Anda di halaman 1dari 8

INTERVENSI PEMERINTAH

DALAM BISNIS INTERNASIONAL


MAKALAH
BISNIS INTERNASIONAL
Dosen Pembimbing
Faqiatul Mariya Waharini, S.E, M.Si

Kelompok 4
1.
2.
3.
4.

Kurnia Ken Kirana


Diyah Luci Anggraeni
Eka Pinditya Ayu C
Damar Aryanto

(14.0102.0047)
(14.0102.0055)
(14.0102.0073)
(14.0102.0080)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2016
A. PENDAHULUAN

Dalam era reformasi ke arah ekonomi global village, ada dua fakta yang
menandai perdagangan internasional. Pertama, volume perdagangan dunia telah
berkembang setiap tahun, menciptakan ekonomi global yang semakin saling
tergantung, dan, kedua, hambatan perdagangan internasional telah semakin berkurang.
Perekonomian suatu negara berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh perekonomian
negara lain. Hubungan ini meliputi transaksi ekonomi berupa perdagangan barangbarang, jasa-jasa dan sumber-sumber serta transaksi investasi penanaman modal dan
transaksi finansial utang-piutang.
Sementara realitanya, meskipun banyak negara yang berkomitmen untuk
membebaskan perdagangan, mereka cenderung untuk campur tangan dalam
perdagangan internasional untuk melindungi kepentingan kelompok politik penting
atau mempromosikan kepentingan produsen domestik kunci. Bangun dari
perlambatan ekonomi global yang diikuti krisis keuangan tahun 2008, berbagai negara
telah meningkatkan tarif dan hambatan nontarif untuk perdagangan internasional
dalam upaya untuk melindungi produsen dalam negeri dan memegang pekerjaan.
Pemerintah selalu memiliki cara untuk melindungi kedaulatan negara agar
tetap utuh. Dalam hal perekonomian internasional khususnya perdagangan
internasional, pemerintah dalam beberapa situasi melakukan intervensi dengan tujuan
melindungi pasar domestiknya. Ketika pemerintah melakukan intervensi, mereka
sering melakukannya dengan membatasi impor barang dan jasa ke negara mereka,
sementara mengadopsi kebijakan yang mempromosikan produksi dalam negeri dan
ekspor.
Berbagai instrumen kebijakan yang digunakan pemerintah untuk campur
tangan dalam perdagangan internasional seperti tarif, subsidi, kuota impor dan lain
sebagainya. Selain itu, pemerintah memiliki beberapa alasan mengapa pemerintah
harus melakukan intervensi terhadap perdagangan internasional. Alasan tersebut
terkait dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya.

B. PEMBAHASAN
a. Instrumen Yang Digunakan Pemerintah Untuk Mempengaruhi Arus
Perdagagan
Dalam kebijakan Pemerintah terkait perdagangan Internasional digunakan
tujuh instrumen utama, antara lain: tarif, subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor
sukarela,

persyaratan

konten

lokal,

kebijakan

administratif,

dan

tugas

antidumping. Tarif merupakan instrumen paling utama dan paling sederhana dari
kebijakan perdagangan. Instrumen-instrumen tersebut juga digunakan oleh GATT
dan WTO yang telah berhasil dalam membatasi perdagangan bebas. Penurunan
hambatan tarif dalam beberapa dekade terakhir telah disertai dengan kenaikan
hambatan nontarif, seperti subsidi, kuota, pembatasan ekspor sukarela, dan tugas
antidumping.
1. Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan atas impor (atau ekspor). Tarif jatuh
ke dalam dua kategori, yakni:
1. Tarif Spesifik, yang dikenakan sebagai biaya tetap untuk setiap unit dari
yang diimpor (misalnya, $ 3 per barel minyak).
2. Tarif Advalorem, dipungut sebagai proporsi nilai barang yang diimpor.
3. Tarif Majemuk, tarif yang dihitung sebagai presentase harga yang tertera
pada sebuah produk impor, dan sebagian sebagai biaya spesifik tiap unit.
Beberapa hal penting untuk memahami tentang tarif impor adalah
mengetahui pihak yang mendapat keuntungan dan pihak yang merugi.
Pemerintah dikatakan memperoleh keuntungan dikarenakan tarif akan
meningkatkan pendapatan pemerintah. Selain itu, Produsen dalam negeri juga
mendapatkan keuntungan, karena tarifnya memberikan mereka perlindungan
terhadap pesaing asing dengan meningkatkan biaya barang asing yang
diimpor. Sedangkan konsumen merugi karena mereka harus membayar lebih
untuk barang impor tertentu.
Misalnya: pada bulan Maret 2002 pemerintah AS menempatkan tarif
ad-valorem dari 8% menjadi 30% pada impor baja asing. Idenya adalah untuk
melindungi produsen baja dalam negeri dari impor murah dari baja asing.
Efeknya, bagaimanapun, adalah untuk menaikkan harga produk baja di
Amerika Serikat antara 30-50%. Sejumlah konsumen baja AS, mulai dari
pembuat alat untuk perusahaan mobil, keberatan bahwa tarif baja akan
meningkatkan biaya produksi mereka dan membuat lebih sulit bagi mereka
untuk bersaing di pasar global. Dalam kasus baja, banyak yang berpendapat

bahwa kerugian kepada konsumen baja ternyata melebihi keuntungan untuk


produsen baja.
Pada bulan

November

2003,

Organisasi

Perdagangan

Dunia

menyatakan bahwa tarif merupakan pelanggaran dari perjanjian WTO, dan


Amerika Serikat dihapus mereka di bulan Desember tahun itu. Secara umum,
dapat diambil dua kesimpulan dari analisis ekonomi mengenai pengaruh tarif
impor, yakni:
1) Tarif yang jelas pro-produsen dan antikonsumen. Sementara mereka
melindungi produsen dari pesaing asing, pembatasan pasokan ini juga
menaikkan harga domestik. Hampir semua studi menemukan bahwa tarif
impor membebankan biaya yang signifikan pada konsumen dalam negeri
dalam bentuk harga.
2) Tarif impor mengurangi efisiensi keseluruhan ekonomi dunia, karena tarif
pelindung mendorong perusahaan domestik untuk menghasilkan produk di
dalam negara tersebut. Dalam teori, dapat diproduksi lebih efisien di luar
negeri. Konsekuensinya adalah tidak efisiennya pemanfaatan sumber.
Sebagai contoh, tarif pada impor beras ke Korea Selatan telah
menyebabkan peningkatan produksi beras di negara itu;
Kadang-kadang tarif ekspor jauh lebih umum daripada tarif impor.
Secara umum, tarif ekspor memiliki dua tujuan: pertama, untuk meningkatkan
pendapatan bagi pemerintah, dan kedua untuk mengurangi ekspor karena
alasan politik.
2. Subsidi
Subsidi adalah pembayaran pemerintah untuk produsen dalam negeri.
Subsidi mengambil banyak bentuk, termasuk hibah tunai, pinjaman bunga
rendah, keringanan pajak, dan penyertaan modal pemerintah di perusahaan
domestik. Dengan menurunkan biaya produksi, subsidi membantu produsen
dalam negeri dalam dua bidang, yakni bersaing dengan pengimpor asing dan
mendapatkan pasar ekspor. Pertanian cenderung menjadi salah satu penerima
manfaat terbesar dari subsidi di sebagian besar negara. Subsidi nonpertanian
jauh lebih rendah, tetapi mereka masih signifikan. Misalnya, Boeing dan
Airbus menerima subsidi untuk membantu mereka menurunkan biaya
pengembangan pesawat jet komersial baru. Dalam kasus Boeing, subsidi
datang dalam bentuk kredit pajak untuk belanja R & D atau uang Pentagon
yang digunakan untuk mengembangkan teknologi militer, yang kemudian
dipindahkan ke proyek penerbangan sipil.

Dalam prakteknya, banyak subsidi yang tidak berhasil meningkatkan


daya saing internasional dari produsen dalam negeri. Sebaliknya, mereka
cenderung melindungi yang tidak efisien dan mempromosikan kelebihan
produksi. Misalnya, subsidi pertanian memungkinkan petani tidak efisien
untuk bertahan dalam bisnis, mendorong negara-negara untuk kelebihan
produk

pertanian

yang

disubsidi,

mendorong

negara-negara

untuk

menghasilkan produk yang dapat tumbuh lebih murah di tempat lain dan
diimpor, dan karena itu mengurangi perdagangan internasional produk
pertanian.
3. Kuota Impor & Pembatasan Eksor Sukarela
Kuota impor adalah pembatasan langsung pada seberapa baik kuantitas
yang dapat diimpor ke suatu negara. Pembatasan ini biasanya diberlakukan
dengan mengeluarkan izin impor untuk sekelompok individu atau perusahaan.
Contoh diberikan dalam fokus negara yang melihat bagaimana Jepang
menggunakan kombinasi dari kuota tingkat tarif dan subsidi untuk melindungi
efisiensi petani gandum Jepang dari kompetisi asing.
Tindakan untuk membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada
yang diakukan secara sukarela yang disebut sebagai pembatasan ekspor
sukarela (Voluntary Export Restriction = VER). VER adalah kesepakatan
antara negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke
negara pengimpor. Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara
pengekspor, agar dapat memperoleh harga yang lebih tinggi.
Seperti tarif dan subsidi, baik kuota impor dan VER menguntungkan
produsen dalam negeri dengan membatasi persaingan impor. Seperti dengan
semua pembatasan perdagangan, kuota tidak menguntungkan konsumen.
Kuota impor atau VER selalu meningkatkan harga domestik suatu yang baik
yang diimpor.

Jika industri dalam negeri tidak memiliki kapasitas untuk

memenuhi permintaan, kuota impor dapat menaikkan harga untuk kedua


produksi dalam negeri dan impor.
4. Persyaratan Konten lokal
Persyaratan konten lokal merupakan peraturan yang mengharuskan
sejumlah tertentu barang atau jasa dipasok oleh produsen-produsen dalam
pasar domestik. Tujuan adalah untuk memaksa perusahaan-perusahaan dari
negara lain menggunakan sumberdaya lokal dala proses produksinya terutama tenaga kerja. Persyaratan dapat dinyatakan baik dalam hal fisik
(misalnya, 75% komponen untuk produk ini harus diproduksi secara lokal)

atau dalam hal nilai (misalnya, 75% dari nilai produk ini harus diproduksi
secara lokal). Negara-negara maju juga telah menggunakan persyaratan ini
untuk mencoba melindungi pekerja lokal dan industri dari kompetisi asing.
Peraturan konten lokal memberikan perlindungan bagi produsen
domestik dengan cara yang tidak sama dengan kuota impor (dengan
membatasi persaingan asing). Dampak ekonomi agregat juga sama; produsen
dalam negeri menguntungkan, tetapi pembatasan impor menaikkan harga
komponen impor. Pada gilirannya, harga yang lebih tinggi untuk komponen
impor diteruskan kepada konsumen dari produk akhir berupa harga akhir yang
lebih tinggi. Sehingga dengan semua kebijakan perdagangan, peraturan konten
lokal cenderung menguntungkan produsen, bukan konsumen.
5. Kebijakan Administratif
Pemerintah terkadang menggunakan kebijakan resmi atau administratif
untuk membatasi impor dan meningkatkan ekspor. Kebijakan administratif
adalah ketentuan pengendali atau peraturan birokratik yang dirancang untuk
menghambat arus impor yang deras ke dalam suatu negara. Tujuan utamanya
adalah proteksionisme.
6. Tugas Antidumping
Dumping dipandang sebagai metode yang digunakan perusahaan untuk
membongkar kelebihan produksi di pasar luar negeri. Beberapa Dumping
merupakan hasil dari perilaku predator, dengan produsen menggunakan
keuntungan besar dari pasar negara mereka untuk mensubsidi harga di pasar
luar negeri dengan maksud untuk mengendalikan pesaing di luar dari pasar
domestik. Setelah ini dicapai, perusahaan predator dapat menaikkan harga dan
mendapatkan keuntungan besar. Kebijakan anti dumping dirancang untuk
menghukum perusahaan-perusahaan asing yang terlibat dalam pembuangan.
Tujuan utamanya adalah untuk melindungi produsen dalam negeri dari
persaingan asing yang tidak adil.
b. Alasan Pemerintah Melakukan Intervensi Dalam Perdagangan Internasional
Adanya campur tangan pemerintah dalam arus bebas perdagangan
dikarenakan alasan-alasan budaya, politik, dan ekonomi.
1. Motif Budaya
Negara-negara membatasi perdagangan barang dan jasa demi suatu
tujuan budaya yang paling umum adalah untuk melindungi identitas nasional.
Banyak negara memandang kebudayaan AS sebagai ancaman terhadap
kebudayaan nasionalnya sendiri karena kekuatan global perusahaan-

perusahaan AS dalam barang-barag konsumen serta dalam dunia hiburan dan


media.
2. Motif Politik
Mencakup melindungi lapangan pekerjaan, menjaga keamanan
nasional, menanggapi praktek dagang yang tidak adil yang dilakukan oleh
negara lain, dan mendapatkan pengaruh atas negara-negara lain.
3. Motif Ekonomi
Motif ini sebagai upaya untuk melindungi industri-industri kecil dan
menengah dari kompetisi serta bentuk promosi sebagai kebijakan strategi
perdagangan. Meski demikian terdapat beberapa kelemahan dari strategi
proteksionisme ekonomi ini. Misalnya adalah sulit untuk menentukan industri
kecil-menengah seperti apa yang patut mendapatkan perlindungan, proteksi
dari kompetisi internasional membuat para pengusaha cepat puas dan menjadi
kurang kompetitif sehingga kurang adanya poerbaikan kualitas dari waktu ke
waktu, dan lain sebagainya.
c. Mengartikulasikan Argumen Terhadap Kebijakan Perdagangan Strategis
Argumen untuk intervensi pemerintah mengambil dua jalur yaitu politik
dan ekonomi. Argumen untuk intervensi politik dengan melindungi kepentingan
kelompok tertentu dalam suatu bangsa (biasanya produsen), sering dengan
mengorbankan kelompok lain (biasanya konsumen). Argumen ekonomi biasanya
berkaitan dengan meningkatkan kekayaan keseluruhan bangsa (untuk kepentingan
semua, baik produsen dan konsumen).
1. Argumen Politik
Mencakup berbagai isu, termasuk melestarikan pekerjaan, melindungi
industri dianggap penting bagi keamanan nasional, membalas persaingan
asing yang tidak adil, melindungi konsumen dari produk yang "berbahaya",
memajukan tujuan kebijakan luar negeri, dan memajukan hak asasi manusia
individu di negara-negara pengekspor.
2. Argumen Ekonomi
Argumen ekonomi untuk intervensi pemerintah telah mengalami
kebangkitan dalam beberapa tahun terakhir. Sampai awal 1980-an, sebagian
besar ekonom melihat sedikit manfaat dalam intervensi pemerintah dan
sangat menganjurkan kebijakan perdagangan bebas. Posisi ini telah berubah
dengan perkembangan kebijakan perdagangan strategis.

C. KESIMPULAN
Dari pembahasan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa intervensi
pemerintah dalam perdagangan internasional semakin penting dan luas mengingat
semakin maraknya perdagangan bebas, contohnya MEA dalam lingkup negara Asia
Tenggara. Intervensi pemerintah ditunjukkan dengan adanya pemberlakuan tarif dan
nontarif (subsidi, kuota, antidumping, dan sebagainya). Alasan pemerintah campur
tangan dalam perdagangan internasioanal terkait dengan budaya (untuk melindungi
identitas nasional), dalam bidang ekonomi (melindungi industri-industri domestik dari
persaingan), dan dalam bidang politik (melindungi lapangan pekerjaan, menjaga
keamanan nasional, menanggapi praktek dagang yang tidak adil yang dilakukan oleh
negara lain).
D. DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charles W.L., 2010, International Business: Competing In The Global Market
Place, anonym: McGra Hill Irwin.
Sari, Lily Purnama, 2009, Campur Tangan Pemerintah Dalam Perdagangan
Internasional, Makalah, Bogor: Program Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai