ISBN 978-602-19655-5-9
Hal. 32
gt g s t
(1)
Koreksi Apungan
ISBN 978-602-19655-5-9
Hal. 33
Dn
g akh g o
(tn to )
takh to
(2)
Koreksi Lintang
g g o (1 0.0053024sin 2 2 )
(3)
g FA 0.3086h
(4)
Koreksi Bouguer
g B 0.04193 h
(5)
Koreksi Medan
TC (r2 r1 r12 z 2 r22 z 2 )
(6)
(7)
ISBN 978-602-19655-5-9
Hal. 34
Untuk analisa secara kedalaman, dilakukan metode analisa spektrum pada nilai
Anomali Bouguer Lengkap dengan menggunakan perangkat lunak Oasis Montaj.
Hasil dan diskusi
Dari hasil perhitungan Anomali Bouguer Lengkap, didapatkan hasil transformasi
dalam bentuk peta kontur sebagai berikut.
Gambar 5. Peta kontur anomali bouguer lengkap di atas peta topografi daerah DNG
3D.
Gambar 5 menunjukkan persebaran massa jenis bawah permukaan
daerah DNG. Seperti yang terlihat pada skala warna, warna merah mengindikasikan
anomali massa jenis yang tinggi dan warna biru menunjukkan anomali massa jenis
yang rendah. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa anomali tinggi mendominasi
daerah utara menuju tengah daerah penelitian. Anomali gaya berat yang tinggi ini
berasosiasi dengan keberadaan gunung api yang terdapat pada daerah penelitian, dan
anomali rendah berhubungan dengan lapisan sisa aktivitas gunung api seperti tuf dan
breksi. Pada kasus panas bumi, anomali tinggi ini dapat mengindikasikan adanya
struktur sistem panas bumi pada bawah permukaan, terkait dengan keberadaan
gunung api dan manifestasi panas bumi pada daerah anomali tinggi.
Gambar 6. Peta kontur anomali regional di atas peta topografi daerah DNG 3D.
ISBN 978-602-19655-5-9
Hal. 35
Metode gaya berat ini mampu mendapatkan nilai gaya berat pada suatu titik,
dari permukaan hingga kedalaman yang sangat dalam pada bawah permukaan. Untuk
memudahkan interpretasi data, pemisahan anomali regional dan residual diperlukan.
Anomali regional pada Gambar 6 menunjukkan persebaran massa jenis pada sumber
yang sangat dalam, yang biasanya adalah batuan dasar. Seperti terlihat pada Gambar
6, anomali massa jenis yang tinggi mendominasi bagian tengah daerah pengukuran,
dan mengecil di sisi-sisi luarnya.
Gambar 7. Peta kontur anomali residual di atas peta topografi daerah DNG 3D.
Peta kontur residual menunjukkan persebaran massa jenis pada kedalaman
yang dangkal, sekitar 2-4 km di bawah permukaan. Pada eksplorasi panas bumi,
daerah residual ini menjadi fokus utama. Hal ini dikarenakan batuan impermeabel
(caprock) yang berkaitan erat dengan keberadaan sistem panas bumi, berada pada
daerah ini. Seperti yang terlihat pada Gambar 7, anomali massa jenis tinggi pada
daerah residual juga mendominasi bagian tengah daerah pengukuran.
Dari hasil ketiga peta kontur, dapat dilihat adanya hubungan antara elevasi dan
anomali massa jenis yang tinggi yang mengindikasikan terdapatnya sumber panas
pada bawah permukaan. Di Indonesia, keberadaan sumber panas bumi berkaitan
dengan gunung berapi. Asumsi adanya sumber panas diperkuat dengan kehadiran
daerah vulkanik seperti yang ditunjukkan pada ketinggian di peta kontur. Peta kontur
regional dan residual menunjukkan bahwa anomali massa jenis yang tinggi berada
pada bagian tengah daerah pengukuran. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
prospek panas bumi pada daerah ini berada pada bagian tengah daerah penelitian.
Untuk penelitian yang lebih jauh, dapat dilakukan pemodelan bawah permukaan pada
data anomali residual.
ISBN 978-602-19655-5-9
Hal. 36
ISBN 978-602-19655-5-9
Hal. 37
Ayunda Zidafrian*
Fisika Bumi dan Sistem Kompleks
Institut Teknologi Bandung
ayundazidafrian@yahoo.com
Wahyu Srigutomo
Fisika Bumi dan Sistem Kompleks
Institut Teknologi Bandung
wahyu@fi.itb.ac.id
*Corresponding author
ISBN 978-602-19655-5-9
Hal. 38