Anda di halaman 1dari 19

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

MODUL: DEMAM

DEMAM

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


2011

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

68

MODUL : DEMAM
Tujuan Pembelajaran
Umum
Mahasiswa diharapkan
dapat:
Menjelaskan definisi,
etiologi, diferensial
diagnosis,
patomekanisme
demam
Mengetahui
penatalaksanaan dan
pencegahan demam

Tujuan Pembelajaran
Khusus
Mahasiswa diharapkan dapat:
Menjelaskan
patomekanisme demam
Melakukan
anamnesis
dan pemeriksaan fisis
untuk
menetapkan
diagnosis
Melakukan interpretasi
hasil
pemeriksaan
penunjang
untuk
diagnosis
Menetapkan
diagnosis
banding
Mengusulkan
pemeriksaan penunjang
untuk
menegakkan
diagnosis
mengetahui tatalaksana
demam
mengetahui prognosis

Metode
BST
CRS

Sarana dan Prasarana


Nara Sumber:
dr. Dicky Santosa, Sp.A, MM, M.Kes
Sumber Pustaka:
1. World Health Organization. Pocket book of hospital care for
children. Guidlines for the management ff common illness
with limited resources. 2005. hlm. 133-9.
2. Hadinegoro SRS. How to manage fever of unknown source.
Dalam: Hendarto A, Trihono PP, Oswari H, Gunardi H,
penyunting. State of the art: common problems in
hospitalized children. Jakarta: IDAI Cabang DKI Jakarta;
2011. hlm. 22-31.
3. Isaacs D, May M. Acut fever. Dalam: Field DJ, Isaacs D,
Stroobant J, penyunting. Tutorials in paediatric differential
diagnosis. Edisi ke-2. Philadelphia: Elseiver Churchill
Livingstone; 2005. hlm. 228-33.
4. Isaacs D, May M. Rash and fever. Dalam: Field DJ, Isaacs
D, Stroobant J, penyunting. Tutorials in paediatric
differential diagnosis. Edisi ke-2. Philadelphia: Elseiver
Churchill Livingstone; 2005. hlm. 234-44.
5. Powell KR. Fever. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

69

Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbooks of


pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Sauders; 2007.
hlm. 1084-93.
Ruangan:
1. Poliklinik anak
2. Ruang rawat inap
3. Instalasi gawat darurat

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

70

PANDUAN PRESEPTOR
DEMAM

Definisi
Demam didefinisikan sebagai keadaan kenaikan suhu tubuh. Batas kenaikan suhu
adalah 100F (37,8C) bila diukur secara oral atau di atas 101 nF (38,4C) pada
pengukuran di rektal. Suhu tubuh normal pada anak berkisar antara 36,1-37,8C
(97-100F) atau (37 + 1-1,5)C. Kepustakaan lain membatasi demam menurut
tempat pengukuran yaitu pada pengukuran rektal batas suhu normal sampai 38C
(100,4F), oral 37,6C (99,7F), aksila 37,2C (99F) atau aksila 37C dan rektal
37,2-37,5C. Dikenal variasi diurnal pada tubuh, yaitu suhu terendah di pagi hari
pukul 02.00-06.00 sebelum bangun tidur dan suhu tertinggi di sore hari pukul
17.00-19.00, perbedaan kedua waktu pengukuran dapat mencapai 1C (1,8F),
fluktuasi ini lebih besar pada anak daripada orang dewasa terutama selama episod
demam. Lorin membatasi suhu tubuh normal tertinggi 38,5C (101F) pada
pengukuran rektal di sore hari atau setelah berolah raga. Dengan demikian untuk
menetapkan seorang anak menderita demam atau tidak harus diperhatikan kondisi
pengukuran, waktu dan di bagian tubuh mana suhu tubuh tersebut diukur.
Hiperpireksia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh 41C atau lebih.
Keadaan ini sering dihubungkan dengan infeksi berat, kerusakan hipotalamus atau
perdarahan SSP dan memerlukan terapi. Sedangkan demam tanpa kausa jelas atau
fever of unknown origin (FUO) adalah kedaan temperatur tubuh minimal 37,838C terus menerus untuk periode waktu paling sedikit selama 3 minggu tanpa
diketahui sebabnya setelah dilakukan pemeriksaan medis lengkap. Lorin dan
Feigin mendefinisikan, demam tanpa kausa jelas sebagai timbulnya demam 8 hari
atau lebih pada anak setelah dilakukan anamnesis dengan teliti dan cermat,
sedangkan pada pemeriksaan FISIS serta pemeriksaan laboratorium awal, tidak
ditemukan penyebab demam tersebut. Sedangkan Bherman membatasi demam
berkepanjangan pada anak sebagai demam yang menetap lebih dari 7-10 hari
tanpa diketahui sebabnya. Kepustakaan lain membatasi demam berke-panjangan
pada anak sebagai (1) Riwayat demam lebih dari 1 minggu, (2) Demam tercatat

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

71

selama perawatan di rumah sakit., (3) Tidak ditemukan diagnosis setelah dicari
penyebabnya selama 1 minggu di rumah sakit.
Demam (pireksia) adalah keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-1.
Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan keseimbangan antara
produksi dan pelepasan panas.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diatur, disebabkan
ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan panas. Interleukin-1 pada
keadaan mi tidak terlibat, oleh karena itu pusat pengaturan suhu di hipotalamus
berada dalam keadaan normal.
Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis
pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar
tubuh dan berkemampuan untuk merangsang IL-1, sedangkan pirogen endogen
berasal dari dalam tubuh dan mempunyai kemampuan untuk merangsang demam
dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Interleukin-1,
tumor necrosis factor (TNF), dan interferon (INF) adalah pirogen endogen.
Etiologi
Penyakit yang paling sering menyebabkan demam tanpa kausa jelas pada anak,
ialah penyakit infeksi (50%) diikuti penyakit vaskular-kolagen (15%), neoplasma
(7%), inflamasi usus besar (4%) dan penyakit lain (12%). Penyakit infeksi
meliputi sindrom virus, infeksi respiratori atas, respiratori bawah, traktus
urinarius, gastrointestinal, osteomielitis, infeksi susunan saraf pusat, tuberkulosis,
bakteremia, endokarditis bakterialis subakut, mononukleosis, abses, bruselosis,
dan malaria, sedangkan penyakit vaskular-kolagen meliputi artritis reumatoid,
SLE dan vaskulitis. Keganasan yang sering menimbulkan demam tanpa kausa
jelas

adalah

leukemia,

limfoma

dan

neuroblastoma.

Bannister

dkk

mengelompokkan penyebab demam berkepanjangan dalam 6 kelompok, yaitu


infeksi (45-55%), keganasan (12-20%), gangguan jaringan ikat (10-15%),
gangguan hipersensitivitas, kelainan metabolik yang jarang terjadi, dan factitious
fever.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

72

Pengukuran Suhu Tubuh


Pengukuran suhu tubuh sebetulnya ditujukan untuk mengukur suhu inti tubuh.
Nilai suhu tubuh sangat dipengaruhi metabolisme tubuh dan aliran darah, serta
hasil pengukuran akan berbeda sesuai dengan tempat pengukuran. Secara umum
organ yang mendekati ke arah permukaan tubuh mempunyai suhu tubuh lebih
rendah dibanding organ yang lebih dalam. Beberapa pengukuran suhu tubuh yang
mendekati suhu inti antara lain: suhu esofagus, arteri pulmonalis, dan membran
timfani. Beberapa pengukuran suhu yang biasa dilakukan antara lain: oral, aksila,
kandung kemih, dan rektal.
Nilai Suhu Tubuh Normal
Persepsi mengenai suhu tubuh normal tampaknya dimulai oleh Carl Wunderlich
yang menerbitkan buku clinical thermometer pada tahun 1868. Namun diktum
Wunderlich mengenai suhu tubuh normal tampaknya berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh dokter-dokter masa kini. Keterbatasan penelitian
Wunderlich adalah dalam hal analisis data karena saat itu teknologi komputer
belum ada sehingga tidak dapat menganalisis hingga fraksi yang kecil. Prinsip
analisis statistik belum dipakai, sebagai contoh Wunderlich tidak dapat
mengemukakan proses seleksi data. Selain itu observasi Wunderlich memakai
termometer yang berbeda, pada saat itu termometer yang dipakai kurang akurat.
Nilai rata-rata suhu bervariasi secara diurnal dengan mencapai nadir pada
pukul 06.00 pagi dan puncaknya pada pukul 04.00-06.00 sore. Suhu maksimum
(sesuai persentil 99) terendah dan tertinggi bervariasi dari 37,2C (98,9F) pada
pukul 06.00 pagi hingga 37,7C (99,9F) dari 4.00 sore. Perbandingan suhu inisial
dibandingkan suhu pada jam yang sama hari berikutnya didapatkan tidak ada
perbedaan yang signifikan (p>0,12). Bila dikorelasikan antara usia dan suhu tidak
ada perbedaan yang signifikan dalam kisaran usia yang diteliti (18-40 tahun )
(p>0,99).
Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata suhu oral perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki (36,9C (98,4F) vs 36,7C (98,1F), namun rata-rata variasi
diurnal pada laki-laki lebih tinggi (0,56C (1,00F) vs 0,54"C (0,97F).

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

73

Pola Demam Sebagai Alat Diagnostik


Pola demam saja tidak dapat menjelaskan secara pasti etiologi yang mendasarinya
tetapi dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Beberapa pola demam dapat
dimiliki oleh satu penyakit tergantung dari fase penyakit, misal pada awal
penyakit demam tifoid, pola demam bisa berupa remiten dan selanjutnya bisa
berupa kontinu. Namun tidak selalu suatu penyakit mempunyai pola demam yang
spesifik. Di bawah ini adalah berbagai pola demam yang dapat membantu dalam
menegakkan dignosis.
1. Demam kontinu: demam dengan varisi diurnal di antara 101,5F (0,550,82C). Dalam kelompok ini, demam meliputi penyakit pneumonia tipe lobar,
infeksi kuman Gram-negatif, riketsia, demam tifoid, gangguan sistem saraf
pusat, tularemia, dan malaria falciparum.
2. Demam intermiten: demam dengan variasi diurnal > lC, suhu terendah
mencapai suhu normal, misal: endokarditis bakterialis, malaria, bruselosis.
3. Demam remiten: demam dengan variasi normal lebar >1C, tetapi suhu
terendah tidak mencapai suhu normal, ditemukan pada demam tifoid fase awal
dan berbagai penyakit virus.
4. Pola demam tersiana dan kuartana merupakan demam intermiten yang
ditandai dengan periode demam yang diselang dengan periode normal. Pada
demam tersiana, demam terjadi pada hari ke-1 dan ke-3 (malaria oleh
Plasmodium vivax) sedangkan kuartana pada hari ke-1 dan ke-4 (malaria oleh
Plasmodium malariae).
5. Demam saddleback/pelana (bifasik), penderita mengalami beberapa hari
demam tinggi disusul oleh penurunan suhu, lebih kurang satu hari, dan
kemudian timbul demam tinggi kembali. Tipe ini didapatkan pada beberapa
penyakit seperti dengue, yellow fever, Colorado tick fever, Rit valley fever, dan
infeksi virus misalnya influenza, poliomielitis, dan koriomeningitis limfositik.
Klasifikasi Demam
Demam diklasifikasikan sebagai fever with localizing source/sign, fever without
localizing source/sign (fever of unknown source), fever of unknown origin (FUO),
dan fever with rush. Berdasarkan apakah penyebab demam dapat diketahui atau
tidak setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan FISIS, dengan mengingat
batasan waktu pemeriksaan.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

74

Tabel 11. Klasifikasi Demam


Klasifikasi
Fever with
localizing
Source

Fever without
localizing
source

Fever of
Unknown
Origin

Fever with
Rash

Definisi
Gejala demam akut disertai
fokus infeksi yang dapat
didiagnosis berdasarkan
anamnesis & pemeriksaan
fisis
Gejala demam akut tanpa
disertai fokus infeksi
setelah dilakukan
anamnesis & pemeriksaan
fisis
Demam minimal setelah 3
minggu, namun diagnosis
belum dapat ditegakkan
setelah 1 minggu dilakukan
pemeriksaan di rumah sakit
Gejala demam
disertai/diikuti ruam

Penyebab
terbanyak
Infeksi saluran
respiratori atas

Lama Demam
< 1 minggu

Infeksi virus, infeksi


saluran kemih

< 1 minggu

Infeksi, Juvenil
Rheumatoid Arthritis
(JRA)

> 1 minggu

Infeksi virus
(morbili, varisela,
rubela), infeksi
bakteri (demam
skarlatina)

< 1 minggu

Tabel 12. Diagnosis Banding Fever with Localizing Source/Sign


Diagnosis demam

Penunjang

Meningitis

LP positif, kaku kuduk, ubun-ubun besar menonjol, rash


meningococcal (petekie atau purpura)

Otitis media

Kemerahan pada membran timpani saat pemeriksaan otoskopi,


pus yang mengering dari lubang telinga, nyeri telinga

Mastoiditis

Nyeri di atas atau belakang telinga

Osteomielitis

Nyeri lokal, menolak menggerakkan anggota tubuh yang terkena,


menolak untuk menopang berat badan dengan kaki

Artritis septik

Nyeri sendi, nyeri tekan, bengkak

Infeksi kulit dan


jaringan

Selulitis, luka bakar, pustula, piomiyositis (infeksi purulenta pada


otot)

Pneumonia

Batuk dengan nafas yang cepat, retraksi pada dinding dada bagian
bawah, demam, pada auskultasi: crackles, hidung kemerahan,

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

75

grunting
Infeksi saluran
respiratori atas
karena infeksi virus

Batuk/menggigil, tidak ada gejala sistemik

Abses tenggorokan

Sakit tenggorokan pada anak yang lebih besar, kesulitan menelan/


mengeluarkan air liur, nyeri tekan kgb servikal

Sinusitis

Nyeri tekan atau nyeri perkusi pada area sinus, bau nafas pada
hidung

Dengue

Pada daerah epidemik dengan musim yang berisiko, nyeri otot


dan sendi

Tabel 13. Diagnosis Banding Fever without Localizing Source/Sign


Diagnosis demam

Penunjang

Malaria

Apus darah (+), anemia, splenomegali

Septikemia

Penyakit serius tanpa penyebab yang jelas, purpura, petekia, syok


atau hipotermia pada neonatus atau anak dengan gizi buruk

Demam Tifoid

Penyakit serius tanpa penyebab yang jelas, nyeri abdomen,syok,


confusion

Infeksi saluran
kemih

Nyeri perkusi/tekan pada costo-vertebra-angel atau suprapubis,


menangis saat berkemih, frekuensi berkemih lebih dai biasanya,
tidak dapat menahan kencing, ditemukan sel lekosit/bakteri pada
pemeriksaan urine mikroskopis

Demam yang
disebabkan infeksi
HIV

Gejala infeksi HIV

Tabel 14. Diagnosis Banding Demam dengan Ruam


Diagnosis demam

Penunjang

Measles/Morbili

Ruam yang khas, 3C (cough, coryza, conjungtivitis), ulkus mulut,


riwayat kontak dengan penderita campak, riwayat belum
diimunisasi campak

Infeksi virus

Gejala sistemik ringan, ruam yang spesifik/ tidak spesifik dan

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

76

bersifat sementara (rubela, varisela, roseola infantum)


Infeksi
Meningokokus

Purpura atau petekie, memar, syok, kaku kuduk (jika meningitis)

Infeksi Streptokokus

Demam tinggi, sakit kepala, muntah, menggigil, nyeri perut,


faringitis berat (edema, hiperemis, membran eksudat, nyeri
menelan), lidah: white strawberry tongue deskuamasi
red strawberry tongue, Ruam: makula/ papula kemerahan,
memucat pada penekanan, mula-mula diaksila, lipat paha,
leher 24 jam menyeluruh

Demam relaps

Petekie, perdarahan kulit, jaundice, hepatosplenomegali, riwayat


demam berulang, pemeriksaan darah (+) Borrelia

Demam tifoid

Terdapat pada eilayah epidemik Thypoid Fever, Rash makula


spesifik

Dengue

Perdarahan
hidung/
gusi/
saluran
hepatosplenomegali, syok, nyeri abdomen

cerna,

petekie,

Fever with Unknown Origin


Pada kasus dengan demam berkepanjangan, penting untuk diketahui kasus
tersering yang terjadi pada daerah tersebut. Investigasi untuk kasus tersering harus
segera dilaksanakan dan terapi harus segera diputuskan. terapi trial dapat
dilakukan terutama pada kasus suspek tuberkulosis atas infeksi salmonela.

Tabel 15. Diagnosis Banding Demam > 7 hari


Diagnosis
Abses

Penunjang
Demam tanpa fokus infeksi yang jelas (abses dalam), masa
berfluktuasi, nyeri lokal, tanda spesifik tergantung lokasi:
subphrenic, psoas, retroperitoneal, paru, ginjal, dll

Infeksi salmonella Anak dengan sickle-cell disease, osteomielitis/ artritis pada bayi,
(non thypoidal)
anemia yang disebabkan malaria

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

77

Demam reumatik

Murmur yang dapat berubah setiap waktu, artritis/ atralgia, gagal


jantung, perabaan nadi, pericardial friction rub, chorea, gejala
karena infeksi streptokokus

Infeksi Endokarditis

Berat badan menurun, splenomegali, anemia, murmur, petekie,


bercak perdarahan pada kuku jari, hematuria mikroskopis,
clubbing fingers

Tuberkulosis milier

Berat
badan
menurun,
anoreksia,
keringat
malam,
hepatosplenomegali, batuk, tes tuberkulin (-), Riwayat keluarga
TB (+), foto torak: gambaran miliari

JRA

Panas badan hilang timbul, onset 16 tahun, artritis pada


1 sendi

SLE

Panas badan hilang timbul, kriteria ARA (4 dari 11 kriteria)

Keganasan

(leukimia, neuroblastoma): panas badan hilang timbul

Pendekatan Diagnosis pada Demam Berkepanjangan


Secara klasik, memberikan beberapa pedoman penting dalam menghadapi demam
berkepanjangan pada anak, yaitu :
1. Pada umumnya anak yang menderita demam tanpa kausa jelas tidak menderita
penyakit yang jarang terjadi, tetapi penyakit yang biasa dijumpai yang
mempunyai manifestasi klinis yang atipik (tidak khas, tidak lazim).
2. Penyakit infeksi dan penyakit vaskular-kolagen (bukan neoplasma) merupakan
penyebab terbanyak demam tanpa kausa jelas pada anak.
3. Anak dengan demam tanpa kausa jelas mempunyai prognosis lebih baik
daripada dewasa.
4. Pada anak yang menderita demam tanpa kausa jelas, observasi pasien terus
menerus serta pengulangan anamnesis dan pemeriksaan fisis seringkali
bermanfaat.
5. Adanya demam harus dibuktikan dengan pengukuran suhu pada rawat inap di
rumah sakit
6. Perlu dipikirkan kemungkinan demam yang disebabkan oleh obat (drug fever).
7. Di Amerika Serikat, penyakit infeksi yang seringkali dikategorikan pada
demam tanpa kausa jelas adalah tuberkulosis, bruselosis, salmonelosis, dan
penyakit riketsia.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

78

Untuk mencari etiologi demam tanpa kausa jelas, seorang dokter perlu
memiliki wawasan luas dan melakukan pendekatan yang terorganisasi dengan
rnempertimbangkan usia anak, tipe demam, daerah tinggal anak atau pernahkah
bepergian ke daerah endemis penyakit tertentu, dan sebagainya. Pendekatan
tersebut memerlukan anamnesis lengkap dan rinci. Dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisis lengkap dan teliti serta berbagai pemeriksaan penunjang yang
dimulai dengan pemeriksaan rutin seperti darah tepi, feses dan urin lengkap.
Behrman membuat beberapa tahapan algoritmik dalam penata-laksanaan demam,
yaitu:
1. Tahap pertama, anamnesis, pemeriksaan fisis dan laboratorium tertentu.
Setelah itu dievaluasi untuk menentukan apakah ada gejala dan tanda spesifik
atau tidak.
2. Tahap kedua, dapat dibagi 2 kemungkinan, yaitu :
a. Bila ditemukan tanda dan gejala fokal tertentu maka dilakukan
pemeriksaan tambahan yang lebih spesifik yang mengarah pada penyakit
yang dicurigai.
b. Bila tidak ada tanda dan gejala fokal, maka dilakukan pemeriksaan ulang
darah lengkap. a dan b kemudian dievaluasi untuk dilanjutkan dengan
tahap 3.
3. Tahap ketiga, terdiri dari pemeriksaan yang lebih kompleks dan terarah,
konsultasi ke bagian lain dan tindakan invasif dilakukan seperlunya.
Lorin dan Feigin melakukan pendekatan melalui dua tahap, yaitu evaluasi
klinis dan laboratorium. Evaluasi klinis mengutamakan anamnesis dan
pemeriksaan fisis lengkap dan serinci mungkin yang dilakukan dengan cermat dan
berhati-hati serta berulang-ulang. Pemeriksaan fisis juga perlu diulang karena
kemungkinan berubah setelah beberapa hari setelah terdapat tanda atau gejala
klinis yang jelas yang sebelumnya tidak ada. Evaluasi laboratorium harus
dikerjakan langsung, selengkap mungkin, mengarah ke diagnosis yang paling
mungkin dan diulang seperlunya. Dengan cara ini diperoleh sejumlah data yang
digunakan sebagai data dasar dan dievaluasi untuk menentukan tindakan diagnosis
selanjutnya. Bila anak dalam keadaan kritis pemeriksaan harus dilakukan
secepatnya. Kadang-kadang demam telah hilang sebelum diagnosis pasti
ditegakkan dan sebelum prosedur diagnosis invasif dilakukan. Lorin dan Feigin

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

79

menulis tentang petunjuk diagnosis pada anak dengan FUO. Untuk menegakkan
diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis, dan laboratorium.
Anamnesis dan pemeriksaan fisis dilakukan selengkap mungkin, sedangkan
pemeriksaan laboratorium di-lakukan secara bertahap. Jacobs dkk mengusulkan
pendekatan diagnosis FUO dengan melakukan pencatatan timbulnya demam
untuk memastikan bahwa demam tersebut tidak disengaja. Anamnesis dilakukan
selengkap mungkin, pemeriksaan fisis terinci dan berulang-ulang mungkin dapat
menemukan hal yang sebelumnya tidak ditemukan dan merupakan kunci
diagnosis. Pemeriksaan laboratorium dilakukan secara bertahap dari yang rutin
sampai yang paling canggih seperti CT scan dan MRI. Dari literatur di atas jelas
terlihat bahwa seorang anak yang datang berobat ke rumah sakit dengan demam
lebih dari satu minggu pernah sekali menjalani pemeriksaan yang sangat teliti,
sesuai dengan tatalaksana tertentu.
Anamnesis
Anamnesis perlu dilakukan selengkap dan seteliti mungkin serta berulang kali
dalam beberapa hari oleh karena seringkali pasien atau orangtua mengingat suatu
hal yang sebelumnya lupa diberitahukannya.

Usia
Usia harus diperhatikan, oleh karena pada anak di bawah 6 tahun sering menderita
infeksi saluran kemih (ISK), infeksi lokal (abses, osteomielitis) dan juvenile
rheumatoid arthritis (JRA). Sedangkan anak yang lebih besar sering menderita
tuberkulosis, radang usus besar, penyakit auto-imun dan keganasan.
Karakteristik Demam
Karakteristik demam (saat timbul, lama dan pola/ tipe) dan gejala non-spesifik
seperti anoreksia, rasa lelah, menggigil, nyeri kepala, nyeri perut ringan dapat
membantu diagnosis. Pola demam dapat membantu diagnosis, demam intermiten
terdapat pada infeksi piogenik, tuberkulosis, limfoma dan JRA, sedangkan demam
yang terus menerus dapat terjadi pada demam tifoid. Demam yang relaps dijumpai
pada malaria, rat-bite fever, infeksi borelia dan keganasan. Demam yang rekurens

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

80

lebih dari satu tahun lamanya mengarah pada kelainan metabolik, SSP atau
kelainan pada pusat pengontrol temperatur dan defisiensi imun
Data Epidemiologi
Riwayat kontak dengan binatang (anjing, kucing, burung, tikus) atau pergi ke
daerah tertentu perlu ditanyakan, demikian pula latar belakang genetik pasien
perlu diketahui serta terpaparnya pasien dengan obat (salisilism).
Pemeriksaan Fisis
Pada kasus FUO diperlukan pemeriksaan fisis lengkap, kadang-kadang diperlukan
pemeriksaan khusus pada bagian tubuh tertentu. Sumber demam mungkin terlihat
dengan melakukan palpasi pada sendi yang bengkak. Pemeriksaan fisis tidak
hanya pada hari pertama, tetapi sebaiknya diulang sampai diagnosis dapat
ditegakkan. Pembesaran kelenjar getah bening regional dapat timbul akibat proses
infeksi lokal, sedangkan pembesaran kelenjar getah bening umum mungkin
disebabkan infeksi sistemik meliputi keganasan dan berbagai proses inflamasi.
Adanya artralgia, artritis, mialgia atau sakit pada anggota gerak mengarah
pada penyakit vaskular-kolagen. Apabila ditemukan kelainan bunyi jantung harus
dipikirkan endokarditis, gejala gastrointestinal seperti nyeri perut, adanya darah
pada tinja, diare atau kehilangan berat badan mengarah pada inflamasi di usus
besar. Nyeri perut atau adanya massa mungkin timbul menyertai ruptur apendiks.
Ikterus mengarah kepada hepatitis, sedangkan ruam menunjukkan penyakit
vaskular-kolagen, keganasan atau infeksi. Faringitis, tonsilitis atau abses peritonsil
dapat disebabkan oleh bakteri atau infeksi mononukleosis, CMV, tularemia atau
leptospirosis.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu penunjang untuk menegakkan
penyebab demam sangat diperlukan. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan
tidak serentak. Pemeriksaan laboratorium harus disesuaikan dengan derajat
penyakit pasien.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

81

Bila anak tampak sakit berat, diagnosis harus dilakukan dengan cepat, tetapi
bila penyakit lebih kronik pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan secara
bertahap. Pemeriksaan awal dan rutin meliputi darah tepi lengkap termasuk hitung
jenis, trombosit, feses lengkap dan urinalisis, uji tuberkulin, laju endap darah,
biakan darah, biakan urin, kalau perlu dilakukan hapusan tenggorok.
Adanya pansitopenia, neutropenia yang tidak dapat dijelaskan sebabnya,
apalagi bila disertai dengan trombositopenia atau adanya limfoblas pada hapusan
darah perifer perlu dikonsultasikan kepada ahli hematologi/ onkologi serta
dilakukan pungsi sumsum tulang. Jumlah limfosit yang meningkat pada hitung
jenis mengarah pada mononukleosis atau infeksi virus sedangkan neutropenia
berat pada pasien yang sakit ringan sampai sedang bisa disebabkan oleh berbagai
infeksi lain. Leukositosis dan meningkatnya LED menunjukkan adanya infeksi
dan penyakit vaskular-kolagen. Anemia hemolitik bisa terdapat pada penyakit
vaskular-kolagen atau endokarditis, sedangkan anemia non-hemolitik mengarah
pada penyakit kronik atau keganasan. Piuria dan bakteriuria menunjukkan infeksi
saluran kemih, hematuria menunjukkan kemungkinan endokarditis.
Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan untuk semua pasien sedangkan foto
mastoid dan sinus nasalis serta traktus gastrointestinal dilakukan atas indikasi
tertentu. Uji untuk HIV seharusnya dilakukan untuk semua pasien. Uji serologik
lain dapat dilakukan untuk shigelosis, salmonelosis, bruselosis, tularemia, infeksi
mononukleosis, CMV, tokso-plasmosis dan beberapa infeksi jamur. CT-scan dapat
membantu meng-identifikasi lesi di kepala, leher, dada, rongga peritoneum, hati,
limpa, kelenjar getah bening intra abdominal dan intra toraks, ginjal, pelvis dan
mediastinum. CT-scan atau USG juga dapat membantu dalam melakukan biopsi
atau aspirasi pada daerah yang dicurigai terdapat lesi. Cara ini dapat mengurangi
laparotomi eksplorasi atau torakostomi. Biopsi kadang-kadang dapat membantu
menegakkan diagnosis FUO.

Sumber Pustaka:
1.

World Health Organization. Pocket book of hospital care for children.


Guidlines for the management of common illness with limited resources.
2005. hlm. 133-9.

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

82

2.

Hadinegoro SRS. How to manage fever of unknown source. Dalam:


Hendarto A, Trihono PP, Oswari H, Gunardi H, penyunting. State of the art:
common problems in hospitalized children. Jakarta: IDAI Cabang DKI
Jakarta; 2011. hlm. 22-31.

3.

Isaacs D, May M. Acut fever. Dalam: Field DJ, Isaacs D, Stroobant J,


penyunting. Tutorials in paediatric differential diagnosis. Edisi ke-2.
Philadelphia: Elseiver Churchill livingstone; 2005. hlm. 228-33.

4.

Isaacs D, May M. Rash and fever. Dalam: Field DJ, Isaacs D, Stroobant J,
penyunting. Tutorials in paediatric differential diagnosis. Edisi ke-2.
Philadelphia: Elseiver Churchill livingstone; 2005. hlm. 234-44.

5.

Powell KR. Fever. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton
BF, penyunting. Nelson textbooks of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia:
WB Sauders; 2007. hlm. 1084-93.

PENUNTUN BELAJAR DEMAM


Nama
Kesempatan ke1 2 3 4 5

I. ANAMNESIS
1
2
3
4

Ucapkan salam, sapa pasien dan keluarganya,


perkenalkan diri, jelaskan maksud anda
Tanyakan keluhan utama : panas badan
Sudah berapa lama menderita panas?
Apakah panas badan dirasakan mendadak?, terusmenerus?, hilang timbul?, terutama malam hari?
Panas badan 7 hari:
ISPA:
rhinitis: demam ringan/tanpa demam
disertai sore throat, pilek, hidung
tersumbat, bersin, batuk, nyeri kepala
Faringitis
(nasofaringitis/tonsilofaringitis):
panas
badan mendadak tinggi disertai sore throat,

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

83

rinorhea, batuk, diare, nyeri kepala


Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah:
Pneumonia: panas badan mendadak
tinggi, sesak nafas, batuk pilek, anak
gelisah
Bronkiolitis: panas badan tidak terlalu
tinggi, batuk pilek, sesak nafas, wheezing
Dengue: panas badan mendadak tinggi,
manifestasi perdarahan, hepatomegali, tanpa
atau dengan gejala renjatan
Otitis media akut: demam tinggi terusmenerus, keluar cairan dari telinga, nyeri
telinga, pendengaran terganggu

Panas badan 7 hari:


Demam tifoid: Panas badan 7 hari, terutama
malam hari, batuk ,malaise, nyeri kepala/otot,
kadang mencret/obstipasi.
Infeksi saluran nafas bagian bawah:
Tuberkulosis: demam lama hilang timbul
2 minggu, batuk lama, nafsu makan
menurun, BB menurun, kontak dengan
penderita TB dewasa.
Malaria: demam tinggi (intermiten) disertai
menggigil, sakit kepala, nausea, nyeri perut,
riwayat bepergian ke daerah endemis
Hepatitis: panas badan, ikterik, BAK seperti
air teh, anoreksia, muntah, lemah, lesu, rasa
tak enak pada perut
ISK: Panas badan, malas minum, nausea,
muntah, gambaran sepsis dengan gejala tak
khas
Penyakit
inflamasi
Kolagen
(alergiimunologi):
SLE: panas badan hilang timbul, kriteria
ARA (4 dari 11 kriteria)
HSP: panas badan hilang timbul, 2 dari 4
kriteria
The American College of
Rheumatology
1990:
purpura
nontrombositopenia, usia 20 tahun saat
onset, gejala saluran cerna
JRA: panas badan hilang timbul, onset
16 tahun, artritis pada 1 sendi

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

84

Demam rematik: kriteria Jones update


Keganasan (leukimia, neuroblastoma): panas
badan hilang timbul
Panas Badan Dengan Ruam
Morbili: panas badan mendadak tinggi, 3C
(conjungtivitis,
coryza,
cough),
ruam
makulopapular
Varisela: panas ringan, malaise, anoreksia,
adanya kontak dengan penderita, ruam 24 jam
setelah gejala prodormal, papula merah
vesikula mengeruh krusta
Rubella: demam ringan, ruam singkat 3 hari
makulopapular sentrifugal, khas pembesaran
KGB pos aurikuler/suboksipital/ servical
posterior
Roseola infantum: demam mendadak tinggi
1-5 hari, faringitis ringan, coryza ringan, ruam
tidak khas: makula/makulopapula merah muda
daerah dada, lengan, leher, muka dan kaki,
timbul pada saat demam mulai turun, hilang 12 hari tanpa kelainan kulit
Skarlatina: demam tinggi, sakit kepala,
muntah, menggigil, nyeri perut, faringitis berat
(edema, hiperemis, membran eksudat, nyeri
menelan), lidah: white strawberry tongue
deskuamasi red strawberry tongue. Ruam:
makula/papula kemerahan, memucat pada
penekanan, mula-mula diaksila, lipat paha,
leher 24 jam menyeluruh

1
2
3
4
5

II. PEMERIKSAAN FISIS


Terangkan kepada pasien atau keluarga akan
dilakukan pemeriksaan jasmani
Tentukan keadaan sakit: ringan/sedang/berat
Bila tidak dalam keadaan kegawatan, lakukan
pengukuran antropometri; BB dan TB
Lakukan pengukuran tanda vital: kesadaran,
tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh
Pemeriksaan kepala: flushing face, pernafasan
cuping hidung, epistaksis, perdarahan gusi, skela
ikterik, konjungtiva anemis, lidah kotor/ tremor?
Leher: retraksi supra sternal? kaku kuduk?,

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

85

8
9
10
1
2
3
4
5

1
2
3
4
1
2
3
4

pembesaran KGB?
Dada (toraks): gerakan simetris/tidak?, retraksi
interkostal?
Jantung: murmur?, redup?
Paru: slem?, crackles?, wheezing?
Abdomen:
retraksi
epigastrium?
nyeri
epigastrium? hepatosplenomegali?
Ekstremitas: pembengkakan sendi? akral hangat?
capillary refill time?
Kulit: ada ruam?
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah lengkap, MDT, diffcount, apus
darah tebal
Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan fungsi hati, DIC profile
Spesifik: anti dsDNA, ANA test, ASTO, kultur
darah
IV. DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis sebutkan!
Berdasarkan pemeriksaan fisis sebutkan!
Hasil pemeriksaan Lab, serologis
Diagnosis kerja!
V. TATALAKSANA KASUS
Sampaikan
penjelasan
mengenai
rencana
pengobatan kepada pasien atau keluarga pasien
Umum: simtomatik & suportif
Khusus
Follow-up pasien, evaluasi hasil pengobatan,
adakah komplikasi atau membaik?

Ilmu Kesehatan Anak FK UNISBA

86

Anda mungkin juga menyukai