatan-shalawatan.
Sangat mengharukan dan menggetarkan hati menyaksikan jamaah, santri, dan masyarakat duduk
lesehan. Khidmat, tapi gembira. Suatu komposisi sosial, komunikasi, dan pengolahan yang
sangat unik dan tak ada duanya. Apalagi saat mereka bersuara bersama. Salah seorang pemuka
agama Katolik yang hadir di malam ini mengungkapkan, Tak akan saya lupakan sepanjang
hidup saya kebersamaan ini. Dan yang paling mengharukan adalah saat anda semua bernyanyi.
Rasanya saya ingin menangis. Ada aura dan nuansa yang terpancar sangat kuat. Kebersamaan ini
harus dijaga terus.

Kyai Muhaimin sebagai memang mengundang sejumlah tokoh dari agama-agama lain, dan
hampir semuanya menyatakan kebahagiaannya melihat kebersamaan pada Sinau Bareng ini.
Tokoh-tokoh ini diminta menyampaikan pesan, kesan, dan pandangannya mengenai Gus Dur.
Tampaknya mereka baru kali ini menghadiri Maiyahan secara langsung. Berbagai ungkapan
disampaikan. Ada satu yang mengawali uraiannya dengan menyapa hadirin dengan salam dari
beberapa agama. Tentang hal ini, Cak Nun sejenak menarik ke inti dengan menguraikan
kandungan makna salam atau assalamualaikum arahmatullahi wabarokatuh. Itu adalah
komitmen dari yang mengucapkan salam untuk saling mengamankan, serta agar semua bisa
menjelma rahmat dan barokah. Islam itu tatanan dari Allah di antaranya dengan memerintahkan
manusia jadi khalifah sehingga mereka harus saling menyelamatkan. Salam itu karenanya
relevan diucapkan kepada siapapun saja. Pahami dulu salam tanpa lembaga. Anda mengerti dulu
esensinya.
Merasakan aura dan suasana Maiyahan malam ini, beberapa tokoh agama lain menyatakan,
Dengan cara yang cair, pengajaran iman menjadi bisa diwartakan. Saya rasa saya lebih ingin
mendengarkan Cak Nun, walaupun ada sedikit yang ingin saya sampaikan mengenai Gus Dur.
Secara umum beliau-beliau ini mengungkapkan apresiasi dan penghargaan kepada Gus Dur
sebagai salah satu tokoh bangsa Indonesia. Di akhir memandu para narasumber itu, Kyai
Muhaimin sempat menyinggung mengenai pluralisme yang banyak diplesetkan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Alkisah 2
    Alkisah 2
    Dokumen2 halaman
    Alkisah 2
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Alkisah NEW
    Alkisah NEW
    Dokumen1 halaman
    Alkisah NEW
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • KEMAKMURAN
    KEMAKMURAN
    Dokumen1 halaman
    KEMAKMURAN
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Kenangan Baru
    Kenangan Baru
    Dokumen3 halaman
    Kenangan Baru
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • 50 Tahun
    50 Tahun
    Dokumen3 halaman
    50 Tahun
    didit81
    Belum ada peringkat
  • Anak Teman
    Anak Teman
    Dokumen2 halaman
    Anak Teman
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Menunda
    Menunda
    Dokumen2 halaman
    Menunda
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Kebelet Sampai Ngejar Onta
    Kebelet Sampai Ngejar Onta
    Dokumen1 halaman
    Kebelet Sampai Ngejar Onta
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • SIPOLOS
    SIPOLOS
    Dokumen2 halaman
    SIPOLOS
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Bunga Mawar
    Bunga Mawar
    Dokumen2 halaman
    Bunga Mawar
    Konigin Latifah
    Belum ada peringkat
  • Purnama Dibalik Cadar
    Purnama Dibalik Cadar
    Dokumen2 halaman
    Purnama Dibalik Cadar
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Pembuat Kubah Dan Tukang Pos
    Pembuat Kubah Dan Tukang Pos
    Dokumen2 halaman
    Pembuat Kubah Dan Tukang Pos
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • 50 Tahun
    50 Tahun
    Dokumen3 halaman
    50 Tahun
    didit81
    Belum ada peringkat
  • HIDUP
    HIDUP
    Dokumen2 halaman
    HIDUP
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Alkisah 2
    Alkisah 2
    Dokumen2 halaman
    Alkisah 2
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • SIPOLOS
    SIPOLOS
    Dokumen2 halaman
    SIPOLOS
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Kepribadian Positif
    Kepribadian Positif
    Dokumen5 halaman
    Kepribadian Positif
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat
  • Belajar Metamorfosa Dari Kupu-Kupu
    Belajar Metamorfosa Dari Kupu-Kupu
    Dokumen2 halaman
    Belajar Metamorfosa Dari Kupu-Kupu
    Anonymous pxbANqX7pP
    Belum ada peringkat