Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
(14.0102.0047)
(14.0102.0055)
(14.0102.0073)
(14.0102.0080)
Dalam era reformasi ke arah ekonomi global village, ada dua fakta yang
menandai perdagangan internasional. Pertama, volume perdagangan dunia telah
berkembang setiap tahun, menciptakan ekonomi global yang semakin saling
tergantung, dan, kedua, hambatan perdagangan internasional telah semakin berkurang.
Perekonomian suatu negara berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh perekonomian
negara lain. Hubungan ini meliputi transaksi ekonomi berupa perdagangan barangbarang, jasa-jasa dan sumber-sumber serta transaksi investasi penanaman modal dan
transaksi finansial utang-piutang.
Sementara realitanya, meskipun banyak negara yang berkomitmen untuk
membebaskan perdagangan, mereka cenderung untuk campur tangan dalam
perdagangan internasional untuk melindungi kepentingan kelompok politik penting
atau mempromosikan kepentingan produsen domestik kunci. Bangun dari
perlambatan ekonomi global yang diikuti krisis keuangan tahun 2008, berbagai negara
telah meningkatkan tarif dan hambatan nontarif untuk perdagangan internasional
dalam upaya untuk melindungi produsen dalam negeri dan memegang pekerjaan.
Pemerintah selalu memiliki cara untuk melindungi kedaulatan negara agar
tetap utuh. Dalam hal perekonomian internasional khususnya perdagangan
internasional, pemerintah dalam beberapa situasi melakukan intervensi dengan tujuan
melindungi pasar domestiknya. Ketika pemerintah melakukan intervensi, mereka
sering melakukannya dengan membatasi impor barang dan jasa ke negara mereka,
sementara mengadopsi kebijakan yang mempromosikan produksi dalam negeri dan
ekspor.
Berbagai instrumen kebijakan yang digunakan pemerintah untuk campur
tangan dalam perdagangan internasional seperti tarif, subsidi, kuota impor dan lain
sebagainya. Selain itu, pemerintah memiliki beberapa alasan mengapa pemerintah
harus melakukan intervensi terhadap perdagangan internasional. Alasan tersebut
terkait dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya.
B. PEMBAHASAN
a. Instrumen Yang Digunakan Pemerintah Untuk Mempengaruhi Arus
Perdagagan
Dalam kebijakan Pemerintah terkait perdagangan Internasional digunakan
tujuh instrumen utama, antara lain: tarif, subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor
sukarela,
persyaratan
konten
lokal,
kebijakan
administratif,
dan
tugas
antidumping. Tarif merupakan instrumen paling utama dan paling sederhana dari
kebijakan perdagangan. Instrumen-instrumen tersebut juga digunakan oleh GATT
dan WTO yang telah berhasil dalam membatasi perdagangan bebas. Penurunan
hambatan tarif dalam beberapa dekade terakhir telah disertai dengan kenaikan
hambatan nontarif, seperti subsidi, kuota, pembatasan ekspor sukarela, dan tugas
antidumping.
1. Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan atas impor (atau ekspor). Tarif jatuh
ke dalam dua kategori, yakni:
1. Tarif Spesifik, yang dikenakan sebagai biaya tetap untuk setiap unit dari
yang diimpor (misalnya, $ 3 per barel minyak).
2. Tarif Advalorem, dipungut sebagai proporsi nilai barang yang diimpor.
3. Tarif Majemuk, tarif yang dihitung sebagai presentase harga yang tertera
pada sebuah produk impor, dan sebagian sebagai biaya spesifik tiap unit.
Beberapa hal penting untuk memahami tentang tarif impor adalah
mengetahui pihak yang mendapat keuntungan dan pihak yang merugi.
Pemerintah dikatakan memperoleh keuntungan dikarenakan tarif akan
meningkatkan pendapatan pemerintah. Selain itu, Produsen dalam negeri juga
mendapatkan keuntungan, karena tarifnya memberikan mereka perlindungan
terhadap pesaing asing dengan meningkatkan biaya barang asing yang
diimpor. Sedangkan konsumen merugi karena mereka harus membayar lebih
untuk barang impor tertentu.
Misalnya: pada bulan Maret 2002 pemerintah AS menempatkan tarif
ad-valorem dari 8% menjadi 30% pada impor baja asing. Idenya adalah untuk
melindungi produsen baja dalam negeri dari impor murah dari baja asing.
Efeknya, bagaimanapun, adalah untuk menaikkan harga produk baja di
Amerika Serikat antara 30-50%. Sejumlah konsumen baja AS, mulai dari
pembuat alat untuk perusahaan mobil, keberatan bahwa tarif baja akan
meningkatkan biaya produksi mereka dan membuat lebih sulit bagi mereka
untuk bersaing di pasar global. Dalam kasus baja, banyak yang berpendapat
November
2003,
Organisasi
Perdagangan
Dunia
pertanian
yang
disubsidi,
mendorong
negara-negara
untuk
menghasilkan produk yang dapat tumbuh lebih murah di tempat lain dan
diimpor, dan karena itu mengurangi perdagangan internasional produk
pertanian.
3. Kuota Impor & Pembatasan Eksor Sukarela
Kuota impor adalah pembatasan langsung pada seberapa baik kuantitas
yang dapat diimpor ke suatu negara. Pembatasan ini biasanya diberlakukan
dengan mengeluarkan izin impor untuk sekelompok individu atau perusahaan.
Contoh diberikan dalam fokus negara yang melihat bagaimana Jepang
menggunakan kombinasi dari kuota tingkat tarif dan subsidi untuk melindungi
efisiensi petani gandum Jepang dari kompetisi asing.
Tindakan untuk membatasi atau mengurangi jumlah barang impor ada
yang diakukan secara sukarela yang disebut sebagai pembatasan ekspor
sukarela (Voluntary Export Restriction = VER). VER adalah kesepakatan
antara negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang dijualnya ke
negara pengimpor. Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara
pengekspor, agar dapat memperoleh harga yang lebih tinggi.
Seperti tarif dan subsidi, baik kuota impor dan VER menguntungkan
produsen dalam negeri dengan membatasi persaingan impor. Seperti dengan
semua pembatasan perdagangan, kuota tidak menguntungkan konsumen.
Kuota impor atau VER selalu meningkatkan harga domestik suatu yang baik
yang diimpor.
atau dalam hal nilai (misalnya, 75% dari nilai produk ini harus diproduksi
secara lokal). Negara-negara maju juga telah menggunakan persyaratan ini
untuk mencoba melindungi pekerja lokal dan industri dari kompetisi asing.
Peraturan konten lokal memberikan perlindungan bagi produsen
domestik dengan cara yang tidak sama dengan kuota impor (dengan
membatasi persaingan asing). Dampak ekonomi agregat juga sama; produsen
dalam negeri menguntungkan, tetapi pembatasan impor menaikkan harga
komponen impor. Pada gilirannya, harga yang lebih tinggi untuk komponen
impor diteruskan kepada konsumen dari produk akhir berupa harga akhir yang
lebih tinggi. Sehingga dengan semua kebijakan perdagangan, peraturan konten
lokal cenderung menguntungkan produsen, bukan konsumen.
5. Kebijakan Administratif
Pemerintah terkadang menggunakan kebijakan resmi atau administratif
untuk membatasi impor dan meningkatkan ekspor. Kebijakan administratif
adalah ketentuan pengendali atau peraturan birokratik yang dirancang untuk
menghambat arus impor yang deras ke dalam suatu negara. Tujuan utamanya
adalah proteksionisme.
6. Tugas Antidumping
Dumping dipandang sebagai metode yang digunakan perusahaan untuk
membongkar kelebihan produksi di pasar luar negeri. Beberapa Dumping
merupakan hasil dari perilaku predator, dengan produsen menggunakan
keuntungan besar dari pasar negara mereka untuk mensubsidi harga di pasar
luar negeri dengan maksud untuk mengendalikan pesaing di luar dari pasar
domestik. Setelah ini dicapai, perusahaan predator dapat menaikkan harga dan
mendapatkan keuntungan besar. Kebijakan anti dumping dirancang untuk
menghukum perusahaan-perusahaan asing yang terlibat dalam pembuangan.
Tujuan utamanya adalah untuk melindungi produsen dalam negeri dari
persaingan asing yang tidak adil.
b. Alasan Pemerintah Melakukan Intervensi Dalam Perdagangan Internasional
Adanya campur tangan pemerintah dalam arus bebas perdagangan
dikarenakan alasan-alasan budaya, politik, dan ekonomi.
1. Motif Budaya
Negara-negara membatasi perdagangan barang dan jasa demi suatu
tujuan budaya yang paling umum adalah untuk melindungi identitas nasional.
Banyak negara memandang kebudayaan AS sebagai ancaman terhadap
kebudayaan nasionalnya sendiri karena kekuatan global perusahaan-
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa intervensi
pemerintah dalam perdagangan internasional semakin penting dan luas mengingat
semakin maraknya perdagangan bebas, contohnya MEA dalam lingkup negara Asia
Tenggara. Intervensi pemerintah ditunjukkan dengan adanya pemberlakuan tarif dan
nontarif (subsidi, kuota, antidumping, dan sebagainya). Alasan pemerintah campur
tangan dalam perdagangan internasioanal terkait dengan budaya (untuk melindungi
identitas nasional), dalam bidang ekonomi (melindungi industri-industri domestik dari
persaingan), dan dalam bidang politik (melindungi lapangan pekerjaan, menjaga
keamanan nasional, menanggapi praktek dagang yang tidak adil yang dilakukan oleh
negara lain).
D. DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charles W.L., 2010, International Business: Competing In The Global Market
Place, anonym: McGra Hill Irwin.
Sari, Lily Purnama, 2009, Campur Tangan Pemerintah Dalam Perdagangan
Internasional, Makalah, Bogor: Program Pascasarjana Manajemen Dan Bisnis
Institut Pertanian Bogor.