Disusun oleh:
1. Hensen Prima Kurniata Sinulingga (140310140001)
2. Hilda Aprida (140310140057)
DAFTAR ISI
Daftar Isi.................................................................................................................................
Kata Pengantar........................................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang............................................................................................................
1.2. Tujuan.........................................................................................................................
1.3. Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.4. Batasan Masalah.........................................................................................................
BAB II Pembahasan
1
2
2
2
10
13
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA atas selesainya makalah yang
berjudul "Hidrogen Sebagai Bahan Bakar di Masa yang Akan Datang". Makalah ilmiah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya
kepada :
Drs. H. Wahyu Alamsyah, M.S selaku dosen mata kuliah Pengantar Fisika Energi, yang memberikan
dorongan serta masukan kepada penulis.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan pokok manusia. Konservasi energi pun terus dilakukan. Mancanegara
mengakui bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam berlimpah. Minyak bumi, batubara, dll yang
merupakan sumber energi berpotensi di Indonesia. Bahan bakar fosil, khususnya minyak mentah, hanya
terdapat di sebagian kecil wilayah dunia. Dengan digunakannya batubara dan minyak bumi terus menerus,
sehingga sumber tersebut telah menipis setelah dikeruk sekian lamanya. Maka dibutuhkan sumber energi
yang baru dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Mengeksplorasi sumber energi menjadi hal penting diera
sekarang. Disini bumi sebagai energi massal sekarang dikuasai oleh negara-negara timur laut. Ladang
minyak sangat berlimpah di negara tersebut setelah ladang di Indonesia dibuat menipis.
Laju pertumbuhan kebutuhan energi semakin lama semakin besar.
dipenuhi melalui pemanfaatan energi fosil yang dampaknya berupa meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca dan polutan lainnya. Berkurangnya cadangan energi tersebut membuat harga BBM semakin mahal.
Dan khususnya di Indonesia, apabila subsidi BBM dihapuskan maka harga BBM akan menjadi lebih mahal.
Gambar 1. Proyeksi total kebutuhan energi di Indonesia menurut jenis sumber energi (BPPT 2012)
Pemakaian bahan bakar minyak (bensin, minyak solar, minyak bakar, minyak tanah dan avtur) masih
mendominasi kebutuhan energi nasional dengan pangsa 32% pada tahun 2015.
Untuk keluar dan masalah energi, kita perlu mengeksplor yang ada yakni BBG atau bahan bakar gas
dapat dipertimbangkan menjadi alternative. Demikian juga dengan batubara. Namun, gas dan batubara
tergolong sebagai bahan bakar fosil,energi tak terbarukan,sehingga belum efektif untuk memenuhi kebutuhan
1
energi kita. Berdasarkan penelitian tahun 2005, batubara akan habis hingga 252 tahun lagi, minyak mentah
dalam jangka waktu 32 tahun lagi, dan gas alam hanya tersisa 72 tahun lagi. Bahan bakar hidrogen,
biomassa, panas bumi, dan kekuatan alam dapat menjadi pertimbangan untuk bebas dari bahan bakar fosil.
Dari sekian banyak energi terbarukan, BBH atau bahan bakar hidrogen dapat menjadi salah satu langkah
untuk menggantikan bahan bakar fosil pada masa yang akan datang.
1.2.
Tujuan
1.2.1. Mengetahui dasar hidrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif
1.2.2. Mengetahui teknik memecah suatu senyawa menjadi unsur hidrogen yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar
1.2.3. Memahami kekurangan dan kelebihan penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar
1.3.
Rumusan Masalah
1.3.1. Mengapa hidrogen dapat menjadi bahan bakar alternatif pada masa yang akan datang?
1.3.2. Bagaimana memecah suatu senyawa menjadi unsur hidrogen menjadi bahan bakar yang dapat
digunakan?
1.3.3. Apa kekurangan dan kelebihan dari penggunaan Bahan Bakar Hidrogen (BBH)?
1.4.
Batasan Masalah
Pada makalah ini hanya dibahas proses pemecahan hidrogen yang mulanya berikatan dengan senyawa
lain hingga dapat digunakan menjadi bahan bakar. Tidak dibahas mengenai bahan bakar hidrogen
yang sudah diaplikasikan pada transportasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Cavendish menyebut gas ini "udara terbakar " ( sekarang dikenal sebagai hidrogen ). Pada tahun 1766, Henry
Cavendish adalah orang yang pertama mengenali gas hidrogen sebagai zat diskret dengan
mengidentifikasikan gas tersebut dari reaksi logam-asam sebagai udara yang mudah terbakar. Pada tahun
1781 dia lebih lanjut menemukan bahwa gas ini menghasilkan air ketika dibakar. Pada tahun 1783, Antoine
Lavoisier memberikan unsur ini dengan nama hidrogen (dari Bahasa Yunani hydro yang artinya air dan genes
yang artinya membentuk) ketika dia dan Laplace mengulang kembali penemuan Cavendish yang mengatakan
pembakaran hidrogen menghasilkan air. Penelitian awal pada hidrogen berperan penting dalam
mengungkapkan sifat sebenarnya dari oksidasi (pembakaran). Oleh karena itu, penemuan ini merupakan
langkah awal yang penting dalam kelahiran kimia modern.
2.2.
hambar yang membakar di udara untuk menghasilkan air. Memiliki salah satu titik didih terendah, -252,9 C
(-423,2 F), dan titik beku, -259,3 C (-434,7 F), dari semua elemen.
Sebuah atom hidrogen mengandung satu proton dan satu elektron, sehingga atom paling sederhana yang
dapat dibangun. Karena satu proton dalam intinya, hidrogen diberikan nomor atom 1. Hidrogen adalah unsur
pertama dalam tabel periodik. Kotaknya terletak di puncak klasemen Grup 1 dalam tabel periodik.
Hidrogen merupakan unsur yang relatif tidak aktif pada suhu kamar, tapi akan jauh lebih aktif pada suhu
yang lebih tinggi. Misalnya, ia bereaksi di udara atau oksigen murni. Hal ini juga dapat dilakukan untuk
5
bereaksi dengan kebanyakan unsur, baik logam dan non logam. Ketika dikombinasikan dengan logam,
senyawa yang terbentuk disebut hidrida. Beberapa senyawa akrab hidrogen dengan non logam termasuk
amonia (NH3), hidrogen sulfida (H 2 S), hidrogen klorida (atau asam klorida, HCl), hidrogen fluorida (atau
asam fluorida, H2F2), dan air (H2O). Hidrogen merupakan unsur yang paling berlimpah, yang membentuk
sekitar tiga perempat massa alam semesta. Jika hidrogen tidak berikatan dengan senyawa lainnya, hidrogen
bersifat:
Hidrogen terdapat dalam air yang menutupi 70% permukaan bumi dan di semua bahan organik.
Hidrogen unsur paling sederhana di alam semesta. Hanya terdiri atas satu proton dan satu elektron.
Hidrogen merupakan gas dan unsur yang paling ringan, dan 14 kali lebih ringan daripada udara.
"Tumpahan" gas hidrogen langsung berdifusi ke udara, dan tidak mencemari tanah atau air tanah.
Hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak beracun. Tidak menimbulkan hujan asam,
melubangi ozon, atau menghasilkan emisi berbahaya.[1]
2.3.
semesta. Unsur hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi, dan biasanya ditemukan
berikatan membentuk senyawa dengan unsur lain contoh: air (H20). Hidrogen terkunci dalam jumlah besar di
dalam air (H2O), hidrokarbon (seperti metana, CH4), dan bahan organik lainnya. Salah satu tantangan dari
menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar berasal dari mampu secara efisien mengekstrak hidrogen dari
senyawa ini.[2]
Tempat yang paling umum untuk menemukan hidrogen di bumi adalah air. Setiap molekul air (H 2O)
mengandung dua atom hidrogen. Hidrogen juga ditemukan dalam berbagai senyawa di seluruh bumi
termasuk hidrokarbon, asam, dan hidroksida. Ada sangat sedikit hidrogen bebas di atmosfer bumi. karena
sangat ringan hidrogen akhirnya lolos ke ruang angkasa. Satu-satunya hidrogen bebas di bumi berada jauh di
bawah tanah.
2.4. Bagaimana Penggunaan Hidrogen Selama Ini?
Hidrogen digunakan sehari-hari dalam bentuk gas dan cairan oleh banyak industri, termasuk industri
perminyakan dan dalam proses manufaktur untuk memproduksi zat kimia, makanan, dan elektronik.
Towngas, bahan bakar yang digunakan pada awal abad ke-20, 50% hidrogen.
Gambar 2.2 Hidrogen digunakan sebagai bahan bakar pesawat ulang alik NASA
2.5.
efisien, dan tidak menghasilkan emisi saat digunakan dalam sel bahan bakar. Tidak beracun, dapat diproduksi
dari sumber daya terbarukan, dan tidak berdampak gas rumah kaca. Banyak studi mencatat bahwa hidrogen
mungkin satu-satunya bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan negara pada minyak
asing sekaligus mengurangi gas rumah kaca secara signifikan.
Karena alasan-alasan itulah hidrogen kini digunakan dalam beragam aplikasi sebagai pembawa energi
utama. Berbagai kemajuan signifikan telah diraih dalam penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar
transportasi dan bahan bakar untuk pembangkit listrik. Hidrogen dapat digunakan dalam mesin pembakaran
internal atau sel bahan bakar untuk membangkitkan listrik. Sel bahan bakar lebih unggul karena jauh lebih
efisien daripada mesin pembakaran internal, sehingga menjadi perangkat utama dalam konversi hidrogen
menjadi listrik.[3]
Karena daya tarik teknologi pemanfaatan hidrogen yang diproduksi dari air melalui proses elektrolisis
inilah sekarang banyak negara yang sudah mulai mengembangkan teknologi ini. Negara-negara itu di
antaranya Malaysia, Cina, Jepang dan tentu saja Amerika Serikat.[4]
Gambar 2.3. Gas hidrogen digunakan sebagai bahan bakar transportasi, www.otomotif.xyz
2.6.
Metode umum yang saat ini digunakan untuk menguraikan air menjadi hidrogen, yaitu:
1. Elektrolisis
Pada proses elektrolisis, kita mengalirkan arus listrik (baca : memberikan energi listrik) ke air
sehingga air terurai menjadi gas hidrogen di katoda (kutub negatif) dan gas oksigen di anoda (kutub positif).
Gas hidrogen yang dihasilkan bisa disalurkan ke dalam sistem pembakaran kendaraan. Karena air bukan
penghantar listrik yang baik maka biasanya kita tambahkan garam atau asam atau basa agar bisa menjadi
elektrolitik. Beberapa penelitian menunjukkan air bisa menghantar listrik dalam gelombang radio freksuensi
tertentu. Kita bisa dengan mudah melakukan hal ini di rumah menggunakan adaptor hp atau aki yang mana
kedua kabelnya dicelupkan di air garam. Di antara semua metode penguraian air, elekstrolisis merupakan
metode yang paling mudah dilakukan dan paling memungkinkan dibuat portabel.
Memadukan teknologi elektrolisis yang menghasilkan hidrogen dari air dengan teknologi pembakaran
menggunakan bahan bakar bensin atau solar kepada kendaraan ataupun mesin industri terbukti cukup efektif
mengurangi konsumsi bahan bakar fosil antara 15-50 %. Karena daya tarik teknologi pemanfaatan hidrogen
yang diproduksi dari air melalui proses elektrolisis inilah sekarang banyak negara yang sudah mulai
11
mengembangkan teknologi ini. Negara-negara itu di antaranya Malaysia, Cina, Jepang dan tentu saja
Amerika Serikat.
Hidrogen itu seperti listrik yang merupakan sumber energi sekunder yang diproduksi/dikonversi
dengan menggunakan sumber energi lain. Pada kenyataanya hidrogen dan listrik memang bagaikan dua sisi
yang berbeda dari satu mata uang yang sama. Hidrogen bisa diproduksi dengan menggunakan tenaga listrik
melalui proses elektrolisis, sebaliknya hidrogen bisa digunakan untuk memproduksi listrik bebas polusi
melalui proses elektrolisis pula.
Keuntungan metode elektrolisis adalah metode sederhana hanya membutuhkan air dan listrik, ramah
lingkungan, tidak tergantung dari bahan fosil dan teknologi yang sudah terbukti. Kesederhanaan dari
elektrolisis bisa menempatkan pabrik di lokasi pedalaman, karena listrik dapat diproduksi menggunakan
generator listrik tapi biaya produksi akan mahal.
Kerugian metode ini adalah kebutuhan listrik sangat besar dan tanpa Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) akan sangat tidak efisien dan timbul polusi). Efisiensi 25-45% dan efisiensi dapat meningkat
sampai 90% kalau dipasangkan dengan PLTN. Namun, seperti yang telah dikatakan, proses ini secara
komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam. Jadi, metode elektrolisis hanya memiliki
prospek jika dan hanya jika kita menggunakan sumber energi listrik yang lebih murah, misal dengan tenaga
angin, panas bumi, atau energi matahari. Namun, jika kita menggunakan ketiga sumber energi ini maka
bahan bakar air tidak bisa dibuat portabel dan include di sistem kendaraan dan harus memikirkan
penyimpanan gas hidrogen yang tidak mudah dan rawan meledak. Selain itu, apakah tidak lebih efisien jika
energi listik yang dihasilkan dari ketiga sumber energi tersebut langsung disalurkan ke end user atau jika
untuk kendaraan dalam bentuk mobil listrik dibandingkan untuk elektrolisis air. Ada satu kaidah umum yang
merupakan aplikasi hukum pertama dan kedua termodinamika, semakin panjang rantai konversi suatu energi
maka semakin kecil efesiensinya.[5]
2. Dekomposisi Termal
Jika pada proses elektrolisis kita menggunakan listrik sebagai sumber energi, maka pada dekomposisi
termal kita menggunakan panas untuk menguraikan air. Karena air merupakan salah satu zat yang sangat
stabil maka dibutuhkan suhu tinggi (sekitar 1200 1500 0C) dan katalis (biasanya Pt dan Ir).
13
Teknologi ini tidak terlalu berkembang karena membutuhkan suhu yang sangat tinggi dan hasil yang
diperoleh tidak memuaskan sehingga tidak memungkinkan dijadikan portabel di kendaraan. Selain itu,
sumber energi untuk pemanasan juga menjadi persoalan. Jika sumber energi tersebut lebih mahal maka akan
lebih efisien kalau langsung digunakan tanpa harus mengubah air menjadi hidrogen terlebih dahulu. Gas
alam misalnya akan lebih efisien langsung digunakan sebagai bahan bakar dibandingkan digunakan sebagai
sumber energi dekomposisi termal air. Jika memang membutuhkan hidrogen maka gas alam bisa diubah
langsung menjadi hidrogen lewat proses steam-methane reforming yang memberikan hasil lebih baik dan
membutuhkan suhu lebih rendah (sekitar 700 1000 0C).[6]
3. Steam Reforming
Saat ini, steam reforming, atau menggabungkan uap suhu tinggi dengan gas alam untuk mengekstrak
hidrogen, menyumbang sebagian besar hidrogen diproduksi di Amerika Serikat. Hidrogen juga dapat
dihasilkan dari air melalui elektrolisis, tetapi metode ini lebih banyak energi intensif. sumber energi
terbarukan, seperti angin atau matahari, dapat digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan emisi
berbahaya hidrogen-menghindari dari jenis lain produksi energi..[1]
Steam reforming adalah metode produksi hidrogen menggunakan proses thermo-kimia yang melibatkan
gas methan dan uap air pada suhu tinggi. Proses konvensional steam reforming terjadi pada suhu 800-900 0C
yang dihasilkan dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil bisa diganti dari PLTN untuk meminimalkan
energi-loss dengan cara dipasang berpasangan (couple) yang memerlukan modifikasi metode. Panas dari
pembakaran methan memisahkan molekul uap air menjadi hidrogen seperti reaksi pada tabel di bawah ini .
Ada 2 reaksi kimia yang terjadi, pertama adalah reaksi reforming secara endothermic dengan katalis
pada suhu tinggi. Kedua adalah reaksi shift secara exothermic. Keuntungan metode Steam Reforming adalah
metode paling efisien sampai saat ini, teknologi yang sudah terbukti, dan biaya produksi paling rendah.
Kerugian metode ini tanpa menggunakan PLTN adalah ketergantungan pada bahan bakar fosil dan
15
menghasilkan CO2. Penggunaan PLTN memungkinkan dengan modifikasi metode seperti gambar di bawah
ini dengan efisiensi 70%.
4. Fotokatalisis air
Ide ini sebenarnya meniru konsep fotosintesis pada tumbuhan, yaitu menyerap gas karbondioksida
dan air lalu mengubahnya menjadi oksigen dan senyawa organik kompleks (sumber energi) menggunakan
energi cahaya dengan bantuan katalis. Bedanya, pada fotokatalisis air hanya menggunakan air sebagai raw
material dan mengubahnya menjadi gas hidrogen dan oksigen. Ada banyak katalis yang bisa digunakan untuk
fotokatalis seperti TiO2 (titanium oksida), dll. Dalam beberapa kasus metode fotokatalisis digabungkan
dengan elektrolisis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Metode ini sebenarnya cukup memiliki prospek besar di masa depan karena sinar matahari
merupakan sumber energi yang sangat murah dan sustainable. Hidrogen yang dihasilkan bisa digunakan fuel
cell dan sebagainya. Hanya saja perdebatan baru akan muncul, manakah yang lebih menjanjikan dan efisien:
17
menggunakan energi matahari untuk fotokatalisis air atau solar cell (listrik)? Selain itu, teknologi ini juga
tdak bisa digunakan secara langsung di kendaraan.[6]
2.7.
2.
3.
4.
dapat lebih mandiri dan tidak harus bergantung pada negara lain. Hidrogen menawarkan keamanan
energi yang besar untuk setiap bangsa yang memilih untuk menggunakan sel bahan bakar hidrogen.
5.
Dibanding bahan bakar fosil yang umum kita gunakan selama ini, Bensin dan solar, pemakaian
hidrogen sebagai bahan bakar jauh lebih efektif dalam pembakaran.
Sebagai perbandingan 1 pound bensin yang dibakar pada suhu 25 derajat Celcius dan tekanan 1
atmosfer akan menghasilkan panas antara 19.000 Btu (44,5 kJ/g) s/d 20.360 Btu (47,5 kJ/g),
sedangkan 1 pound Solar bisa menghasilkan panas antara 18.250/lb (42,5 kJ/g) s/d 19,240 Btu (44,8
kJ/g).
Hidrogen sendiri dalam kondisi yang sama (25 derajat Celcius dan tekanan 1 atmosfer) dengan berat
yang sama mampu menghasilan panas 51.500 Btu/lb (119,93 kJ/g) sampai 61.000 Btu (141,86 kJ/g)
yang berarti hampir 3 kali lipat dari panas yang bisa dihasilkan oleh pembakaran bensin dan solar.[7]
2.
3.
bahwa pasar energi tidak akan melihat sel bahan bakar hidrogen sebagai alternatif untuk listrik bahan
bakar fosil utama atau energi nuklir bahkan beberapa tahun lagi. Pereaksian hidrogen dengan oksigen
bukan hanya air saja yang dihasilkan. Sinar UV menjadi produk sampingnya sehingga resiko ledakan
sangat rentan dalam penggunaannya. Para peneliti harus terus mencari cara meminimalisasi ledakan
tersebut.
4.
5.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Dalam banyak hal, hidrogen merupakan bahan bakar yang sempurna. Berjumlah melimpah, sangat
efisien, dan tidak menghasilkan emisi saat digunakan dalam sel bahan bakar. Tidak beracun, dapat
diproduksi dari sumber daya terbarukan, dan tidak menyebabkan gas rumah kaca. Energi hidrogen
merupakan sumber energi bersih. Suplai energi yang dihasilkan hanya mengeluarkan uap air sebagai
emisi selama berlangsungnya proses. Banyak studi mencatat bahwa hidrogen mungkin satu-satunya
bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan negara pada minyak asing sekaligus
mengurangi gas rumah kaca secara signifikan.
2. Untuk memecah suatu senyawa menjadi unsur hidrogen yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
bisa dengan berbagai cara yakni:
- Elektrolisis dengan bantuan energi listrik
- Dekomposisi Termal yang membutuhkan suhu tinggi (sekitar 1200 1500 0C) dan katalis
- Steam Reforming menggunakan proses thermo-kimia yang melibatkan gas methan (CH4) dan uap
-
DAFTAR PUSTAKA
[1] Air Product. 2016. Dasar-Dasar Hidrogen. http://www.airproducts.co.id/industries/Energy/Power/PowerGeneration/hydrogen-basics.aspx (Diakses pada 5/10/2016 pukul 19:35)
25
[2]
U.S.
Department
of
Energy.
2016.
Hydrogen
Basics.
Rinkesh.
2015.
What
is
Hydrogen
Energy.
http://www.conserve-energy-
future.com/Advantages_Disadvantages_HydrogenEnergy.php
[8]
Maulana,
Irham.
2015.
Bahan
Bakar
Sel
Hidrogen,
Kelebihan
dan
Kekurangannya.
27