Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN HASIL KEPUTUSAN PHI 13-2-2012

Publish : 2012-02-17 09:02:19

Terlampir kami sampaikan hasil Sidang PHI pada hari Senin tanggal 13 Februari
2012 Usai sudah Putusan Sidang PHI pada hari Senin tanggal 13 Februari 2012
atas gugatan pihak Pak Daryoko Cs terhadap Manajemen PLN ( tergugat ) dengan
hasil keputusan sebagai berikut : 1. Majelis Hakim menerima sebagian gugatan
pihak penggugat ( Pak Daryoko, Cs ) dengan menyatakan PKB 2010-2012 Batal
Demi Hukum karena Manajemen terbukti melakukan intervensi atas permasalahan
internal Serikat Pekerja PT PLN ( Persero ). 2. Sehubungan dengan Pembatalan
PKB 2010-2012, maka PKB 2006-2008 dinyatakan berlaku kembali. 3. Dengan
memperhatikan Konvensi ILO yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia didalam UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dimana ada
kebebasan untuk berserikat, maka Majelis Hakim menyatakan bahwa Kedua
Kepengurusan DPP SP PLN baik Pak Daryoko dan Pak Riyo adalah syah dan
Legal 4. Untuk itu Majelis Hakim menyarankan kedua belah pihak untuk berdamai
untuk bersatu kembali dan bila hal tersebut sudah dilaksanakan, maka barulah
Perundingan PKB yang baru dengan Manajemen dapat dilaksanakan Dengan
membaca dan merenungkan keempat putusan tersebut, marilah kita membuat
kajian atas putusan tersebut serta sisi positif dan negatif untuk semua pihak yang
terkait. Fakta dan data hukum yang diabaikan oleh Pihak Majelis Hakim dalam
mengambil keputusan adalah mengabaikan data-data keanggotan mayoritas pihak
SP PLN versi Pak Riyo Supriyanto yang sudah didaftarkan ke DISNAKER dan
dijadikan alasan pihak Manajemen untuk menanda tangani PKB 2010-2012 dengan
Pihak SP PLN Versi Pak Riyo Supriyanto . Ada Apakah Gerangan ? Hal ini sudah
diduga oleh pihak SP PLN versi Pak Riyo Supriyanto sebelumnya dengan
mengindikasikan adanya gejala bahwa Manajemen akan mengalahkan dirinya
dalam sidang PHI tersebut. Dengan pertimbangan bahwa akan ada rekayasa
keputusan hasil siding PHI maka DPP SP PLN Pak Riyo Supriyanto melakukan
intervensi ke Manajemen PLN sebagai tergugat dengan terlibat langsung dalam
Tim Advokasi Manajemen dan menugaskan Bpk. Randi sebagai Ketua Departemen
Advokasi untuk memimpin Tim Advokasi SP PLN bergabung dengan Tim
Advokasi Manajemen PLN melawan gugatan dari pihak Pak Daryoko Cs. Dan apa
yang dikhawatirkan akan hal tersebut terbukti saat dimana Pihak SP PLN Versi Pak
Riyo Supriyanto melakukan intervensi dalam kasus tersebut dimana banyak datadata yang dapat menguatkan PKB 2010-2012 tidak disampaikan oleh pihak
Manajemen pada awalnya dalam persidangan-persidangan pendahuluan. Mengapa
Demikian ? Manajemen sudah menduga bahwa permasalahan perselisihan Pasal 51
pada PKB 2010-2012 yang sangat menguntungkan pegawai yang akan pensiun
dengan menerima perhitungan uang penghargaan pensiun terhadap penghasilan
bulan terakhir dan bukan terhadap P1 sangatlah memberatkan pihak manajemen

dan mencoreng citra manajemen dan apabila hal tersebut dibawa ke PHI pastilah
akan dimenangkan oleh pihak SP PLN versi Pak Riyo Supriyanto , dimana kondisi
terakhir telah melewati tahapan 4 x mediasi dan siap untuk diajukan ke PHI. Ini
berarti dalam waktu yang tidak terlalu lama maka saat Putusan Majelis Hakim
memenangkan SP PLN dalam Pasal 51, maka Manajemen harus membayar semua
perhitungan perghargaan pensiun kepada pegawai yang pensiun terhitung tanggal
PKB 2010-2012 ditanda tangani yaitu 23 April 2010 sampai dengan sekarang.
Tentu bukan jumlah yang sedikit untuk Manajemen dan itu sebabnya pula yang
menyebabkan Draft Kenaikan P1 dan P2 baru akan mereka realisasikan pada
Tahun Anggaran 2013. Maka hanya dengan memanfaatkan perselisihan dua kubu
SP PLN maka Manajemen dapat mengambil keuntungan hal tersebut. Apa yang
dijadikan dasar pengambilan Keputusan Majelis Hakim ? PKB 2006-2008 ditanda
tangani pada tanggal 24 Nopember 2006 dan berakhir pada 24 Nopember 2008,
dan diperpanjang 2 x sehingga berakhir pada 24 Nopember 2010. Majelis Hakim
menilai adanya intervensi Manajemen dalam permasalahan SP PLN dengan
memilih pihak SP PLN versi Pak Riyo Supriyanto menanda tangani PKB 20102012 pada 23 April 2010 dengan mengabaikan pihak SP PLN Versi Pak Daryoko
Cs. Dengan memperhatikan UU No.13 Tahun 2003 Bagian ketujuh Perjanjian
Kerja Bersama Pasal 116 s.d 135 mengatur bagaimana mekanisme Perundingan
PKB antara Manajemen dengan Serikat Pekerja, apakah ada 1 (satu) atau lebih
Serikat Pekerja tetapi tidak mengatur jika ada 1 (satu) Serikat Pekerja dengan 2
(dua) kepengurusan. Sehingga dengan dasar tersebutlah Majelis Hakim
Membatalkan PKB 2010-2012 dan memberlakukan kembali PKB 2006-2008
dengan tetap mengakui Kedua Kepengurusan Syah dan Legal serta harus
berunding untuk berdamai sebelum berunding kembali dengan Manajemen untuk
PKB yang baru. Apa sisi positif dan negatif untuk semua pihak yang terkait ?
MANAJEMEN Positif : 1. Terlepas dari kewajiban Pasal 51 PKB 2010-2012 untuk
membayarkan perhitungan penghargaan pensiun terhadap penghasilan berupa P1,
P2 dan P3 ( Jika pada saat penghasilan bulan terakhir pegawai menerima Uang
Cuti Tahunan / Besar, THR, Winduan dan Bonus ). 2. Manajemen tidak lagi
berkewajiban mengkomunikasi setiap produk-produk SK yang menyangkut
kesejahteraan pegawai dengan pihak Serikat Pekerja. Negatif : 1. Dengan
pengakuan bahwa kedua kepengurusan SP PLN adalah syah dan Legal, maka
Manajemen harus memfasilitasi kedua belah pihak tanpa membedakan satu dengan
yang lainnya. 2. Sistem penggajian yang ada saat ini dengan mengacu formula P1,
P2, P3-1, P3-2 dan P3-3 adalah sesuatu yang Ilegal karena tidak sesuai dengan
PKB 2006-2008 sehingga konsekuensinya manajemen harus merubah total aplikasi
ERP yang sudah ada kembali kepada sistem pembayaran yang lama. 3. Manajemen
menjadi semena-mena dengan menerapkan SK-SK terkait dengan pegawai karena
tidak perlu dikomunikasikan lago dengan pihak SP PLN sehingga SK-SK yang

mengatur Kompetensi Pegawai, Human Capital, Perkawinan Antar Pegawai,


Mutasi Pegawai, dll dapat diberlakukan tanpa mengindahkan kepentingan pegawai
yang disuarakan melalui pihak SP PLN . 4. Manajemen harus segera melaksanakan
kewajibannya kepada pegawai berupa penyetaraan gaji dasar dengan anak
perusahaan sesuai Pasal 20 PKB 2006-2008. PEGAWAI / ANGGOTA SP PLN
Positif : 1. Dengan berlakunya PKB 2006-2008, maka pembayaran Uang
Kompensasi Cuti Besar berlaku kembali. 2. Mutasi pegawai harus dilaksanakan
paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya SK tersebut oleh pegawai sesuai
PKB 2006-2008 Negatif : 1. Perhitungan penghargaan pensiun terhadap
penghasilan ( P1, P2 dan P3 ) batal untuk diterima oleh pegawai atau kehilangan
nilai nominal sebesar 35 % dari yang seharusnya diterima. 2. Dengan
dibatalkannya PKB 2010-2012 dan kembali kepada PKB 2009-2008, maka sistem
penghasilan pegawai atas P1, P2 dan P3 ( P3-1, P3-2, P3-3 ) harus dibatalkan dan
dikembalikan kepada sistem penggajian Gaji Dasar, Tunjungan Jabatan, Tunjangan
Daerah, dan IKS serta menghapuskan sistem Grade dan kembali kapada sistem
Peringkat. 3. Pegawai menjabat tugas kedinasan sebagai PLT Jabatan struktural
maka tidak mendapatkan P2 jabatan struktural tetapi hanya mendapatkan tunjangan
jabatan fungsionalnya. 4. Sistem Penilaian Kinerja Pegawai yang dilakukan setiap
Semester harus dikembalikan dengan sistem penilaian setahun sekali berikut
konsekuensinya adalah kenaikan peringkat setahun sekali yang berarti hak pegawai
untuk mendapatkan pembinaan karier lebih cepat menjadi tertutup. 5. Perhitungan
SPPD akan kembali mengacu kepada PKB 2006-2008 yang berarti lebih rendah
dari yang sudah diterima pegawai saat ini. 6. Manajemen secara sepihak dapat
memberlakukan SK-SK yang merugikan pegawai seperti Kompetensi Pegawai ( Si
UJO ), Human Capital, Perkawinan Antar Pegawai, Mutasi Pegawai, dll karena
tidak lagi perlu untuk dikomunikasikan dengan SP PLN . SP PLN Versi Bpk Ir.
Achmad Daryoko Cs Positif : 1. Dengan putusan Majelis Hakim PHI, maka
eksistensi kembali meningkat dimata para pendukungnya. 2. Manajemen kembali
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Negatif : 1. Dengan putusan Majelis Hakim PHI yang
mensyahkan dan melegalkan 2 (dua) kepengurusan, maka tidak serta merta pihak
SP PLN Pak Daryoko Cs dapat melakukan perundingan dan menanda tangani PKB
yang baru karena harus melakukan perdamaian dahulu dengan pihak SP PLN Pak
Riyo Supriyanto , dan ini dibutuhkan jiwa besar untuk melakukan hal tersebut. 2.
Manajemen dapat bermain kembali didalam konflik 2 (dua) kepengurusan SP PLN
dengan melakukan tarik ulur perundingan PKB baru serta melakukan tarik ulur
dalam pemberian fasilitas yang menjadi kewajiban manajemen. 3. Pihak SP PLN
Pak Daryoko Cs, harus menjelaskan serta mempertanggung jawabkan hak-hak
pegawai yang hilang atas dibatalkannya PKB 2010-2012. SP PLN Versi Bpk Riyo
Supriyanto , SH Positif : 1. Putusan Majelis Hakim PHI tetap mensyahkan dan

melegalkan kepengurusan SP PLN Pak Riyo Supriyanto , sehingga manajemen


tetap harus memfasilitasi keduanya. 2. Dengan Jumlah Anggota yang mayoritas,
maka apabila tidak tercapai titik temu untuk berdamai dengan pihak SP PLN Pak
Daryoko, maka sesuai UU No.13 Tahun 2003 Bagian ketujuh Perjanjian Kerja
Bersama Pasal 116 s.d 135 tetap dapat melakukan perundingan dengan cara
membentuk baru organisasi serikat pekerja sehingga didalam PT PLN ( Persero )
akan terdapat 2 (dua) organisasi Serikat Pekerja dan sebagai organisasi yang
mayoritas berhak untuk melakukan perundingan dan menanda tangani PKB yang
baru. 3. Tuntutan pertanggung jawaban atas Hak-hak Pegawai yang hilang akibat
pembatalan PKB 2010-2012 tidak bisa ditujukan anggota kepada pihak SP PLN
Pak Riyo Supriyanto . Negatif : 1. Posisi untuk berunding dengan manajemen atas
terbitnya SK-SK yang menyangkut dengan kesejahteraan pegawai menjadi lemah.
2. Manajemen dapat bermain kembali didalam konflik 2 (dua) kepengurusan SP
PLN dengan melakukan tarik ulur perundingan PKB baru serta melakukan tarik
ulur dalam pemberian fasilitas yang menjadi kewajiban manajemen Dengan
menilai semua sisi positif dan negatif yang ada, maka hendaknya semua pihak
yang terlibat didalam konflik ini harus dengan hati-hati menyikapinya dan bersikap
lebih dewasa dalam bertindak sebelum mengambil keputusan. Sekali lagi .....
mungkin kenyataan ini akan terasa perih dan melukai setiap pegawai PLN, karena
dengan adanya kondisi demikian akan memudahkan Proses Privatisasi didalam
tubuh PLN dengan memanfaatkan konflik yang terjadi. Dan bila itu harus terjadi,
maka hanya ada satu kata untuk hal tersebut : LAWAN !!! Atas kenyataan semua
yang terjadi diatas, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua
anggota Serikat Pekerja PT PLN ( Persero ) dan kami sebagai Jajaran Pengurus
Serikat Pekerja dari DPP, DPD, DPC dan DPAC dibawah kepemimpinan Bpk.
Riyo Supriyanto , SH akan tetap terus berjuang serta berusaha semaksimal
mungkin sampai titik darah perjuangan terakhir membela kepentingan anggota,
perusahaan, bangsa dan Negara. Besar harapan kami adalah dukungan moril dan
materiil dari seluruh anggota. SP PLN !!! YES PLN !!! JAYA UNBUNDLING !!!
NO Demikian Terima kasih Selengkapnya ...

Anda mungkin juga menyukai