METODE PENELITIAN
35
36
sangat sensitif untuk mengukur perbedaan tersebut. Alat yang digunakan dalam
pengukuran gayaberat dinamakan gravimeter yang memiliki ketelitian sangat
tinggi, lebih kecil dari 0.01 mgal. Salah satu gravimeter yang menggunakan
prinsip kerja seperti ini adalah gravimeter La Coste & Romberg. Gravimeter
Lacoste & Romberg yang digunakan memiliki skala pembacaan dari 0 hingga
7000 mgal, dengan ketelitian 0.01 mgal dan kesalahan apungan (drift) 1 mgal per
bulan atau 0,03 mgal per hari. Untuk operasi alat ini, gravimeter memerlukan
temperatur yang tetap pada 51C. Oleh karenanya alat ini dilengkapi dengan
thermostat agar suhu alat tetap terjaga. Peralatan lainnya adalah kompas geologi,
altimeter digital Alpil El, mikro barograph, termometer, peta topografi, dan alat
navigasi GPS Navigasi Garmin Vplus.
Proses pengolahan data dalam tugas akhir ini dilakukan dengan
menggunakan program dekonvolusi werner yang dibuat dalam bahasa
pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 berdasarkan formulasi matematis
sehingga didapatkan nilai posisi dan kedalaman profil yang akan dianalisis.
3.3.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam
37
Forward Modelling
Data Lapangan
Data Sintetik
Konversi Jarak
Regriding
Dekonvolusi Werner
38
riil. Metode yang digunakan dalam pembuatan model sintetik ini adalah metode
forward modelling yang mengasumsikan model sebagai dyke vertical. Dalam
pembuatan model sintetik ada empat tahapan yang harus dilakukan yakni:
1. Buat model yang berfungsi untuk menampilkan bentuk model dyke
vertical dari parameter observasi dan parameter model dike yang telah
dimasukkan sebelumnya. Parameter-parameter ini berupa koordinat
observasi, banyak data, spasi data, datum permukaan, posisi model,
ketebalan, kedalaman, dan densitas. Adapun penjelasan mengenai
parameter-parameter tersebut adalah sebagai berikut:
Model sintetik ini dibuat dalam bentuk diagram jarak (x) terhadap
kedalaman (z). Jarak (x) dibuat dengan menggunakan persamaan berikut:
dengan
dimana nx
1
=
= banyak data
/10
39
delx
= spasi data
X0
= posisi model
(i-1)
dengan X0
i
delx
( )
= (
40
sebagai refleksi dari suatu sumber dengan rapat massa yang seragam
dengan karakteristik posisi dan kedalaman dari sumber anomali lebih
dekat atau yang memberikan efek yang lebih besar. Bentuk benda
penyebab anomali diasumsikan sebagai model dike vertikal. Model dike
vertikal dengan lebar sama dengan spasi pengukuran diletakkan di bawah
titik ukur dimana sumbu model berada tepat melalui titik ukur tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar nilai posisi dan kedalaman yang diperoleh pada
titik ukur tersebut merupakan puncak dari kurva distribusi dalam arah
lateral. Untuk menyelesaikan persamaaan dekonvolusi werner dan untuk
meminimumkan selisih anomali perhitungan dengan anomali pengamatan
digunakan solusi least-square (persamaan 2.28). Hasil proses dekonvolusi
werner digambarkan dalam bentuk penampang 2D berupa sebaran titiktitik solusi yang diplotkan dalam grafik jarak terhadap kedalaman.
3.3.2. Penerapan Metode Pada Data Lapangan
Setelah melakukan pengujian terhadap kebenaran algoritma dan akurasi
program dekonvolusi werner dengan menggunakan model sintetik, tahap
selanjutnya adalah penerapan pada data riil. Adapun prosedur yang dilaksanakan
dalam penerapan pada data riil adalah sebagai berikut:
1. Input data yang digunakan berupa koordinat bujur, koordinat lintang,
ketinggian, dan anomali bouguer yang disimpan dalam bentuk text file.
2. Konversi jarak yaitu mengkonversi nilai koordinat bujur dan lintang
menjadi jarak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jarak sebenarnya dari
41
+ Y(
Koordinat bujur
Koordinat lintang
Jarak
SL01
833397.3
9223717.13
SL02
832968.16
9223371.18
551.2191416
SL03
832466.2
9223053.38
1145.324083
)+
1)
42
Tabel 3.2. Kutipan contoh tabel proses regriding dengan spasi grid 50
Jarak
Ketinggian
Anomali bouguer
532.4
29.8738
50
532.736
30.0548
100
533.071
30.236
43
werner
dan
untuk
meminimumkan
selisih
anomali
3.4.
Algoritma
Start
Input file
X0,nx,delx,z0,x0,d0,z1,rho
Buat Model
Forward
Save Data
X(i),hh,g(i)
Dekonvolusi Werner
Penampang 2D
X(i), d(i)
End
Bagan 3.2 Flow Chart Pembuatan Model Sintetik
44
45
46
3.4.2
Start
Input File
X1(k), Y1(k), H1(k), z1(k)
Konversi Jarak
X(i), H1(i), z1(i)
Regriding
X2(i), H2(i), z2(i)
Dekonvolusi Werner
Penampang 2D
X(i), d(i)
End
47
48
Ketiga, menghitung invers dari hasil perhitungan matriks pada tahapan kedua
kemudian mengalikan invers matriks tersebut dengan matriks transpose A.
Keempat mengkonvolusikan hasil dari tahapan pertama berupa b dengan hasil
dari tahapan ketiga berupa (A.AT)-1.AT agar diperoleh posisi (y0) dan
kedalaman sesar (d0). Solusi least-square digunakan untuk meminimumkan
selisih anomali perhitungan dengan anomali pengamatan. Selisih ini
dinyatakan dalam bentuk error kesalahan dengan memasukkan batas toleransi
(tl). Proses dekonvolusi werner ini dilakukan oleh sub program (c) (lampiran
B.3)
5. Penampang X(i), d(i)
Ungkapan ini menyatakan hasil proses dekonvolusi werner yang digambarkan
dalam bentuk penampang 2D berupa sebaran titik-titik solusi yang diplotkan
dalam grafik jarak (X(i)) terhadap kedalaman (d(i)).