LP 7 Jiwa
LP 7 Jiwa
Halaman
ASUHAN KEPERAWATAN TUJUH DIAGNOSA
KEPERAWATAN JIWA
1. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
37
65i
79
89
DAFTAR PUSTAKA
94
50
ISOLASI SOSIAL
I. DEFINISI
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri
dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifeetasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian,
dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain
( Balitbang, 2007 )
Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan hubungan
interpresonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Keliat, budi
anna 1998)
Kesimpulan : isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana indifidu
tidak mau mengadakan interaksi terhadap komunitas disekitarnya,
atau sengaja menghindari untuk berinteraksi yang dikarnakan orang
lain atau keadaan disekitar diangap mengancam bagi indifidu tersebut.
Mengisolasi diri
Aktivitas menurun
Apatis ( acuh terhadap lingkungan )
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan diri
Asupan makanan dan minuman terganggu
Kurang energi ( tenaga )
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
Kurang spontan
Ekspresi wajah kurang berseri
Rendah diri
Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus / janin ( khususnya
padaposisi tidur)
IV.
MEKANISME KOPING
V.
RENTANG RESPON
Manusia adalah mahluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang
positif, hubungan interfersonal yang sehat terjadi. Jika individu yang
terlibat saling merasakan kedekatan sementara identitas peribadi
masih tetap dipertahankan. Jika perlu untuk membina perasaan saling
tergantung yang merupakan kesimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan Perilaku yang teramati pada
respon sosial maladaptif mewakili upaya individu untuk mengatasi
ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut,
kemarahan,malu,rasa bersalahdan merasa tidak aman. Sering kali
respon yang terjadi meliputi menipulasi , narkisme impulsif.
Menarik Diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan
dengan orang lain atau lingkungannya.
7. Ketergantungan ( Dependent )
Suatu keadaan individu yang tidak menyadari, tergantung pada
orang lain.
8. Manipulasi
Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan
bukan berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dengan oraang
lain.
9. Impulsive
Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10.Narkisme
Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaandan
pujian. Individu akan marah jika orang lain tidak medukungnya.
VI.
POHON MASALAH
DPD
intoleran aktifitas
Isolasi sosial
Tindakan Keperawatan
Untuk Pasien
SP 1
untuk keluarga
SP 1
1. Mengidentifikasi
1. Menjelaskan masalah
pasien
2. Menjelaskan pengertian,
tentang keuntungan
lain
terjadinya
3. Menjelaskan cara
berinteraksi dengan
orang lain
isolsi sosial
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan
kepada pasien
mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
isolasi sosial
2. Melatih keluarga
melakukan cara
orang
merawat langsung
3. Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang-bincang
dengan orang lain
sebagai salah satu
kegiatan harian
SP 3
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberi kesempatan
1. Membantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas di rumah
(dischange planning)
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
lain,
klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri,
hubungan sosial,
klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
ETIOLOGI
Riwayat masuk(RSJ)> 6
bulan
MASALAH
KEPERAWATAN
Isolasi sosial
Defisit perawatan
diri (mandi)
klien tampak
kurang rapi, baju
kusut, kulit dan
bibir tampak
kering. Rambut
klien tampak
kurang rapi dan
banyak kutu
dirambutnya
DS:
klien mengatakan
tidak punya citacita,
DO:
klien menyendiri
dan sulit untuk
diajak keluar
kamar, Klien lebih
banyak diam dan
sulit berinteraksi,
Tidak ada kontak
mata
Cenderung menyendiri
Gangguan konsep diri
Harga diri rendah
ketidakmampuan keluarga
merawat
halusinasi
Core klien di rumah
Causa
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial b.d status mental
2. Deficit perawatan diri (mandi) b.d gangguan kognitif
3. Harga diri rendah kronis b.d ketidakcocokan antara diri sendiri
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis 1 : Isolasi Sosial Berhubungan Dengan Status Mental
Diagnosa
Keperawatan
Isolasi sosial
berhubungan dengan
status mental harga
diri rendah
Tujuan
TUM :
setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 5x
pertemuan:
- Pasien dapat menyadari
penyebab isolasi sosial
- Pasien dapat berinteraksi
dengan orang lain serta
lngkungan
TUK 1 :
- Klien dapat membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
TUK 2:
Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
Intervensi
Rasional
klien
mempraktekan cara
berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan
dihadapan perawat
TUK 5 :
Klien mendapatkan
dukungan keluarga dalam
meningkatkan harga dirinya
Tujuan
Kriteria hasil
TUM:
Setelah di berikan intervensi
selama 2x pertemuan Klien
mampu melakukan
perawatan diri sendiri
TUK 1:
Klien mampu mengakses
kamar mandi
Intervensi
Rasional
1. Tempatkan
1. Untuk memudahkan klien dalam
handuk,sabun,deodorant,
melakukan perawatan diri
perlengkapan cukur,dan
asesories lain yg
TUK 2:
Klien mampu mengambil
persediaan alat-alat mandi
TUK 3:
Klien mampu membersihkan
tubuhnya
Diagnosis 3 : Harga Diri Rendah Kronis B.D Ketidakcocokan Antara Diri Sendiri
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Harga diri rendah
TUJUAN
KEPERAWATAN
TUM:
TINDAKAN
KEPERAWATAN
RASIONAL
kronis b.d
ketidakcocokan antara
diri sendiri
TUK 2 :
Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
TUK 3 :
Klien dapat melakukan
kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuannya
Beri pendekatan,
kenyamanan, ketenangan
dan jalin hubungan saling
percaya
Dorong untuk mendiskusikan
tentang persepsi diri menurut
klien
Membantu mengembangakan
kemampuannya
TUK 4 :
Dukungan keluarga
terhadap
aktivitas klien
2001).
Sehingga, secara umum pengertian dari halusinasi adalah
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indera tanpa
ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami
seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus
eksternal atau persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana
pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah
persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal
yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu
yang nyata oleh klien.
2. ETIOLOGI
3. KLASIFIKASI HALUSINASI
Stuart dan Laria, 1998 mengklasifikasikannya seperti tabel
berikut :
Jenis
Prosenta
Halusinasi
Pendengaran
(Auditorik)
se
70%
Karakteristik
Mendengar suara- suara atau
kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbetuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata- kata yang
jelas berbicara tentang klien bahkan
sampai ke percakapan lengkap antara
2 orang atau lebih tentang orang yang
Penglihatan
(Visual)
20%
mengalami halusinasi.
Stimulus visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambar kartun, bayangan
yang rumit atau kompleks, bayangan
bisa menyenangkan atau menakutkan
Penghidu
(Olfactory)
Pengecapan
(Gustatory)
Perabaan
(Tactile)
menyenangkan.
Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine atau feces.
Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau
Cenesthetic
orang lain.
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran
darah di vena atau arteri, pencernaan
Kinesthetic
4. MANIFESTASI KLINIK
a) Tahap I
realitas
c) Tahap III
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
lain
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
6. FASE HALUSINASI
berkuasa
Panik (Consquering)
halusinasinya
7. PSIKOPATOLOGI HALUSINASI
KARAKTERISTIK
a) Mengalami
nyaman tingkat
ansietas, kesepian,
ansietas sedang
secara umum
halusinasi
merupakan suatu
kesenangan
ketakutan
b) Mencoba berfokus
pada pikiran yang
dapat
menghilangkan
ansietas
c) Pikiran dan
pengalaman
sensori masih ada
dalam kontrol
kesadaran (jika
PERILAKU PASIEN
a) Tersenyum, tertawa
sendiri
b) Menggerakkan bibir
tanpa suara
c) Pergerakan mata yang
cepat
d) Respon verbal yang
lambat
e) Diam dan
berkonsentrasi
kecemasan
dikontrol)
Tahap II
Menyalahkan,
tingkat
kecemasan berat
secara umum
halusinasi
menyebabkan
rasa antipati
a) Pengalaman
sensori
menakutkan
b) Mulai merasa
kehilangan kontrol
c) Merasa dilecehkan
oleh pengalaman
sensori tersebut
d) Menarik diri dari
orang lain
e) Non psikotik
a) Peningkatan SSO,
tanda- tanda ansietas,
peningkatan denyut
jantung, pernafasan
dan tekanan darah
b) Rentang perhatian
menyempit
c) Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
d) Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dan realita
Tahap III
Mengontrol
a) Pasien menyerah
tingkat
dan menerima
kecemasan berat
pengalaman
pengalaman
sensori tidak
dapat ditolak lagi
sensorinya
b) Isi halusinasi
menjadi atraktif
c) Kesepian bila
sensori berakhir
d) psikotik
a) perintah halusimasi
ditaati
b) sulit berhubungan
dengan orang lain
c) rentang perhatian
hanya beberapa detik/
menit
d) gejala sisa ansietas
berat, berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti perintah
Tahap IV
Menguasai tingkat a) pengalaman
kecemasan panik
secara umum
diatur dan
dipengaruhi oleh
waham
sensori menjadi
ancaman
b) halusinasi dapat
berlangsung
selama beberapa
jam atau hari (jika
tidak diintervensi)
c) psikotik
a) perilaku panik
b) potensial tinggi untuk
bunuh diri atau
membunuh
c) tindakan kekerasan,
agitasi, menarik diri,
atau ketakutan
d) tidak mampu
berespon terhadap
perintah yang
kompleks
e) tidak mampu
berespon terhadap
lebih dari satu orang
10.
Butirofenon
Dibenzondiazepin
NAMA GENERIK
Asetofenazin (Tidal)
Klorpromazin (Thorazine)
Flufenazin (Prolixine, Permiti)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tiodazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazine (Vesprin)
Kloprotiksen (Tarctan)
Tiotiksen (Navane)
Haloperidol (Haldol)
Klozapin (Clorazil)
DOSIS HARIAN
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
150-800 mg
2-40 mg
60-150 mg
75-600 mg
8-30 mg
1-100 mg
300-900 mg
e
Dibenzokasazepin
Dihidroindolon
Loksapin (Loxitane)
Molindone (Moban)
20-150 mg
15-225 mg
Fenotiazin
Tioksanten
11.
kecemasan.
Faktor sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seorang
merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat
klien dibesarkan
Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan
adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
sering diterima
oleh
anak
yang
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan
menarik diri
2) Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
berhubungan dengan halusinasi
3) Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
4) Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam merawat diri
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Berhubungan Dengan Menarik Diri
Tujuan
TUM :
Klien mampu
mau berjabat
mengontrol
tangan. Dengan
halusinasinya
TUK :
- Klien mampu
perawat mau
menyebutkan
membina
nama, mau
hubungan saling
memanggil nama
percaya
Klien mampu
mengenal
menyebutkan
dirinya,
penyebab klien
misalnya
menarik diri
Klien mau
berhubungan
perilaku menarik
diri
Klien mampu
mengadakan
hubungan/
sosialisasi
1.
secara bertahap
Rasional
1. Hubungan terapeutik antara
perawat dan klien dibangun atas
dasar hubungan saling percaya
2. Memberi kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan isi
hati dan perasaan yang
dirasakan
serta penyebab
Beri pujian terhadap kemampuan
dari berhubungan
Beri pujian atas keberhasilan yang
telah dicapai
Anjurkan klien mengevaluasi
klien dapat
berhubungan
Intervensi
Bina hubungan saling percaya
Buat kontrak dengan klien
Lakukan perkenalan
Panggil nama kesukaan
Ajak klien bercakap- cakap dengan
ramah
2. Kaji pengetahuan klien tentang
duduk bersama
Klien dapat
perilaku menarik
menyebutkan
Kriteria evaluasi
Klien dapat dan
dengan orang
dengan keluarga
lain: perawat
berhubungan
Diskusikan jadwal harian yang
atau klien
secara bertahap
Klien dapat
waktunya
Motivasi klien dalam mengikuti
aktivitas ruangan
Beri pujian atas keikutsertaan
menggunakan
keluarga dalam
mengembangka
n kemampuan
berhubungan
keluarga
Diskusikan dengan keluarga
dengan orang
lain
menghadapi
Dorong anggota keluarga untuk
berkomunikasi
Anjurkan anggota keluarga
menengok klien
2. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Sendiri Dan Orang Lain Berhubungan Dengan Halusinasi
Tujuan
Kriteria evaluasi
Intervensi
Rasional
TUM :
Tidak terjadi
Klien dapat :
- Mengungkapkan
perilaku kekerasan
perasaannya
dalam keadaan
membina
hubungan saling
-
percaya
Klien dapat
empati
Adakan kontak secara singkat
(waktu disesuaikan dengan kondisi
biasa dilakukan
klien)
Observasi tingkah laku : verbal dan
halusinasi dan
halusinasinya
Klien mendapat
halusinasi dengan
cara sering
menggunakan
berinteraksi
obat untuk
halusinasinya
digunakan
Menggunakan
mengontrol
halusinasinya
Klien dapat
mengontrol
keluarga untuk
mengontrol
dengan keluarga
Menggunakan
obat dengan
dengan halusinasi
Jelaskan pada klien tanda- tanda
mengontrol
keluarga dalam
melaksanakan
cara memutuskan
halusinasinya
Klien dapat
dukungan dari
mengungkapkan perasaannya
Dengarkan ungkapan klien dengan
tindakan yang
saat halusinasi,
mengenal
-
verbal
Menyebutkan
mengalami halusinasi
2. Identifikasi bersama klien situasi
yang menimbulkan dan tidak
menimbulkan halusinasi, isi, waktu
benar
dan frekuensi
3. Diskusikan cara- cara memutuskan
halusinasi
Beri kesempatan pada klien untuk
tentang:
Halusinasi klien
Cara memutuskan kelompok
Cara merawat anggota keluarga
dikonsumsi
halusinasi
Cara memodifikasi lingkungan
untuk menurunkan kejadian
halusinasi
Cara memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan pada saat
mengalami halusinasi
5. Diskusikan dengan klien tentang
manfaat obat untuk mengontrol
halusinasi
Bantu klien menggunakan obat
secara benar
koping yang
yang dimiliki
Menilai
dapat
-
yang
harapan- harapannya
Diskusikan dengan klien
dipergunakan
Klien dapat
dipergunakan
Klien mampu
efektivitas koping
yang
diri
Klien mampu
dipergunakan
Klien mampu
membuat
mengevaluasi diri
Klien mampu
dirinya
menyebutkan
mengevaluasi
-
menyebutkan
kemampuan
kemampuan diri
fisik
Klien dapat
Rasional
1. Melatih klien untuk membuka diri
minimal 2 aspek
Intervensi
1. Dorong klien untuk menyebutkan
menyebut
berhubungan
secara bertahap
TUK :
Klien dapat :
- Mengidentifikasi
Kriteria evaluasi
Klien dapat
terhadap stressor
Jelaskan bahwa keyakinan klien
perencanaan
membuat
yang realistik
perencanaan
untuk dirinya
yang realistik
Klien mampu
sesuai dengan
bertanggung
kemampuan yang
jawab dalam
tindakan
tidak realistik
Bersama klien identifikasi kekuatan
bertanggung
yang dilakukan
maladaptif
Diskusikan kerugian dan akibat
sesuai dengan
jawab dalam
setiap tindakan
rencana
( bukan perawat)
Diskusikan konsekuensi dan realita
diharapkan
Dorong klien untuk memulai
pengalaman baru untuk
berkembang sesuai potensi yang
untuk sukses
Bantu klien mendapatkan bantuan
yang diperlukan
Libatkan klien dalam kegiatan
kelompok
Tingkatkan perbedaan diri pada
klien di dalam keluarga sebagai
proses berubah
Beri dukungan dan reinforcement
positif untuk membantu
mempertahankan kemajuan yang
sudah dimiliki klien
2. ETIOLOGI
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan
balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, 2009).
Menurut Carpenito, L.J (2009) koping individu tidak efektif adalah
keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau
lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik,
psikologi, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C (2009)
koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan
keinginan sendiri
Menolak mengikuti aturan-aturan yang berlaku
Perilaku distruktif yang diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
Memanipulasi verbal/perubahan dalam pola komunikas
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
Penyalahgunaan obat terlarang
seperti
penganiayaan
seksual
dan
psikologis
atau
I.
II.
Transisi
peran
berkurangnya
situasi
anggota
terjadi
dengan
keluarga
melalui
bertambah
atau
kelahiran
atau
kematian.
III.
3) Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll.
Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
privacy
yang
kurang
diperhatikan
pemeriksaan
fisik
yang
8. Merusak diri
9. Merusak atau melukai orang lain
10.Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri
Menurut Keliat, 2005
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan
kurang percaya diri.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal
dalam meraih sesuatu
3. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada
dibawah orang lain
4. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka
menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain
5. Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan
kemampuan yang dimiliki
6. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu
dalam memilih sesuatu
7. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah
disertai harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk
mengakhiri kehidupan
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10.Ketegangan peran yang dirasakan
11.Pandangan hidup pesimis.
12.Keluhan fisik
13.Penolakan terhadap kemampuan person
Respon
Harga
Diri
Kerancuan
Depersonalisasi
Diri
Positif
Rendah
Identitas
2. Identitas Kacau
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak kanak ke
dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun
perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu
tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan,
hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan
mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi,
dan ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain. (Stuart &
Sunden, 2006)
3. Depersonalisasi
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis
dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau
luar dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan
dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak
nyata dan asing baginya. (Stuart & Sunden, 2006)
Penatalaksanaan Medis
a. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan
melakukan aktivitas rutin.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
b. Haloperidol (HPL)
Indikasi: berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam
fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c. Trihexyphenidyl (THP)
Indikasi: segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca enchepalitis
dan idiopatik.
Efek samping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis
berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
Terapi Okupasi / Rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan
menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa
kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan (Seraquel, 2004).
Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif
dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan
maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat (Seraquel, 2004).
3) POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri
Akibat
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Core
Problem
Tidak efektifnya koping individu
Penyebab
4) DATA YANG PERLU DIKAJI
No
Masalah
Keperawatan
Masalah Utama :
1 Gangguan Konsep
Data Subyektif
Data Obyektif
apa-apa.
Mengungkapkan dirinya
hubungan sosial.
Tampak mudah
tidak berguna.
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tidak mampu.
tersinggung.
Tidak mau makan
Masalah
2 Keperawatan:
Mengungkapkan enggan
Isolasi Sosial;
Rendah
Ekspresi wajah
kosong tidak ada
kontak mata ketika
Menarik Diri
diajak bicara.
Suara pelan dan
tidak jelas.
Hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak).
Menghindar ketika
didekati.
Tujuan
TUM :
Klien dapat
konsep
menunjukkan
diri :
peningkatan
harga
harga diri
diri
TUK :
rendah
berhub
Intervensi
1. Bina hubungan saling
1. Klien dapat
membina
percaya
Sapa klien dengan ramah
Perkenalkan diri dengan
sopan
Tanyakan nama
Jelaskan tujuan pertemuan
Kontrak( waktu, tempat,
Rasional
1. Hubungan
terapeutik
antara
perawat dan
klien
dibangun atas
dasar
hubungan
ungan
hubungan
dengan
saling
tidak
percaya
efektifn
dengan
ya
perawat
saling
percaya
untuk mengungkapkan
koping
perasaannya
Jujur dan tepati janji
Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
individu
adanya
2. Tanyakan pada klien
tentang keterampilan
2. Klien dapat
mengidenti
fikasi
kemampua
menyebutkan kemampuan
n dan
aspek
positif yang
dimiliki
klien
oleh klien
Minta klien untuk
2. Identifikasi
dilakukan
untuk
mengetahui
seberapa jauh
kemampuan
yang dimiliki
klien
klien, usahakan
memberikan pujian yang
realistic
Tingkatkan derajat
aktivitas yang dilakukan
3. Klien dapat
menilai
kemampua
secara bertahap
Dorong klien untuk
mematuhi jadwal yang
telah dibuat
3. Tanyakan pada klien
3. Membantu
klien
meningkatkan
n yang
kepercayaan
dapat
dirinya dalam
kegiatan
digunakan
dapat digunakan
melakukan
Diskusikan pula
kemampuan yang dapat
4. Klien dapat
memilih
dan
merencana
kan
kegiatan
sesuai
n yang
dimiliki
dipilih dan
direncanakan
kemampuan.
Tingkatkan kegiatan sesuai
kegiatan yang
nya sendiri
5. Memaksimalk
an
kemampuan
klien
yang dimiliki
klien agar
dipilih
direncanakan
Beri pujian yang wajar
terhadap keberhasilan
jadwal
jawab
menyusun
bertanggung
terhadap
5. Melatih
6. Membantu
agar dapat
bersama klien
Rencanakan bersama klien
sesuai dengan
kemampua
4. Melatih klien
klien
Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan di rumah
6. Membantu klien menyusun
klien
termotivasi
untuk
melakukan
kegiatannya
dengan baik
6. Mengevaluasi
kepatuhan
klien
terhadap
pelaksanaa
jadwal pelaksanaan
jadwal
kegiatan yang
kemampua
n yang
dilatih
direncanakan bersama
Beri pujian atas
aktifitas/kegiatan yang
dapat dilakukan klien
dilatih
disusun
Tingkatkan kegiatan yang
sesuai dengan tingkat
toleransi dan perubahan
setiap aktifitas yang telah
dilakukan klien
Berikan kesempatan klien
mengungkapkan
perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan
Yakinkan klien bahwa
keluarga mendukung
setiap aktifitas yang
dilakukannya
2. Isolasi
TUM :
sosial
Klien tidak
berhub
menunjukkan
ungan
gejala isolasi
dengan
sosial
harga
TUK :
diri
1. Klien dapat
rendah
membina
hubungan
saling
percaya
Sapa klien dengan ramah
Perkenalkan diri dengan
sopan
Tanyakan nama
Jelaskan tujuan pertemuan
Kontrak( waktu, tempat,
percaya
untuk mengungkapkan
dengan
perawat
perasaannya
Jujur dan tepati janji
Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
2. Beri kesempatan klien
1. Hubungan
terapeutik
antara perawat
dan klien
dibangun atas
dasar
hubungan
saling percaya
mengungkapkan
2. Klien dapat
perasaannya:
Bimbing klien
mengungkap
mengungkapkan
kan
perasaannya
Gunakan pertanyaan
perasaan
terbuka
Dengarkan ungkapan klien
2. Dengan
mengungkapka
n perasaannya,
dengan aktif
Beri respon yang tidak
menghakimi
Tidak menyalahkan
akan
pendapat klien
Menerima pendapat klien
Ciptakan lingkungan yang
beban klien
berkurang
3. Klien dapat
mengembangkan
mengetahu
i
kemampua
interpersonal
Dorong klien dalam
hubungan
Ajak klien berpartisipasi
nnya dalam
berhubung
dalam kelompok
an dengan
storytelling
Berikan umpan balik
orang lain
3. Kemampuan
dalam
berhubungan
akan
lain
4. Temani klien untuk
memperlihatkan dukungan
meningkatkan
harga diri klien.
4. Klien
Terapi
merasa
kelompok
memiliki
storytelling
teman
dapat
selama
menstimulasi
proses
berinteraks
karena
melibatkan
banyak orang.
4. Kehadiran
seseorang
yang
dipercayai
akan
memberikan
rasa aman
kepada klien
2. ETIOLOGI
Menurut doengoes,M.E ( tahun 1987, hal 205 ) mengemukakan bahwa
etiologi waham dapat dijelaskan melalui 3 teori, yaitu ;
a. Teori psikodinamika
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang
menyebabkan kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa
percaya dengan orang lain, sehingga individu selalu hati-hati dalam
mengucapkan gangguan harga diri, kehilangan kontrol, takut / cemas,
sikap curiga terhadap orang lain dan sikap umum yang digunakan
yatu proyeksi.
b.
a.
b.
c.
d.
Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan
skizoprenia
Faktor Psikologis
a.
b.
c.
Konflik perkawinan
d.
Sosial budaya
a.
Kemiskinan
b.
Ketidakharmonisan sosial
c.
2) Faktor Presipitasi
Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan
dari kelompok.
Faktor biokimia
Faktor psikologi
3.
JENIS-JENIS WAHAM
kenyataan. Misalnya, Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada
disini adalah roh-roh.
4. PSIKOPATOLOGI WAHAM
Proses terjadinya waham dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Seseorang merasa terancam oleh orang lain atau oleh dirinya sendiri,
mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul perasaan bahwa
sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi.
b. Seseorang kemudian berusaha terhadap persepsi diri dan obyek
realita melalui manifestasi, lisan terhadap suatu kejadian ayau suatu
keadaan.
c. Dilanjutkan dengan memperoykesikan pikiran dan perasaaan
lingkungannya, sehingga pikiran, perasaan, dan keinginan yang
negatif, dan tidak dapat diterima akan terlihat datangnya dari dirinya.
d. Akhirnya orang tersebut berusahan untuk memberikan alasan atau
rasional tentang interpretasi personal ( diri sendiri ) terhadap realita
kepada diri sendiri dan orang lain.
5. TANDA GEJALA
Perilaku
a. Fisik
Intoksikasi alkohol, kekurangan gizi, hygiene personal buruk, kurang
tidur, gangguan pendengaran.
b. Emosi
Ketakutan m enjadi bnerlebihan, isolasi , pikiran yang dituntut, rasa
curiga yang ekstrim ; bermusuhan atau marah, perasaan rendah diri /
tidak berdaya, rasa malu, rasa selalu ada perasaan mendatar, tumpul
dan tidak sesuai dengan keadaan.
c. Inteleketual
Persepsi yang terpecah : paranoid, sombong, gangguan seksual,
waham agama, ketidakmampuan dalam mengambil keputusan dan
pandangan denial, proyeksi, regresi, dan disosiasi, ketidakmampuan
berpikir secara abstrak yang dikuasai oleh waham, berpikir bunuh diri,
dikuasai seksual atau rencana untuk membunuh, waham yang
menetap.
d. Sosial
7. MEKANISME KOPING
1) Proyeksi, mempunyai 5 tujuan, yaitu ;
8. PENATALAKSANAAN
a.Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998),
Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan
waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus
diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien
gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6
minggu, antipsikotik dari kelas lain harus diberikan. Jenis- jenis obat
antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325
mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis
tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
9. EVALUASI
Untuk mengevaluasi intervensi keperawatan pada pasien dengan respon
neurologi yang mal adaptif, perlu mengajukan pertanyaan sebagai berikut
;
1. Apakan klien mau menguraikan perilaku yang menunjukan bahwa ia
akan kabur
2. Apakah klien mampu mengidentifikasi dan menguraikan pengobatan
yang diberikan, alasan minum obat, frekuensi, dan efek yang paling
sering mungkin terjadi
3. Apakah klkien berperan serta dalam berhubungan dengan orang lain
yang dapat membuatnya merasa senang
4. Apakah keluauga klien menyadari karakteristik dan mampu berperan
serta dalam hubungan yang mendukung klien
5. Apakah klien dan keluarga dapat dikaitkan tentang sumber yang
tersedia dikomunitas, seperti adanya program rehabilitasi, memberi
pelayanan kesehatan jiwa, program peran serta apakah mereka
menggunakan sumber tersebut.
[ ] Pikiran magis
[ ] Somatik
[ ] Sisip Pikir
[ ] Kebesaran
[ ] Siar Pikir
[ ] Curiga
[ ] Kontrol Pikir
Pengelompokan Data
Data subjektif
- Klien mengatakan bahwa ia adalah orang luar negeri
- Klien mengatakan bahwa ia memiliki banyak pacar
- Klien mengatakan bahwa kedua orang tuanya tinggal di luar negeri
- Klien mengatakan bahwa dia anak tunggal yang disayangi orang
tuanya
Data objektif
- Pembicaan capat
- Klien sudah mengalami gejala ini 2 tahun yang lalu
- Klien suka bertengkar dengan teman-temannya
- Klien MRS bertengkar dengan teman-temannya
2.
Analisa Data
Data
Masalah
Gangguan Isi pikir :
waham Kebesaran
Ds :
orang luar negeri
- Klien mengatakan bahwa ia memiliki
banyak pacar
- Klien mengatakan bahwa dia anak
tunggal yang disayangi orang tuanya
Do :
- Pembicaraan cepat
Ds :-Ds
tindak kekerasan
3. Masalah Keperawatan.
1. Gangguan isi pikir : waham kebesaran b.d individu tidak efektif.
2. Resiko tinggi melakukan tindak kekerasan b.d waham kebesaran.
4. Pohon Masalah.
ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA KLIEN
: Nn. Y. S
RUANGAN
Perencanaan Keperawatan
Tujuan/kriteria
Intervensi
hasil
TUM
2009
waham kebesaran
Jam : 09.15
teratasi dalam 3
Ds :
bulan
Diagnosa
No.
I.
: E (Maengket)
keperawatan
- Klien mengatakan
bahwa ia adalah orang
luar negeri
banyak pacar
- Klien mengatakan
bahwa dia anak
tunggal yang
disayangi orang
tuanya
1.
saling percaya
bahwa ia memiliki
menerima
kehadiran perawat
keperawatan
Tgl : 13/10-
1. Bina hubungan
dengan kriteria
Rasional
S:
TUK
- Klien mengatakan
Evaluasi
Bina
1.
Hubungan saling
hubungan saling
percaya
interaksi yang
terapeutik perawat
klien
Ungkapkan
Nama saya Y.
S
Saya merasa
senang
- Saya tinggal
di luar negeri
- Ayah saya
kesempatan kien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
mempercayai perawat -
tinggal di
belanda, dana
ibu daya tinggal
di inggris
Saya punya
pacar namanya
Do :
- Pembicaraan capat
Anjurkan
ketakutan dan
3. Klien dapat
3.
antara khayalan
yang dipikirkan
dan kenyataan
klien
hasil klien
mengenala situasi,
Mengetahui jenis
pasien.
-
mulai tercipta
Klien
kooperatif dan
Mencegah
mau menjawab
pembicaraan
pertanyaan
terlampaui jauh
sehingga pikiran
Hubungan
saling percaya
gangguan pada
pasien lebih
perawat
Klien dapat
menerima
meningkat lagi ke
bahwa ia harus
waham.
membedakan
dengan kriteria
O:
-
2.
penting
Identifikasi
dapat bercerita
tinggal
percaraya.
pertayaan yang
klien dengan
kriteria hasil klien
meningkatkan
D..
- Saya anak
hubungan saling
dirawat di RS.
Tanyakan apa
A:
3.
Menguji daya
Hubungan
ingat dan
saling percaya
mengidetifikasi alam
mulai tercipta
perasaan klien
klien dapat
- Bantu klien
membedakan
membedakan
khayalan dan
khayalan dan
kenyataan
kenyataan
P:-
intervensi
-
Membantu klien
membedakan
khayalan dan
kenyataan
II.
Resiko tinggi
TUM
melekukan tindak
kekerasan
kebesaran yang
TUK
ditandai dengan.
1.
Ds :
-
saling percaya
hubungan saling
Do :
- Klien sudah
mengalami gejala ini
kehadiran
perawat
dengan temantemannya
- Klien MRS bertengkar
dengan teman-
interaksi yang
perawat klien
percaya dengan
1.3 Dengarkan
ungkapan klien
dengan empati
Lanjutkan
temannya
percaya.
2.1 Indentifikasi
bersama klein
biasanya dilakukan
klien merupakan
mengontrol
dilakukan bila
upaya mengatasi
emosinya dengan
sedang emosi
emosinya
2.
Klien dapat
mengontrol emosi
PERILAKU KEKERASAN
1. DEFINISI
Risiko perilaku kekerasan adalah kondisi ketika individu
pernah atau berisiko melakukan tindakan kekerasan kepada orang
lain ataupun lingkungan (Carpenito, 2009). Marah merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart & Sundeen, 1996). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan kondisi maladaptif
seseorang dalam berespon terhadap marah (Townsend, 1998).
Perasaan marah normal bagi setiap individu, namun perilaku
yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi
sepanjang rentang adaptif dan maladaptif (Gambar 1.1) (Sustrami
& Sukmono, 2008).
Respon adaptif
Asertif
Respon maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
PK
Gambar 1.1 Rentang Respon Marah menurut Stuart dan
Sundeen (1987)
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif
dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon
melawan dan menantang merupakan respon maladaptif, yaitu agresif.
Berikut perilaku kekerasan dari yang rendah sampai yang tinggi:
a. Asertif
c. Pasif
Pasif
Negatif,
Asertif
Positif, menghargai
Agresif
Berlebihan,
menghina diri
menghina
sendiri,
dapat/ akan
orang lain,
dapatkah saya
melakukannya
anda selalu/
melakukannya?
tidak pernah
, dapatkah ia
Nada suara
lakukan?
Diam, lemah
Postur/ sikap
dan merengek
Melorot,
tubuh
menundukkan
bersandar ke
Personal
kepala
Orang lain
depan
Memasuki
space
dapat masuk
menyenangkan,
teritorial orang
pada teritorial
mempertahankan
lain
pribadinya
hak tempat/
Minimal, lemah,
teritorial
Memperlihatkan
Mengancam,
dan resah
ekspansi
Gerakan
Diatur
Tinggi dan
menuntut
Tegang dan
gerakan
Kontak mata
Sedikit atau
Sekali-kali sesuai
tidak ada
dengan kebutuhan
Melotot
interaksi
2) ETIOLOGI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi
perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu.
Faktor Predisposisi
Menurut Riyadi dan Purwanto (2009) faktor-faktor yang mendukung
terjadinya perilaku kekerasan adalah:
a. Faktor biologis
1) Teori dorongan naluri menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Teori psikomatik. Pengalaman marah adalah akibat dari respon
terhadap stimulus eksternal, internal, maupun lingkungan. Dalam hal
ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1) Teori agresif frustasi
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
freustasi yang terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terlambat. Keadaan ini dapat mendorong individu
berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui
perilaku kekerasan.
2) Teori perilaku
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement yang
diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan di rumah dan di luar rumah. Semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Teori eksistensi
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu dasar manusia
apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku
konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui
perilaku destruktif.
c. Faktor sosio kultural
4. MENIFESTASI KLINIS
Menurut Stuart & Sundeen (1995) dalam Sustrami & Sukmono (2008) dan
Surya Direja antara lain:
kreativitas terhambat.
Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
humor.
Perhatian
seksual.
5.
6. PENATALAKSANAAN
1) Medis
Keperawatan
Strategi antisipatif
Strategi pengurungan
Kesadaran diri
Komunikasi
Managemen krisis
Pendidikan klien
Perubahan lingkungan
Restrain, Seclusion
Latihan asertif
Tindakan perilaku
Psikofarmakologi
7. PENGKAJIAN
Menurut Fitria (2009) data yang perlu dikaji pada pasien dengan perilaku
kekerasan yaitu:
1. Data subjektif:
Klien mengancam.
Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
Klien mengatakan dendam dan jengkel.
Klien mengatakan ingin berkelahi.
Klien menyalahkan dan menuntut.
Klien meremehkan.
2. Data objektif:
Mata melotot/ pandangan tajam.
Tangan mengepal.
Rahang mengatup.
Wajah memerah dan tegang.
Postur tubuh kaku.
Suara keras.
Faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan antara lain:
1)
2)
3)
4)
5)
6) Penyalahgunaan narkoba/alkohol.
Pohon Masalah
Masalah Keperawatan
1.
2.
Perilaku kekerasan
Risiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rencana Keperawatan
Menurut Keliat (2005) intervensi pada diagnosa klien dengan perilaku
kekerasan meliputi:
1. Tujuan
Tujuan umum
: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
Tujuan Khusus:
Klien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Mengidentifikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan.
3) Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan.
4) Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
5) Mengontrol perilku kekersannya dengan cara fisik, sosial/ verbal,
spiritual, terapi psikofarmaka.
Keluarga mampu:
1) Merawat klien di rumah.
2. Kriteria evaluasi dan intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan klien:
1) Kriteria evaluasi: Setelah .....x pertemuan, pasien mampu
mengungkapkan perasaan dan menjelaskan tindakan kekerasan yang
dilakukan.
Intervensi:
Memberikan salam/ panggila nama.
Menyebutkan nama perawat sambil menjabat tangan.
Jelaskan maksud hubungan interaksi.
Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
Beri rasa aman dan sikap empati.
Lakukan kontak singkat tetapi sering.
2) Kriteria evaluasi SP 1: Setelah ....x pertemuan, pasien mampu
menyebutkan penyebab, tanda dan gejala, dan akibat perilaku
kekerasan; memperagakan cara fisik 1 untuk mengontrol perilaku
kekerasan.
Intervensi:
Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat perilaku
kekerasan.
Latihan cara fisik 1 dengan tarik nafas dalam.
Memasukkan dalam jadwal harian klien.
Intervensi:
Identifikasi masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
Jelaskan tentang perilaku kekerasan: penyebab, akibat, dan cara
merawat.
Latih cara merawat.
RTL keluarga/ jadwal untuk merawat klien.
Bunuh
Bunuh
Bunuh
Bunuh
diri
diri
diri
diri
2. ETIOLOGI
Menurut Fitria, Nita, 2009 etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan
bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadiankejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau
bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu
Destruktif diri
Respon maladaptif
Pencederaan
Bunuh
diri
tidak langsung
diri
destruktif
diri
patuh).
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan).
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic,
marah dan mengasingkan diri).
9) Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
11) Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau
mengalami kegagalan dalam karier).
12) Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14) Pekerjaan.
15) Konflik interpersonal.
16) Latar belakang keluarga.
17) Orientasi seksual.
18) Sumber-sumber personal.
19) Sumber-sumber social.
20)
4. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
Resiko bunuh diri
Harga diri rendah
5.
pengobatan
Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
SAD PERSONS
Sex (jenis kelamin)
Keterangan
Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali
lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita
lebih sering 3 kali dibanding laki laki
Age ( umur)
Depression
Previous attempts
(Percobaan
sebelumnya)
ETOH ( alkohol)
sebelumnya
65 % orang yang suicide adalah orang
Rational thinking
menyalahnugunakan alkohol
Orang skizofrenia dan dementia lebih sering
Loss ( Kehilangan
berpikir rasional)
Sosial support
populasi
Orang yang melakukan bunuh diri biasanya
lacking ( Kurang
dukungan social)
Organized plan
spiritual keagaamaan
Adanya perencanaan yang spesifik terhadap
( perencanaan yang
teroranisasi)
No spouse ( Tidak
10
memiliki pasangan)
Sickness
disbanding menikah
Orang berpenyakit kronik dan terminal
paranoid, antisosial
Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
rencananya.
Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
pengobatannya
Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
Peroleh riwayat penyakit fisik klien
Masalah Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Resiko bunuh diri
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Data yang Perlu Dikaji
1
mencoba bunuhdiri.
2 Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data subjektif
1
2
3
4
5
b.
1
2
3
4
5
Data objektif
Merusak diri sendiri
Merusak orang lain
Menarik diri dari hubungan sosial
Tampak mudah tersinggung
Tidak mau makan dan tidak tidur
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
Tujuan : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Intervensi :
1
perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan
telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah
tersebut dengan koping yang efektif
2.
3.
POHON MASALAH
Effect
Core Problem
Causa
berdandan (wanita)
Ketidakmampuan makan secara
mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil
makanan sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya
ketidakmampuan BAB/BAK secara
mandiri ditandai BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik
setelah BAB/ BAK
Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama klien :............................... Dx Medis
:..................................
No RM
:............................... Ruangan
: .................................
Tgl/ No
Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan
Dx
Untuk Pasien
Tujuan :
Pasien mampu :
melakukan kebersihan diri
sendiri secara mandiri
melakukan
berhias/berdandan secara
baik
melakukan makan dengan
baik
melakukan BAB / BAK secara
mandiri
untuk keluarga
Tujuan :
Keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang
mengalami masalah kurang
perawatan diri
Kriteria Evaluasi :
Setelah ...x pertemuan, pasien
dapat menjelaskan pentingnya :
kebersihan diri
berdandan / berhias
makan
BAB/ BAK
Dan mampu melakukan cara
Kriteria Evaluasi :
Setelah ....x pertemuan,
keluarga mampu meneruskan
melatih pasien dan mendukung
agar kemampuan pasien dalam
perawatan dirinya meningkat
merawat diri
SP 1
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri
3. Membantu pasien
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara makan
yang baik
3. Membantu pasien
mempraktekkan cara makan
yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara eliminasi
yang baik
3. Membantu pasien
mempraktekkan cara
eliminasi yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien
SP 1
1. Menjelaskan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala defisit
perawatan diri dan jenis
defisit perawatan diri yang
dialami pasien, serta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat
pasien dengan defisit
perawatan diri
SP 2
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
defisit perawatan diri
2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung
kepada pasien defisit
perawatan diri
SP 3
1. Membantu keluarga
membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum
obat (dischange planning)
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
mempraktekkan cara
berdandan
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada
Praktik Klinis/lynda Juall Carpemito; alih bahasa, Kusrini Semarwati
Kadar...[et al]; editor bahasa Indonesia, Eka Anisa Manderlla, Meining
Issuryani. Ed. 9. Jakarta: EGC, hlm. 1151-162.
2. Townsend, Mary C. 1998. Buku saku diagnsa keperawatan pada
keperawatan psikiatri: pedoman untuk pembuatan rencana
keperawatan/Mary C. Townsend; alih bahasa, Novi Helena C. Daulima;
editor, Monica Ester, - Ed. 3. Jakarta: EGC, hlm. 57-64.
3. Sustrami D & Sukmono AC. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan
Perilaku Kekerasa. Tidak diterbitkan. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
4.
5.
6.
7.