Anda di halaman 1dari 9

Analisis Bahaya Menggunakan Metode Hazard

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Operability dan Manajemen Risiko Reaktor Nuklir
TRIGA 2000 di PSTNT-BATAN Bandung
Abstrak Reaktor nuklir TRIGA 2000 milik PSTNT-

1
energi
termal
pada
saat

terjadinya energi fisi dalam bahan bakar. Produk-produk fisi

Fahmy Munawar Cholil dan Dr. Ir. Ali Musyafa, M.Sc.


Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya, 60111 Indonesia
e-mail: musyafa@ep.its.ac.id
BATAN Bandung merupakan reaktor yang dioperasikan
sebagai media fasilitas penelitian dan pembelajaran tentang
nuklir. Dalam pengoperasiannya, diperlukan suatu standar
keselamatan agar seluruh proses di dalam reaktor berjalan
sesuai fungsinya. Dalam tugas akhir ini dianalisis bahaya yang
terdapat pada reaktor nuklir TRIGA 2000 dengan metode
Hazop dan juga manajemen risiko pada reaktor tersebut. Titik
studi (node) pada reaktor ini dibagi menjadi lima, yaitu tangki
reaktor, sistem pendingin primer, sistem pendingin sekunder,
sistem ventilasi, dan sistem pemurnian air. Risiko pada tiap
komponen diperhitungkan dengan mengalikan tingkat
keparahan (severity) dan probabilitas kejadian (likelihood).
Hasil analisis dirangkum dalam sebuah Hazop Worksheet.
Hasilnya menunjukkan lima risiko kejadian kecelakaan, yaitu
kegagalan batang kendali, tangki reaktor pecah, kehilangan
aliran pendingin (LOFA), kehilangan air pendingin (LOCA),
dan kehilangan sistem pengungkung. Untuk menurunkan
risiko, dilakukan perawatan serta kalibrasi pada tiap
komponen. Bahaya yang pengendaliannya dinilai efektif
berjumlah 12. dan bahaya yang risikonya belum dapat
diterima berjumlah 4. Diberikan pula rekomendasi dalam meredundant komponen TT001 sebagai peningkatan Safety
Integrity Level (SIL). Dari hasil penelitian diperoleh nilai SIL
TT001 yaitu SIL 1. Setelah dilakukan redundant, SIL
meningkat menjadi SIL 2. Dalam menghadapi kejadian
kecelakaan nuklir, terdapat prosedur yang harus
dilaksanakan dalam kecelakaan yang menyangkut pecahnya
sumber tertutup, dekontaminasi saat terjadi kecelakaan, serta
prosedur tetap pada orang terkontaminasi dalam keadaan
kecelakaan.
Kata Kunci-- hazop, likelihood, LOCA, LOFA, manajemen
risiko, reaktor nuklir, severity, SIL, TRIGA 2000

menjalani suatu jarak yang sangat pendek dan


konsekuensinya energi kinetiknya disimpan sebagai panas
di dalam bahan bakar. Kebanyakan energi partikel beta
yang dihasilkan pada peluluhan produk fisi disimpan dalam
bahan bermassa ringan yang disusupkan di dalam reaktor
yang secara khusu memperlambat neutron tersebut. Energi
sinar gamma dan fisi juga disimpan di dalam reaktor, tetapi
sebagian energi ini disimpan di dalam mantel sekeliling
reaktor [1]. Reaktor riset mempunyai potensi bahaya yang
lebih kecil terhadap publik dibandingkan dengan potensi
bahaya yang dimiliki oleh reaktor daya, sebaliknya
memiliki potensi bahaya yang lebih besar terhadap operator.
Walaupun potensi bahaya yang ditimbulkan kecil,
diperlukan analisis tentang bahaya tersebut [2].
Sampai saat ini, Indonesia memiliki tiga buah reaktor
riset. Reaktor pertama dan tertua berada di Pusat Sains dan
Teknologi Nuklir Terapan Badan Tenaga Atom dan Nuklir
(PSTNT-BATAN) Bandung. PSTNT-Batan memiliki
Pedoman Pelaksanaan Budaya Keselamatan. Namun belum
terdapat analisis bahaya terkait keselamatan pada instalasi
reaktor. Dalam pengoperasiannya, diperlukan suatu standar
keselamatan agar seluruh proses di dalam reaktor berjalan
sesuai fungsinya. Semua komponen dan sistem keselamatan
harus dikaji dan dianalisis agar kemampuannya terjamin
dan terdiri dari Hazard Identification (Hazid) dan Hazard
Operability (Hazop) [3]. Dalam tugas akhir ini akan
dianalisis bahaya yang terdapat pada reaktor nuklir TRIGA
2000 dengan metode Hazop dan juga manajemen risiko
pada reaktor tersebut.

I. PENDAHULUAN
Setiap reaktor riset harus dikelola dengan aman dan
selamat, baik terhadap personil, instalasi, maupun
lingkungan. Dalam hal ini, pengelolaan reaktor riset harus
mampu memberi perlindungan terhadap bahaya radiasi
yang dapat muncul dari operasi reaktor itu sendiri.
Sejumlah persyaratan untuk keselamatan reaktor riset
hendaknya dipenuhi. Sehingga keselamatan dan keamanan
dapat dicapai pada operasi reaktor misalnya untuk
eksperimen.
Hampir semua energi fisi mengendap dalam inti reaktor
dan sebenarnya kenbanyakan energi dikonversi menjadi

II. URAIAN PENELITIAN


A Studi Proses
Proses yang ada pada operasional reaktor nuklir TRIGA
2000 PSTNT-BATAN Bandung dipelajari melalui
dokumen-dokumen yang terdapat di Bidang Reaktor. Selain
itu juga dilakukan studi langsung ke lapangan untuk melihat
langsung kondisi ketika reaktor beroperasi.
Reaktor TRIGA 2000 Bandung yang dibuat oleh
General Atomics (San Diego, California, USA) dipasang di
Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (dulu bernama
Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri) pada tahun

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
2
1963 sampai dengan 1965 dan kritis untuk pertama kali
d. Menganalisis penyebab-penyebab penyimpangan yang
pada tanggal 16 Oktober 1964. Daya maksimum yang dapat
telah diidentifikasi sebelumnya, akibat dan bahaya yang
dicapai pada kurun waktu tersebut itu adalah 250 kW [4].
ditimbulkan.
A. Pengumpulan Data
C. Estimasi Risiko
Data yang digunakan dalam tugas akhir ini diperoleh
Dalam mengestimasi risiko dilakukan analisis terhadap
dari dokumen teknis milik PSTNT-BATAN Bandung.
dua
aspek yaitu likelihood dan severity.
Dokumen tersebut meliputi piping and instrumentation
diagram (P&ID), maintenance data atau data time to
a. Likelihood
failure komponen dan instrument yang ada di reaktor, mulai
Likelihood adalah frekuensi kemungkinan terjadinya
tahun 2008 hingga 2013. Selain itu, digunakan data teknis
konsekuensi dengan sistem pengaman yang ada pada
milik International Atomic Energi Agency (IAEA) berupa
periode waktu tertentu, dalam hal ini, Laporan Operasi
data komponen-komponen yang terdapat di reaktor.
BATAN periode 2008 hingga 2013 (6 tahun).
Digunakan juga Peraturan Kepala Batan Nomor 20 Tahun
Tabel 1.
Skala Likelihood [8]
2012 tentang Pedoman Penilaian Risiko Keselamatan dan
Skala
Sifat
Kesehatan Kerja (Standar BATAN Bidang Administrasi,
Rutin
Non-rutin
Manajemen dan Organisasi). Peraturan ini dipakai sebagai
1 Secara teori bisa terjadi, tetapi Secara teori bisa terjadi, tetapi yakin
acuan dalam melakukan penilaian risiko pada tugas akhir
belum pernah mengalami atau tidak akan terjadi selama pekerjaan
ini.
pernah mendengar terjadi
berlangsung
2 Pernah terjadi 1 (satu) kali
pada suatu waktu yang tidak
diketahui dengan pasti, di atas
5 (lima) tahun
3 Pernah terjadi dalam waktu 5
(lima) tahun terakhir
4 Pernah terjadi dalam waktu 3
(tiga) tahun terakhir
5 Pernah terjadi dalam waktu 1
(satu) tahun terakhir

Bisa terjadi tetapi sangat kecil


kemungkinan akan terjadi 1 (satu)
kali selama pekerjaan berlangsung
Bisa terjadi paling banyak 1 (satu)
kali selama pekerjaan berlangsung
Bisa terjadi 2 (dua) sampai 3 (tiga)
kali selama pekerjaan berlangsung
Bisa terjadi lebih dari 3 (tiga) kali
selama pekerjaan berlangsung

Tabel 2.
Skala Severity [8]
Kategori
Dampak K3
Kondisi
Penerimaan Lingkungan
Kerugian
Daerah Kerja
Dosis
Hidup
Finansial
Radiasi
Individu
(K1)
(K2)
(K3)
(K4)
(K5)
Tindakan
< 5mSv
< 20 mSv < BML (Baku
X < 5%
P3K
pertahun
pertahun
Mutu Lingkungan)
Perawatan 5 < dosis < 15 20 < dosis < Dapat pulih dengan 5% < X <
medis
mSv pertahun 200 mSv
sendirinya < 12
15%
pertahun
bulan
Cacat
15 < dosis < 200 < dosis Dapat dipulihkan 15% < X
permanen 1 50 mSv
< 500 mSv dengan intervensi < 30 %
orang
pertahun
pertahun
manusia dalam
waktu < 12 bulan
Kematian 1 > 50 mSv
> 5000 mSv Dapat dipulihkan 30% < X
orang; cacat pertahun
pertahun
dengan intervensi < 50%
permanen >
manusia dalam
1 orang
waktu lama > 12
bulan
Kematian
Terdapat
> 5000 mSv Tidak dapat
X > 50%
lebih dari 1 kontaminasi pertahun
dipulihkan dengan
orang
cara apapun

Skala

B. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya yang dilakukan pada tugas akhir ini
menggunakan metode adalah Hazard Operability Analysis
(HAZOP). Tujuan hazop adalah untuk mengkaji proses atau
sistem operasi secara sistematis, untuk menentukan deviasi
dari potensi bahaya [5]. Keuntungan menggunakan HAZOP
sebagai berikut.
a. Berguna saat menghadapi bahaya yang sulit
dikuantifikasi
b. Metodenya tidak memaksa untuk mengukur deviasi dari
peluang kejadian, tingkat keparahan, atau kemampuan
untuk dideteksi.
c. Metode built-in brainstorming
d. Sistematis dan komprehensif
e. Lebih sederhana dan intuitif daripada metode
manajemen risiko yang lain [6].
Langkah-langkah
dalam
identifikasi
bahaya
menggunakan metode HAZOP ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan titik studi (node) berdasarkan data P&ID.
Node pada reaktor TRIGA 2000 dibagi menjadi lima
buah, yaitu tangki reaktor, sistem pendingin primer,
sistem pendingin sekunder, sistem ventilasi gedung
reaktor, dan sistem pemurnian air.
b. Menentukan equipment dan instrument yang terdapat
pada tiap-tiap node. Contohnya pada tangki reaktor
terdapat level transmitter LT001, reactor vessel, dan
batang kendali.
c. Menentukan guideword dan deviasi yang ada pada
equipment dan instrument tersebut. Contohnya, setelah
dianalisis deviasi pada instrument LT001 adalah High
Level. Contoh guideword lainnya adalah more, less, part
of, reverse, other than dan not [7].

1
2
3

Peringka
t
A

Skal
a
0-24

25-49

50-74

75-99

100-

Tabel 3.
Pemeringkatan Risiko [8]
Kesimpulan
Risiko dapat diterima, langkah pengendalian
dinilai efektif
Risiko belum dapat diterima, perlu dilakukan
tindakan pengendalian tambahan
Risiko tidak dapat diterima, harus dilakukan
tindakan pengendalian
Risiko sangat tidak dapat diterima harus
dilakukan tindakan pengendalian segera
Risiko amat sangat tidak dapat diterima,

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
125

kegiatan tidak dilaksanakan hingga dilakukan


pengendalian untuk mereduksi risiko.

Selain itu, digunakan juga data teknis berupa dokumen


milik IAEA (International Atomic Energy Agency). Dari
data kegagalan pada tiap instrumen dan peralatan dihitung
nilai Mean Time to Failure (MTTF), yaitu waktu rata-rata
instrumen tersebut mengalami kegagalan. Nilai likelihood
merupakan perbandingan antara total jumlah waktu
operasional terhadap nilai MTTF. Setelah diperoleh nilai
likelihood, ditentukan level/skala likelihood tersebut pada
Tabel 1. Nilainya dapat dihitung dengan persamaan (1) [9]:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
(1)
Lama Operasi

Likelihood=

MTTF

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
No
.

Instrumentatio
n/Equipment

Guide
word

1
2
3

Batang Kendali
LT001
Reactor Vessel

Part of
High
Part of

Deviation

Part of Instrumentation
High Level
Part of Instrumentation

Tabel 4.
Analisis Risiko Node 1
MTTF
LikeliSkala
n
(jam)
hood PFD
Likelihood
6984
120482
60606,1

Skala Severity

(peningkatanK1

0,058 SIL)
0,003
0,007

2
2
2

1
3
5

K2
2
2
5

K3
1
1
5

.T
K4 iK5
32 5

( )
3
3

4
5

Risk

24
26
26

Skala
Risk (4)
A
B
B

Severity
Severity adalah tingkat keparahan kecelakaan yang akan
terjadi. Severity juga menjelaskan konsekuensi yang terjadi
pada suatu kecelakaan. Tabel 2 menjelaskan skala
pengukuran konsekuensi yang tercantum dalam Peraturan
Kepala Batan.

dengan n merupakan target peningkatan SIL.Dari hasil


analisis akan diperoleh nilai SIL pada tiap komponen.
Kemudian apabila terdapat kemungkinan untuk ditingkatkan
maka dilakukan perhitungan sebagai rekomendasi
peningkatan SIL [11].

D. Analisis Risiko
Risiko dihitung dengan mengalikan nilai skala peluang
dengan nilai gabungan skala konsekuensi sesuai dengan
persamaan (2):

A. Analisis Risiko
Dalam penelitian ini, reaktor TRIGA 2000 dibagi
menjadi lima buah node, yaitu tangki reaktor, sistem
pendingin primer, sistem pendingin sekunder, sistem
ventilasi, dan sistem pemurnian air.
1. Tangki reaktor
Tangki reaktor adalah komponen berupa tangki tempat
terjadinya proses/reaksi fisi. Dalam mengendalikan reaksi
yang terjadi, digunakan suatu komponen yang disebut
batang kendali. Batang kendali dianggap sebagai peralatan

b.

R=P x (K 1 + K 2 + K 3 + K 4 + K 5 )

(2)

dengan:
R = Risiko
P = Peluang
K1, K2, K3, K4, K5 = Konsekuensi
Selanjutnya nilai hasil perhitungan risiko dibandingkan
dengan Tabel 3 sebagai acuan pemeringkatan risiko berikut
No
.
1
2
3
4
5

Instrumentation/
Equipment

Guide
word

Heat exchanger
TT001
TT002
Pompa PR-1
Pompa PR-2

Part of
High
High
Part of
Part of

Deviation
Part of Instrumentation
High Temperature
High Temperature
Part of Instrumentation
Part of Instrumentation

Tabel 5.
Analisis Risiko Node 2
MTTF
Likeli(jam)
hood
47520
1848
714286
476190
476190

ini.
E. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu proses untuk
mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam
setiap kegiatan atau aktivitas perusahaan yang diaplikasikan
untuk menuju efektivitas manajemen yang lebih tinggi
dalam menangani kesempatan yang potensial dan kerugian
yang dapat mempengaruhi perusahaan [10]. Pada langkah
ini, dilakukan analisis seberapa banyak jumlah risiko pada
skala 1, 2, dan seterusnya.
F. Peningkatan SIL
Dilakukan juga analisis Safety Integrity Level pada tugas
akhir ini. PFD merupakan suatu fungsi pada komponen
untuk merespon proses yang dibutuhkan. Jika diasumsikan
nilai kegagalan berbahaya dari suatu komponen adalah
serta interval tes adalah Ti.
PFD
(3)
.T i
komponen

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

0,008
0,218
0,001
0,001
0,001

Skala
Likelihood
2
2
2
2
2

K1
1
1
1
1
1

Skala Severity
K2 K3 K4
1
2
3
1
1
3
1
1
3
2
1
3
2
1
3

K5
2
2
2
2
2

Risk

Skala
Risk

18
16
16
18
18

A
A
A
A
A

yang memiliki peran penting dalam pengendalian reaksi fisi.


Apabila terjadi kegagalan dalam menggerakkan batang
kendali baik ke atas maupun ke bawah, maka laju aktivitas
neutron menjadi tidak terkendali, sehingga reaksi fisi akan
terus terjadi. Reaksi yang terus menerus tanpa dikendalikan
akan menyebabkan temperatur bahan bakar dan temperatur
air pendingin berada diluar batas operasi. Tabel 4
merupakan hasil analisis bahaya meliputi guideword,
likelihood, severity, dan risiko.
2. Sistem pendingin primer
Sistem pendingin primer terdiri dari kolam reaktor,
pompa primer, penukar panas dan pipa penghubung. Sistem
pendingin primer ini juga dilengkapi dengan beberapa buah
alat ukur, seperti alat ukur suhu, tekanan, laju alir dan
konduktivitas listrik air tangki. Suhu fluida pendingin yang
masuk dan ke luar tangki reaktor dapat dibaca melalui alat
ukur suhu (TI001 dan TI 002) yang ditempatkan pada pipa
pendingin primer yang terletak di atas reaktor. Tabel 5

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
6
merupakan hasil analisis risiko pada sistem pendingin
sekunder melalui penukar panas. Selanjutnya panas ini
primer.
dibuang ke udara lewat menara pendingin model LBT-350.
Untuk daya 2000 KW dibutuhkan dua buah menara
3. Sistem pendingin sekunder
pendingin yang dihubungkan secara paralel. Hasil analisis
Sistem pendingin sekunder terdiri dari pompa sekunder,
node 3 disajikan pada Tabel 6.
penukar panas, menara pendingin dan pipa penghubung.
Panas dari pendingin primer dipindahkan ke pendingin

No
.
1
2
3
4

Instrumentation/
Equipment

Guide
word

Pompa PS-1
Pompa PS-2
Cooling tower 1
Cooling tower 2

Part of
Part of
Part of
Part of

Deviation

Part of Instrumentation
Part of Instrumentation
Part of Instrumentation
Part of Instrumentation

Tabel 6.
Analisis Risiko Node 3
MTTF
LikeliSkala
(jam)
hood
Likelihood
5517,3
4686
4723,2
0,119

0,073
0,086
0,085
0,119

2
2
2
2

Skala Severity
K1
1
1
2
2

K2
1
1
1
1

K3
2
2
1
1

K4
3
3
3
3

K5
1
1
1
1

Risk

Skala
Risk

16
16
16
16

A
A
A
A

4.

Sistem ventilasi
Selama reaktor beroperasi, ruang dalam gedung reaktor harus mempunyai tekanan udara yang lebih rendah dari tekanan udara
luar, sehingga zat radioaktif yang mungkin ada di dalam ruang gedung reaktor tidak akan lepas ke lingkungan. Pemasukan udara
segar dan pengeluaran udara kotor masing-masing dilaksanakan oleh blower biru dan blower kuning. Udara kotor yang dibuang
keluar lewat saluran berwarna kuning, setelah difilter, tidak lagi mengandung partikel radioaktif, sehingga dapat dibuang ke udara
melalui cerobong (stack) yang tingginya 22,5 meter. Hasil analisis node 4 disajikan pada Tabel 7.
5. Sistem pemurnian air
Sistem pemurnian air dirancang terpisah dengan sistem pendingin primer. Sistem ini terdiri dari filter dan resin. Sistem filter
harus dapat menyaring partikel sampai 5 m, sedangkan sistem resin mixed-bed harus dapat memurnikan air agar konduktivitas air
lebih kecil dari 3,5 mhos. Laju aliran volumetrik sistem pemurnian air ini adalah sebesar 10 gpm. Sistem yang digunakan pada
reaktor 2000 kW ini juga telah dipakai pada reaktor 1000 kW. Untuk membersihkan air tangki dari debu-debu, ion-ion dan kotoran
lainnya digunakan unit pembersih air yang terdiri dari surface water skimmer, fiber cartridge dan demineralizer. Tabel 8
menunjukkan hasil analisis risiko node 5.
B. Pembahasan
Analisis kecelakaan yang dikemukakan pada bagian ini adalah analisis kecelakaan yang dapat terjadi pada Reaktor TRIGA
2000 Bandung. Terdapat beberapa kecelakaan yang dapat terjadi pada reaktor, diantaranya kegagalan batang
kendali, tangki reaktor pecah, LOFA (Loss of Flow Accident), LOCA (Loss of Coolant Accident), dan kehilangan sistem
pengungukung.
1. Kegagalan batang kendali
Kecelakaan start-up dapat terjadi bila pergerakan batang kendali ke atas tidak dapat berhenti, sehingga reaktivitas pada reaktor
terus bertambah dengan tidak terkendali. Hal ini diatasi dengan memberikan pembatasan waktu perioda reaktor. Bila waktu
perioda reaktor < 7 detik, maka reaktor akan mati (scram). Batang kendali menganut sistem fail-safe. Bila aliran listrik terputus,
maka magnet pemegang batang kendali tidak berfungsi, sehingga batang kendali jatuh bebas akibat gaya gravitasi dan reaktor
dapat dinyatakan dalam kondisi aman.
No
.
1
2

2.

Instrumentation/
Equipment

Guide
word

Blower
Ducting (pipa)

Part of
Part of

Deviation

Part of Instrumentation
Part of Instrumentation

Tabel 6.
Analisis Risiko Node 4
MTTF
LikeliSkala
(jam)
hood
Likelihood
17520
13776

0,023
0,029

2
2

Skala Severity
K1
2
2

K2
4
4

K3
3
3

K4
4
4

K5
3
3

Risk

Skala
Risk

32
32

B
B

Tangki reaktor pecah


Untuk Reaktor TRIGA 2000, kehilangan air pendingin total akibat tangki reaktor pecah mengakibatkan air pendingin habis
seluruhnya dalam jangka waktu yang relatif singkat. Akibatnya temperatur bahan bakar akan naik, kemudian akan diikuti dengan
naiknya tekanan gas dalam kelongsong dan turunnya tegangan luluh (yield strength) bahan kelongsongnya. Agar masalah ini
teratasi, Reaktor TRIGA 2000 dengan daya 2000 kW dilengkapi dengan Emergency Core Cooling System (ECCS).
3. LOFA (Loss of Flow Accident)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
7
Pada node 2 sistem pendingin primer terdapat risiko bahaya terkait hilangnya air pendingin primer. Istilah yang digunakan
adalah LOFA (Loss of Flow Accident) atau kecelakaan kehilangan aliran pendingin reaktor. LOFA pada siklus primer dapat terjadi
sebagai akibat gagalnya pompa sistem primer atau tereduksinya aliran pendingin akibat gagalnya katup, terjadi penyumbatan pada
pipa atau heat exchanger, pecahnya sistem pendingin primer dan distribusi daya yang tidak merata.
4. LOCA (Loss of Coolant Accident)
Pada node 3 sistem pendingin sekunder terdapat beberapa risiko bahaya. Selama beroperasi normal, panas pada sistem
sekunder berasal dari panas sistem primer yang dipindahkan melalui alat penukar panas (heat exchanger). Kehilangan aliran pada
pompa sekunder akan menyebabkan level temperatur keluar heat exchanger pada bagian sistem primer naik dan seterusnya
temperatur teras reaktor akan meningkat pula. Bila margin keselamatan terlewati (bila temperatur curah air tangki reaktor
mencapai 49 oC), maka reaktor akan scram, panas peluruhan (decay heat) akan dipindahkan ke air pendingin melalui proses
konveksi alamiah di antara susunan elemen bakar reaktor. Kondisi pendinginan secara konveksi alamiah setelah reaktor scram
dapat menjamin integritas kelongsong elemen bakar, sehingga kerusakan kelongsong akibat adanya decay heat maupun akibat
kenaikan tekanan internal dapat dihindari.
5. Kehilangan sistem pengungukung
Pada saat ini sistem ventilasi untuk ruang reaktor digabungkan dengan sistem ventilasi untuk laboratorium kimia yang berada
berdampingan dengan ruang reaktor. Ada dua sistem yang digunakan: Udara dipaksakan masuk dengan dorongan blower dan
udara keluar ditarik oleh blower yang lain. Karena tekanan udara di dalam ruang reaktor harus
No
.
1
2

Instrumentation/
Equipment

Guide
word

Filter
Pompa P-1

Part of
Part of

Deviation

Part of Instrumentation
Part of Instrumentation

Tabel 7.
Analisis Risiko Node 5
MTTF
Likeli(jam)
hood
3464
3564

0,116
0,113

Skala
Likelihood
2
2

Skala Severity
K1
1
1

K2
2
2

K3
4
4

K4
3
3

K5
3
3

Risk

Skala
Risk

16
16

A
A

dipertahankan agar tetap lebih rendah dibandingkan dengan tekanan udara di luar ruang reaktor, kesetimbangan antara pemasukan
dan pengeluaran udara ke dalam dan dari ruang reaktor harus dengan cermat diperhatikan.
C. Manajemen Risiko Reaktor
Berdasarkan HAZOP worksheet (Lampiran C), diperoleh bahaya yang pengendaliannya dinilai efektif atau berada di skala A
(berwarna hijau) berjumlah 12. Dan bahaya yang risikonya belum dapat diterima atau berada di skala B (berwarna biru) berjumlah
4. Selain itu tidak diperoleh bahaya pada skala C, D, dan E. Risiko Skala A berarti bahwa risiko dapat diterima dan langkah
pengendalian dinilai efektif. Artinya, selama reaktor TRIGA 2000 ini beroperasi, skema keselamatan yang diterapkan berjalan
dengan baik. Pengendalian reaksi fisi pada reaktor mampu memberikan keamanan dan keselamatan dalam operasi reaktor.
Contohnya pada equipment batang kendali, risiko skalanya adalah A. Batang kendali merupakan instrument yang memegang
peranan penting dalam pengendalian reaksi fisi reaktor nuklir. Apabila dilihat dari nilai severity-nya, yaitu bernilai 12, kegagalan
batang kendali membeirkan nilai severity yang besar. Namun, dengan frekuensi kejadian yang kecil yaitu pernah terjadi 1 kali
pada suatu waktu yang tidak diketahui pasti, di atas 5 tahun (skala 2), maka hasil perhitungan risiko pun menjadi kecil yaitu 24
(masuk ke dalam skala risiko A).
Sedangkan Risiko Skala B berarti bahwa risiko belum dapat diterima, perlu dilakukan tindakan pengendalian tambahan. Hal
ini terjadi pada level transmitter LT001 dan reactor vessel pada node 1 tangki reaktor, serta blower dan ducting pada sistem
ventilasi reaktor. LT001 menjaga agar level air tangki berada pada batas kondisi operasi. Kurangnya level air berpengaruh pada
perpindahan panas pada teras reaktor secara konveksi alamiah. Sedangkan kelebihan level air akan membuat air tangki yang
bersifat radioaktif keluar. Tentu hal ini berbahaya, utamanya bagi personel dan lingkungan. Pengendalian tambahan yang perlu
dilakukan adalah menambahkan loop pengendalian level. Apabila level keluar dari batas operasi, pompa primer akan mendapat
sinyal masukan untuk menaikkan atau menurunkan flowrate.
Dengan tingkat risiko seperti disebutkan di atas, jika dibandingkan dengan kondisi reaktor maka analisis bahaya yang
dilakukan telah sesuai dengan kondisi plant. Reaktor TRIGA 2000 PSTNT Batan Bandung selama berdiri belum terdapat record
kecelakaan nuklir yang mencapai skala katastropi. Hal ini juga didukung dengan fakta bahwa tidak ada personel yang mengalami
efek samping pada fisik akibat paparan zat radioaktif dari reaktor. Fakta lainnya adalah lokasi reaktor berada di tengah kota.
Namun tidak terdapat data tentang meluasnya zat radioaktif hingga berdampak pada lingkungan sekitar.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
8
D. Analisis Safety Integrity Level (SIL)
Sebagai rekomendasi dalam peningkatan SIL perlu dilakukan perhitungan SIL. Hasilnya terdapat satu buah instrument yang
bisa ditingkatkan SIL-nya yaitu TT001. Dengan nilai PFD awal 1,0910-1, SIL instrument ini adalah SIL 1. Setelah dilakukan
peningkatan, SIL-nya menjadi 2, PFD bernilai 1,1910-2.
IV. SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal.
1. Metode Hazop dapat diterapkan untuk menganalisis bahaya pada Reaktor TRIGA 2000 Batan Bandung. Hasilnya terdapat
lima bahaya, yaitu kegagalan batang kendali, tangki reaktor pecah, LOFA (kehilangan aliran pendingin), LOCA (kehilangan
air pendingin), dan kehilangan sistem pengungkung. Tiap-tiap bahaya memiliki tingkat severity dan likelihood yang berbeda.
Oleh karena itu, risiko yang ditimbulkan juga bervariasi.
2. Berdasarkan HAZOP worksheet, diperoleh bahaya yang pengendaliannya dinilai efektif atau berada di skala A (berwarna
hijau) berjumlah 12. Dan bahaya yang risikonya belum dapat diterima atau berada di skala B (berwarna biru) berjumlah 4.
Selain itu tidak diperoleh bahaya pada skala C, D, dan E.
3. Peningkatan SIL sebagai salah satu teknik mereduksi risiko dapat diterapkan pada TT001 (dari SIL 1 menjadi SIL 2).
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada seluruh pegawai di Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan
Badan Tenaga Nuklir Nasional Bandung (PSTNT-BATAN) karena telah diberikan kesempatan untuk melakukan Tugas Akhir di
lembaga penelitian tersebut.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1]

A. A. N. Lasman, R. E. M. Parmanto and E. Effendi, Mengenal Reaktor Nuklir dan Manfaatnya, Tangerang: PDINBATAN, 2010.
[2] N. Nababan, "Aplikasi Standar Keselamatan Nuklir dalam Operasi RSG-GAS," Prosiding Seminar Teknologi
Pendayagunaan Reaktor Riset GA Siwabessy, pp. 1-11.
[3] R. Arindya, "Studi Keselamatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir," in Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir
V, Bandung, 2012.
[4] P. P. d. L. Batan, "Karakterisitik Desain Reaktor TRIGA 2000," PSTNT-BATAN, Bandung, 2010.
[5] A. Musyafa and H. Adiyagsa, "Hazard and Operability study in Boiler System of The Steam Power Plant," IEESE
International Journal of Science and Technology (IJSTE), vol. 1, no. 3, pp. 1-10, 2012.
[6] Manufacturing Technology Committee - Risk Management Working Group, "Hazard & Operability Analysis
(HAZOP)," Product Quality Research Institute, 2014.
[7] F. A. Iskandarianto and G. Romadhon, Implementasi Metode Hazid (Hazard Identification) dalam Proses Identifikasi
Bahaya dan Analisa Resiko pada Unit Gas Treatment di CNG (Compressed Natural Gas) Plant PT. PJB UP Muara
Tawar, Surabaya: ITS, 2014.
[8] Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 020/KA/I/2012 tentang Pedoman Penilaian Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Standar BATAN Bidang Administrasi, Manajemen dan Organisasi), 2012.
[9] A. Musyafa and L. Kristianingsih, "Risk Management and Safety System Assessment from Power Plant Steam Boiler,"
Australian Journal of Basic and Applied Sciences, vol. VII, no. 11, pp. 349-356, 2013.
[10]
R. G. Wisudana dan I. Abadi, Analisa Safety, Manajemen Resiko dan Pengendalian Pada Sistem Pengendalian Level
LP Drum Waste Heat Boiler PT. Petrokimia Gresik, 2011.
[11]
F. S. Mahendra dan N. D. Ronny, Simulasi Penentuan Safety Integrity Level Menggunakan Prosedur Hazop
ANSI/ISA S84.01 1996 Case: Pada Primary Reformer Amonia Plant, Surabaya: ITS, 2007.
VII. BIOGRAFI PENULIS
Nama
: Fahmy Munawar Cholil
NRP
: 2413105005
TTL
: Bandung, 1 Desember 1992
Alamat : Jl. Sarimanah 15/67, Bandung
Riwayat Pendidikan:

SD Muhammadiyah 1 Pontianak
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Pontianak

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
SMA Negeri 1 Pontianak.
D3 Metrologi dan Instrumentasi ITB - Kemendag RI
S1-Lintas Jalur Teknik Fisika ITS

LAMPIRAN HAZOP WORKSHEET


No.
1

Instrumentation/
Equipment
Batang Kendali

Deviation
Part of
Instrume
ntation

Causes
Batang kendali
gagal bergerak
naik atau turun

Temperatur
Transmitter
TT001

High
Temperat
ure

kegagalan pada
Heat Exchanger

Cooling tower
CT-1

Part of
Instrume
ntation

kebocoran pada
cooling tower

Blower

Part of
Instrume
ntation

fungsi motor
penggerak tidak
bekerja

Filter

Part of
Instrume
ntation

penyaring sudah
kotor dan tidak
diganti

Consequences

Safeguard

Recommendation

12

24

a. Melakukan commisioning
dingin sebelum reaktor
beroperasi
b. Mengecek fungsi
perangkat batang kendali di
ruang konsul
c. Melakukan perawatan rutin
sekali/2 minggu
d. Melakukan kalibrasi 2
kali / tahun atau tiap terjadi
perubahan susunan bahan
bakar atau setelah 140 MWd
operasi
a. Melakukan kalibrasi
transmitter apabila terjadi
kesalahan pembacaan
b. Memasang alarm untuk
kondisi temperatur melewati
batas normal

a. Reaksi fisi tidak


terkendali

a. Fail-safe
system

b. Terjadi kenaikan
temperatur pada teras
reaktor
c. Kelongsong bahan bakar
pecah
d. LOCA (Loss of Coolant
Accident)

b. ECCS

a. Temperatur air masuk


reaktor melebihi BKO
(<=40 C)
b. Temperatur air keluar
reaktor melebihi BKO
(<=45 C)
c. Temperatur teras reaktor
akan meningkat
a. Level air pada cooling
tower menurun.
b. Sistem pendingin tidak
optimal
c. Kerusakan di pompa
sekunder

a. SCRAM
system

16

None

16

a. Pelepasan gas radioaktif


di gedung reaktor

a. Monitor
gamma

16

32

b. Kontaminasi udara
bersih dengan udara kotor
(radioaktif)

b. Alarm

a. Konduktivitas air reaktor


menjadi tinggi
b. Terjadi korosi pada
komponen reaktor

None

16

a. Melakukan perawatan rutin


2 kali / tahun atau bila pada
cooling tower sudah
menempel kotoran
b. Melakukan penggantian oli
pompa 2 kali / tahun atau bila
oli sudah kotor
a. Penggantian filter sistem
ventilasi bila tekanan negatif
ruang reaktor < 0,2 cmH20
b. Melakukan perawatan
rutin 1 kali / bulan untuk
mengecek fungsi blower dan
motor penggerak
a. Melakukan perawatan rutin
1 kali / bulan
b. mengganti filter pemurnian
air 2 kali/tahun atau bila flow
air < 10 gpm

Anda mungkin juga menyukai