BIDANG KEGIATAN
PKM-GT
Diusulkan oleh:
Anita Lusiya Dewi
Sumi Arrofi
Erwin Angga Setya N
I14070039/2007
I14070030/2007
I14090077/2009
ii
Dosen Pembimbing
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan PKM-GT yang berjudul
Peningkatan Pengetahua Gizi Anak Usia Sekolah melalui Pengoptimalan Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) Menggunakan Media Ular Tangga. Penyusunan
Program PKM-GT ini disusun berdasarkan masih kurangnya pendidikan gizi terutama
bagi anak usia sekolah dasar di Indonesia, mengingat pentingnya peranan gizi bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan
perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi kurang maksimal. Inovasi pendidikan
gizi dengan media yang menarik berupa ular tangga dengan menggunakan konsep
bermain sambil belajar sejalan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang tercantum dalam
mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) yakni membentuk siswa
yang sehat jasmani dan rohani serta dapat berpikir kritis. Oleh karena itu, disusun
program ini untuk memberikan pengetahuan gizi sekaligus sebagai sarana meningkatkan
kemampuan psikomotorik bagi anak Sekolah Dasar melalui Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Siti Madanijah, MS selaku
Dosen Pembimbing serta pihak-pihak yang secara tidak langsung telah membantu dalam
penyusunan PKM-GT ini. Kami menyadari bahwa penulisan PKM-GT ini masih kurang
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan. Semoga
PKM-GT ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan kita semua.
Tim Penyusun
Maret 2011
iii
iv
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
v
1
1
2
3
10
11
vi
vii
iv
RINGKASAN
Pembangunan nasional merupakan landasan kemajuan suatu bangsa.
Pembangunan nasional tidak terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. SDM berkualitas menjadi hal yang penting agar mampu bersaing di
dunia internasional. Kelompok usia yang memiliki potensi besar untuk menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas adalah anak dan remaja. Pertumbuhan dan
perkembangan anak secara langsung dipengaruhi oleh kecukupan asupan gizinya.
Akan tetapi, diketahui bahwa asupan gizi pada anak usia sekolah masih belum
diperhatikan dengan seksama. Hasil analisis data Riskesdas tahun 2007
menunjukkan secara nasional masih rendahnya kualitas kesehatan dan perilaku
tidak sehat pada anak sekolah usia dasar (AUS) (6-14 tahun). Rata-rata status gizi
kurus pada AUS adalah 13.3% laki-laki dan 10.9% perempuan. Prevalensi anemia
pada anak-anak (5-14 tahun) sebesar 9.4%. Sebaliknya kelebihan berat badan dan
obesitas juga mulai menjadi masalah kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih
juga masih rendah, yaitu perilaku buang air besar 68.2%, dan cuci tangan hanya
17.2%. AUS (10-14 tahun) mengkonsumsi makanan yang mengandung penyedap
75.4% dan makanan/minuman manis 63.1% (Depkes 2008).
Pendidikan gizi diperlukan oleh anak usia sekolah sebagai sarana dalam
menunjang status kesehatan anak. Yaitu, digunakan sebagai upaya peningkatan
kemandirian dan sikap kritis anak dalam menjaga kesehatannya. Permainan
edukatif terkait pendidikan gizi telah banyak dikembangkan di negara maju.
Misalnya, US Department of Agricultural (USDA) mengembangkan permainan
edukatif untuk memperbaiki status gizi anak. Permainan ini dinamakan My
Pyramid for Kids yang menggunakan konsep Membantu Anak untuk Makan
dengan Baik, Melakukan Olahraga, dan Mendapatkan Kesenangan(French et al.
2006). Colby dan Haldeman (2007) yang menggunakan media teater anak sebagai
media pendidikan gizi terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan
perubahan perilaku, kepercayaan, dan kebiasaan anak. Intervensi melalui kelas
dapat menjadi benteng bagi anak untuk meningkatkan keamanan dan sanitasi anak
dalam makan di rumah (Sherman & Muehlhoff 2007).
Oleh karena itu, melalui Pekan Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis
ini, diusulkan gagasan inovatif tentang pendidikan gizi yang diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan gizi anak-anak. Gagasan tersebut melalui
pengoptimalan mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes)
menggunakan media ular tangga. Ular tangga dipilih dikarenakan dapat digunakan
sebagai media belajar sambil bermain. Selain itu, sifat ular tangga yang dimainkan
oleh setidaknya dua orang, akan mengajarkan siswa untuk bersosialisasi dengan
teman dan fairplay. Materi yang dicantumkan dalam permainan ular tangga
adalah pengetahuan umum tentang gizi dan kesehatan serta perilaku hidup bersih
dan sehat. Diharapkan dengan menggunakan media yang menyenangkan, anak
akan mudah memahami sesuatu. Menurut Hendriyantini (2009 diacu
dalamYuwanisa 2010), permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan
berfikir, berbahasa, serta bergaul dengan orang lain. Selain itu anak dapat
menguatkan anggota badan, menjadi lebih terampil dan menumbuhkan serta
mengembangkan kepribadiannya. Ular tangga dikemas dalam dua ukuran, yaitu
ukuran besar (10 x 10 meter) dengan anak sebagai bidaknya dan ukuran kecil (30
x 30 cm persegi) yang dapat mudah dibawa dan dimainkan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa.
Pembangunan nasional tidak terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas menjadi hal yang penting agar
mampu bersaing di dunia internasional. Sumber daya manusia yang berkualitas
sebaiknya dipersiapkan sejak usia dini sebagaimana dinyatakan bahwa Belajar di
waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, belajar setelah dewasa bagai
mengukir di atas air. Hal ini dikarenakan otak anak berkembang dengan cepat
sejak lahir dan menurun seiring perkembangan usianya mengikuti teori kurva bell.
Anak sudah mengembangkan kapasitas intelektualnya pada usia 4 tahun dan
ketika usia 8 tahun sudah mencapai 80% dibandingkan dengan kapasitas orang
dewasa. Demikian juga daya serapnya. Anak sampai usia 8 tahun mampu
menyerap informasi 100%. Tapi lebih dari 8 tahun, kapasitas tersebut turun
menjadi 20% saja. Jadi, pendidikan pada anak usia dini baik dan efektif untuk
dilakukan (Alam 2007).
Namun, pendidikan pada anak usia dini tidak akan berjalan dengan
optimal, jika asupan gizi tidak tercukupi. Hal ini dikarenakan, gizi merupakan
salah satu penentu perkembangan dan pertumbuhan otak dan fisik anak.
Pertumbuhan dan perkembangan secara biologis, kognitif, dan psikososial
mencapai pacu tumbuh yang pesat pada fase ini meskipun dalam waktu yang
terbatas (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
2009). Akan tetapi, diketahui bahwa asupan gizi pada anak usia sekolah masih
belum diperhatikan dengan seksama. Hasil analisis data Riskesdas tahun 2007
menunjukkan secara nasional masih rendahnya kualitas kesehatan dan perilaku
tidak sehat pada anak sekolah usia dasar (AUS) (6-14 tahun). Rata-rata status gizi
kurus (IMT<2SD) pada AUS adalah 13.3% laki-laki dan 10.9% perempuan.
Prevalensi anemia pada anak-anak (5-14 tahun) sebesar 9.4%. Sebaliknya
kelebihan berat badan dan obesitas juga mulai menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Perilaku hidup bersih juga masih rendah, yaitu yang benar
berperilaku buang air besar 68.2%, dan yang benar dalam cuci tangan hanya
17.2%. AUS (10-14 tahun) mengkonsumsi makanan berisiko, yaitu mengandung
penyedap 75.4% dan makanan/minuman manis 63.1% (Depkes 2008).
Perilaku tersebut dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan anak
tentang gizi dan kesehatan. Menurut Soekirman (2000 diacu dalam Nuryati 2010),
pada umumnya sikap kritis dan hati-hati dalam soal makan belum dimiliki anak
Indonesia. Banyak alat dan cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, kewaspadaan, dan perilaku makan anak. Salah satunya yaitu melalui
permainan edukatif untuk memberikan pendidikan gizi kepada anak sedini
mungkin. Tugas rumah yang dibawa ke rumah merupakan cara yang efektif untuk
orang tua dan keluarga dalam memotivasi dan menggali pengetahuan anak.
Program anak yang efektif dan bermanfaat membutuhkan kemampuan
yang spesifik dari para pengembang kurikulum sekolah, guru, dan orang tua.
Intervensi melalui kelas dapat menjadi benteng bagi anak untuk meningkatkan
keamanan dan sanitasi anak dalam makan di rumah (Sherman & Muehlhoff
2007).
Kurikulum pendidikan dasar di Indonesia belum mengajarkan ilmu gizi
secara profesional. Sejak kecil anak-anak di negara maju telah mendapatkan
pendidikan gizi secara teratur. Melalui pembelajaran di kelas dan program makan
siang di sekolah (school lunch), anak-anak dididik supaya memahami dan
mempraktikkan pedoman gizi seimbang. Adanya pedoman tersebut, hampir setiap
hari mereka diingatkan agar menyukai beragam jenis makanan, terutama jenis
sayur dan buah-buahan. Mereka juga diajarkan menjaga kebersihan dan
memperhatikan label pembungkus atau kaleng makanan untuk menghindari
makanan tercemar ataupun kadaluwarsa (Nuryati 2010).
Tetapi saat ini di Indonesia, pengetahuan dan pendidikan tentang
kesehatan masih terbatas pada pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes).
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan
keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
ketrampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran,
stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan
lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olah raga dan kesehatan terpilih yang
direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional
(Sutrisna 2008 diacu dalam Mardiya 2010). Namun, belum secara khusus
menyentuh tentang pendidikan gizi secara professional.
Pernyataan di atas melatarbelakangi perlunya pendidikan gizi bagi anak
usia sekolah. Media yang dipilih haruslah media yang menarik dan
menyenangkan agar mudah untuk diserap oleh anak. Salah satu media yang telah
dikembangkan oleh USDA dalam mendesain permainan edukatif untuk anak
melalui instrumen My Pyramid for Kids. Permainan ini menerapkan konsep yaitu
membantu anak untuk makan baik dan olahraga yang menyenangkan. Tujuan dari
permainan ini adalah memperkenalkan kepada anak cara makan yang sehat dan
mengajarkannya cara makan yang baik serta aktifitas fisik seperti olahraga teratur
(French et al. 2006).
Gagasan baru untuk permainan edukatif anak dengan metode tradisional
tanpa perangkat komputer menjadi keunggulan tersendiri. Permainan yang mudah,
bermanfaat, dan menyenangkan merupakan kunci terpenting dalam mendesain
permainan anak. Media yang dipilih dan mudah diterapkan kepada anak usia
sekolah yaitu menggunakan ular tangga, dikarenakan anak usia sekolah masih
tertarik pada permainan. Konsep ini merujuk pada konsep Bermain Sambil
Belajar.
sebagai kebiasaan untuk hidup sehat, sehingga anak-anak dapat secara mandiri
hati-hati dan kritis dalam memilih pangan dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
Manfaat yang dapat dipetik dari gagasan penggunaan media ular tangga
sebagai permainan edukatif untuk anak adalah sebagai media pembelajaran anak
dalam melatih kompetisi yang sehat (fairplay), bersosialisasi dengan teman
sebaya, serta bermain sambil belajar, khususnya tentang gizi, kesehatan, dan
perilaku hidup bersih dan sehat. Bagi pihak sekolah manfaat yang dapat diperoleh
adalah sebagai alternatif media pembelajaran. Bagi pemerintah dapat digunakan
sebagai salah satu program peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini.
GAGASAN
Kasus gizi buruk di Indonesia semakin berkembang pasca krisis ekonomi
tahun 1998, dan hingga kini kasus tersebut masih menjadi masalah yang tak
kunjung tuntas. Kasus gizi buruk membawa dampak yang sangat besar bagi
perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia, khususnya dalam pembangunan
nasional bangsa tersebut. Salah satu indikator bagi pembangunan suatu bangsa,
khususnya bangsa Indonesia adalah konsumsi pangan yang mengandung zat gizi.
Hal ini disebabkan antara konsumsi gizi dengan status kesehatan manusia
sangatlah erat hubungannya (Tawaf 2009).
Kelompok usia yang memiliki potensi besar untuk menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas adalah anak dan remaja. Pertumbuhan dan
perkembangan secara biologis, kognitif, dan psikososial mencapai pacu tumbuh
yang pesat pada fase ini meskipun dalam waktu yang terbatas (Departemen Gizi
dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2009). Kasus kematian pada
lebih dari setengah anak-anak di seluruh dunia secara tidak langsung disebabkan
oleh kekurangan gizi. Menurut Hardinsyah (2007), terdapat tiga contoh sederhana
yang sering dianggap benar padahal tidak, yaitu masalah ketersediaan pangan
menjadi penyebab tunggal dalam masalah gizi kurang, pertumbuhan ekonomi
yang signifikan dapat menyelesaikan masalah gizi kurang, dan penyelenggaraan
program gizi yang sulit direalisasikan dengan alasan dana yang mahal.
Status gizi seorang anak sangat ditentukan oleh konsumsi pangan dan
pola pengasuhan yang didapatnya. Semakin baik kondisi pangan yang
dikonsumsi, baik secara kualitas maupun kuantitas, dan semakin baik pula
pengasuhan yang didapat semakin baik status gizi anak. (Hardinsyah 2007).
Semakin bertambah umur anak, maka kemampuan kognitifnya semakin
mengalami kesenjangan (Hardinsyah 2007). Penyelenggaraan program gizi yang
baik akan membawa manfaat yang luar biasa menguntungkan bagi perkembangan
ekonomi dalam rangka meningkatkan pembangunan nasional. Beberapa manfaat
dari program-program gizi tersebut adalah menurunkan angka kesakitan
penduduk, meningkatkan pendapatan penduduk, meningkatkan kesehatan dan
kemampuan ibu-ibu dalam memelihara anak-anak, dan meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia pada umumnya (Suhardjo 2008).
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi
penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anakanak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan
sejak dini, sistematis, dan berkesinambungan. Tumbuh dan berkembangnya anak
usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan
kuanttas yang baik serta benar. Pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak
dalam masa tumbuh kembang tersebut tidak selalu dapat dilaksanakan dengan
sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak
benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak
organ-organ dan sistem tubuh anak. Food borne diseases atau penyakit bawaan
makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara.
Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius, sehingga seringkali
kurang diperhatikan (Khumaidi 1994).
Pendidikan gizi diperlukan oleh anak usia sekolah sebagai sarana dalam
menunjang status kesehatan anak. Hal ini dikarenakan pendidikan gizi dapat
digunakan sebagai salah satu upaya peningkatan kemandirian, sikap kritis, dan
kehati-hatian terkait pola makan dan pola hidup bersih dan sehat. Saat ini
pendidikan gizi belum menjadi fokus utama dalam kurikulum pembelajaran siswa.
Menurut Soekirman (2000 diacu dalam Nuryati 2010), pada umumnya sikap kritis
dan hati-hati dalam soal makan belum dimiliki anak Indonesia. Kurikulum
pendidikan dasar di Indonesia belum mengajarkan ilmu gizi secara profesional. Di
negara maju, sejak kecil anak-anak telah mendapatkan pendidikan gizi secara
teratur. Melalui pembelajaran di kelas dan program makan siang di sekolah
(school lunch), anak-anak dididik supaya memahami dan mempraktikkan
pedoman gizi seimbang. Dengan pedoman tersebut, hampir setiap hari mereka
diingatkan agar menyukai beragam jenis makanan, terutama jenis sayur dan buahbuahan. Mereka juga diajarkan menjaga kebersihan dan memperhatikan label
pembungkus atau kaleng makanan untuk menghindari makanan tercemar ataupun
kadaluwarsa (Nuryati 2010).
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang bertujuan
untuk penyampaian pesan atau infomasi sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan minat serta perhatian peserta didik (Haryoko 2009). Orang yang
berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang
berorientasi jangka panjang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan merupakan salah
satu alat untuk menghasilkan perubahan pada diri manusia, karena melalui
pendidikan manusia akan dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak dia ketahui
sebelumnya (Bastian 2006). Pendidikan gizi atau penyuluhan gizi selalu
dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju
perilaku yang lebih baik. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan gizi murid, membentuk sikap positif terhadap makanan bergizi
dalam rangka membentuk kebiasan makan yang baik (Khomsan 2000).
Pendidikan gizi hendaknya dimulai sejak dini. Pendidikan gizi dan
kesehatan mulai diarahkan pada murid TK dan SD, mengingat kelompok usia ini
memiliki kebiasaan sikap yang relatif mudah dibentuk (Khomsan 2002).
Pendidikan gizi pada anak mempunyai beberapa keuntungan antara lain anakanak mempunyai pemikiran yang terbuka dibandingkan orang dewasa dan
pengetahuan yang diterima merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan
makannya. Anak-anak umumnya mempunyai hasrat yang besar untuk ingin tahu
dan mempelajarinya lebih jauh. Program di tingkat sekolah dasar sebaiknya
ditujukan agar anak dapat memilih dan menikmati beragam makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak secara baik dan sehat (Suhardjo 2003). Menurut Suhardjo (2003), salah satu
tujuan umum dari pendidikan gizi adalah mengembangkan pengetahuan dan sikap
tentang peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan manusia.
Masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang
gizi yang memadai (Syafiq et al. 2007). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu.
Hal ini terjadi seteleh orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu, yang terjadi melalui pancar indera manusia, yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan
tentang peran makanan dan gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan
yang aman dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah
makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang, serta bagaimana
cara hidup sehat (Notoatmodjo 1997).
Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil
meningkatkan pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa
sekolah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi guru dalam menjangkau orang
tuanya. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai
pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dituruti
daripada orang tua. Materi pelajaran gizi yang diberikan harus menyajikan
kenyataan atau masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan
dalam istilah-istilah sederhana dan mudah dikenal pula sehingga mampu
menggunakan pengetahuan tersebut secara efektif (Nuryati 2010).
Penanaman pengetahuan merupakan salah satu tujuan utama pendidikan
kesehatan. Melalui penanaman pengetahuan diharapkan pengetahuan tersebut
dapat membentuk sikap yang pada gilirannya kan mempengaruhi perilaku. Upaya
pendidikan kesehatan yang didesain dengan baik dapat meningkatkan status gizi
dan memperbaiki perilaku hidup sehat seseorang (Pickett & Hanlon 2009).
Menurut Gibney et al. (2009), suatu program yang komprehensif dapat
berpengaruh penting terhadap pengetahuan gizi dan kebiasaan makan anak
sekolah dasar, yang juga dapat memengaruhi anggota keluarga lain.
Solusi yang pernah ada dalam rangka memperbaiki status gizi anak usia
sekolah adalah melalui pendidikan gizi yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu
dengan menggunakan media seperti leaflet, wayang, dan komik. Hanya saja upaya
tersebut masih sebatas tugas kuliah, pengabdian masyarakat, serta penelitian
dalam rangka pembuatan skripsi dan belum terealisasikan secara menyeluruh dan
intensif. Selain itu, pendidikan gizi di sekolah belum menjadi perhatian khusus
dalam kurikulum pembelajaran siswa. Kalaupun ada kurikulum pembelajaran
siswa yang sedikit terkait dengan pendidikan gizi seperti mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam), Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan),
Agama Islam, dan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) hanya
sebatas pengenalan tentang pangan, olahraga dan kebersihan untuk kesehatan.
Namun, belum secara professional mengajarkan tentang pola makan dan perilaku
hidup bersih dan sehat terkait dengan gizi.
Ada juga permainan edukatif yang telah dikembangkan oleh USDA untuk
memperbaiki status gizi anak. Permainan ini dinamakan My Pyramid for Kids
yang menggunakan konsep Membantu Anak untuk Makan dengan Baik,
Melakukan Olahraga, dan Mendapatkan Kesenangan. Permainan tersebut hanya
dapat dilakukan jika terdapat akses internet dan belum dapat menjangkau anakanak Indonesia secara keseluruhan. Perlu dikembangkan permainan edukatif
dalam rangka memberikan pendidikan gizi kepada anak yang mudah diakses dan
diterapkan oleh anak usia sekolah.
Gagasan terbaru dalam memberikan pendidikan gizi kepada anak usia
sekolah perlu dikembangkan secara terus menerus dan intensif. Intervensi
pendidikan gizi kepada anak usia sekolah diharapkan mampu memberikan anak
pengetahuan tentang gizi pangan, perilaku makan anak, dan kebiasaan makan
anak agar tercapai status gizi yang baik. Status gizi yang baik pada anak dapat
mendukung aktivitas dan kemampuan kognitif anak sehingga peningkatan kualitas
sumber daya manusia dapat tercapai.
Dalam proses pendidikan, pengembangan materi atau bahan ajar dapat
melalui berbagai cara, salah satunya adalah pengembangan bahan pengajaran
dengan optimalisasi media. Media yang digunakan untuk memperlancar
komunikasi dalam proses pendidikan sering diistilahkan media pendidikan
(Haryoko 2009). Media cetakan dan grafis di dalam pendidikan paling banyak dan
paling sering digunakan. Menurut Contento (2007), media visual diyakini dapat
lebih meningkatkan motivasi anak dalam proses pendidikan. Berdasarkan kajian
Laboratorium Kurtekpend UPI (2010), media cetakan dan grafis termasuk
kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari
pemberi ke penerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam benuk tulisan, hurufhuruf, gambar-gambar, simbol-simbol, yang mengandung arti, disebut media
grafis. Media grafis termasuk media visual diam sebagaimana halnya dengan
media lain, media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan pesan dari guru
kepada siswa. Saluran yng dipakai menyangkut indera penglihatan yang
dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini termasuk
media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya.
Macam-macam media grafis adalah gambar atau foto, diagram, bagan grafik,
poster, media cetak, dan buku.
Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini memberikan suatu
inovasi pembelajaran gizi melalui media bermain ular tangga yang di intervensi
melalui mata pelajaran Penjaskes pada siswa. Ular tangga adalah permainan
papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan
dibagi dalam kotakkotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah "tangga"
atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan
pada tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga, setiap
orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan
tangga yang berlainan. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama
(biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu.
Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain
mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung
tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke
kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai
kotak terakhir (Shaleh 2009).
mengenal gizi dan kesehatan sejak dini sehingga dapat diterapkan dengan mudah
dalam kehidupan sehari-hari. Selain ular tangga berukuran besar, ular tangga juga
dibuat dalam ukuran kecil yaitu 30 x 30 cm persegi dengan harapan dapat
dimainkan di rumah bersama dengan kawan-kawannya.
Materi pendidikan gizi yang ingin disampaikan dalam pembuatan ular
tangga ini meliputi pedoman umum gizi seimbang (PUGS) dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). PUGS adalah dietary guideline yang berisi petunjukpetunjuk terperinci tentang cara memperbaiki pola konsumsi pangan. Pola itu
akan membuat seseorang terhindar dari masalah gizi lebih atau kurang. Sementara
itu, 4 sehat 5 sempurna adalah petunjuk umum tentang ragam makanan yang
sebaiknya dikonsumsi (Khomsan & Anwar 2008).
Adapun 13 pesan gizi yang terdapat dalam PUGS adalah (1). Makanlah
aneka ragam makanan, (2). Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan
energi, (3). Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan, (4).
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi,
(5). Gunakan garam beryodium, (6). Makanlah makanan sumber zat besi, (7).
Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan, (8). Biasakan sarapan pagi, (9).
Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya, (10). Lakukan kegiatan fisik
dan olahraga secara teratur, (11). Hindari minum minuman beralkohol, (12).
Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, dan (13). Bacalah label pada
makanan yang dikemas (Depkes 1994).
Pesan-pesan tersebut disusun oleh pakar-pakar gizi Indonesia dibantu oleh
seorang konsultan dari Cornell University (Prof. Latham). Dengan memerhatikan
jenis dan besaran masalah gizi di Indonesia dan memerhatikan dietary guidelines
dari berbagai Negara, lahirlah konsep PUGS. PUGS dikembangkan dengan
maksud untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi ganda (Khomasan & Anwar
2008).
PHBS merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan perilaku hidup
bersih dan sehat pada setiap tatanan. Mengacu pada pegertian perilaku sehat,
indikator ditetapkan berdasarkan area/wilayah, yaitu: (1). Indikator nasional, (2).
Indikator lokal spesifik, (3). Indikator di tiap tatanan, terdiri dari indikator
perilaku dan indikator lingkungan yang meliputi tatanan rumah tangga, tempat
kerja, tempat umum, sekolah, dan sarana kesehatan. Indikator nasional meliputi
presentase penduduk tidak merokok, penduduk yang mengonsumsi sayuran dan
buah-buahan, serta presentase penduduk yang melakukan aktifias fisik/olahraga.
Ditambahkan indikator secara spesifik yang sesuai dengan perilaku anak meliputi
mencuci tangan memakai sabun, gosok gigi sebelum tidur, tidak menggunakan
napza, membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan,
serta menjaga kebersihan kamar mandi (Effendi 2009).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menurut Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan (2006) merupakan salah satu upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), binasuasana (social support)
dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam
tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Adapun program PHBS terdiri dari dua jenis, yaitu PHBS di dalam tatanan
rumah tangga dan PHBS di dalam tatanan instansi rumah tangga. PHBS di dalam
tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Sasaran utamadari PHBS di rumah tangga adalah anggota keluarga
yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah). PHBS di dalam
tatanan instansi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan
kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi
pendidikan. Sasaran utama program PHBS tersebut adalah murid dan guru yang
bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
Gagasan tertulis yang diajukan ini merupakan salah satu upaya program
PHBS pada siswa khususnya anak usia sekolah untuk merubah perilaku dan
pengetahuan anak dalam rangka promosi kesehatan serta gizi. Strategi yang
digunakan adalah Binasuasana. Binasuasana adalah upaya menciptakan
lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di
rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok bermain, teman
sebaya, dan lain-lain) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut (Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2006). Oleh karena itu, untuk mendukung
proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam upaya meningkatkan para
individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga
pendekatan dalam Binasuasana, yaitu (a). Pendekatan Individu, (b). Pendekatan
Kelompok, dan (c). Pendekatan Masyarakat Umum
Permainan edukatif berupa ular tangga ini merupakan salah satu bentuk
strategis dari PHBS di dalam tatanan instansi pendidikann. Harapannya dengan
strategi ini perilaku anak usia sekolah dapat mengarah kepada pola hidup bersih
dan sehat. Pesan-pesan PHBS yang disampaikan melalui setiap petak ular tangga
dapat menjadi suatu bentuk pendidikan bagi anak dalam rangka promosi hidup
bersih dan sehat. Pendidikan yang dikemas dengan cara yang menyenangkan
melalui permainan ular tangga lebih dapat diserap dan diterapkan oleh anak.
Sehingga perilaku yang diinginkan dari permainan ini dapat berubah ke arah yang
lebih baik.
Menurut Hendriyantini (2009) dalamYuwanisa (2010), permainan edukatif
dapat meningkatkan kemampuan berfikir, berbahasa, serta bergaul dengan orang
lain. Selain itu anak dapat menguatkan anggota badan, menjadi lebih terampil dan
menumbuhkan serta mengembangkan kepribadiannya. Permainan edukatif
merupakan permainan yang dirancang dan dibuat untuk merangsang daya pikir
anak termasuk meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan memecahkan
masalah. Permainan ular tangga ini dapat menjadi sebuah terobosan dalam
permainan edukatif bagi anak usia sekolah. Kemampuan anak dalam bersosialisasi
dengan teman sebaya atau teman sepermainan menjadi meningkat. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Colby dan Haldeman (2007) yang menggunakan media
teater anak sebagai pendidikan gizi diperoleh data bahwa hubungan dan
10
KESIMPULAN
10
11
permainan edukatif yang menarik dan menyenangkan, yaitu misalnya ular tangga.
Ular tangga gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat ini dikemas dalam dua
bentuk, yaitu papan besar (10 x 10 meter persegi) dengan anak sebagai pionnya
dan papan kecil (30 x 30 cm persegi) yang mudah dibawa dan dimainkan di mana
saja.
Teknik implementasi yang dilakukan pada tahap awal adalah melakukan
kerja sama dengan pihak sekolah untuk memasukkan permainan ular tangga besar
pada salah satu subyek pelajaran di Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
(Penjaskes). Selanjutnya, papan kecil dapat dijual di koperasi sekolah atau tokotoko buku agar mudah didapatkan siswa dan dimainkan di rumah dengan teman
sebayannya melalui panduan orang tua atau orang dewasa lainnya.
Permainan edukatif ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah,
dan pelaku pendidikan sebagai sarana dalam memberikan pengetahuan gizi
kepada anak usia sekolah. Bagi masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai
pendidikan kesehatan pada anak, bagi pemerintah dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan bagi pelaku
pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak khususnya dalam hal yang
terkait gizi, kesehatan, serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Melalui permainan edukatif, diharapkan anak-anak dapat dengan mudah
mengerti dan mengimplementasikan pengetahuan gizi dan perilaku hidup bersih
dan sehat dalam kesehariannya. Selanjutnya dapat meningkatkan sikap kritis dan
kehati-hatian siswa terkait pangan dan menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alam GRN. 2007. Cara cepat belajar membaca dengan metode Cantol Roudhoh.
http://gumilar.edublogs.org/2009/08/13/menumbuhkan-minat-membacasejak-dini/ [24 Februari 2011]
Bastian I. 2006. Akuntasi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Contento IR. 2007. Nutrition Education: Linking Research, Theory, and Practice.
Sudbury: Jones and Bartlett Publishers.
Colby SE dan Haldeman L. 2007. Peer-led theater as a nutrition education
strategy. Journal Nutrition Education and Behaviour. Vol: 39: 48-49.
http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/14994046/PIIS1499404606006816.pdf [2 Maret 2011].
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2009. Gizi
dan Kesehatan Masyarakat Edisi I. Jakarta: Rajawali Pers.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan RI. 1994. Pedoman umum gizi seimbang.
http://www.gizi.net [5 Maret 2011]
11
12
12
13
13
: Sumi Arrofi
: I14070030
: Ekologi Manusia/Ilmu Gizi
: Institut Pertanian Bogor
3. Anggota Pelaksana 2
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Fakultas/Departemen
d. Perguruan Tinggi
vi
99
98
97
96
95
94
93
81
80
82
83
84
89
90
86
Push Up 10 kali, lalu maju 4
langkah
87
88
75
73
72
71
Jajan Sembarangan
78
61
62
63
64
65
Kurang yodium menyebabkan
penyakit gondok dan
konsentrasi menurun
66
67
68
69
70
Selalu menjaga kebersihan
kamar mandi (menguras
seminggu sekali)
60
59
58
57
Mandi 2 kali sehari, yaitu pada
pagi hari (setelah bangin tidur)
dan sore hari
56
55
Cucilah kaki dan tangan serta
gosoklah gigi sebelum tidur!
54
53
Sarapan
52
51
41
AYO KITA GEMAR MAKAN
IKAN!!!
42
43
Makan pangan hewani dapat
mempercepat pertumbuhan
tubuh
44
45
46
47
48
49
50
40
39
38
Lompat di tempat sebanyak 5
kali, kemudian maju sebanyak
5 langkah
37
34
33
32
31
Makan buah sumber
vitamin C seperti jeruk,
mangga, dan jambu biji dapat
mencegah sariawan
23
24
Tangan harus
selalu bersih sebelum
makan
25
27
Merokok
dapat menyebabkan paru-paru
rusak
28
29
30
22
OLAHRAGA TERATUR
=
TIDAK GAMPANG SAKIT
20
76
91
21
77
85
92
Kekurangan vitamin C
36
35
Apa yang kamu lakukan
sebelum tidur?
26
19
18
17
Lompat
sambil tepuk tangan 3 kali,
kemudian maju 3 langkah
16
15
14
Makan buah setiap hari agar
tubuh menjadi sehat
13
12
Tulang
dan gigi menjadi kuat sehat
serta kuat
11
10
vi
vii
vii