Anda di halaman 1dari 16

Berikut adalah definisi dari indeks kinerja yang sering dijumpai pada lingkup perencanaan

dan pengendalian operasi di seluruh industri pembangkitan listrik.


Availability Factor (AF) adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu periode tertentu.
Equivalent Availability Factor (EAF) adalah ekivalen Availability Factor yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Service Factor (SF) adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi terhadap
jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase jumlah jam
unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.
Planned Outage Factor (POF) adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar
terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan,
inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Maintenace Outage Factor (MOF) adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan perbaikan, pada
suatu periode tertentu.
Scheduled Outage Factor (SOF) adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam dalam
satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat
pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Unit Derating Factor (UDF) adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit pembangkit
mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan
prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu periode tertentu.
Reserve Shutdown Factor (RSF) adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode tertentu.
Forced Outage Factor (FOF) adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan
prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode tertentu.
Forced Outage Rate (FOR) adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem ditambah
jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.

Forced Outage Rate demand (FORd) adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH].
Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang diharapkan.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) adalah Forced Outage Rate yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd) adalah [(fxFOH)+(fpxEFDH)]
dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage dan derating
tiap periode operasi yang diharapkan.
Net Capacity Factor (NCF) adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1
tahun, 8760 atau 8784 jam).
Net Output Factor (NOF) adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.
Plant Factor (PF) adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara DMN
dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit pembangkit
derating akibat forced derating, maintenance derating, planned derating, dan derating
karena cuaca/musim.

Heat credits
Jumlah panas bersih yang ditransfer ke sistem melalui aliran masuk ke batas sistem (tidak
termasuk energi dari pembakaran bahan bakar) ditambah reaksi kimia exothermic dan
energi listrik dari auxiliary equipment dalam batas sistem steam generator.
Heat loss method
Metode perhitungan untuk menentukan efisiensi steam generator dalam satuan persen
berdasarkan kerugian kerugian boiler yang dapat dihitungan.
Heat rate, gross
Perbandingan total energi input yang masuk ke unit dengan jumlah listrik gross yang
dibangkitkan.
Heat rate, gross turbine
Perbandingan total energi input yang masuk ke siklus turbin dengan jumlah listrik gross
yang dibangkitkan.
Heat rate, incremental
Perubahan energi input yang diperlukan untuk menghasilkan kenaikan beban pada unit.
Heat rate, net
Perbandingan total energi input terhadap listrik net yang dihasilkan.
Higher heating value
Energi total yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar. Energi ini termasuk
panas vaporization dari semua moisture.

HP-IP turbine shaft leakage


Kebocoran uap dari dari turbin HP ke turbin IP melalui shaft seal pada kombinasi elemen
HP-IP, kadang kadang dinamakan N2 atau dummy gland leakage.
Incremental cost
Biaya yang terkait dengan pembangkit dari kenaikan beban di unit.
Input-output method
Metode perhitungan untuk menentukan efisiensi pembangkit uap dinyatakan dalam persen
berdasarkan perbandingan panas output dengan panas input.
Input-output test
Pengujian yang dilakukan untuk mengukur penggunaaan bahan bakar pembangkit
dibandingkan dengan output listrik.
Log mean temperature difference (LMTD)
Sering digunakan dalam perhitungan heat exchanger karena gradien suhu di sepanjang
exchanger tidak konstan. Jika perbedaan suhu dari dua fluida, pada sisi A heat exchanger
diwakili dTA, dan dTB mewakili sisi B. LMTD adalah (dTA dTB)/ln(dTA/dTB).
Loss due to unburned carbon
Heat loss dalam satuan Btu/lb dari as-fired fuel karena unburned carbon pada ash.
Loss of ignilion (LOI)
Perubahan persentase berat ketika sampel ash dipanaskan untuk mengoksidasi yang
mudah terbakar.
Lower heating value
Energi total yang dikeluarkan oleh bahan bakar tanpa kondensasi water vapor pada produk
pembakaran.
Macrofouling
Fouling pada aliran air pendingin yang disebabkan oleh debris.
Make-up water
Air yang ditambahkan ke siklus untuk mengganti uap dan air yang hilang.
Maximum continuous rating
Kontraktual maximum continuous rating (MCR) output dari boiler.
Microfouling
Fouling pada permukaan condenser tube yang disebabkan oleh pertumbuhan
microbiological, deposit, atau korosi. Hal ini dapat menghambat heat transfer di sepanjang
dinding tube.
Multi-pressure condenser
Condenser yang dipartisi sehingga dapat beroperasi pada lebih dari satu tekanan sisi uap.
Net generation
Perbedaan antara output listrik generator dan daya listrik pemakaian sendiri / peralatan
bantu.
Performance parameters
Variabel pada siklus yang dapat diukur atau dihitung yang mengindikasikan level
performance dari komponen atau sistem.
Power factor
Perbandingan antara power yang sebenarnya (kW) terhadap power semu (kVA).
Precision
Kedekatan yang disepakati diantara pengukuran yang berulang.
Predictive maintenance
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan prediksi kegagalan yang akan datang.
Hal ini biasanya didasarkan pada riwayat perawatan terakhir, ditambah dengan hasil dari

program pemantauan kinerja dan indikator lain dari kondisi peralatan. Kegiatan
pemeliharaan prediktif memprediksi kinerja yang memuaskan sampai pemeriksaan yang
dijadwalkan berikutnya, atau mengidentifikasi sebuah kegagalan muncul.
Preventive maintenance
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal, kadang-kadang mengikuti
rekomendasi manufaktur. Kegiatan pemeliharaan preventif adalah semua kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal.
Outputl loss method
Metode dimana boiler efisiensi ditentukan dengan pengukuran energi yang terbuang dalam
gas buang, kerugian yang mudah terbakar, dan kerja dari uap boiler.
Reheater pressure drop
Penurunan tekanan yang terjadi pada bagian reheat termasuk pada sistem pipa.
Reheater terminal difference
Perbedaan antara suhu saturasi pemanasan uap terhadap suhu siklus uap keluar Reheater
pada pembangkit nuklir.
Resolution
Kenaikan terkecil yang dapat diamati pada pengukuran.
Sequential valve (partial arc control)
Mode operasional untuk mengubah beban turbin dimana aliran uap ke turbin diatur dengan
membuka satu atau lebih katup kontrol secara berurutan.
Single valve (full arc control)
Mode operasional untuk mengubah beban turbin dimana aliran uap ke turbin diatur dengan
membuka semua katup kontrol secara bersamaan.
Sliding pressure
Lihat variable pressure.
Special moisture removal zone
Bagian khusus pada turbin LP pembangkit nuklir untuk menghilangkan moisture.
Station electrical power
Jumlah daya listrik yang digunakan di stasiun. Ini termasuk tenaga listrik untuk peralatan
bantu dan daya yang digunakan oleh fasilitas pendukung (misalnya, kantor, peternakan
pencahayaan, tangki, dll).
Steam path audit
Audit jalur steam turbin yang digunakan untuk mengukur kerugian kinerja untuk setiap
kondisi yang tidak standar. Kerugian kinerja ini ditentukan dengan mengambil pengukuran
fisik secara rinci sepanjang jalur steam selama turbin outage.
Subcooling
Pengurangan suhu cairan di bawah suhu jenuhnya.
Surface area ratio
Perbandingan luas permukaan pemanas boiler seperti superheater dengan Reheater.
Terminal temperature difference (TTD)
Perbedaan antara suhu saturasi dari fluida pemanas pada tekanan inlet shell dan suhu
outlet fluida yang dipanaskan.
Throttle flow
Aliran uap pada inlet turbine.
Turbine choke point
Kondisi operasi dimana saat terjadi pengurangan tekanan pada flange keluaran turbin LP
tidak disertai dengan peningkatan output turbin. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh
pencapaian sonik (desakan) aliran di suatu tempat di dalam turbin LP.

Turbine efficiency
Perubahan entalpi yang sebenarnya dalam turbin terhadap perubahan entalpi isentropik
(lihat uji entalpi-drop).
Turbine exhaust pressure
Tekanan keluar turbin LP diukur pada exhaust flange. Hal ini kadang-kadang disebut
sebagai tekanan kembali (back pressure). Ini mungkin tidak sama dengan tekanan
kondensor.
Unburned carbon
Karbon dalam bahan bakar yang tidak berubah menjadi CO atau CO2 selama proses
pembakaran.
Uncertainty
Batas kesalahan estimasi pengukuran, terdiri dari random dan bias (fixed) komponen.
Unit thermal efficiency
Perbandingan total output generator net terhadap total panas input masuk ke boiler.
Valve point
Posisi katup sebelum katup berhasil mulai membuka.
Valve point loading
Teknik pembebanan unit pada titik-titik katup untuk memaksimalkan efisiensi.
Valves wide open (VWO)
Pengaturan katup yang sesuai dengan semua katup kontrol turbin terbuka penuh.
Variable pressure operation
Metode operasi dimana beban berubah dengan memvariasikan tekanan throttle sebagai
pengganti mengubah posisi katup (beberapa kombinasi dari posisi katup dapat digunakan).
X-ratio
Perbandingan antara kapasitas panas dari udara yang melewati air heater dengan
kapasitas panas dari gas melewatinya.

PERSYARATAN STANDAR SISTEM MANAJEMEN


K3 - OHSAS 18001:2007
1. Ruang Lingkup
Seri persyaratan penilaian keselatan dan keselamatan kerja ini memuat persyaratan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) agar organisasi mampu mengendalikan resiko-resiko K3 dan dapat meningkatkan kinerja
K3 nyq. Persyaratan ini tidak secara khusus menyatakan kriterira kinerja K3 (yang harus dipenuhi), juga tidak
memberikan spesifikasi detil tentang sistem manajemen.
Standar OHSAS ini dapat diterapkan oleh organisasi yang inging:
1.
Menerapkan sistem manajemen K3 untuk mengurangi atau menghilangkan resiko kecelakaan dan
keselamatan terkait aktifitas organisasi pada personil dan pihak lain yang berkepentingan.
2.

Menerapkan, memelihara dan terus meningkatkan sistem manajemen K3

3.

Menjamin bahwa organisasi sesuai dengan kebijakan K3 yang dibuat sendiri oleh organisasi

4.

Menunjukkan kesesuai dengan standar OHSAS ini dengan cara:

a.

Melakukan penilaian diri sendiri dan mendeklarasikan diri sendiri (sesuai dengan standar OHSAS ini)

b.
Mendapat pengakuran kesesuaian (dengan standar OHSAS ini) dari pihak-pihak yang berkepentingan seperti
pelanggan.
c.

Mendapat pengakuan untuk menguatkan deklarasi (point a) dari pihak ketiga.

d.

Mendapatkan sertifikat sistem manajemen K3

Standar OHSAS ini dimaksudkan untuk hanya mencakup kesehatan dan keselamatan kerja, dan tidak dimaksudkan
untuk mencakup area lain seperti program kesehatan karyawan (asuransi dan sebagainya), keamanan produk,
kerusakan properti dan dampak lingkungan.
2. Publikasi yang menjadi acuan
Beberapa standar yang memberikan informasi atau panduan yang berkaitan dengan stndar OHSAS 18001 ini:

OHSAS 18002, sistem manajemen K3 - pandukan untuk penerapan OHSAS 18001

International Labour Organization:2001, Panduan sistem manajemen kesehatan dan


keselamatan kerja.

3. Istilah dan Definisi


Berikut ini adalah Istilah yang definisi yang berlaku yang digukan dalam dokumen OHSAS 18001 ini:
3.1 Resiko yang dapat diterima
Resiko yang telah diturunkan hingga menjpai tingkat yang dapat ditoleransi dengan mempertimbangkan peraturan
legal dan kebijakan K3 organisasi.
3.2 Audit
Proses sistematic, independen dan terdokumentasi unutk memperleh bukti audit dan mengevaluasinya secara
objective untuk menentukan sejauh mana kriteria audit terpenuhi.
Catatan 1: Independen tidak berarti harus pihak dari luar organisasi. Dalam banyak kasus, khususnya di organisasi
kecil, independensi dapat berarti bebas dari tanggung jawab terhadap aktifitas yang diaudit.
Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut tentang bukti audit dan kriteria audit, lihat ISO 19011.
3.3 Peningkatan berkelanjutan
Proses berulang untuk meningkatkan sistem manajemen K3 untuk mencapai peningkatan dalam kinerja K3 secara
keseluruhan yang selaras dengan kebijakan K3 organisasi.
Catatan 1 Proses Peningkatan tidak perlu dilakukan di semua area secara bersamaan.
Catatan 2 Definisi diatas disadur dari ISO 14001:2004
3.4 Tindakan koreksi
Tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian atau situasi yang tidak diinginkan yang terdeteksi.
Catatan 1 Bisa saja ada lebih dari satu penyebab ketidaksesuaian.
Catatan 2: Tindakankoreksi adalah tindakan yang diambil untuk mencegah terulangnya kejadian sedangkan tindakan
pencegahan diambil untuk mencegah terjadinya kejadian (yang belum terjadi).
3.5 Dokumen
Informasi dan media pendukungnya.
Catatan: Media dapat berupa kerjtas, magnetik, CD, foto atau sample master atau kombiasi dari hal hal tersebut.
3.6 Bahaya (hazard)
Sumber, situasi, tindakan yang potensial menimbulkan cedera atau penyakit atau kombinasi keduanya terhadap
manusia.
3.7 Identifikasi bahawa

Proses untuk mengetahui adanya bahaya dan menentukan sifat-safatnya.


3.8 Penyakit
Kondisi fisik atau mental yang meburuk yang dapat diketahui yang mucul dari dan/atau diperburuk oleh aktifitas
dalam pekerjaan dan/atau situasi yang berhubungan dengan pekerjaan.
3.9 Insiden
Kejadian terkait dengan pekerjaan dimana terjadi atau dapat saja terjadi cedera atau penyakit (terlepas dari tingkat
bahayanya) atau terjadinya kamatian.
Catatan 1: Kecelakaan (accident) adalah insiden yang menyebabkan cidera, penyakit atau kematian.
Catatan 2: Suatu insiden yang tidak menyebabkan cidera, penyakit atau kematian dapat disebut nyaris terjadi (near
miss), nyaris terkena (near hit, near call) atau kejadian berbahaya.
Catatan 3: Suatu keadaan darurat merupakan suatu jenis insiden khusus.
3.10 Pihak-pihak terkait
Individu atau kelompok, di dalam dan diluar lokasi kerja yang berkepentingan atau yang dipengaruhi oleh kinerja K3
organisasi.
3.11 Ketidaksesuaian
Tidak terpenuhinya persyaratan
Catatan A: Ketidaksesuaian dapat berupa penyimpangan terhadap:

Standar kerja, prektek, prosedur, persyaratan legal yang terkait.

Persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3.

3.12 Keselamatan dan kesehatan kerja


Kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau
pekerja (termasuk pekerja sementara dan personal kontraktor), pengunjung atau orang lain dalam lokasi kerja.
Catatan: Organisasi dapat terkena persyaratan legal tentang kesehatan dan keselamatan orang diluar tempat kerja
langsung, atau yang terkena dampak dan aktifitas di tempat kerja.
3.13 Sistem Manajemen K3
Bagian dari sistem manajemen organisasi untuk membangun dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola resiko
resiko K3.
Catatan1: Sistem manajemen adalah sekumpulan elemen yang berkaitan yang digunakan untuk menetapkan
kebijakan dan sasaran dan untuk mencapai sasaran tersebut.
Catatan 2: Sistem manajemen mencakup struktur organisasi, aktifitas perencanaan (termasuk, sebagai contoh,
penilaian resiko dan penetapan sasaran), tanggung jawab, praktek-praktek, prosedur-prosedur, proses-proses dan
sumber daya.
Catatan 3: Diadopsi dari ISO !$001:2004
3.14 Sasaran K3
Sasaran terkait dengan kinerja K3 yang ditetapkan organisasi untuk dicapai.
Catatan 1: Sasaran harus quantitatif sejauh memungkinkan.
Catatan 2: Klausul 4.3.3 mensyaratkan bahwa sasaran K3 konsisten dengan kebijakan K3.
3.15 Kinerja K3
Hasil terukur dari pengelolaan organisasi terhadap resiko-resiko K3.

Catatan 1: Pengukuran Kinerja K3 mencakup pengukuran dan efektifitas dari pengendalian yang dilakukan
organisasi.
Catatan 2:Dalam konteks sistem manajemen K3, hasil dapat diukur terhadap kebijakan K3, Sasaran K3 dan
persyaratan kinerja K3 yang lain.
3.16 Kebijakan K3
Arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi terkait dengan kinerja K3 dan secara formal diungkapkan oleh
manajemen puncak.
Catatan1: Kebijakan K3 memberi kerangka untuk melakukan tindakan dan untuk menetapkan sasaran K3.
3.17 Organisasi
Perusahaan, korporasi, firma, kelompok perusahaan, lembaga, instituis atau kombinasi dari hal tersebut, kelompok
atau bukan, publik ataupun pribadi yang mempunyai fungsi dan adminsitrasi sendir.
Catatan: Untuk organisasi dengan lebih dari satu unit operasi, unit operasi tunggal dapat disebut sebagai organisasi.
3.18 Tindakan Pencegahan
Tindakan untuk menghilangkan penyebab dari ketidaksesuaian yang potensial terjadi atau situasi atau kondisi yang
tidak diinginkan yang potensial terjadi.
Catatan 1: Penyebab ketidak sesuaian potensial bisa saja lebih dari 1
Catatan 2: Tindakan pencegahan diambil untuk mencegah terjadinya suatu kejadian (yang belum terjadi) sedang
tindakan koreksi diambil untuk mencegah terulangnya kejadian (yang sudah terlanjur terjadi).
3.19 Prosedur
Cara untuk melakukan aktifitas atau untuk melakukan proses.
3.20 Catatan
Dokumen yang yang menggambarkan hasil yang dicapai dari aktifitas yang dilakukan atau menggambarkan bukti
dari aktifitas yang dilakukan.
3.21 Resiko
Kombinasi dari tingkat kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang berbahaya atau yang mengakibatkan bahaya
dan tingkat keparahan dari cedera atau penyakit yang diakibatkan.
3.22 Penialian resiko
Proses untuk mengavaluasi resiko yang muncul dari suatu bahaya, dengan mempertimbangkan kelayakan kontrol
yang ada, dan memutuskan apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak.
3.23 Area kerja
Suatu lokasi fisik dimana aktifitas terkait dengan pekerjaan dilakukan dibawah kontrol organisasi.
Catatan: Untuk menentukan mana yang termasuk area kerja', organisasi perlu mempertimbangkan dampak K3
terhadap personil yang, misalnya, melakukan perjalanan atau transit (mengemudi, melakukan perjalan dengan
pesawat terbang, kapal laut ataupun kerena), bekerja di tempat klien atau pelanggan, bekerja dirumah.
4.1 Persyaratan Umum
Organisasi haris menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan, memeliharai dan meningkatkan secara
berkelanjutan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sesuai dengan persyaratan standar OHSAS
ini dan menentukan bagaimana sistem tersebut memenuhi persyaratan ini.
Organisasi harus menentukan dan mendokumentasikan lingkup sistem manajemen K3-nya.
4.2 Kebijakan K3
Manajemen puncak harus menetapkan dan mengesahkan kebijakan K3 dan menjamin bahwa kebijakan tersebut:

a.

Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 yang ada di organisasinya masing-masing

b.
Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan dan berkurangnya kesehatan secara berkelanjutan
meningkatkan sistem manajemen K3 dan kinerja K3.
c.

Mencakup komitmen untuk paling tidak sesuai persyaratan legal yang berlakudan dengan persyaratan lain

d.

Memberi kerangka untuk penetapan dan peninjauan sasaran K3;

e.

Di dokumentasikan, diterapkan dan dipelihara

f.
Di komunikasikan ke semua orang yang bekerja dibawah kontrol organisasi agar mereka menyadari kewajiban
individual mereka terkait K3;
g.

Terbuka bagi pihak-pihak yang berkepentingan; dan

h.

Di tinjau secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih relevan dan tepat bagi organisasi

4.3 Perencanaan
4.3.1 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan kontrol
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur-prosedure untuk identifikasi bahaya secara
berkelanjutan, penilaian resiko dan penentuan kontrol-kontrol yang diperlukan.
Prosedur-prosedur untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus mempertimbangkan:
a.

Aktifitas rutin dan non-rutin

b.

Aktifitas dari semua orang yang mempunyai akses ke lokasi kerja (termasuk kontraktor dan pengunjung)

c.

Perilaku orang, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya.

d.
Bahaya yang telah teridentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang dapat merugikan kesehatan dan
keselamatan orang-orang di lokasi kerja.
e.

Bahaya bagi lingkungan sekitar lokasi kerja yang dihasilkan oleh aktifitas-aktifitas dari lokasi kerja

Catatan 1: Lebih tepat bila bahaya seperti diatas dinilai sebagai aspek lingkungan.
f.
Infrastruktur, peralatan dan material di lokasi kerja, baik yang dihasilkan oleh organisasi maupun oleh pihak
lain;
g.

Perubahan-perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, aktifitas atau material.

h.
Perubahan dari sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan akibat dari perubahan tersebut
bagi operasi, proses dan aktifitas;
i.

Semua persyaratan legal terkait dengan penilaian resiko dan penerapan kontrol yang diperlukan;

j.
Rancangan area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur operasional dan pengaturan kerja, termasuk
penyesuaiannya dengan kemampuan manusia
Metodologi untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus:
a.
Ditentukan lingkupnya, sifatnya, waktunya untuk menjamin agar identifikasi bahaya dan penilaian resiko
dilakukan secara pro-aktif, bukan reactif; dan
b.
Memberi panduan untuk identifikasi, prioritasisasi dan dokumentasi resiko, dan penerapan kontrol dengan
layak.
Untuk mengatur perubahan, organisasi harus mengidentifikasi bahaya K3 dan resiko K3 yang berhubungan dangan
perubahan-perubahan dalam organisasi, sistem manajemen atau aktifitas sebelum perbuahan-perubahan tersebut
diberlakukan.
Organisasi harus menjamin bahwa hasil dari penilaian dipertimbangkan dalam menentukan kontrol.

Ketika menentukan kontrol, atau ingin merubah kontral yang sudah ada, harus dipertimbangkan untuk menurunkan
resiko menurut hirarki sebagai berikut:
a.

Penghilangan

b.

Penggantian

c.

Kontrol secara teknis

d.

Pemberian tanda dan/atau kontrol administatif

e.

Pemakaian peralatan pelindung

Organisasi harus mendokumentasikan hasil dari identifikasi bahaya, penilaian resiko dan kontrol yang ditentukan dan
menjaga dokumentasi tersebut tetap up-to-date.
Organisasi harus menjamin agar resiko K3 dan kontrol yang telah ditentukan dipertimbangkan dalam
menngembangkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3.
Catatan 2: Untuk panduan lebih lanjut mengenai identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penentuan kontrol, lihat
OHSAS 18002.
4.3.2 Persyaratan Legal dan Persyaratan Lainnya.
Oerganisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses
persyaratan-persyaratan legal K3 dan lainnya yang berlaku bagi organisasi masing masing.
Organisasi harus menjamin agar persyaratan-persyaratan tersebut dipertimbangkan dalam menetapkan,
menerapkan dan memelihara sistem manajemen K3-nya.
Organisasi harus menjaga agar informasi tersebut (persyaratan-persyaratan K3) tetap up-to-date.
Organisasi harus mengkomunikasikan informasi yang relevan terkait persyaratan-persyaratan K3 tersebut kepada
personil-personil yang bekerja dalam kontrol organisasi dan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan.
4.3.3 Sasaran dan Program
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara sasaran terkokumentasi yang terdokumentasi, pada
fungsi-fungsi dan tingkatan yang relevan dalam organisasi.
Sasaran harus terukur, sejauh memungkinkan, dan konsisten dengan kebijakan K3, termasuk komitmen untuk
mencegah terjadinya luka atau masalah kesehatan, untuk sesuai dengan persyaratan legal dan persyaratan lainnya
yang berlaku dan untuk peningkatan berkelanjutan.
Saat menentukan dan meninjau sasaran, organisasi harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan legal dan
persyaratan lainnya dan resiko-resiko K3. Organisasi juga harus mempertimbangkan pilihan-pilihan teknologi yang
tersedia, masalah finansial, operasioan dan persyaratan-persyaratan bisnis, dan pandangan-pandangan dari pihakpihak yang berkepentingan.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara program-program untuk mencapai sasaran. Minimal,
program harus mencakup:
a.
Penentuan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai sasaran-sasaran pada fungsi-fungsi dan tingkatan
yang relevan dalam organisasi, dan
b.

Cara dan kerangka waktu sasaran tersebut akan dicapai.

Program-program harus ditinjau secara berkala pada interval yang terencana, harus di sesuaikan bila diperlukan
untuk menjamain sasaran-sasaran tersebut dapat tercapai.
4.4 Penerapan dan operasi
4.4.1 Sumber daya, peranan, tanggung jawab, akuntabilitas dan kewenangan.
Manajemen puncak harus mengambil tanggung jawab tertinggi untuk K3 dan sistem manajemen K3.
Manajemen puncak harus menunjukkan komitmennya dengan cara:

a.
Menjamin tersedianya sumber daya yang penting untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan
meningkatkan sistem manajemen K3.
Catatan 1: Sumber daya mencakup sumber daya manusia dan skil khusus, infrastruktur, teknologi dan finansial.
b.
Menentukan peranan, mengalokasikan penanggung jawab dan akuntabilitas, dan mendelegasikan
kewenangan untuk memfasilitasi manajemen K3. Peranan, tanggung jawab dan akuntabilitas, dan kewenangan
harusdikokumnetasikan dan dikomunikasikan.
Organisasi harus menunjuk anggota dan manajemen puncak dengan tanggung khusus untuk K3, yang mempunyai
peranan dan tangung jawab untuk (diluar tanggung jawab lainnya):
a.
ini.

Menjamin bahwa sistem manajemen K3 ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan standar OHSAS

b.
Menjamin agar laporan-laporan terkait kinerja sistem manajemen K3 di berikan kepada manajemen puncak
untuk ditinjau dan digunakan sebagai dasar peningkatan sistem manajemen K3.
Catatan 2: Manajemen puncak yang ditunjuk (dalam organisasi besar, misalnya, anggota komite eksekutif atau
dewan eksekuit) dapat mendelegasikan tugas-tugas mereka kepada wakil manajemen di bawah mereka dengan
tetap mempertahankan akuntabilitas.
Identitas dari manajemen puncak yang ditunjuk harus dapat diketahui oleh semua orang yang bekerja di bawah
kontrol organisasi.
Semua yang mempunyai tanggung jawab manajemen harus menunjukkna komitmen mereka untuk peningkatan
secara berkelanjutan kinera K3.
Orgnisasi harus menjamin agar orang-orang di lokasi kerja mengambil tanggung jawab terhadap aspek-aspek K3
yang berada dalam kontrol mereka dan taat kepada persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku.
4.4.2 Kompetensi, pelatihan dan kesadaran
Organisasi harus menjamin agar semua orang yang bekerja di bawah kontrol organisasi, yang melakukan pekerjaan
yang dapat berdampak kepada K3 adalah orang-orang yang berkompeten dilihat dari pendidikan, pelatihan atau
pengalaman. Organisasi harus menyimpan catatan-catatan terkait kompetensi tersebut.
Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan terkait dengan resiko K3 dan terkait sistem manajemen K3.
Organisasi harus memberikan pelatihan atau tindakan lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mengevaluasi
efektifitasnya dan menyimpan catatan-catatan terkait.
Organsiasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk membuat orang-orang yang bekerja di
bawah kontrol organsiasi sadar akan:
a.
Konsekwensi K3, baik aktual maupun potensial dari aktifitas dan perilaku mereka dan keuntungan yang
diperoleh dari peningkatan kinerja personal.
b.
Peranan dan tanggung jawab serta pentingnya mencakai kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur-prosedur
K3 dan dengan persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3, termasuk persyaratan mengenai kesiapan dan
tanggap darurat.
c.

Konsekwensi potensial bila mengabaikan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.

Prosedur pelatihanharus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam hal:


a.

Tanggung jawab, kemampuan, bahasa dan tulisan

b.

Resiko

4.4.3 Komunikasi, partisipasi dan konsultasi


4.3.1 Komunikasi
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
a.

Komunikasi internal antara berbagai tingkatan dan fungsi dalam organisasi

b.

Komunikasi dengan kontraktor dan pengunjung lokasi kerja lain.

c.
Menerima, mendokumentasi dan menanggapi komunikasi yang relevan dari pihak-pihak luar yang
berkepentingan
4.3.2 Partisipasi dan konsultasi
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
a.

Partisipasi para pekerja melalui:


Keterlibatan yang cukup dalam identifikasi bahaya, penilaian resiko dan dalam penetapan
kontrol

Keterlibatan yang cukup dalam investigasi kecelakaan

Keterlibatan dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan dan sasaran K3.

Konsultasi bila ada perubahan-perubahan yang mempengaruhi K3 mereka

Keterwakilan dalam urusan-urusan menyangkut K3

b.

Konsultasi dengan kontraktor bila ada perubahan-perubahan yang mempengaruhi K3 mereka.

Organisasi harus menjamin bahwa, bila dianggap perlu, pihak-pihak luar yang berkepentingan dan relevan
dikonsultasikan mengenai hal-hal terkait dengan K3.
4.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi sistem manajemen K3 harus mencakup:
a.

Kebijakan dan sasaran K3

b.

Penjelasan tentang lingkup sistem manajemen K3

c.

Elemen-elemen utama sistem manajemen K3 dan interaksinya, dan acuan-acuan dokumennya.

d.

Dokumen, termasuk catatan, yang diperlukan oleh standar K3 ini.

e.
Dokumen, termasuk catatan, yang dianggap perlu oleh organisasi untuk menjamin perencanaan, operasi dan
kontrol proses yang efektif terkait dengan manajemen dan resiko K3.
Catatan: Penting sekali bahwa dokumentasi proporsional dengan kompleksitas, bahaya dan resiko yang ada, dan
dijaga agar minimal, seperlunya untuk efektifitas dan efisiensi.
4.4.5 Pengendalian dokumen
Dokumen yang diperlukan oleh sistem manajemen K3 dan oleh standar OHSAS ini harus dikontrol. Catatan adalah
type khusus dokumen dan harus dikontrol sesuai dengan klausul 4.5.4.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:
a.

Penyetujuan kelayakan dokumen sebelum diterbitkan

b.

Peninjauan dan pembaharuan bila diperlukan dan penyetujuan ulang

c.

Menjamin bahwa perubahan dan status revisi terbaru dokumen teridentifikasi (diketahui)

d.

Menjamin bahwa versi yang relevandari dokumen yang berlaku tersedia di lokasi penggunaan

e.

Menjamin bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan dikenali dengan mudah

f.
Menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar, yang ditentukan oleh organisasi perlu untuk perencanaan
dan operasi sistem manajemen K3-nya, diidentifikasi dan distribusinya dikontrol
g.
Mencegah penggunaan yang tidak diinginkan dokumen-dokumen yang kadaluarsa dan melakukan penandaan
dengan cara yang tepat bila dokumen kadaluarsa tersebut di simpan untuk tujuan tertentu.
4.6 Kontrol operasional
Organisasi harus menentukan operasi dan aktifitas yang terkait dengan bahaya-bahaya yang telah teridentifiasi,.
Semua operasi dan aktifitas tersebut memerlukan kontrol untuk penanganan resiko K3. Perubahan-perubahan
terhadap aktifitas dan operasi tersebut juga harus diatur.

Untuk operasi dan aktifitas tersebut, organisasi harus menerapkan dan memelihara:
a.
Kontrol operasional yang dapat diterapan. Organisasi harus mengintegrasikan kontrol operasional dalam
sistem manajemen K3 secara keseluruhan.
b.

Kontrol terkait dengan barang-barang, peralatan dan jasa yang dibeli,

c.

Kontrol terkait kontraktor dan pengunjung lain ke lokasi kerja

d.
Prosedur terdokumentasi, diperlukan bila dianggap bahwa ketiadaan prosedur dapat membuat penyimpangan
terhadap kebijakan dan sasaran K3,
e.
Kriteria operasi, bila dianggap bahwa ketiadaan kriteria dapat membuat penyimpangan terhadap kebijakan dan
sasaran K3.
4.4.7 Kesiapan dan tanggap darurat
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur
a.

Untuk mengidentifikasi situasi darurat yang potensial

b.

Untuk menanggapi situasi darurat tersebut

Organisasi harus tanggap terhadap situasi darurat aktual dan mencegah atau mengurangi konsekwensi K3 yang
merugikan.
Dalam merencanakan tanggap darurat organisasi harus mempertimbangkan pihak-pihak terkait yang relevan, seperti
layanan darurat dan tetangga.
Organisasi juga harus menguji prosedur tanggap darurat secara berkalai dengan, bila memungkinkan, melibatkan
pihak-pihak yang berkepentingan.
Organisasi harus meninjau prosedur tersebut secara berkala dan melakukan perubahan-perubahan bila diperlukan,
khususnya setelah pengujian prosedur dan setelah terjadinya situasi darurat (lihat 4.5.3)
4.5 Pemeriksaan
4.5.1 Pengukuran dan pemantauan kinerja
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3
secara teratur. Prosedur tersebut harus memberi aturan tentang:
a.

Ukuran qualitative dan quantitatie yang sesuai dengan kebutuhan organisasi

b.

Pemantauan tingkat pencapaian sasaran K3

c.

Pemantauan efektifitas dari kontrol (baik untuk kesehatan maupun keselamatan)

d.
Ukuran kinerja yang bersifat proaktif yang memantau kesesuaian dengan program-program K3, kontrol dan
kriteria operasional
e.
Ukuran kinerja yang bersifat reaktif yang memantau kondisi kesehatan yang buruk, insiden (termasuk
kecelakaan dan nyaris kecelakaan', dll.) dan bukti-bukti historis lain tentang kurang baiknya kinerja K3
f.
Pencatatan data dan hasil dari pemantauan dan pengukuran yang cukup untuk dijadikan bahan analisa
tindakan koreksi dan pencegahan selanjutnya.
Jika diperlukan peralatan untuk melakukan pemantauan atau pengukuran kinerja, organisasi harus menetapkan dan
memelihara prosedur untuk mengkalibras dan memelihara peralatan tersebut dengan layak. Catatan kalibrasi dan
pemeliharaan dan hasilnya harus disimpan.
4.5.2 Evaluasi kesesuaian
4.5.2.1 Konsistem dengan komitmen organisasi untuk sesuai dengan persyaratan legal dan persyaratan lian terkait
K3, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengevaluasi kesesuaian dengan
persyaratan legal K3 secara berkala (lihat 4.3.2)
Organisasi harus menyimpan catatan-catatan hasil dari evaluasi berkala tersebut.

Catatan: frekwensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap perayratan legal K3.
4.5.2.2 Organisasi harus mengevaluasi kesesuaian dengan persyaratan K3 lain yang berlaku bagi organisai (lihat
4.3.2). Organisasi dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kesesuaian terhadap persyaratan legal yang
disebut dalam klausul 4.5.2.1 atau membuat prosedur yang terpisah.
Organisasi harus menyimpat catatan hasil evaluasi.
Catatan: Frekwensi evaluasi dapat berbeda-beda untuk setiap persyaratan
4.5.3 Investigasi insiden, ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan
4.5.3.1 Investigasi insiden
Organsiasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mencatat, menginvestigasi dan
menganalisa insiden untuk:
a.
Menentukan ketidaklayakan K3 yang menjadi penyebab dan faktor lain yang dapat menyebabkan atau
memberi kontribusi terjadinya insiden.
b.

Mengidentifikasi kebutuhan tindakan koreksi

c.

Mengidentifikasi peluang untuk tindakan pencegahan

d.

Mengkomunikasikan hasil dari investigasi.

e.

Investigasi harus dilakukan tepat waktu.

Setiap kebutuhan tindakan koreksi atau peluang untuk tindakan pencegahan harus ditangani sesuai dengan klausul
4.5.3.2
4.5.3.2 Ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk menangani ketidaksesuaian aktual dan
potensial dan untuk melakukan tindakan koreksi dan tindakan pencegahan. Prosedur harus menetapkan aturan
untuk:
a.
K3.

Mengidentifikasi dan mengkoreksi ketidaksesuaian dan melakukan tindakan untuk meminimalkan konsekwensi

b.
Menginvestigasi ketidaksesuaian, menentukan penyebab-penyebabnya dan melakukan tindakan untuk
menghindari terulangnya kejadian.
c.
Mengevaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan yang layak
untuk menghindari kejadian.
d.

Mencatat dan mengkomunikasikan hasil tindaka koreksi dan tindakan pencegahan.

e.

Meninjau efektifitas tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil.

Bila dalam tindakan koreksi dan tindakan pencegahan teridentifikasi adanya bahaya baru atau bahaya yang berubah
atau dibutuhkan kontrol baru atau perubahan kontrol, prosedur harus mensyaratkan agar penilaian resiko dilakukan
sebelum tindakan diterapkan.
Tindakan koreksi dan tindakan pencegahan yang diambil untuk menhilangkan penyebab dari ketidaksesuaian aktuan
dan potensial harus layak sesuai dengan tingkat permasalahan dan sepadan dengan resiko K3 yang dihadapi.
Organisasi harus menjamin agar setiap perubahan yang terjadi karena dilakukannya tindakan koreksi dan tindakan
pencegahan disertai dengan perubahan dokumentasi sistem manajemen K3 yang diperlukan.
4.5.4 Pengendalian catatan
Organisasi harus menetapkan dan memelihara catatan-catatan yang diperlukan untuk menunjukkan kesesuaian
terhadap persyaratan-persyaratan sistem manajemen K3 organisasi dan terhadap standar OHSAS ini, dan untuk
menunjukkan hasil-hasil yang dicapai.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi, menyimpan,
melindungi, mengakses dan membuang catatan.

Catatan harus dijaga agar tetap dapat terbaca, dapat diidentifikasi dan ditelusuri.
4.5.5 Audit internal
Organisasi harus menjamin agar audit internal terhadap sistem manajemen K3 dilakukan berkala dan terencana
untuk:
a.

Menentukan apakan sistem manajemen K3:

a.

Sesuai dengan pengaturan sistem K3 yang telah direncanakan dan dengan persyaratan standar OHSAS ini.

b.

Telah diterapkan dengan tepat dan dipelihara, dan

c.

Efektif memenuhi sasaran dan kebijakan organisasi.

b.

Memberikan informasi hasil audit kepada manajemen.

Program audit harus direncanakan, ditetapkan, diterapkan dan dipelihara oleh organisasi, didasarkan pada hasil
penilaian resiko dari aktifitas-aktifitas organisasi dan pada hasil audit sebelumnya.
Prosedur audit harus ditetapkan, diterapkan dan dipelihara, mencakup:
a.
Tanggung jawab, kompetensi dan syarat-syarat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit, pelaporan hasil
audit dan penyimpanan catatan terkait.
b.

Penentuan kriteria audit, lingkup, frekwensi dan metoda.

Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus menjamin objektifitas dan impartiality (tidak berat sebelah) proses
audit.
4.6 Tinjauan manajemen
Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen K3 pada interval yang terencana, untuk menjamin kecocokan
sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan harus mencakup penilaian peluang untuk peningkatan dan kebutuhan
perubahan sistem manajemenK3, termasuk kebijakan K3 dansasaran K3. Catatan tinjauan manajemen harus
dipelihara.
Masukan tinjauan manajemen harus mencakup:
a.
Hasil audit internal dan hasil dari evaluasi kesesuaian dengan persyaratan legal dan persyaratan lain yang
berlaku.
b.

Hasil dari partisipasi dan konsultasi (lihat 4.4.3)

c.

Komunikasi relevan dengan pihak luar yang berkepentingan, termasuk keluhan,

d.

Kinerja K3 organisasi,

e.

Tingkat pencapaian sasaran

f.

Status investigasi insiden, tindakan koreksi dan tindakan pencegahan,

g.

Tindaklanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya,

h.

Hal-hal yang berubah, termasuk perkembangan persyaratan legal dan persyaratan lain terkait K3, dan

i.

Usulan-usulan untuk peningkatan.

Hasil dari tinjauan manajemen harus konsisten dengan komitmen organisasi untuk peningkatan berkelanjutan dan
harus mencakup keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan terkait kemungkinan perubahan dalam hal:
a.

Kinerja K3,

b.

Sasaran dan kebijakan K3,

c.

Sumberdaya, dan

d.

Elemen-elemen lain dari sistem manajemen K3.

Hasil yang relevan dari tinjauan manajemen harus tersedia (dapat diakses) untuk proses komunikasi dan konsultasi
(lihat 4.4.3
)

Anda mungkin juga menyukai