Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di
mana ketika masalah gizi kurang masih belum dapat teratasi, masalah gizi
lebih menjadi masalah baru yang perlu mendapat perhatian karena kontribusi
terhadap munculnya kelompok penyakit-penyakit non infeksi seperti obesitas,
diabetes tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM),
hipertensi, dislipidemia, dan penyakit-penyakit kardiovaskuler (Hadi, 2004).
Hal yang juga perlu mendapat perhatian adalah masalah gizi kurang dan gizi
lebih yang banyak ditemui pada masa anak-anak.
Menurut Kemenkes (2013) berdasarkan laporan nasional Riskesdas
tahun 2013 mengenai status gizi

anak umur 5-12 tahun menggunakan

standar WHO 2007, secara nasional prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada
anak umur 5-12 tahun adalah 11.2%, terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2%
kurus. Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi
di Nusa Tenggara Timur (7,8%). Sedangkan masalah gemuk pada anak umur
5-12 tahun yaitu 18,8%, terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk
(obesitas) 8,8%. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%)
dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Dari hasil tersebut, diketahui bahwa
kejadian gizi kurang dan gizi lebih tidak hanya terjadi di kota-kota kecil, namun
juga di kota-kota besar.
Menurut Kemenkes (2013) berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013
mengenai status gizi

anak umur 5-12 tahun menggunakan standar WHO

2007, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) prevalensi sangat kurus dan


kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun berturut-turut adalah 1,7%
dan 5,8%. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obes berturut-turut
adalah 9,1% dan 6,9%. Hal tersebut perlu mendapat perhatian karena banyak
studi yang menunjukkan adanya kecenderungan anak obes untuk tetap obes
pada masa dewasa (Guo et al., 1994) yang dapat berakibat pada kenaikan
risiko penyakit dan gangguan yang berhubungan dengan obesitas pada masa
kehidupan berikutnya (Hadi, 2004). Pola makan menjadi salah satu faktor
penting yang berkaitan dengan kejadian malnutrisi, baik itu gizi kurang
maupun gizi lebih.
Pada umumnya anak usia sekolah memiliki pola makan tidak teratur,
sering jajan di sekolah, dan jarang sarapan pagi. Menurut Irianto (2007), pada
umumnya anak-anak sekolah tidak mau makan pagi (sarapan) karena
berbagai alasan, misalnya tidak terbiasa sarapan, takut terlambat, atau malas
makan, dan sebagainya. Kebiasaan tidak sarapan pada anak-anak akan
menyebabkan

lambung

kosong

dan

kadar

gula

darah

berkurang

(hipoglikemia) sehingga menyebabkan badan lemas, mengantuk, sulit


menerima pelajaran, serta turunnya gairah belajar dan kemampuan
merespons. Di samping hal tersebut, anak-anak juga sering mengonsumsi
makanan

jajanan.

Kebiasaan

mengonsumsi

makanan

jajanan

dapat

mempengaruhi asupan makan pada anak karena setelah jajan anak tidak mau
lagi makan nasi di rumah atau hanya makan dalam jumlah sedikit saja
(Moehji, 2003). Selain itu, menurut Kleinman (2002), anak dengan asupan
kalori yang rendah lebih berpotensi tidak masuk sekolah (absen) dan
mengalami masalah psikologis dibandingkan anak dengan asupan makanan

yang

adekuat.

Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi sangat

berpengaruh bagi kualitas hidup seseorang, terutama anak-anak pada masamasa pertumbuhan.
Konsumsi gizi sangat mempengaruhi status gizi kesehatan seseorang
yang merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Asupan gizi yang
salah

atau

tidak

sesuai

akan

menimbulkan

masalah

kesehatan

(Sulistyoningsih, 2011). Salah satu hal yang mempengaruhi asupan gizi anak
adalah adanya kegiatan pendidikan atau promosi gizi di sekolah. Promosi
kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif karena anak sekolah
merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik
serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima
perubahan. Anak sekolah juga berada dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik (Lucie, 2005).
Di Indonesia, kegiatan promosi gizi terutama di sekolah masih belum
optimal. Di negara maju, sejak kecil anak-anak telah mendapatkan pendidikan
gizi secara teratur. Melalui pembelajaran di kelas dan program makan siang di
sekolah

(school

lunch),

anak-anak

dididik

supaya

memahami

dan

mempraktikkan pedoman gizi seimbang. Dengan pedoman tersebut, hampir


setiap hari mereka diingatkan agar menyukai beragam jenis makanan,
terutama jenis sayur dan buah-buahan. Mereka juga diajarkan menjaga
kebersihan dan memperhatikan label pembungkus atau kaleng makanan
untuk menghindari makanan tercemar ataupun kedaluwarsa (Nuryati, 2010).
Dari kegiatan-kegiatan tersebut, Pesan Gizi Seimbang yang merupakan
pedoman pola makan Gizi Seimbang dapat tersampaikan dengan baik.

Pesan Gizi Seimbang (PGS) merupakan pedoman pola makan terbaru


yang merupakan perubahan dari Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Menurut Khomsan & Anwar (2008), PUGS adalah dietary guideline yang berisi
petunjuk-petunjuk terperinci tentang cara memperbaiki pola konsumsi pangan.
PUGS ditujukan

untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi lebih atau

kurang. Penyampaian PUGS dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah


satunya adalah dengan menggunakan media. Menurut Notoatmodjo (2003b),
dalam promosi kesehatan media diposisikan sebagai sarana untuk membuat
suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap
kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Metode
mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai
dalam praktik promosi kesehatan.
Food reminder card merupakan salah satu alternatif dalam promosi pola
makan gizi seimbang yang ingin diteliti. Baru-baru ini, hasil penelitian Saloso
(2011) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media visual
berupa kartu bergambar karakter terhadap peningkatan pengetahuan dan
penerimaan mengenai Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS) serta Perilaku
Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) Anak sekolah Dasar di Bogor. Hasil

penelitian Bintaria (2011) mengenai penyuluhan dengan metode ceramah dan


media visual poster juga berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
perilaku konsumsi makanan jajanan murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil
Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga. Penelitian yang dilakukan
Tampubolon pada tahun 2009 yang berjudul Pengaruh Media Visual Poster
Dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan

Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing


Natal menunjukkan bahwa ada pengaruh pemajangan poster dan pemberian
leaflet makanan sehat terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku pelajar
dalam mengonsumsi makanan jajanan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk menguji
pengaruh food reminder card terhadap pengetahuan, sikap, dan penerapan
pola makan gizi seimbang pada anak SD Negeri Lempuyangwangi
Yogyakarta. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dan pertimbangan dalam penentuan kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan pendidikan kesehatan anak sekolah, terutama berkaitan
dengan masalah gizi.

B. Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian food reminder card terhadap pengetahuan,
sikap, dan penerapan pola makan gizi seimbang pada anak SD Negeri
Lempuyangwangi Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian food reminder card terhadap pengetahuan, sikap, dan penerapan
pola makan gizi seimbang pada anak SD Negeri Lempuyangwangi
Yogyakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1.

Untuk mengetahui pengaruh food reminder card terhadap pengetahuan


subjek mengenai pola makan gizi seimbang.

2.

Untuk mengetahui pengaruh food reminder card terhadap sikap subjek


mengenai pola makan gizi seimbang.

3.

Untuk pengaruh food reminder card terhadap pola makan gizi seimbang
dilihat dari tingkat pemenuhan gizi dibandingkan dengan AKG untuk
energi, karbohidrat, lemak, dan protein.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.

Bagi Peneliti
Sebagai pengetahuan mengenai pengaruh food reminder card terhadap
penerapan pengetahuan, sikap, dan penerapan pola makan gizi
seimbang pada subjek penelitian.

2.

Bagi Institusi (Sekolah)


Sebagai informasi mengenai pengaruh food reminder card

terhadap

pengetahuan, sikap, dan penerapan pola makan gizi seimbang pada


anak SD Negeri Lempuyangwangi Yogyakarta.
3.

Bagi Pembuat Kebijakan (Dinas Pendidikan)


Sebagai

bahan

pertimbangan

dan referensi

untuk

menentukan

kebijakan terkait pendidikan gizi anak sekolah, terutama yang berkaitan


dengan kegiatan promosi kesehatan.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang baru dan belum pernah
dilakukan sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian yang serupa
dengan penelitian yang dilakukan. Pada tahun 2011, Saloso meneliti
mengenai pengaruh penggunaan media audio (lagu anak-anak) dan media

visual berupa kartu bergambar karakter terhadap peningkatan pengetahuan


dan penerimaan mengenai Pesan Umum Gizi Seimbang (PUGS) serta
Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) Anak sekolah Dasar di Bogor.

Penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen semu. Hasil dari


penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan
penerimaan mengenai PUGS dan PHBS melalui penggunaan media kartu
bergambar dan lagu

anak-anak.

Penelitian yang dilakukan memiliki

persamaan dengan penelitian Saloso, yaitu persamaan dalam penggunaan


media visual sebagai media intervensi serta persamaan subjek penelitian
yaitu siswa SD. Namun, ada perbedaan di antara kedua penelitian, di mana
pada penelitian ini meneliti mengenai pengaruh media visual food reminder
card (sebagai variabel bebas) dan pengetahuan, sikap, serta pola makan
sebagai variabel terikat, sedangkan penelitian Saloso menggunakan media
visual poster serta media audio yakni lagu anak-anak (sebagai variabel
bebas) dan pengetahuan serta daya terima (sebagai variabel terikat).
Penelitian lainnya, yaitu penelitian Bintaria (2011) meneliti mengenai
penyuluhan dengan metode ceramah dan media visual poster merupakan
penelitian yang serupa dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian yang
berjudul Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Poster
Terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Murid di SD Kelurahan
Pincuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga Tahun 2011 ini
merupakan

penelitian

quasi

experiment

(eksperimen

semu)

dengan

rancangan pretest-posttest with control group. Hasil dari penelitian ini


menunjukkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan media visual
poster berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan perilaku konsumsi

makanan jajanan murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil Kecamatan


Sibolga Sambas Kota Sibolga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
Bintaria adalah subjek penelitian yaitu anak SD dan media visual sebagai
variabel bebas. Kedua penelitian ini memiliki persamaan lain, yaitu pola
makan sebagai variable terikat. Namun, lokasi penelitian dilakukan di daerah
yang berbeda. Pada penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Yogyakarta
sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di Bogor dan Kota Sibolga.
Selain itu, penelitian ini meneliti mengenai pengaruh media visual food
reminder card (sebagai variabel bebas) dan pengetahuan, sikap, serta pola
makan sebagai variabel terikat, sedangkan penelitian Bintara menggunakan
media visual poster serta penyuluhan dengan ceramah (sebagai variabel
bebas) dan perilaku konsumsi makanan jajanan (sebagai variabel terikat).
Penelitian Tampubolon (2009) yang berjudul Pengaruh Media Visual
Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan
Jajanan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten
Mandailing Natal merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
dengan rancangan one pretest-postest group design. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemajangan poster dan pemberian
leaflet makanan sehat terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku pelajar
dalam mengonsumsi makanan jajanan. Persamaan penelitian yang dilakukan
dengan penelitian Tampubolon adalah persamaan dalam penggunaan media
visual sebagai media intervensi. Selain itu, penelitian ini juga meneliti
pengaruh intervensi media visual yang digunakan terhadap pengetahuan,
sikap dan perilaku atau pola makan subjek penelitian. Namun, lokasi
penelitian dilakukan di daerah yang berbeda. Pada penelitian ini, lokasi yang

dipilih adalah Yogyakarta sedangkan penelitian Tampubolon dilakukan di


Mandailing Natal. Selain itu, subjek dari penelitian Tampubolon adalah anak
SMA sedangkan pada penelitian ini subjek penelitian adalah anak SD.
Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh media visual food reminder card
sebagai variabel bebas dan pengetahuan, sikap, serta pola makan sebagai
variabel terikat, sedangkan penelitian Tampubolon menggunakan media
visual poster serta leaflet makanan sehat sebagai variabel bebas dan perilaku
konsumsi makanan jajanan sebagai variabel terikat.

Anda mungkin juga menyukai