Anda di halaman 1dari 23

KREATIVITAS DAN INOVASI

DALAM MEMAJUKAN SEKOLAH


A; Latar Belakang
Sekolah yang maju adalah keinginan dari setiap orang, baik yang terlibat
langsung atau tidak langsung dalam dunia pendidikan. Keinginan ini cukup
berasalan karena pendidikan adalah suatu proses yang menjamin maju tidaknya
suatu bangsa. Kata maju menurut hemat penulis bersinonim dengan mutu
atau kualitas, sehingga bila diartikan sekolah yang maju adalah sekolah yang
memiliki mutu atau kualitas yang baik. Demi menjaga konsistensi penggunaan
istilah pada makalah ini, penulis lebih cenderung menggunakan istilah mutu.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007:788), mutu diartikan
derajat/tingkatan/taraf. Lebih jauh, Umaedi (1999) memberikan definisi bahwa
mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil
kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang
intangible. Pada proses pendidikan formal seperti sekolah, sekolah yang bermutu
berarti sekolah yang dapat menghasilkan output yang unggul/berkualitas. Namun
demikian, hasil yang bermutu tidak dapat dicapai, bilamana tanpa didukung oleh
proses yang baik pula. Sehingga sekolah yang bermutu adalah sekolah yang baik
dalam proses dan output.
Ada beberapa aspek dalam proses pendidikan yang bermutu di sekolah
yang dapat digunakan sebagai indikator dalam menghasilkan output yang bermutu
pula. Aspek-aspek tersebut meliputi manajemen sekolah, personil sekolah, dan
kurikulum. Karena sekolah merupakan lembaga yang mengelola sumber daya
manusia dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya untuk mencapi tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya, dengan sendirinya keberadaan manajemen tentu ada.


Selanjutnya, manajemen yang bermutu juga harus dijalankan oleh personil yang
bermutu pula. Untuk itu, bila mengharapkan sekolah yang memiliki manajemen
yang bermutu, orang-orang/personil di dalamnya tentu harus bermutu. Orangorang tersebut meliputi kepala sekolah, guru, administrator, masyarakat/komite.
Disamping itu, karena sekolah adalah lembaga pendidikan dimana proses
utamanya adalah belajar dan pengajaran, outputnya adalah hasil dari proses
belajar dan pengajaran ini. Proses belajar dan mengajar tidak akan terjadi tanpa
adanya kurikulum. Selanjutnya untuk menghasilkan output yang bermutu, tentu
kurikulum yang digunakan harus bermutu pula.
Pertanyaan selanjutnya adalah kharakteristik apakah dari manajemen,
personil, dan kurkulum di sekolah yang dapat dikatakan bermutu, sehingga
menghasilkan output yang bermutu? Jawabanya ada pada Manajemen Berbasis
Sekolah ( MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Inti dari
pengelolaan manajemen berbasis sekolah adalah ada pada kemandirian setiap
orang yang terlibat di dalamnya. Kemandirian menuntut kreativitas sehingga
manajemen tersebut berjalan dengan baik. Begitu pula kurikulum tingkat satuan
pendidikan atau krikulum 2006 tidak akan berjalan dengan baik bila tidak ada
kreativitas dari personil yang terlibat didalamnya dan kandungan (content)
kurikulum yang akan diimplementasikannya.
Kreativitas menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007:619) adalah
memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk mencipta. Inovasi diartikan hasil
daya cipta. Karenanya dapat dikatakan bahwa kreativitas adalah jantung inovasi.
Tanpa kreativitas tidak akan ada inovasi. Jadi, makin tinggi kreativitas, jalan ke

arah inovasi semakin lebar pula. Dalam konteks proses belajar dan pengajaran,
program inovatif dapat berarti program yang dibuat sebagai upaya mencari
pemecahan suatu masalah. Itu disebabkan program tersebut belum pernah
dilakukan atau program sejenis sedang dijalankan akan tetapi perlu perbaikan.
Ambil sebagai contoh, di suatu sekolah ditemukan kemampuan berkomunikasi
bahasa Inggris siswa kurang memuaskan. Untuk itu, sekolah menentukan sebuah
program yang disebut English Club. Dalam program ini siswa berpeluang besar
untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Mencari program alternatif
dalam memperbaiki kemampuan komunikasi bahasa Inggris siswa merupakan
kreativitas, selanjutnya English Club merupakan inovasi dari yang belum ada
menjadi ada. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa English Club (inovasi)
tidak akan ada tanpa adanya proses pencarian program alternatif guna
memperbaiki kemampuan komunikasi bahasa Inggris siswa (kreativitas). Dengan
demikian , kreativitas dan inovasi merupakan salah indikator dalam
mengidentifikasi proses di sekolah yang memiliki mutu yang baik dan selanjutnya
diharapkan dapat menghasilkan output yang baik pula.
Kreativitas tidak timbul atau ada dengan sendirinya. Kreativitas akan ada
bila seseorang memiliki keinginan kuat untuk menghasilkan sesuatu yang
bermutu. Young (2002) menyatakan bahwa kreativitas membutuhkan
kemauan/motivasi. Motivasi adalah stimulus/dorongan untuk berkreativitas.
Stimulus/dorongan itu bisa berasal dari dalam diri seseorang (internal) atau dari
luar (external). Dengan motivasi, seseorang akan berupaya dengan keras
mewujudkan potensinya dan mengembangkan kreativitasnya sehingga lahir
inovasi. Namun sebaliknya, tanpa motivasi orang cenderung tidak terdorong dan

tidak tergerak untuk meraih sesuatu yang diinginkannya. Demikian juga, bila
motivasi seseorang rendah orang cenderung kurang menyukai kerja keras, kurang
tekun, dan enggan memanfaatkan kemampuan kreativitasnya untuk memecahkan
tantangan/masalah.
Dengan diberikannya peluang setiap sekolah untuk menerapkan
Manajemen Berbasis Sekolah dan proses belajar mengajar dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, artinya pemerintah sudah memberikan
sarana/kesempatan bagi sekolah untuk mencari kreativitas guna membawa proses
manajemen, personil, dan kurikulum yang bermutu yang sekaligus menghasilkan
output yang bermutu pula. Melalui makalah pendek ini, penulis tertarik untuk
mengkaji kreativitas dan inovasi apa pada proses pendidikan di sekolah, sehingga
sekolah akan lebih maju/bermutu. Makalah ini dibawah judul, Kreativitas dan
Inovasi dalam Memajukan Sekolah.

B; Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, dapat diformulasikan
rumusan masalah utama dalam makalah ini, yakani Kreativitas dan inovasi apa
saja yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah?

C; Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah

Mengacu pada rumusan masalah yang dinyatakan diatas, tujuan utama


penulisan makalah ini adalah Untuk menemukan kreativitas dan inovasi yang
dapat digunakan guna memajukan sekolah.
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dengan dipresentasikannya
makalah ini adalah sebagai berikut.
1; Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Kartanegara
Sesuai dengan dipresentasikannya makalah ini guna melengkapi berkas
Seleksi Calon Kepala Sekolah di lingkungan Dinas pendidikan Kabupaten Kutai
Kartanegara, diharapkan makalah ini memberikan manfaat untuk kemajuan di
kabupaten ini. Harapan ini terutama untuk mendorong/memotivasi kreativitas
kepala sekolah di Kabupaten Kutai Kartanegara.
2; Sekolah
Dengan makalah tentang kreativitas dan inovasi guna memajukan sekolah
ini diharapkan memberikan inspirasi bagi sekolah-sekola di Kabupaten Kutai
Kartanegara untuk berkreativitas guna melahirkan inovasi sehingga sekolah yang
ada di kabupaten ini lebih maju.
3; Masyarakat
Masyarakat sebagai bagian stakeholder sekolah diharapkan dapat
memberikan ide-ide/dukungan pada manajemen sekolah guna berkreativitas
sehingga melahirkan inovasi baru sekaligus memajukan sekolah.

4; Penulis

Dengan selesainya penulisan makalah ini, penulis berharap agar


menemukan ide-ide/gagasan untuk berkreativitas sehingga dapat menemukan
inovasi guna memajukan sekolah bilamana penulis terpilih untuk memimpin suatu
sekolah.

D; Kajian Teori dan Pembahasan


Sesuai dengan topik utama makalah ini, yakni kreativitas dan inovasi
sebagi alternatif guna memajukan sekolah, berikut akan dipapar kajian teori dan
pembahasan yang mendukung topik tersebut.

1; Kajian Teori
Kajian teori yang akan dipaparkan disini meliputi pengertian kreativitas
dan inovasi, cara-cara berfikir kreatif, dan hambatan kreativitas.

a; Pengertian Kreativitas dan Inovasi


Secara harafiah, kata kreatif berasal dari bahasa Inggris create yang
didefinisikan menurut Collins (2002:355), to create something means to cause it
to happen or exist (berkreasi terhadap sesuatu berarti menyebabkan sesuatu
terjadi atau ada). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kreativitas adalah
upaya, penciptaan, penyelesaikan terhadap sesuatu.
Selanjutnya, inovasi secara harafiah juga berasal dari bahasa Inggris,
innovate yang menurut Collins (2002:807), to innovate means to introduce
changes and new ideas in the way something (berinovasi berarti
memperkenalkan perubahan dan ide baru untuk melakukan sesuatu). Dengan kata

lain, program inovatif dapat diartikan sebagai program yang sifatnya baru, tidak
seperti yang biasa dilakukan.
Dengan demikian bila kedua kata kreativitas dan inovasi digabungkan
akan memperoleh suatu pengertian dimana inovasi akan lahir dari suatu
kreativitas.
Lebih jauh, suatu hal yang patut diketengahkan sini bahwa kreativitas
tidak dimonopoli oleh orang yang genius saja. Gardner (1980) yang menemukan
bahwa keberhasilan seseorang di dalam hidup bukan ditentukan oleh IQ tetapi
terlebih oleh EQ, kecerdasan emosional dengan kompetisi inter- dan intrapersonal.
Kemudian, Caine dan Caine (1991) menemukan bahwa dalam keberhasilan
pendidikan seseorang, peranan IQ hanya sekitar 20%. Sisanya 80% sebagian
ditentukan oleh EQ dan faktor kedewasaan social. EQ adalah kemampuan
seseorang untuk mengendalikan aspek-aspek psikologis, seperti amarah,
kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Kata lain IQ
bekerja dengan baik bila EQ bekerja dengan baik pula. Sebagai tambahan, Kao
(1996) menyatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan kreatif yang
mengagumkan.
Untuk itu, kaitannya dengan dunia pendidikan sekolah, bila target
utamanya adalah kompetensi (output) yang dapat survive dalam kehidupan
nyata, pembelajaran dan interaksi di sekolah harus meluangkan waktu lebih
banyak pada pengembangan potensi-potensi lain diluar IQ. Kecerdasan intelektual
juga tidak boleh direndahkan menjadi kemampuan merekam dengan ingatan dan
tidak terbatas hanya kepada kemampuan berfikir logis perseptif, dan logis

konvergen. Harus diberdayakan kemampuan berfikir kritis, divergen, kreatif, dan


inovatif.
b; Cara-Cara Berfikir Kreatif
Supaya daya kreativitas seseorang tumbuh dengan baik, sebaiknya setiap
individu (komponen sekolah) mengenal segi mental orang kreatif. Menurut
Chandra (1994) menyatakan 10 sikap mental orang kratif, yakni (1) hasrat, untuk
mengubah hal-hal disekelilingnya menjadi lebih baik, (2) kepekaan, bersikap
terbuka dan tanggap terhadap segala sesuatu, (3) minat, untuk menggali lebih
dalam dari yang tampak dipermukaan, (4) rasa ingin tahu, semangat yang tak
pernah mandeg untuk mempertanyakan, (5) mendalam dalam berfikir, sikap yang
mengarahkan untuk pemahaman yang dalam pula, (6) konsentrasi, mampu
menekuni suatu permasalahan hingga menguasai seluruh bagiannya, (7) siap
mencoba dan melaksanakan, bersedia mencurahkan waktu dan tenaga untuk
mencari dan mengembangkan, (8) kesabaran, untuk memecahkan permasalahan
dalam detailnya, (9) optimisme, memadukan antusiasme (kegairahan), dan (10)
mampu bekerja sama, sanggup berfikir secara produktif bersama orang lain.
Lebih lanjut, beberapa hal yang harus dilakukan agar seseorang lebih
kreatif adalah sebagai berikut.
1; Membiasakan diri belajar menjadi seorang innovator bukan plagiator. Hal ini
dapat dilakukan dengan selalu mencari, menyesuaikan dan
mengimplementasikan ide-ide, baik yang baru ataupun yang sudah lama. Cara
ini dapat ditempuh dengan membiasakan diri menelusuri (browsing) dalam
berbagai referensi baik tercetak maupun elektronik. Setelah ini ditempuh,

lakukan percobaan, penelitian, perjalanan, diskusi, mengunjungi pameran, dan


menciptakan rasa kebutuhan.
2; Mengubah kebiasaan dan citra seseorang. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
merubah dari seseorang yang pasif nrimo menjadi orang yang aktif
progressive, mengembangkan atribut-atribut dan motivasi, mengembangkan
sikap mencintai ide-ide, hal-hal, cara-cara, sistem-sistem, an tehnologitehnologi baru. Selanjutnya menuangkan kesemuanya ini dalam bentuk
tulisan.
3; Melakukan tindakan. Tindakan diperlukan keberanian dan kepercayaan diri
untuk menjadi seorang innovator.
4; Mampu menerima perubahan dan tantangan suatu masalah dengan terbuka.
5; Berupaya untuk menerapkan ide-ide tersebut dalam setiap sudut kehidupan
seseorang, seperti di rumah, sekolah, kantor, bisnis, dan dimanapun.

c; Hambatan Kreativitas
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa kreativitas adalah proses
mencoba sesuatu, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru (inovasi). Namun
demikian, proses kreativitas tidak dengan sendirinya berjalan pada diri seseorang.
Proses kreativitas bukan tidak mungkin akan mendapat hambatan (creativity
block). Zaeus (2006) menyatakan bahwa secara garis besar hambatan-hambatan
kreativitas seseorang meliputi, dua hal utama, yakni yang berasal dari diri
seseorang (internal block creativity) dan yang berasal dari luar diri seseorang.
Hambatan yang berasal dari diri seseorang dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
1; Hambatan pola pikir. Hambatan pola pikir dalam konteks kreativitas dikenal
reproduktif yang artinya jika seseorang dihadapkan pada suatu masalah,

10

seseorang akan cenderung merespon dengan cara yang sama, mengulang pola
pikir atau cara pemecahan lama yang sudah terbukti berhasil. Oleh sebab itu,
pola pikir reproduktif menjadi salah satu penyebab utama kekakuan berfikir,
dan dengan demikian menjadi penghambat kreativitas. Sering kali, pola pikir
reproduktif berlangsung secara mekanikal atau otomatis. Hal ini disebabkan
oleh pola pendidikan model skolastik atau lingkungan yang menuntut caracara berfikir praktis dan sangat terstruktur.
2; Hambatan paradigma. Sebagai cara mempersepsi, memahami, dan
menafsirkan dunia sekelilingnya, atau alat untuk melahirkan gambaran batin
paradigma seseorang sangat mempengaruhi kreativitas. Seseorang yang
memiliki paradigma anti konflik umumnya kurang menyukai perubahan, atau
bahkan membenci perubahan yang lebih dianggap sebagai kemampanan (de
fact to) dari pada persepsi sebagai peluang perbaikan. Padahal kreativitas
seringkali merupakan aktivitas yang melampuai kemapanan. Kreativitas
bahkan dapat saling bertentangan.
3; Hambatan keyakinan. Keyakinan bukan menjadi pendorong kreativitas
melainkan menjadi penghambat kreativitas. Kreativitas sering memunculkan
inovasi/output baruyang berlawanan atau bahkan mengalahkan hal lampau,
mengalahkan senioritas, mengalahkan pengalaman, sehingga manifestasi
menjadi terhambat.
4; Hambatan ketakutan. Hambatan ketakutan adalah hambatan kreativitas yang
mudah dikenali dalah rasa takut. Hambatan ini bisa berupa takut diabaikan,
takut dicemooh, takut dievaluasi, takut dihakimi, takut dianggap bodoh, takut
ketidaksempurnaan, takut mencoba, takut ambil resiko, takut ide tidak berjalan

11

seperti yang diharapkan, takut gagal, dan lain-lain. Salah satu sebab mengapa
banyak rapat kurang maksimal atau kurang kreatif adalah karena masih
kuatnya aral ketakutan yang membelenggu peserta rapat. Pendek kata,
kebanyakan rasa takut membuat seseorang cenderung enggan mewujudkan
potensi dan kreativitasnya.
5; Hambatan Motivasi. Hambatan motivasi sanga mempengaruhi sikap,
perilaku, keinginan, atau tindakan-tindakan sengaja lainnya. Tanpa motivasi
orang cenderung menuntut satu rangkaian persiapan, pemikiran, pendefinisian
persoalan, dan pemecahannya. Semua membutuhkan dalam derajat tertentu,
usaha, dan kerja keras. Bila motivasi rendah, orang cenderung kurang
menyukai kerja keras, kurang tekun, dan enggan memanfaatkan kemampuan
keatifnya untuk memecahkan tantangan.
6; Hambatan Kebiasaan. Sebagai perpaduan antara pengetahuan, keterampilan,
dan keinginan, maka kebiasaan juga berpengaruh pada kreativitas. Orangorang kreatif pada umumnya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang
menstimulasi kreativitas. Sementara orang yang kurang kreatif juga memiliki
kebiasan tertentu yang sayangna bisa meredam kreativitas. Misalnya suka
menghindari masalah, malas berfikir, menghindari tantangan, menghindari
tanggung jawab, menghakimi ide-ide baru, berpuas diri, dan mengindari halhal imaginative.
Disamping hambatan-hambatan kreativitas yang berasal dari diri
seseorang, hambatan kreativitas juga dapat berasal dari luar diri seseorang
(external block creativity). Berikut dipaparkan beberapa hambatan kreativitas
yang berasal dari luar diri seseorang.

12

1; Hambatan Sosial. Kreativitas kadang-kadang bukan semata-mata aktivitas


individu, tetapi langsung atau tidak dipengaruhi oleh aspek social. Situasi
social tertentu kadang cukup apresiatif dan menghargai kreativitas dengan
layak sehingga bisa lebih memotivasi individu untuk produktif dan kreatif.
Sementara situasi social lainya relative kurang apresiatif atau bahkan
mengekang. Pendidikan tradisional misalnya, sering dianggap sebagai salah
satu produk sosial yang kurang memberi tempat bagi kreativitas.
2; Hambatan Organisasi. Organisasi bisnis menempatkan kreativitas sebagai
motor sekaligus bahan baker inovasi. Sekalipun peran kreativitas besar, namun
banyak organisasi gagal menyediakan lingkungan atau iklim yang kondusif
bagi kreativitas. Organisasi yang konservatif biasanya kurang merangsang
kreativitas. Hambatan itu, misalnya hirarki, aturan yang tidak fleksibel,
ketiadaan wadah bagi ekspresi kreatif, egoisme antar departemen, buruknya
komunikasi, atau situasi organisasi yang terpolitisasi.
3; Hambatan Kepemimpinan. Faktor gaya kepemimpinan juga berpengaruh
secara signifikan terhadap proses kreativitas. Jika pemimpin organisasi kurang
memberikan kebebasan, kurang bisa memotivasi, tidak mampu memberi
tantangan, tidak mampu mengelola hasrat kreatif, kurang memberi
penghargaan, tidak memberi kepercayaan, tidak mendukung, dan tidak mampu
menciptakan lingkungan yang kondusif, maka kreativitas individu dalam
organisasi jelas terhambat. Seberapa kreatif individu-individu dalam tim,
namun jika tidak didukung oleh kemampuan manajemen kreatif
pemimpinanya, hasilnya juga kurang menggembirakan.

2; Pembahasan

13

Sesuai dengan permasalahan dalam makalah ini, yakni kreativitas dan


inovasi apa saja yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah?, pembahasan
yang dipaparkan akan mengacu pada ketiga permasalahan tersebut. Batasan
pembahasan meliputi kreativitas dalam lingkup manajemen sekolah, personil
sekolah, dan kurikulum sekolah.

a; Manajemen Sekolah yang Kreatif


Seperti yang telah disinggung pada latar belakang makalah ini bahwa
manajemen adalah pengelolaan sumber-sumber manusia dan fasilitas lain guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian halnya manajemen yang
dilaksanakan disekolah adalah pengelolaan sumber daya seperti guru,
administrator, siswa, komite, and fasilitas lain seperti gedung sekolah, fasilitas
kantor, gedung sekolah, lab, dan lain-lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Manajemen yang bermutu tentu harus dilihat bagaimana kreativitas
diupayakan pada setiap fungsi manajemen sekolah itu sendiri. Berikut akan
dibahas secara berturut-turut fungsi manajemen yang kreatif.
1; Perencanaan (Planning)
Untuk mencapai manajemen yang bermutu, kreativitas harus sudah mulai
terlihat dari proses perencanaan program di sekolah. Kreativitas harus sudah
nampak dari hal-hal yang mesti rumuskan pada tahap perencanaan. Pertama,
merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah diharapkan melibatkan komponen
sekolah seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah/masyarakat, siswa, bahkan
pihak lain yang merupakan mitra sekolah (stakeholder). Sehingga, pihak-pihak
tersebut memiliki rasa tanggung jawab untuk merealisasikan terhadap apa yang
sudah dirumuskan.

14

Kedua, pada saat merumuskan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja


Sekolah (RAPBS), mereka dapat memberikan dukungan baik moril atau materil
demi mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perlu diperhatikan
juga bahwa RAPBS harus disusun menyesuaikan dengan kemampuan dan skala
prioritas. Artinya tujuan jangka pendek mana yang harus cepat direalisasikan.
Hal yang lain yang perlu dirumuskan pada tahap perencanaan adalah
menetapkan personil yang akan membantu pimpinan di sekolah. Kreativitas dalam
penentuan personil adalah melalui rapat yang melibatkan kepala sekolah, guru,
dan administrator sekolah sehingga dapat dipertimbangkan kapabilitasnya dan
kesanggupannya. Bagi personil yang bertugas pada jabatan tertentu akan memilki
rasa tanggung jawab yang lebih, karena itu merupakan keputusan bersama.
Berikutnya adalah merumuskan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) dari
masing-masing personil yang terlibat di sekolah. Pembuatan rumusan diharapkan
melibatkan seluruh personil yang akan menjalankan tupoksi tersebut. Dengan
demikian, pada saat menjalankannya, mereka merasa memiliki rumusan tersebut.

2; Pengorganisasian (Organizing)
Dengan telah dirumuskannya tupoksi dari masing-masing personil di
sekolah akan mempermudah pengorganisasiannya. Penyebab utamanya adalah
adanya acuan yang jelas, sehingga tumpang tindih tugas dan tanggung jawab akan
dapat dihindari.
Rumusan tupoksi yang jelas juga akan mempermudah dalam
mengorganisai fasilitas-fasilitas pendukung lainnya di sekolah. Contohnya,
fasilitas laboratorium, tentu tugas pengelolaan dan usulan pengadaan menjadi
tanggung jawab koordinator lab.

15

3; Pengarahan (Directing)
Dengan adanya tupoksi juga mempengaruhi pola kerja dari masing-masing
personil di sekolah. Mereka dengan sendirinya memiliki arah yang jelas mana
yang menjadi tugas pokok mereka dan akan bertangung jawab kepada siapa.
Disamping itu, dengan adanya visi, misi, dan tujuan yang jelas juga akan
mengarahkan tujuan kerja mereka dimana mereka pada intinya adalah akan
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, sekaligus mengupayakan tujuan jangka
pendek mana yang harus cepat direalisasikan.

4; Pengkoordinasian (Coordinating)
Tupoksi juga akan mempermudah koordinasi antar personil sekolah.
Personil yang satu tidak mungkin akan mengerjakan tugas yang bukan tanggung
jawabnya. Mereka hanya akan berkoordinasi pada personil yang memiliki
tanggung jawab tersebut. Misalnya, pemilihan siswa yang akan memperoleh
beasiswa dengan kriteria berprestasi dan tidak mampu. Personil yang memiliki
tanggung jawab ini di sekolah adalah Waka. Kesiswaan. Namun Waka. Kesiswaa
tidak akan mencari sendiri ke kelas-kelas mana siswa yang memiliki criteria
tersebut, siswa hanya berkoordinasi dengan Waka. Kurikulum karena personil ini
memiliki data prestasi siswa. Untuk memperoleh data siswa yang memiliki
criteria tidak mampu, Waka. Kesiswaan dapat berkoordinasi dengan personil BP.
Inti dari contoh kecil ini adalah bagaimana tupoksi akan mempermudah
koordinasi antar personil sekolah.

16

5; Pengontrollan (Controlling)
Dengan adanya visi, misi, tujuan, RAPBS, dan tupoksi yang jelas dan
transparan di sekolah dan masing-masing personil memilikinya, proses
pengawasannya juga mudah. Artinya masing-masing personil sekolah akan dapat
mengontrol masing-masing tanggung jawabnya; mana yang belum tercapai, mana
yang sudah, mana yang terkendala, dan mana yang tidak dapat direalisasikan.
Dengan demikian, masing-masing personil akan dapat melaporkan perkembangan
masing-masing tanggung jawabnya dalam rapat rutin, yang biasanya dilaksankan
setiap awal bulan/akhir bulan. Dengan pola pengawasan yang dilakukan sendiri
oleh masing-masing personil, mereka akan bekerja dengan lebih menyenangkan,
tidak terbebani, dan merasa tidak selalu diawasi.
Dengan kreativitas transparansi juga mempermudah pengawasan pada
keuangan sekolah. Keuangan adalah isu sensitif di sekolah atau bahkan
dilembaga-lembaga lain. Dengan adanya RAPBS yang jelas dan transparan akan
mempermudah pengawasan; apakah dana yang dianggarkan surplus atau bahkan
defisit.

b; Personil Sekolah yang Kreatif


Personil sekolah meliputi kepala sekolah, guru, administrator,
masyarakat/komite, dan siswa. Dengan telah dirumuskannya perangkat
manajemen sekolah dari tahap perencanaan sampai dengan pengawasan akan
mendorong masing-masing personil berkreativitas.
Kepala sekolah adalah manajer dan pimpinan di sekolah. Kepala sekolah
sebagai seorang manajer artinya dia adalah orang yang berinisiatif menggerakan

17

seluruh personil sekolah; guru, siswa, administrator, masyarakat, stake-holder, dan


fasilitas-fasilitas lain disekolah. Sedangkan kepala sekolah sebagai pimpinan
adalah orang yang harus mampu menyadari posisinya dan peranannya sebagai
pimpinan yang senantiasa menjadi panutan, mampu memberikan contoh yang
baik dengan disiplin diri, rasa tanggung jawab, serta memilki integritas sebagai
pimpinan. Kepala sekolah juga harus memiliki kreativitas dalam inisiatif yang
tinggi dari proses perencanaan program-program sekolah, mengelola sumber daya
sekolah, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengontrol. Kepala sekolah
dapat berperan sebagai pelaku perubahan (agent of change) sehingga sangatlah
penting kepala sekolah untuk memiliki kesadaran tinggi, kemampuan dalam
memotivasi bawahannya, memiliki kepekaan atau sensitivitas dan memiliki
pengendalian diri serta mampu membina hubungan baik antar personil sekolah
sekaligus dengan masyarkat/komite, atau bahkan mitra/stake-holder.
Dengan diwadahinya kreativitas guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), tidak ada hambatan regulasi bagi guru untuk berkreativitas
sehingga dapat menghasilkan output yang bermutu. Guru dapat berkreasi dari
penentuan pendekatan pengajaran (approach), design pengajaran, prosedur
pengajaran; tehnik, media, dan evaluasi yang akan digunakan dalam pengajaran.
Kreativitas guru dalam pengajaran dapat disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuan
sekolah, guru itu sendiri, siswa, dan konteks lingkungan. Berkaitan dengan
kemampuan guru, guru hendaknya secara terus menerus mengembangkan dirinya
baik difasilitasi oleh sekolah, dinas pendidikan, atau pemerintah. Pengembangan
ini perlu guna meningkatkan profesionalisme guru itu sendiri, yang pada
gilirannya kemampuan mengajar guru tidak tergilas oleh perkembangan tehnologi.

18

Personil administrasi sekolah juga merupakan sumber daya yang berperan


dalam realisasi setiap tujuan sekolah, sekiligus menjadikan proses pendidikan di
sekolah yang bermutu yang dapat menghasilkan output yang bermutu pula.
Dengan tupoksi, masing-masing personil administrasi akan mengetahui tugas dan
tanggung jawabnya. Personil administrasi harus menyadari bahwa mereka adalah
personil yang harus melayani, masyarakat, kepala sekolah, guru, dan siswa. Untuk
itu, kemampuan dalam bidang administrasi sangat diperlukan. Apalagi dengan
perkembangan tehnologi saat ini, personil administrasi dapat berkreasi dengan
penggunaan tehnologi dalam mengelola administrasi sekolah.
Saat ini, masyarakat yang umunya diwakili oleh personil komite sekolah
memiliki peranan yang sangat besar dalam mendukung perbaikan mutu proses dan
output sekolah. Peranan itu terlihat pada saat proses perencanaan programprogram sekolah dan proses monitoring/pengawasan kinerja atau implementasi
dari program-program yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada saat proses
perencanaan program, masyarakat/komite dapat mengusulkan visi, misi, tujuan
yang sesuai dengan keinginan masyarakat (community demand). Dengan begitu,
output sekolah dapat memenuhi keinginan publik saat ini. Contohnya,
menentukan keunngulan yang akan difokuskan oleh sekolah; sekolah dapat
menentukan fokus pada eksak, sosial, fasilitas sekolah, atau ekstrakurikulernya.
Selanjutnya, konsekwensi dana yang akan ditimbulkan juga harus menjadi
tanggung jawab masyarakat/komite dengan tidak selalu mengandalkan dana
subsidi pemerintah semata.
Siswa juga personil sekolah yang berperan dalam peningkatan mutu proses
dan output sekolah. Bahkan, siswa merupakan subyek utama dalam pencapaian

19

mutu proses dan output. Dalam peningkatan proses manajemen sekolah, siswa
dapat berperan dalam organisasi intra sekolah, seperti OSIS, pramuka, koperasi
siswa, atau bank mini sekolah. Dalam proses belajar, siswa tidak dapat dipungkiri
harus aktif dan kreastif dalam meningkatkan dirinya. Alasan yang mendasar
adalah peran guru yang bukan satu-satunya sumber belajar dikelas lagi, guru
hanya berperan sebagai manajer, adviser, dan fasilitator. Dengan demikian,
pengembangan kompetensi siswa benar-benar bergantung pada diri mereka. Hal
ini dapat dilakukan melalui kreativitas siswa melalui penemuan gaya/cara belajar,
potensi siswa, tujuan/cita-cita siswa, sumber belajar, dan expresi siswa.

c; Kurikulum Sekolah yang Kreatif


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraa untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan
pendidikan. Dalam konteks kurikulum sekolah, komponen-komponen kurikulum
mencakup visi, misi, tujuan, isi, dan pelaksanaan pembelajaran.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa visi, misi, dan tujuan
sekolah harus dirumuskan dalam proses perencanaan manajemen sekolah. Hal ini
juga secara langsung akan memberikan implikasi pada model kurikulum yang
akan dipergunakan di sekolah tersebut. Langkah selanjutnya, merancang isi
kurikulum yang mengacu pada visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dengan penggunaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
sekolah diberi peluang berkreativitas untuk mengembangkan isi kurikulum sesuai
dengan konteks lingkungan sekolah dengan tidak mengurang standar isi dan

20

kelulusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Isi kurikulum yang memuat
kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan. Kreativitas berkenaan dengan isi kurikulum
ini dapat dilakukan pada struktur kurikulum, misalnya dengan menetapkan mata
pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri yang sesuai dengan konteks
lingkungan dan minat siswa, disamping ketersediaan guru dan fasilitas
pengajarannya. Beban belajar juga dapat disesuaikan dengan yang menjadi fokus
realisasi tujuan sekolah, misalkan sekolah yang memiliki fokus pada mata
pelajaran eksak, tentu sekolah tersebut dapat memodifikasi beban belajar dengan
menambahkan jam belajar pada mata pelajaran eksak.
Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran disekolah juga harus
dikembangkan sesuai dengan kreativitas personil sekolah. Pelaksanaan
pembelajaran disekolah ini mencakup pendekatan (approach), design, dan
prosedur pengajaran. Prosedur pengajaran meliputi design, media, dan evaluasi
yang akan digunakan dalam proses belajar dan pengajaran. Banyak kreativitas
yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran guna meningkatkan mutu proses
dan output sekolah. Misalnya, penentuan pendekatan (approach), sekolah
terutama guru mata pelajaran harus melakukan pengumpulan data awal
(assessment), seperti data tentang konteks lingkungan, latar belakang siswa,
kemampuan guru, ketersediaan fasilitas dan materi penunjang, dan pendanaan,
sehingga dapat dengan tepat memilih pendekatan yang akan dipakai dalam proses
belajar dan pengajaran.

E; Penutup

21

Penutup dalam makalah ini mencakup dua hal, yakni kesimpulan dan
saran.

1; Kesimpulan
Mengacu pada permasalahn utama dalam makalah ini, yakni Kreativitas
dan inovasi apa saja yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah?,
kesimpulan utamanya adalah dengan diberi peluang mempergunakan Kurikulum
Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
kreativitas dan inovasi dapat terjadi pada tiga aspek pokok di sekolah, yakni
manajemen sekolah, personil sekolah, dan kurikulum sekolah.
Pada aspek manajemen sekolah, kreativitas dapat dilakukan mulai dari
proses perencanaan sekolah, seperti melibatkan setiap komponen sekolah untuk
merumuskan visi, misi, tujuan, RAPBS, staf pembantu kepala sekolah, dan
tupoksi, sehingga akan mempermudah fungsi-fungsi manajemen sekolah yang
lain.
Pada aspek personil sekolah, kreativitas sangat terbuka sekali. Hal ini
sangat bergantung dari masing-masing personil, seperti kepala sekolah, guru,
administrator, masyarakat/komite, dan siswa untuk mengembangkan motivasi
guna berkreasi yang sekaligus menemukan inovasi sesuai dengan cakupan
tugasnya.
Kurikulum sekolah juga ada peluang untuk berkreativitas, baik dari isi
kurikulum, dan proses pembelajaran.

22

Dari tiga peluang kreativitas pada tiga aspek tersebut diatas, kembali lagi
pada mental kreativitas setiap personil sekolah, sehingga sekolah dapat bermutu
dari sisi proses dan output.

2; Saran
Dengan peluang berkreativitas yang cukup besar dari tiga aspek di lingkup
sekolah, yakni manajemen sekolah, personil sekolah, dan kurikulum sekolah,
beberapa saran yang dapat dikemukakan tertuju pada beberapa pihak sebagai
berikut.

1; Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Kartanegara


Disarankan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Kartanegaro untuk
dapat mendorong penggunaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi sekolah-sekolah di kabupaten
ini, karena inti dari keduanya adalah mendorong kreativitas guna menemukan
inovasi baru, sehingga sekolah dapat meningkat mutu baik proses dan outputnya.

2; Sekolah
Sekolah disarankan untuk memberikan peluang bagi setiap personilnya
untuk berkreativitas pada tiga aspek utama, yakni manajmen sekolah dan
kurkulum sekolah, sehingga pencapain mutu pada proses dan output dapat
tercapai.

3; Pembaca

23

Pembaca disini adalah pihak-pihak yang tertarik dalam pengembangan


pengelolaan sekolah yang kreatif dan inovatif. Untuk itu disarankan bagi mereka
untuk menindaklanjuti makalah ini melalui penelitian yang lebih mendalam.

Kata kunci: kreativitas, inovasi, mutu, manajemen, personil, kurikulum,


pembelajaran, pengajaran, dan lain-lain.

Daftar Pustaka
Caine dan Caine. 1991. Dalam Paradigma Pendidikan Masa Depan Indonesia.
(on line) diaksed pada 6 April 2008 dari http:www.sekolah
kehidupan com.
Chandra, J. 1994. Dalam Kreativitas. (on line) diaksed pada 6 April 2008 dari
http:www.sekolah kehidupan com.
Collins. 2000. Collins COBUILD Learners Dictionary. London: London and
Glasgow.
Kao, J. 1996. The Art and Dicipline in Business Creativity. (on line) diaksed pada
6 April 2008 dari http:www.sekolah kehidupan com.
Mulyasa. E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Poerwadarminto, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Diolah kembali
oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Young, J.G. 2002. Will and Wont: Autonomy and Creativity Block. (on line)
diaksed pada 6 April 2008 dari http:www.sekolah kehidupan com.
Umaedi. 1999. Sebuah Pendekatan Baru dalam Pengelolaan Sekolah untuk
Peningkatan Mutu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai