Laporan Kasus
Laporan Kasus
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.A
Umur
: 31 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Suku/ Bangsa
: Tolaki/ Indonesia
Alamat
: Jalan Poros Palangga, Andoolo
No.RM
: 46.58.23
Tanggal masuk
: 12 Februari 2016
B. Anamnesis (Auto dan alloanamnesis)
1. Keluhan utama: Nyeri perut tembus belakang
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien rujukan dari RS Konawe Selatan dengan letak sungsang,
PEB, anemia, trombositopenia, dan hipoalbuminemia. Pasien mengeluh
nyeri perut sejak 2 hari yang lalu, nyeri perut yang dirasakan hingga
tembus belakang. Keluhan lain yang dirasakan pasien juga mengeluh ada
pelepasan lendir bercampur darah sejak 1 hari SMRS.
Pasien juga
mengeluh pusing (+), nyeri ulu hati (+), mual (-), muntah (-). Tidak ada
gangguan penglihatan dan tanda perdarahan spontan. Pasien juga tidak
pernah mengalami kejang selama kehamilan. Demam (-). BAB dan BAK
dalam batas normal.
3. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Tidak pernah
melakukan operasi apapun sebelumnya. Riwayat hipertensi (-), asma (-),
diabetes mellitus (-).
4. Riwayat penyakit keluarga:
Dalam keluarga tidak pernah mengalami keluhan yang serupa. Riwayat
hipertensi, asma, diabetes mellitus dalam keluarga tidak ditemukan.
5. Riwayat obstetri:
Siklus haid tidak diketahui oleh pasien, Pasien mengalami haid terakhir
tanggal dilupa, bulan 5 tahun 2015. Pasien belum memiliki anak, tidak ada
riwayat abortus sebelumnya. Pemeriksaan ANC rutin di posyandu dan
telah mendapatkan suntik TT sebanyak 2x.
6. Riwayat KB:
Pasien tidak pernah memasang KB sebelumnya.
C. STATUS GENERALIS
a. Keadaan umum : sakit sedang, compos mentis.
b. Tanda vital :
- Tekanan darah : 150/110
- Nadi
: 89 kali/ menit
- Suhu
: 36.9 C
- Pernapasan
: 20 kali/ menit
c. Status interna
- Kepala : Normosefal
- Kulit
: pucat (+), sianosis (-), ikterus (-)
- Telingan : Otorhea (-)
- Mata
: konjungtiva anemis (+/ +), sclera ikterik (-/-)
- Hidung : Rinorhea (-)
- Bibir
: pucat (+), kering (-)
- Lidah
: kotor (-), tremor (-)
- Mulut
: stomatitis (-), kandidiasis (-)
- Tonsil
: T1/ T1, hipremis (-)
- Leher
: pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)
Thoraks
Paru-paru:
-
Jantung
-
Perkusi
: pekak
Batas jantung kiri pada ICS VI linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan pada linea parasternalis kanan
Auskultasi : Bunyi jantung I/ II murni regular, bunyi tambahan (-)
Abdomen
-
D. STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar:
- TFU teraba setinggi 3 jari di bawah prosesus xipoideus (93 cm)
- Lingkar perut 34 cm
- Tafsiran berat janin = 3162 gram
- L1 : Kepala, L2: Pungggung kanan, L3: Persentase bokong, L4: 5/5.
- DJJ : 143x/ menit, HIS (+) 2 x 10 menit (15, 10)
Pemeriksaan dalam vagina:
-
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin : 12 Februari 2016
Parameter
WBC
HGB
HCT
PLT
MCV
MCH
MCHC
Hasil
12.4 x 103 L
6.7 g/Dl
21.0 %
42 x 103 L
60.8
19.4
31.9
Interval
4.00 - 10.00
12.0 - 16.0
27.8 - 48.0
150 - 400
80.0 - 97.0
26.5 - 33.5
31.5 - 35.0
Keterangan
H
L
L
L
L
L
N
Hasil
22.87 x 103 L
8.0g/dl
27.3 %
189 x 103 L
66.7
19.6
29.3
Interval
4.00 - 10.00
12.0 - 16.0
27.8 - 48.0
150 - 400
80.0 - 97.0
26.5 - 33.5
31.5 - 35.0
Keterangan
H
L
N
N
L
L
L
Interval
4.00 - 10.00
12.0 - 16.0
27.8 - 48.0
150 - 400
80.0 - 97.0
26.5 - 33.5
31.5 - 35.0
Keterangan
H
L
L
N
L
L
L
Interval
15 - 40
0.5 1.0
< 31
< 31
Keterangan
N
N
N
N
Hasil
15.58 x 103 L
7.9 g/dl
26.3 %
261 x 103 L
66.9
20.1
30.0
Hasil
22 mg/ dl
0.8 mg/dl
20 U/ L
15 U/ L
F. DIAGNOSIS
- G1P0A0 gravid aterm
- Letak sungsang
- PEB + Sindrom HELLP parsial
- Anemia
G. RENCANA TINDAKAN
- Cito SC
- O2 5 liter/ menit
- Drips MgSO4 40% 15 cc + 500 ml RL 28 tpm
- Injeksi dexametahson 2 amp/ 12 jam/ iv
- Transfusi whole blood 2 unit
- Darah persiapan PRC 1 unit, whole blood 1 unit.
H. FOLLOW UP
Tanggal
S
13
Nyeri pada
Februar
bekas
i 2016
(04.00
operasi
wita)
O
KU: sakit sedang
Kes:
composmentis
TD: 160/ 100
mmHg
N : 91x / menit
P : 19x / menit
S : 36.7 C
Konjungtiva
A
P
Post SC H0 - Observasi tanda
(partus aterm
vital pasien
+ PEB +
- IVFD 2 jalur :
Sindrom
RL = 2 amp
HELLP
oxytocin 28
parsial +
tpm, RL + 15
Anemia)
cc MgSO4 40
% 28 tpm
- Inj.cefotaxime 1
anemis -/-
gr/ 12 jam/ IV
(skin test)
- Drips
metronidazole
0.5 gram/ 8
jam/ IV
- Inj.ranitidin 1
amp/ 8 jam/ IV
- Inj.tramadol 1
amp/ 8 jam/ IV
- Observasi urin
+ balance
cairan
- Cek Hb
5
13
Nyeri pada
Februar
bekas
i 2016
(10.15
operasi
wita)
Post SC H0 - Observasi
(partus aterm
keadaan umum
+ PEB +
dan tanda vital
Sindrom
- Lanjut drips
HELLP
MgSO4 40%
parsial +
dalam RL 500
Anemia)
cc 18 tpm
- Injeksi lanjut
- Guyur RL 500
cc
- Observasi
produksi urin
- Cek darah rutin
dan kimia
14
Nyeri pada
Februar
bekas
i 2016
operasi
15
Nyeri pada
Februar
bekas
i 2016
operasi
darah.
Post SC H1 - IVFD RL 12
(partus aterm
tpm
+ PEB +
- Stop MgSO4
- Aff infuse 1
Sindrom
jalur
HELLP
- Inj. Furosemid 1
parsial +
amp/ 8 jam
Anemia)
- Lanjut
antibiotik
Post SC H2 - GV
(partus aterm - Cek lab darah
+ PEB +
Sindrom
HELLP
parsial +
Anemia)
rutin
- Aff infuse dan
kateter
- Stolax supp II
- Cefadroxil 2x1
- Metronidazole
3x1
- As.mefenamat
3x1
- SF 2x1
16
Februar
i 2016
17
Februar
i 2016
18
Februar
i 2016
Verban : kering
KU : baik
Kes:
composmentis
TD:
170/110mmHg
N : 87x / menit
P : 20x / menit
S : 37.2 C
TFU : sejajar pusat
BAK : (+)
BAB : (+)
Fluxus : sedikit
Verban : kering
KU : baik
Kes:
composmentis
TD:
160/110mmHg
N : 89x / menit
P : 20x / menit
S : 36.7 C
TFU : sejajar pusat
BAK : (+)
BAB : (+)
Fluxus : sedikit
Verban : kering
KU : baik
Kes:
composmentis
TD:
170/100mmHg
N : 80x / menit
P : 18x / menit
S : 36.5 C
TFU : sejajar pusat
BAK : (+)
BAB : (+)
Fluxus : sedikit
Verban : kering
Post SC H3 - GV
(partus aterm - Nifedipin 2x1
- Obat lanjut
+ PEB +
Sindrom
HELLP
parsial +
Anemia)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sindrom
HELLP
ialah
preeklampsia-eklampsia
disertai
timbulnya
2.2. Epidemiologi
2.3. Klasifikasi
Dua sistem klasifikasi digunakan pada sindrom HELLP. Klasifikasi
pertama berdasarkan jumlah kelainan yang ada. Dalam sistem ini, pasien
diklasifikasikan sebagai sindrom HELLP parsial (mempunyai satu atau dua
kelainan) atau sindrom HELLP total (ketiga kelainan ada). Wanita dengan ketiga
kelainan lebih berisiko menderita komplikasi seperti DIC, dibandingkan dengan
wanita dengan sindrom HELLP parsial. Konsekuensinya pasien sindrom HELLP
total seharusnya dipertimbangkan untuk bersalin dalam 48 jam, sebaliknya yang
parsial dapat diterapi konservatif.6
Klasifikasi kedua sindrom HELLP menurut klasifikasi Missisippi
bedasarkan kadar trombosit darah, terdiri dari: 2,4,6
1. Kelas I : kadar trombosit 50.000/ ml, LDH 600 IU/ l, AST dan/ atau
ALT 40 IU/ l.
2. Kelas 2 : Kadar trombosit > 50.000 100.000/ ml, LDH 600 IU/ l,
AST dan/ atau ALT 40 IU/ l.
3. Kadar trombosit > 100.000 150.000/ ml, LDH 600 IU/ l, AST dan/
atau ALT 40 IU/ l.
2.4. Etiologi
Penyebab sindrom HELLP secara pasti belum diketahui, sindrom ini
menyebabkan terjadinya kerusakan endothelial mikrovaskuler dan aktivasi platelet
intravaskuler. Aktivasi platelet akan menyebabkan pelepasan tromboksan A dan
serotonin, dan menyebakan terjadinya vasospasme, aglutinasi, agregasi platelet,
serta kerusakan endothelial lebih lanjut. Kaskade ini hanya bisa dihentikan dengan
terminasi kehamilan.7 Sindrom HELLP adalah varian dari preeklampsia. Terdapat
beberapa hipotesis mengenai etiologi preeclampsia, diantaranya: 1
1. Iskemia plasenta
Peningkatan deportasi sel trofoblast yang menyebabkan kegagalan invasi
ke arteri spiralis dan akan mengakibatkan iskemia pada plasenta.
2. Mal adaptasi imun
Terjadinya mal adaptasi imun dapat menyebabkan dangkalnya invasi
selnnnnnnnnnnn trofoblast pada arteri spiralis, dan terjadinya disfungsi
endotel di picu oleh pembentukan sitokin, enzim proteolitik, dan radikal
bebas.
3. Genetik inpreting
Terjadinya preeclampsia dan eklampsia mungkin didasarkan pada gen
resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna.
Penetrasi mungkin tergantung pada genotip janin.
10
2.5. Patofisiologi
HELLP adalah sindrom yang ditandai oleh trombositopenia, anemia
hemolitik, dan disfungsi hati diyakini hasil dari aktivasi mikrovaskuler endotel
dan cedera sel.5
Patofisiologi sindrom HELLP adalah tidak jelas. Beberapa berteori bahwa,
karena HELLP adalah varian dari preeklamsia, patofisiologi berasal dari sumber
yang sama. Pada preeklamsia, cacat renovasi vaskuler plasenta selama minggu 1622 kehamilan dengan gelombang kedua invasi trofoblas ke dalam hasil desidua di
perfusi plasenta yang tidak memadai. Plasenta hipoksia kemudian melepaskan
berbagai faktor plasenta seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular soluble
reseptor-1 (s VEGFR-1), yang kemudian mengikat faktor pertumbuhan endotel
11
12
2.6. Diagnosis
Diagnosis sindrom HELLP secara objektif lebih berdasarkan hasil
laboratorium, sedangkan manifestasi klinis bersifat subjektif, kecuali keadaan
sindroma HELLP semakin berat. Berdasarkan hasil laboratorium dapat ditemukan
anemia hemolisis, disfungsi hepar, trombositopenia.8
Kriteria diagnosis sindroma HELLP yaitu Hemolysis, Elevated liver
enzymes, dan Low platelets. Hemolisis bila didapatkan minimal 2 dari hasil
pemeriksaa; apusan darah tepi abnormal (schistocytes, burr cell, echinocytes, dll),
peningkatan bilirubin total (biasanya bilirubin indirect) > 1.2 mg/ dl, serum
haptoglobin rendah, anemia hemolisis. Elevated liver enzymes yaitu peningkatan
13
enzim hati (AST dan ALT) > 70 IU/ l, peningkatan lactate dehydrogenase > 600
IU/ l, peningkatan bilirubuin total > 1.2 mg/ dl. Low platelets bila trombosit
<100.000 150.000.7
Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium, sindrom HELLP dikelompokkan
berdasarkan subtipe klasifikasi Missisippi dan Tennessee. Klasifikasi sindrom
HELLP menurut klasifikasi Missisippi berdasarkan kadar trombosit darah.
Klasifikasi Tennesee membagi sindrom HELLP menjadi sindrom HELLP komplit
dan inkomplit (parsial).7
2.7. Penatalaksanaan
Sampai saat ini penanganan sindroma HELLP masih kontroversi.
Beberapa peneliti menganjurkan terminasi kehamilan dengan segera tanpa
memperhitungkan usia kehamilan, mengingat besarnya resiko maternal serta
jeleknya luaran perinatal apabila kehamilan diteruskan. Beberapa peneliti lain
menganjurkan pendekatan yang konservatif untuk mematangkan paru-paru janin
dan atau memperbaiki gejala klinis ibu . Namun semua peneliti sepakat bahwa
terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi defenitif.9
Tabel 1. Penatalaksanaan sindrom HELLP.9
1. Penilaian dan stabilisasi kondisi ibu :
a. Bila DIC (+), koreksi faktor pembekuan
b. Pemberian profilaksis anti kejang dengan Sulfas Magnesikus
c. Penanganan hipertensi berat
d. Rujuk ke fasilitas kesehatan yang memadai
e. CT- scan dan USG abdomen bila dicurigai adanya hematom hepar
subkapsular
14
2.7. Prognosis
Kebanyakan pasien dengan sindrom HELLP menstabilkan dalam waktu 2448 jam, dengan waktu postpartum pemulihan yang paling berlarut-larut pada
pasien dengan kelas 1 penyakit.5
Tingkat kekambuhan 2% - 27% pada kehamilan berikutnya. Pasien
mengalami peningkatan risiko preeklampsia atau hipertensi akibat kehamilan,
selain kelahiran prematur, hambatan pertumbuhan janin, dan solusio plasenta pada
kehamilan masa depan.5
15
BAB III
ANALISA KASUS
Diagnosis sindrom HELLP secara objektif lebih berdasarkan hasil
laboratorium, sedangkan manifestasi klinis bersifat subjektif. Kriteria diagnosis
sindroma HELLP yaitu Hemolysis, Elevated liver enzymes, dan Low platelets.
Hemolisis bila didapatkan minimal 2 dari hasil pemeriksaa; apusan darah tepi
abnormal (schistocytes, burr cell, echinocytes, dll), peningkatan bilirubin total
(biasanya bilirubin indirect) > 1.2 mg/ dl, serum haptoglobin rendah, anemia
hemolisis. Elevated liver enzymes yaitu peningkatan enzim hati (AST dan ALT) >
70 IU/ l, peningkatan lactate dehydrogenase > 600 IU/ l, peningkatan bilirubuin
total > 1.2 mg/ dl. Low platelets bila trombosit <100.000 150.000. Berdasarkan
hasil pemeriksaan pada pasien didapatkan hasil laboratorium yang menunjang
diagnose sindrom HELLP adalah ditemukannya 2 dari 3 kriteria sindrom HELLP
yaitu keadaan trombositopenia pada pasien dengan kadar trombosit 42 x 10 3 l
dan Hb 6.7 g/ dl.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirrorahardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirorahardjo
2. Rakshit, Abhijit., et all. 2014. A Study to Detect HELLP Syndrome and
Partial HELLP Syndrome Among Preeclamptic Mothers and Their Impact
on Fetomaternal Outcome. US National Library of
Medicine Enlisted
17
18