Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Suku Bangsa
Status
Alamat
: Tn. T
: Laki-laki
: 58 tahun
: Islam
: Jawa
: Menikah
: Jakarta Utara
Pekerjaan
Tanggal masuk Rumah Sakit
Tanggal pemeriksaan
ANAMNESA
Dilakukan secara alloanamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan : Muntah muntah selama perjalanan ke Rumah Sakit, tidak dapat
berbicara, dan sisi tubuh sebelah kanan terasa lemah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara TK.1 R. Said Sukanto
dengan keluhan pingsan 6 jam SMRS. Saat pasien sadar, pasien muntah muntah dan tidak
dapat berbicara. Pasien juga mengeluhkan sisi tubuh sebelah kanannya terasa lemah.
Sebelumnya tidak ada keluhan apapun yang dirasakan oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes
Riwayat epilepsi
Penyakit jantung
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Riwayat Kebiasaan
Alkohol
: disangkal
Narkoba
Merokok
: disangkal
: Sudah berhenti sejak 1 bulan yang lalu
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Laju Pernapasan
d. Suhu
140/90 mmHg
81x/ menit, reguler
20x / menit
36,8 0C
Wajah
Rambut
rambut hitam
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
darah (-);
trakea di tengah; pembesaran kelenjar tiroid (-) ;
pembesaran KGB leher (-);
Toraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Status Neurologis
Kesadaran
: Compos mentis
: GCS 15 ( E4
M6
V5 )
:-
Kernig Sign
:-
Lasegue Sign
:-
Brudzinski I
:-
Brudzinski II
:Pemeriksaan Nervus Cranialis
N I (Olfactorius)
Fungsi penghidu
Kanan / kiri
: tidak dilakukan
N II (Optikus)
Visus
lapangan pandang
Warna
: tidak dilakukan
Fundus
: tidak dilakukan
N III (Okulomotrius), N IV
(Troklearis), N VI(Abducens)
Sikap bola mata
: orthophoria
: +/+
: +/+
Refleks akomodatif
: +/+
Nistagmus
:-
N V (Trigeminal)
Sensorik
N V1
N V2
N V3
Refleks Kornea
: tidak dilakukan
Motorik
Menggigit
: normal
Membuka Rahang
: normal
N VII (Fasialis)
Sensorik (kecap 2/3 anterior
: tidak dilakukan
lidah )
Motorik
Mengerutkan dahi
: normal
Mengangkat alis
: normal
Menggembungkan pipi
Mencucu
Meringis
Plica nasolabialis
N VIII (Vestibulokoklear)
Gesekan jari
AS
: normal
AD
: normal
Garpu tala
Rinne
: tidak dilakukan
Webber
: tidak dilakukan
Schwabach
: tidak dilakukan
N IX (Glosofaringeal)
Sensorik
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Letak uvula
: sulit dinilai
Arkus faring
: sulit dinilai
Disfoni
: (+)
Disfagi
: (-)
N XI (Asesorius)
Mengangkat bahu
: normal
Memalingkan kepala
: normal
N XII (Hipoglosus)
Deviasi lidah
: deviasi ke kanan
:-
Artikulasi
: sulit dinilai
Pemeriksaan Motorik
Kekuatan
Tangan
:3333 / 5555
Kaki
:3333/5555
Tonus
Tangan
Kaki
Klonus
: normotonus / normotonus
: normotonus / normotonus
Patella
: -/-
Achilles
:-/-
Refleks Fisiologis
Ekstremitas atas
Biceps
+/+
Triceps
Ekstremitas bawah
+/+
Patella
++ / +
Achilles
Refleks Patologis
Ekstremitas atas
Hoffman
Tromer
Ekstremitas bawah
: ++/+
+
:
+/-
+/-
Babinski
:+/+
Chaddock
:-/-
Oppenhein
:-/-
Gordon
:-/-
Schaeffer
:-/-
Pemeriksaan Sensorik
Rangsang Raba
Rangsang Nyeri
: sulit dinilai
Rangsang Suhu
: tidak dilakukan
Rangsang Getar
: tidak dilakukan
Proprioseptif
: tidak dilakukan
: normal
BAK
Berkeringat
: normal
Pemeriksaan Koordinasi
Romberg
: tidak dilakukan
Disdiadokokinesia
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Rhebound Phenomenon
: tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
01 Oktober 2016
Pemeriksaan
Hematologi Lengkap
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Hemoglobin
15,4
13 16
g/dl
Leukosit
14.100
5.000 10.000
u/f
Hematokrit
44
40 48
Trombosit
338.000
150.000 400.000
/ ul
289
< 200
Ureum
26
10 50
mg/dl
0,5 1,5
mg/dl
135 - 145
3,5 5,0
98 - 108
mmol/l
mmol/l
mmol/l
Kimia Klinik
0,7
Creatinine
Elektrolite
Natrium
Kalium
Chlorida
Kimia Klinik
Bilirubin total
Allbumin
Globulin
Bilirubin total
SGOT / AST (37 C)
SGPT / AST (37 C)
Kolestrol total
Trigliserida
136
3,8
105
mg/dl
Hasil
6,8
4,3
2,5
1,10
Nilai Rujukan
6,0 8,7
3,5 5,2
2,5 3,1
Dws: < 1,5; Neo: <
Satuan
g/dl
g/dl
mg/dl
mg/dl
15,3
11,9
195
75
12
< 37
< 40
< 200
< 200
U/L
U/L
mg/dl
mg/dl
7
Asam Urat
6,1
3,4 7,0
mg/dl
5 Oktober 2016
Pemeriksaan
Hematologi Lengkap
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
Hemoglobin
15,8
13 16
g/dl
Leukosit
12.300
5.000 10.000
u/f
Hematokrit
45
40 48
Trombosit
308.000
150.000 400.000
/ ul
CT- Scan
Skoring Sirriraj
(2,5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x D) (3 x A) 12
(2,5 x 1 ) + ( 2 x 1) + ( 2 x 1) + ( 0,1 x 90 ) ( 3 x 0 ) 12
= ( 2,5) + (2) + (2) + (9) (0) 12
= 3,5
Skor SSS > 1
: Perdarahan supratentorial
: Infark serebri
: Meragukan
S : Kesadaaran
M : Muntah
N : Nyeri Kepala
D : Diastole
0 = Kompos mentis
0 = Tidak ada
0 : Tidak ada
A : Ateroma
1 = Somnolen
1 = Ada
1 : Ada
0 : Tidak ada
2 = Stupor / koma
Resume
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara TK.1 R. Said Sukanto
dengan keluhan pingsan saat pulang dari masjid setelah shalat subuh. Saat pasien sadar,
pasien muntah - muntah dan tidak dapat berbicara. Sisi tubuh sebelah kanan pasien juga
terasa lemah. Sebelumnya pasien tidak pernah mengeluhkan apapun. Riwayat hipertensi dan
diabetes disangkal.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang dan kesadaran kompos mentis.
Tanda vital dalam batas normal ( tekanan darah 140/90 ; suhu 36,8 oC ; nadi 81x/menit ;
pernafasan 20x/menit ), status generalis dalam batas normal, dan pada status neurologis
ditemukan beberapa kelainan.
9
didapatkan
kekuatan
otot
lengan
3333/5555
dan
tungkai
3333/5555. Pada pemeriksaan reflex patologis didapatkan HoffmanTromnar (+) pada lengan dan tungkai sebelah kanan dan (-) pada lengan
dan tungkai sebelah kiri.
Diagnosis
D. Klinis
D. Topis
D. Etiologi
: stroke hemoragik
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Infus RL
14 tpm
Injeksi ceftriaxone
1 x 2g
Injeksi rantin
2 x1 ampul
Injeksi ketorolac
2 x 1 ampul
Injeksi transamin
2 x 500mg
Injeksi citicoline
3 x 500mg
Asam Folat
2 x 1 p.o
Captopril
3 x 12,5 mg p.o
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
10
TINJAUAN PUSTAKA
1. Stroke Hemoragik
1.1 Definisi Stroke
Stroke adalah hilangnya sebagian fungsi otak yang terjadi secara mendadak atau tibatiba akibat sumbatan atau pecahnya pembulluh darah di otak. Tanpa oksigen dan
nutrisi penting yang dialirkan bersama dengan darah, sel otak akan rusak atau mati
dalam beberapa menit.
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal, dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler.
Sedangkan definisi stroke hemorogik adalah pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan
keluarnya
darah
ke
jaringan
parenkim
otak,
ruang
cairan
12
Menurut Muttaqin (2008; 129), ada beberapa faktor risiko stroke hemoragik, yaitu:
- Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang
-
estrogentinggi).
Konsumsi alkohol.
Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh
13
permukaan otak dan sinus venosus di dalam dura mater atau karena robeknya
araknoid
2.
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh
darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma, dimana 70% kasus
PIS terjadi di kapsula interna, 20% terjadi di fosa posterior
serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula interna). PIS terutama disebabkan
oleh hipertensi (50-68%). Angka kematian untuk perdarahan intraserebrum hipertensif
sangat tinggi, mendekati 50%. Perdarahan yang terjadi diruang supratentorium (diatas
tentorium cerebeli) memiliki prognosis yang baik apabila volume darah sedikit.
Namun, perdarahan kedalam ruang infratentorium didaerah pons atau cerebellum
memiliki prognosis yang jauh lebih buruk karena cepatnya timbul tekanan pada
strukturstruktur vital dibatang otak.
1.6 Patofisiologi Stroke Hemoragik
A. Perdarahan Intraserebral
Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik. Keadaan ini
menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil, terutama pada
cabang-cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam basal ganglia dan
kapsula interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi lemah, sehingga terjadi
robekan dan reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya
terbentuk aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal
yang sama dapat terjadi pada pembuluh darah yang mensuplai pons dan serebelum.
Rupturnya satu dari pembuluh darah yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam
substansi otak (Gilroy,2000; Ropper, 2005).
14
Pada pasien dengan tekanan darah normal dan pasien usia tua, PIS dapat disebabkan
adanya cerebral amyloid angiopathy (CAA). Keadaan ini disebabkan adanya
akumulasi protein -amyloid didalam dinding arteri leptomeningen dan kortikal yang
berukuran kecil dan sedang. Penumpukan protein -amyloid ini menggantikan
kolagen dan elemen-elemen kontraktil, menyebabkan arteri menjadi rapuh dan lemah,
yang memudahkan terjadinya resiko ruptur spontan. Berkurangnya elemen-elemen
kontraktil disertai vasokonstriksi dapat menimbulkan perdarahan masif, dan dapat
meluas ke dalam ventrikel atau ruang subdural. Selanjutnya, berkurangnya
kontraktilitas menimbulkan kecenderungan perdarahan di kemudian hari. Hal ini
memiliki hubungan yang signifikan antara apolipoprotein E4 dengan perdarahan
serebral yang berhubungan dengan amyloid angiopathy (Gilroy, 2000; Ropper, 2005;
O'Donnel, 2000)
B. Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan yaitu,
ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan
atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma
mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah
yang lemah dari dinding arteri itu.
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat
kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitusetelah bertahun-tahun
dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri.Kebanyakan perdarahan
subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari pecahnya
koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di sekitar
otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya
hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah
pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang
memasok otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang.arteri kemudian dapat
melemah dan pecah.
1.7 Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik
A.Perdarahan Intraserebral
15
sakit kepala.
Kesadaran sering terganggu :dari tidak sadar sebentar,sedikit delirium sampai
koma.
Fundus okuli : 10% penderita mengalami papil edema beberapa jam setelah
perdarahan.
C. Perdarahan Subdural
Gejala-gejala perdarahan sub dural adalah nyeri kepala progresif, ketajaman
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisiensi
neorologik daerah otak yang tertekan.
Diagnosis
Berdasarkan klinis anamnesis & pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan keluhan utama pasien.
Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain:
hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak,
16
diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran
yang keseluruhannya terjadi secara mendadak.
Sistem scoring untuk membedakan jenis stroke (Skor stroke Sirriraj dan Algoritma
stroke gajah mada)
Berdasarkan Skor Stroke Sirriraj
(2,5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x D) (3 x A) 12
S : Kesadaaran
M : Muntah
0 = Kompos mentis
0 = Tidak ada
1 = Somnolen
1 = Ada
A : Ateroma
0 = Tida ada
1 = Salah satu atau lebih
(DM, Angina, Penyakit
2 = Stupor / koma
D : Diastole
pembuluh darah)
17
canggih,
CT
angiography
menggeser
angiogram
konvensional.
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang
kadang-kadang digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu
pipa kateter panjang dimasukkan ke dalam arteri (biasanya di area
selangkangan) dan zat warna diinjeksikan sementara foto sinar-x
secara
bersamaan
diambil.
Meskipun
angiogram
memberikan
injeksi
atau
penempatan
pipa)
yang
menggunakan
Echocardiogram adalah
melihat
bilik
jantung.
Monitor
Holter
sama
dengan
b.
stabilisasi hemodinamik/sirkulasi
c.
d.
e.
f.
pengendalian kejang
g.
h.
pemeriksaan penunjang
B. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
Terapi umum
20
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung
memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila
tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume
hema- toma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera
diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg
(pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6
posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, berikan oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi
dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih
penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).
21
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan
elek- trolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengan- dung glukosa atau salin
isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang
nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150
mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia
(kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) di- atasi segera dengan
dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri
kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala.
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik 220
mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) 130 mmHg
(pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark
miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah
maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium nitro- prusid,
panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25
sampai 1 g/kgBB per 30 menit dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan
umum memburuk, di- lanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5
hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alter- natif,
dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid.
Terapi khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue
Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau
pirasetam (jika didapatkan afasia).
22
STADIUM SUBAKUT
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,
dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
panjang, di- butuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit
dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan program
preventif primer dan sekunder.
Terapi fase subakut:
- Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
- Penatalaksanaan komplikasi
- Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi, terapi wicara,
terapi kognitif, dan terapi okupasi
- Prevensi sekunder
- Edukasi keluarga dan Discharge Planning
1.9 Komplikasi Stroke
Peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi adalah komplikasi yang paling
ditakutkan pada perdarahan intraserebral. Perburukan edem serebri sering
mengakibatkan deteoriasi pada 24-48 jam pertama. Perdarahan awal juga
berhubungan dengan deteorisasi neurologis, dan perluasan dari hematoma tersebut
adalah penyebab paling sering deteorisasi neurologis dalam 3 jam pertama. Pada
pasien yang dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran
dalam 24 jam pertama. Kejang setelah stroke dapat muncul. Selain dari hal-hal yang
telah disebutkan diatas, stroke sendiri adalah penyebab utama dari disabilitas
permanen.
1.10 Pencegahan Stroke
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun
kelompok risiko tinggi yang berlum pernah terserang stroke. Beberapa pencegahan
yang dapat dilakukan adalah:1
Pada pencehagan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah pengendalian faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor risiko yang dapat
dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA, dislipidemia, dan
sebagainya.
1.11
Prognosis
Angka kesembuhan pada perdarahan intraserebral bergantung pada lokasi, ukuran,
dan kecepatan perkembangan hematoma. Pasien dengan hematoma kecil, berlokasi
jauh ke dalam dan dekat dengan midline sering diikuti dengan herniasi sekunder dan
massa sehingga mortalitasnya tinggi. Penyembuhan pasien dengan perdarahan
intraserebral biasanya disertai defisit neurologis.
Pasien dengan perdarahan subarahnoid masif sejak awal dapat berakhir dengan
kematian ataupun kerusakan otak. Namun jika perdarahan terbatas, pasien dapat
bertahan dengan resiko perdarahan ulangan pada beberapa hari/minggu berikut
setelah perdarahan subarahnoid pertama. Jika tidak di terapi segera, perdarahan
subarahnoid yang disebabkan oleh ruptur AVM beresiko terhadap perdarahan ulangan
pada 24 jam sesudahnya, 1-2 % 1 bulan sesudahnya, dan sebesar 3 % terjadi 3 bulan
setelah serangan awal. Evaluasi dan penanganan pasien dengan perdarahan
subarahnoid harus segera diberikan untuk mencegah prognosis buruk pasien.
Daftar Pustaka
Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Lionel Ginsberg. Neurologi. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga Medical Series
Lumbantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta. 2008. FKUI
Mahar Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-11. Jakarta. 2006. PT. Dian rakyat
Misbach Jusuf. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta. 1999. FKUI
24
Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Guideline Stroke
2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta, 2007.
Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Diperoleh dari:
http://www.merck.com/mmhe/sec06/ch086/ch086d.html [Tanggal: 09 Okt 2016].
Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6.
Jakarta. 2006.
EGC,
25