Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2013 (SKF 2013)

2-3 Desember 2013, Bandung, Indonesia

Aplikasi Metode Gaya Berat dalam Memperkirakan


Lokasi Panas Bumi Daerah DNG
Ayunda Zidafrian* dan Wahyu Srigutomo
Abstrak
Kebutuhan panas bumi yang semakin meningkat sebagai salah satu alternatif energi
mengakibatkan perlunya eksplorasi baru untuk menemukan daerah sumber panas
bumi baru. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk investigasi awal
eksplorasi panas bumi adalah metode gaya berat. Pengukuran gaya berat dilakukan
sebanyak 370 titik pada daerah DNG dan kemudian diolah sehingga didapatkan nilai
Anomali Bouguer Lengkap. Setelah itu dilakukan pembagian wilayah regional yang
menggambarkan anomali densitas untuk kedalaman yang tinggi dan wilayah residual
yang menggambarkan anomali densitas untuk kedalaman yang dangkal. Hasil yang
didapat kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk peta kontur untuk diinterpretasi.
Didapatkan gambaran lokasi potensi panas bumi pada bagian tengah daerah
pengukuran.
Kata-kata kunci: Anomali Bouguer Lengkap, densitas, metode gaya berat, regional,
residual
Pendahuluan
Dewasa ini, kebutuhan akan energi terus meningkat. Keadaan ini memicu
negara-negara di dunia untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan energi
yang berasal dari bahan bakar fosil yang ketersediannya semakin menipis. Untuk
mengatasi masalah ini, energi alternatif adalah jawabannya. Salah satu energi
alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah energi panas bumi.
Energi panas bumi adalah energi panas yang bersih, berlimpah, dan terbarukan.
Indonesia, sebagai negara yang terletak pada zona tumbukan lempeng, memiliki 40%
potensi panas bumi dunia, diperkirakan sekitar 28000 megawatt. Untuk menentukan
lokasi potensi panas bumi, diperlukan metode geologi, geokimia, dan geofisika.
Metode geologi digunakan untuk menyelidiki sistem vulkanik, struktur geologi, dan
jenis batuan. Metode geokimia digunakan untuk membuat model hidrologi dan sistem
fluida. Metode geofisika digunakan untuk menemukan perbedaan sifat fisik pada
bawah permukaan, menyelidiki anomali, dan parameter fisik batuan reservoir[1].
Pada penelitian kali ini, akan digunakan salah satu metode geofisika yaitu
metode gaya berat. Metode gaya berat merupakan metode geofisika yang dapat
diterapkan dan dikembangkan, dengan keuntungan dibandingkan dengan metode
lainnya. Selain biaya yang lebih rendah, dibutuhkan waktu yang lebih singkat untuk
akuisisi dan pengolahan data. Dalam metode gaya berat, keadaan bawah permukaan
diselidiki berdasarkan variasi medan gravitasi bumi yang dihasilkan oleh perbedaan
massa jenis antara batuan bawah permukaan[2]. Metode ini dapat memperoleh
distribusi massa jenis yang dapat menggambarkan keadaan bawah permukaan.
Pengukuran gaya berat ini merupakan salah satu metoda geofisika yang paling
ekonomis untuk mendapatkan model struktur sistem panas bumi secara garis besar.
Pada penelitian ini, nilai gaya berat yang didapatkan dari hasil pengukuran kemudian

ISBN 978-602-19655-5-9

Hal. 32

Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2013 (SKF 2013)


2-3 Desember 2013, Bandung, Indonesia

direduksi dengan menambahkan faktor-faktor koreksi sehingga didapatkan nilai


Anomali Bouguer Lengkap. Nilai ini kemudian dianalisa secara lateral dengan
membaginya menjadi daerah regional dan residual, dan secara kedalaman dengan
menggunakan analisa spektrum.
Teori
Alat yang digunakan untuk mengukur gaya berat disebut gravimeter. Ini adalah
instrumen yang relatif hanya mengukur perbedaan nilai gravitasi[3]. Dalam proses ini,
pengukuran gaya berat dilakukan dengan cara looping, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1. Pengukuran dilakukan pada titik-titik pengukuran yang posisi dan
ketinggiannya telah diukur sesuai dengan peta rencana kerja. Titik pengukuran gaya
berat ini ditentukan dengan mempertimbangkan hal-hal teknis, akses ke lokasi,
stabilitas tanah, titik distribusi yang optimal, biaya, dan waktu.

Gambar 1. Pengukuran secara looping.


Gravimeter pada dasarnya adalah neraca pegas yang dilengkapi dengan beban
konstan yang tergantung pada ujung pegas. Properti pegas yang digunakan tidak
elastis sempurna, sehingga tidak akan berubah menjadi posisi normal setelah
penarikan. Kondisi ini mengakibatkan dibutuhkannya koreksi pada nilai gaya berat,
yaitu koreksi apungan. Selain elastisitas pegas, koreksi apungan ini juga dipengaruhi
oleh suhu dan getaran selama proses pengukuran. Ini menyebabkan adanya
perbedaan nilai bacaan gravimeter pada suatu titk yang sama di waktu yang berbeda.
Data awal yang dihasilkan dari pengukuran gaya berat adalah dalam bentuk
koordinat titik pengukuran, ketinggian, nilai bacaan alat, dan waktu tiap titik
pengukuran, serta rapat massa rata-rata batuan pada daerah penyelidikan.
Nilai yang didapatkan dari bacaan alat kemudian dikonversi ke dalam unit miligal
(mGal) dan kemudian dilakukan penambahan faktor koreksi. Faktor koreksi yang
lakukan adalah koreksi apungan, faktor alam seperti gaya tarik matahari dan bulan
yang disebut koreksi pasang surut, koreksi lintang, dan kondisi topografi seperti
koreksi udara bebas, koreksi Bouguer, dan koreksi medan. Setelah perhitungan
koreksi, akan didapatkan nilai Anomali Bouguer Lengkap.
Koreksi Tidal

gt g s t

(1)

Koreksi Apungan

ISBN 978-602-19655-5-9

Hal. 33

Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2013 (SKF 2013)


2-3 Desember 2013, Bandung, Indonesia

Dn

g akh g o
(tn to )
takh to

(2)

Koreksi Lintang
g g o (1 0.0053024sin 2 2 )

(3)

Koreksi Udara Bebas

g FA 0.3086h

(4)

Koreksi Bouguer

g B 0.04193 h

(5)

Koreksi Medan
TC (r2 r1 r12 z 2 r22 z 2 )

(6)

Anomali Bouguer Lengkap


CBA g obs g g FA g B TC

(7)

Setelah mendapatkan nilai Anomali Bouguer Lengkap, data ini kemudian


ditransformasikan ke dalam bentuk peta kontur dengan menggunakan perangkat lunak
Surfer 9.0. Dari peta kontur ini, nilai gaya berat dapat menggambarkan informasi
anomali massa jenis bawah permukaan. Untuk analisa secara lateral, Anomali
Bouguer Lengkap kemudian dipisah menjadi anomali regional dan anomali residual.
Anomali regional menunjukkan anomali massa jenis untuk bawah permukaan yang
lebih dalam, sementara anomali residual menunjukkan anomali massa jenis pada
kedalaman yang lebih dangkal.

Gambar 2. Grafik anomali bouguer lengkap

Gambar 3. Grafik regional

Gambar 4. Grafik residual.

ISBN 978-602-19655-5-9

Hal. 34

Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2013 (SKF 2013)


2-3 Desember 2013, Bandung, Indonesia

Untuk analisa secara kedalaman, dilakukan metode analisa spektrum pada nilai
Anomali Bouguer Lengkap dengan menggunakan perangkat lunak Oasis Montaj.
Hasil dan diskusi
Dari hasil perhitungan Anomali Bouguer Lengkap, didapatkan hasil transformasi
dalam bentuk peta kontur sebagai berikut.

Gambar 5. Peta kontur anomali bouguer lengkap di atas peta topografi daerah DNG
3D.
Gambar 5 menunjukkan persebaran massa jenis bawah permukaan
daerah DNG. Seperti yang terlihat pada skala warna, warna merah mengindikasikan
anomali massa jenis yang tinggi dan warna biru menunjukkan anomali massa jenis
yang rendah. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa anomali tinggi mendominasi
daerah utara menuju tengah daerah penelitian. Anomali gaya berat yang tinggi ini
berasosiasi dengan keberadaan gunung api yang terdapat pada daerah penelitian, dan
anomali rendah berhubungan dengan lapisan sisa aktivitas gunung api seperti tuf dan
breksi. Pada kasus panas bumi, anomali tinggi ini dapat mengindikasikan adanya
struktur sistem panas bumi pada bawah permukaan, terkait dengan keberadaan
gunung api dan manifestasi panas bumi pada daerah anomali tinggi.

Gambar 6. Peta kontur anomali regional di atas peta topografi daerah DNG 3D.

ISBN 978-602-19655-5-9

Hal. 35

Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2013 (SKF 2013)


2-3 Desember 2013, Bandung, Indonesia

Metode gaya berat ini mampu mendapatkan nilai gaya berat pada suatu titik,
dari permukaan hingga kedalaman yang sangat dalam pada bawah permukaan. Untuk
memudahkan interpretasi data, pemisahan anomali regional dan residual diperlukan.
Anomali regional pada Gambar 6 menunjukkan persebaran massa jenis pada sumber
yang sangat dalam, yang biasanya adalah batuan dasar. Seperti terlihat pada Gambar
6, anomali massa jenis yang tinggi mendominasi bagian tengah daerah pengukuran,
dan mengecil di sisi-sisi luarnya.

Gambar 7. Peta kontur anomali residual di atas peta topografi daerah DNG 3D.
Peta kontur residual menunjukkan persebaran massa jenis pada kedalaman
yang dangkal, sekitar 2-4 km di bawah permukaan. Pada eksplorasi panas bumi,
daerah residual ini menjadi fokus utama. Hal ini dikarenakan batuan impermeabel
(caprock) yang berkaitan erat dengan keberadaan sistem panas bumi, berada pada
daerah ini. Seperti yang terlihat pada Gambar 7, anomali massa jenis tinggi pada
daerah residual juga mendominasi bagian tengah daerah pengukuran.
Dari hasil ketiga peta kontur, dapat dilihat adanya hubungan antara elevasi dan
anomali massa jenis yang tinggi yang mengindikasikan terdapatnya sumber panas
pada bawah permukaan. Di Indonesia, keberadaan sumber panas bumi berkaitan
dengan gunung berapi. Asumsi adanya sumber panas diperkuat dengan kehadiran
daerah vulkanik seperti yang ditunjukkan pada ketinggian di peta kontur. Peta kontur
regional dan residual menunjukkan bahwa anomali massa jenis yang tinggi berada
pada bagian tengah daerah pengukuran. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
prospek panas bumi pada daerah ini berada pada bagian tengah daerah penelitian.
Untuk penelitian yang lebih jauh, dapat dilakukan pemodelan bawah permukaan pada
data anomali residual.

ISBN 978-602-19655-5-9

Hal. 36

Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2013 (SKF 2013)


2-3 Desember 2013, Bandung, Indonesia

Gambar 8. Hasil analisa spektral data anomali bouguer lengkap.


Untuk analisa secara kedalaman, dilakukan analisa spektrum pada data anomali
bouguer lengkap dengan menggunakan perangkat lunak Oasis Montaj. Hasil yang
didapatkan seperti Gambar 8 di atas kemudian didigitize dengan menggunakan Matlab
untuk mendapatkan nilai pada titik-titiknya.

Gambar 9. Hasil digitize data analisa spektral.


Dari hasil di atas kemudian dilakukan penentuan titik cut-off untuk memisahkan
daerah regional dan residual. Daerah yang curam menunjukkan daerah regional dan
daerah yang lebih landai menunjukkan daerah residual. Setelah itu dilakukan
perhitungan persamaan garis untuk mendapatkan nilai gradiennya, dimana nilai
gradien yang dihasilkan ini merupakan nilai kedalaman. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa kedalaman regional yaitu 13.273km di bawah permukaan dan
kedalaman residual yaitu 2.5795km di bawah permukaan.
Kesimpulan
Pada derah DNG anomali massa jenis tinggi yang menggambarkan potensi
daerah sumber panas bumi berada pada bagian tengah daerah penelitian. Anomali
regional menunjukkan keadaan bawah permukaan daerah yang dalam, dari hasil
analisa spektral berada pada kedalaman 13 km di bawah permukaan. Anomali residual
menunjukkan keadaan bawah permukaan daerah yang dangkal, berada pada
kedalaman 2 km di bawah permukaan.

ISBN 978-602-19655-5-9

Hal. 37

Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2013 (SKF 2013)


2-3 Desember 2013, Bandung, Indonesia

Ucapan terima kasih


Penulis mengucapkan terima kasih atas Lab Pemodelan dan Inversi, Prodi
Fisika Institut Teknologi Bandung atas dukungan dan diskusinya yang bermanfaat.
Referensi
[1] Herdianita, R. and Situmorang, J., Detailed Geothermal Exploration, (2012)
[2] Soengkono, S., Introduction to Geothermal Geophysics-Gravity Method, (2010)
[3] Soengkono, S., Geophysics for Geothermal Prospecting-Gravity Method,(2010)

Ayunda Zidafrian*
Fisika Bumi dan Sistem Kompleks
Institut Teknologi Bandung
ayundazidafrian@yahoo.com

Wahyu Srigutomo
Fisika Bumi dan Sistem Kompleks
Institut Teknologi Bandung
wahyu@fi.itb.ac.id

*Corresponding author

ISBN 978-602-19655-5-9

Hal. 38

Anda mungkin juga menyukai