arah inovasi semakin lebar pula. Dalam konteks proses belajar dan pengajaran,
program inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari
pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan program tersebut belum pernah
dilakukan atau program sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.
Ambil sebagai contoh, di suatu sekolah ditemukan kemampuan berkomunikasi
bahasa Inggris siswa kurang memuaskan. Untuk itu, sekolah menentukan sebuah
program yang disebut English Club. Dalam program ini siswa berpeluang besar
untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Mencari program alternatif
dalam memperbaiki kemampuan komunikasi bahasa Inggris siswa merupakan
kreativitas, selanjutnya English Club merupakan inovasi dari yang belum ada
menjadi ada. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa English Club (inovasi)
tidak akan ada tanpa adanya proses pencarian program alternatif guna
memperbaiki kemampuan komunikasi bahasa Inggris siswa (kreativitas). Dengan
demikian , kreativitas dan inovasi merupakan salah indikator dalam
mengidentifikasi proses di sekolah yang memiliki mutu yang baik dan selanjutnya
diharapkan dapat menghasilkan output yang baik pula.
Kreativitas tidak timbul atau ada dengan sendirinya. Kreativitas akan ada
bila seseorang memiliki keinginan kuat untuk menghasilkan sesuatu yang
bermutu. Young (2002) menyatakan bahwa kreativitas membutuhkan
kemauan/motivasi. Motivasi adalah stimulus/dorongan untuk berkreativitas.
Stimulus/dorongan itu bisa berasal dari dalam diri seseorang (internal) atau dari
luar (external). Dengan motivasi, seseorang akan berupaya dengan keras
mewujudkan potensinya dan mengembangkan kreativitasnya sehingga lahir
inovasi. Namun sebaliknya, tanpa motivasi orang cenderung tidak terdorong dan
tidak tergerak untuk meraih sesuatu yang diinginkannya. Demikian juga, bila
motivasi seseorang rendah orang cenderung kurang menyukai kerja keras, kurang
tekun, dan enggan memanfaatkan kemampuan kreativitasnya untuk memecahkan
tantangan/masalah.
Dengan diberikannya peluang setiap sekolah untuk menerapkan
Manajemen Berbasis Sekolah dan proses belajar mengajar dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, artinya pemerintah sudah memberikan
sarana/kesempatan bagi sekolah untuk mencari kreativitas guna membawa proses
manajemen, personil, dan kurikulum yang bermutu yang sekaligus menghasilkan
output yang bermutu pula. Melalui makalah pendek ini, penulis tertarik untuk
mengkaji kreativitas dan inovasi apa pada proses pendidikan di sekolah, sehingga
sekolah akan lebih maju/bermutu. Makalah ini dibawah judul, Kreativitas dan
Inovasi dalam Memajukan Sekolah.
B; Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, dapat diformulasikan
rumusan masalah utama dalam makalah ini, yakani Kreativitas dan inovasi apa
saja yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah?
4; Penulis
1; Kajian Teori
Kajian teori yang akan dipaparkan disini meliputi pengertian kreativitas
dan inovasi, cara-cara berfikir kreatif, dan hambatan kreativitas.
lain, program inovatif dapat diartikan sebagai program yang sifatnya baru, tidak
seperti yang biasa dilakukan.
Dengan demikian bila kedua kata kreativitas dan inovasi digabungkan
akan memperoleh suatu pengertian dimana inovasi akan lahir dari suatu
kreativitas.
Lebih jauh, suatu hal yang patut diketengahkan sini bahwa kreativitas
tidak dimonopoli oleh orang yang genius saja. Gardner (1980) yang menemukan
bahwa keberhasilan seseorang di dalam hidup bukan ditentukan oleh IQ tetapi
terlebih oleh EQ, kecerdasan emosional dengan kompetisi inter- dan intrapersonal.
Kemudian, Caine dan Caine (1991) menemukan bahwa dalam keberhasilan
pendidikan seseorang, peranan IQ hanya sekitar 20%. Sisanya 80% sebagian
ditentukan oleh EQ dan faktor kedewasaan social. EQ adalah kemampuan
seseorang untuk mengendalikan aspek-aspek psikologis, seperti amarah,
kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Kata lain IQ
bekerja dengan baik bila EQ bekerja dengan baik pula. Sebagai tambahan, Kao
(1996) menyatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan kreatif yang
mengagumkan.
Untuk itu, kaitannya dengan dunia pendidikan sekolah, bila target
utamanya adalah kompetensi (output) yang dapat survive dalam kehidupan
nyata, pembelajaran dan interaksi di sekolah harus meluangkan waktu lebih
banyak pada pengembangan potensi-potensi lain diluar IQ. Kecerdasan intelektual
juga tidak boleh direndahkan menjadi kemampuan merekam dengan ingatan dan
tidak terbatas hanya kepada kemampuan berfikir logis perseptif, dan logis
c; Hambatan Kreativitas
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa kreativitas adalah proses
mencoba sesuatu, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru (inovasi). Namun
demikian, proses kreativitas tidak dengan sendirinya berjalan pada diri seseorang.
Proses kreativitas bukan tidak mungkin akan mendapat hambatan (creativity
block). Zaeus (2006) menyatakan bahwa secara garis besar hambatan-hambatan
kreativitas seseorang meliputi, dua hal utama, yakni yang berasal dari diri
seseorang (internal block creativity) dan yang berasal dari luar diri seseorang.
Hambatan yang berasal dari diri seseorang dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
1; Hambatan pola pikir. Hambatan pola pikir dalam konteks kreativitas dikenal
reproduktif yang artinya jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah,
10
seseorang akan cenderung merespon dengan cara yang sama, mengulang pola
pikir atau cara pemecahan lama yang sudah terbukti berhasil. Oleh sebab itu,
pola pikir reproduktif menjadi salah satu penyebab utama kekakuan berfikir,
dan dengan demikian menjadi penghambat kreativitas. Sering kali, pola pikir
reproduktif berlangsung secara mekanikal atau otomatis. Hal ini disebabkan
oleh pola pendidikan model skolastik atau lingkungan yang menuntut caracara berfikir praktis dan sangat terstruktur.
2; Hambatan paradigma. Sebagai cara mempersepsi, memahami, dan
menafsirkan dunia sekelilingnya, atau alat untuk melahirkan gambaran batin
paradigma seseorang sangat mempengaruhi kreativitas. Seseorang yang
memiliki paradigma anti konflik umumnya kurang menyukai perubahan, atau
bahkan membenci perubahan yang lebih dianggap sebagai kemampanan (de
fact to) dari pada persepsi sebagai peluang perbaikan. Padahal kreativitas
seringkali merupakan aktivitas yang melampuai kemapanan. Kreativitas
bahkan dapat saling bertentangan.
3; Hambatan keyakinan. Keyakinan bukan menjadi pendorong kreativitas
melainkan menjadi penghambat kreativitas. Kreativitas sering memunculkan
inovasi/output baruyang berlawanan atau bahkan mengalahkan hal lampau,
mengalahkan senioritas, mengalahkan pengalaman, sehingga manifestasi
menjadi terhambat.
4; Hambatan ketakutan. Hambatan ketakutan adalah hambatan kreativitas yang
mudah dikenali dalah rasa takut. Hambatan ini bisa berupa takut diabaikan,
takut dicemooh, takut dievaluasi, takut dihakimi, takut dianggap bodoh, takut
ketidaksempurnaan, takut mencoba, takut ambil resiko, takut ide tidak berjalan
11
seperti yang diharapkan, takut gagal, dan lain-lain. Salah satu sebab mengapa
banyak rapat kurang maksimal atau kurang kreatif adalah karena masih
kuatnya aral ketakutan yang membelenggu peserta rapat. Pendek kata,
kebanyakan rasa takut membuat seseorang cenderung enggan mewujudkan
potensi dan kreativitasnya.
5; Hambatan Motivasi. Hambatan motivasi sanga mempengaruhi sikap,
perilaku, keinginan, atau tindakan-tindakan sengaja lainnya. Tanpa motivasi
orang cenderung menuntut satu rangkaian persiapan, pemikiran, pendefinisian
persoalan, dan pemecahannya. Semua membutuhkan dalam derajat tertentu,
usaha, dan kerja keras. Bila motivasi rendah, orang cenderung kurang
menyukai kerja keras, kurang tekun, dan enggan memanfaatkan kemampuan
keatifnya untuk memecahkan tantangan.
6; Hambatan Kebiasaan. Sebagai perpaduan antara pengetahuan, keterampilan,
dan keinginan, maka kebiasaan juga berpengaruh pada kreativitas. Orangorang kreatif pada umumnya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang
menstimulasi kreativitas. Sementara orang yang kurang kreatif juga memiliki
kebiasan tertentu yang sayangna bisa meredam kreativitas. Misalnya suka
menghindari masalah, malas berfikir, menghindari tantangan, menghindari
tanggung jawab, menghakimi ide-ide baru, berpuas diri, dan mengindari halhal imaginative.
Disamping hambatan-hambatan kreativitas yang berasal dari diri
seseorang, hambatan kreativitas juga dapat berasal dari luar diri seseorang
(external block creativity). Berikut dipaparkan beberapa hambatan kreativitas
yang berasal dari luar diri seseorang.
12
2; Pembahasan
13
14
2; Pengorganisasian (Organizing)
Dengan telah dirumuskannya tupoksi dari masing-masing personil di
sekolah akan mempermudah pengorganisasiannya. Penyebab utamanya adalah
adanya acuan yang jelas, sehingga tumpang tindih tugas dan tanggung jawab akan
dapat dihindari.
Rumusan tupoksi yang jelas juga akan mempermudah dalam
mengorganisai fasilitas-fasilitas pendukung lainnya di sekolah. Contohnya,
fasilitas laboratorium, tentu tugas pengelolaan dan usulan pengadaan menjadi
tanggung jawab koordinator lab.
15
3; Pengarahan (Directing)
Dengan adanya tupoksi juga mempengaruhi pola kerja dari masing-masing
personil di sekolah. Mereka dengan sendirinya memiliki arah yang jelas mana
yang menjadi tugas pokok mereka dan akan bertangung jawab kepada siapa.
Disamping itu, dengan adanya visi, misi, dan tujuan yang jelas juga akan
mengarahkan tujuan kerja mereka dimana mereka pada intinya adalah akan
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, sekaligus mengupayakan tujuan jangka
pendek mana yang harus cepat direalisasikan.
4; Pengkoordinasian (Coordinating)
Tupoksi juga akan mempermudah koordinasi antar personil sekolah.
Personil yang satu tidak mungkin akan mengerjakan tugas yang bukan tanggung
jawabnya. Mereka hanya akan berkoordinasi pada personil yang memiliki
tanggung jawab tersebut. Misalnya, pemilihan siswa yang akan memperoleh
beasiswa dengan kriteria berprestasi dan tidak mampu. Personil yang memiliki
tanggung jawab ini di sekolah adalah Waka. Kesiswaan. Namun Waka. Kesiswaa
tidak akan mencari sendiri ke kelas-kelas mana siswa yang memiliki criteria
tersebut, siswa hanya berkoordinasi dengan Waka. Kurikulum karena personil ini
memiliki data prestasi siswa. Untuk memperoleh data siswa yang memiliki
criteria tidak mampu, Waka. Kesiswaan dapat berkoordinasi dengan personil BP.
Inti dari contoh kecil ini adalah bagaimana tupoksi akan mempermudah
koordinasi antar personil sekolah.
16
5; Pengontrollan (Controlling)
Dengan adanya visi, misi, tujuan, RAPBS, dan tupoksi yang jelas dan
transparan di sekolah dan masing-masing personil memilikinya, proses
pengawasannya juga mudah. Artinya masing-masing personil sekolah akan dapat
mengontrol masing-masing tanggung jawabnya; mana yang belum tercapai, mana
yang sudah, mana yang terkendala, dan mana yang tidak dapat direalisasikan.
Dengan demikian, masing-masing personil akan dapat melaporkan perkembangan
masing-masing tanggung jawabnya dalam rapat rutin, yang biasanya dilaksankan
setiap awal bulan/akhir bulan. Dengan pola pengawasan yang dilakukan sendiri
oleh masing-masing personil, mereka akan bekerja dengan lebih menyenangkan,
tidak terbebani, dan merasa tidak selalu diawasi.
Dengan kreativitas transparansi juga mempermudah pengawasan pada
keuangan sekolah. Keuangan adalah isu sensitif di sekolah atau bahkan
dilembaga-lembaga lain. Dengan adanya RAPBS yang jelas dan transparan akan
mempermudah pengawasan; apakah dana yang dianggarkan surplus atau bahkan
defisit.
17
18
19
mutu proses dan output. Dalam peningkatan proses manajemen sekolah, siswa
dapat berperan dalam organisasi intra sekolah, seperti OSIS, pramuka, koperasi
siswa, atau bank mini sekolah. Dalam proses belajar, siswa tidak dapat dipungkiri
harus aktif dan kreastif dalam meningkatkan dirinya. Alasan yang mendasar
adalah peran guru yang bukan satu-satunya sumber belajar dikelas lagi, guru
hanya berperan sebagai manajer, adviser, dan fasilitator. Dengan demikian,
pengembangan kompetensi siswa benar-benar bergantung pada diri mereka. Hal
ini dapat dilakukan melalui kreativitas siswa melalui penemuan gaya/cara belajar,
potensi siswa, tujuan/cita-cita siswa, sumber belajar, dan expresi siswa.
20
kelulusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Isi kurikulum yang memuat
kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan. Kreativitas berkenaan dengan isi kurikulum
ini dapat dilakukan pada struktur kurikulum, misalnya dengan menetapkan mata
pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri yang sesuai dengan konteks
lingkungan dan minat siswa, disamping ketersediaan guru dan fasilitas
pengajarannya. Beban belajar juga dapat disesuaikan dengan yang menjadi fokus
realisasi tujuan sekolah, misalkan sekolah yang memiliki fokus pada mata
pelajaran eksak, tentu sekolah tersebut dapat memodifikasi beban belajar dengan
menambahkan jam belajar pada mata pelajaran eksak.
Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran disekolah juga harus
dikembangkan sesuai dengan kreativitas personil sekolah. Pelaksanaan
pembelajaran disekolah ini mencakup pendekatan (approach), design, dan
prosedur pengajaran. Prosedur pengajaran meliputi design, media, dan evaluasi
yang akan digunakan dalam proses belajar dan pengajaran. Banyak kreativitas
yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan mutu proses
dan output sekolah. Misalnya, penentuan pendekatan (approach), sekolah
terutama guru mata pelajaran harus melakukan pengumpulan data awal
(assessment), seperti data tentang konteks lingkungan, latar belakang siswa,
kemampuan guru, ketersediaan fasilitas dan materi penunjang, dan pendanaan,
sehingga dapat dengan tepat memilih pendekatan yang akan dipakai dalam proses
belajar dan pengajaran.
E; Penutup
21
Penutup dalam makalah ini mencakup dua hal, yakni kesimpulan dan
saran.
1; Kesimpulan
Mengacu pada permasalahn utama dalam makalah ini, yakni Kreativitas
dan inovasi apa saja yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah?,
kesimpulan utamanya adalah dengan diberi peluang mempergunakan Kurikulum
Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
kreativitas dan inovasi dapat terjadi pada tiga aspek pokok di sekolah, yakni
manajemen sekolah, personil sekolah, dan kurikulum sekolah.
Pada aspek manajemen sekolah, kreativitas dapat dilakukan mulai dari
proses perencanaan sekolah, seperti melibatkan setiap komponen sekolah untuk
merumuskan visi, misi, tujuan, RAPBS, staf pembantu kepala sekolah, dan
tupoksi, sehingga akan mempermudah fungsi-fungsi manajemen sekolah yang
lain.
Pada aspek personil sekolah, kreativitas sangat terbuka sekali. Hal ini
sangat bergantung dari masing-masing personil, seperti kepala sekolah, guru,
administrator, masyarakat/komite, dan siswa untuk mengembangkan motivasi
guna berkreasi yang sekaligus menemukan inovasi sesuai dengan cakupan
tugasnya.
Kurikulum sekolah juga ada peluang untuk berkreativitas, baik dari isi
kurikulum, dan proses pembelajaran.
22
Dari tiga peluang kreativitas pada tiga aspek tersebut diatas, kembali lagi
pada mental kreativitas setiap personil sekolah, sehingga sekolah dapat bermutu
dari sisi proses dan output.
2; Saran
Dengan peluang berkreativitas yang cukup besar dari tiga aspek di lingkup
sekolah, yakni manajemen sekolah, personil sekolah, dan kurikulum sekolah,
beberapa saran yang dapat dikemukakan tertuju pada beberapa pihak sebagai
berikut.
2; Sekolah
Sekolah disarankan untuk memberikan peluang bagi setiap personilnya
untuk berkreativitas pada tiga aspek utama, yakni manajmen sekolah dan
kurkulum sekolah, sehingga pencapain mutu pada proses dan output dapat
tercapai.
3; Pembaca
23
Daftar Pustaka
Caine dan Caine. 1991. Dalam Paradigma Pendidikan Masa Depan Indonesia.
(on line) diaksed pada 6 April 2008 dari http:www.sekolah
kehidupan com.
Chandra, J. 1994. Dalam Kreativitas. (on line) diaksed pada 6 April 2008 dari
http:www.sekolah kehidupan com.
Collins. 2000. Collins COBUILD Learners Dictionary. London: London and
Glasgow.
Kao, J. 1996. The Art and Dicipline in Business Creativity. (on line) diaksed pada
6 April 2008 dari http:www.sekolah kehidupan com.
Mulyasa. E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Poerwadarminto, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Diolah kembali
oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Young, J.G. 2002. Will and Wont: Autonomy and Creativity Block. (on line)
diaksed pada 6 April 2008 dari http:www.sekolah kehidupan com.
Umaedi. 1999. Sebuah Pendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah untuk
Peningkatan Mutu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.