Anda di halaman 1dari 15

Macam Bangunan Struktur

I.

Macam-macam bangunan struktur:


Kolom dan Balok

A. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom
adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan,
kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom
termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup
(manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting,
agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan
meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom
didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman
dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah
pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan
meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi
rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi
gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya
merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

II. Jenis-jenis Kolom


Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi
dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat
sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang
agar tetap kokoh pada tempatnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai
pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk
heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan
kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah
terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.

3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok
memanjang.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan
kolom praktis.

A. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban
utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m,
agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara
kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi
kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan
tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter
12mm 8 buah, 8 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
B. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar
dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudutsudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.

Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah
sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena
hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan
denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas
boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin
kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom
mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok
portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat
lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepitjepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya
horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom,
boleh ditambah tebalnya.

B. Balok
Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menompang
lantaidiatasnya.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Untuk pekerjaan balok memerlukan keseriusan dalam menghitung :


Tegangan lentur
Tekuk lateral pada balok
Tegangan geser
Tegangan lentur
Torsi
Pusat geser
Defleksi
Jadi, dalam pembuatan balok itu tidak sembarangan karena balok merupakan inti dari umur
suatu bangunan.
Prinsip-prinsip Desain Balok:
Variabel utama dalam mendesain balok meliputi: bentang, jarak balok, jenis dan besar
beban, jenis material, ukuran dan bentuk penampang, serta cara penggabungan atau fabrikasi
Contoh ukuran balok: bangunan rumah tinggal lantai dua dimensi balok biasanya dipakai
lebar 15 cm,tinggi 25 cm (tanpa perhitungan struktur), akan tetapi dimensi dari balok tergantung
dari jarakkolom contoh jarak kolom 300 cm maka tinggi balok 300/12 = 25 cm, sedangkan lebar
25/2 =12,5 cm,karna lebar minimal 15 cm maka diambil lebar 15 cm, jadi dimensi balok dipakai
tinggi25 cm, lebar 15 cm.

II. Dinding, Tangga dan Plat Lantai


A. Dinding
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk
ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/
pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding
pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan
kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat
dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural dinding geser, pengisi clayding wall/ beton pra cetak)

Dinding yang digunakan untuk bangunan berlantai 2 atau lebih sebaiknya menggunakan
dinding struktrural, di mana dinding tersebut menerima beban dari beban di atasnya. Mengapa di
pilih dinding struktural, ini di karenakan dinding struktural membantu kolom untuk menerima
beban yang besar dari bangunan berlantai 2 atau lebih, sehingga keamanan dan kenyaman dari
bangunan tersebut terjaga. Namun untuk efisiensi biaya dan waktu, dinding non-struktural juga
dapat di gunakan, namun biasanya maks. Hanya untuk bangunan berlantai 2. Jika lebih dari
bangunan berlantai 2, maka kekuatan kolom harus di perbesar.
Bahan - Bahan Dinding
A. DINDING BATA

Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat digunakan
sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar peraturan
bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata
dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding
pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan
ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban
struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding
pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari campuran
plesterannya maupun teknik pengerjaannya. (Materi Pasangan Bata)

B. DINDING BATAKO
Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang tidak
dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang kadang ditambah PC. Karena
dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat
plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan
diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk
finishing.

Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan bata,antara
lain:
1. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
2. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh direndam
dengan air.
3. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada kayu/ batu yang
lancip.
4. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di tengah
tengah.
5. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari kolom dan balok
beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang pada sudut-sudut,
pertemuan dan persilangan.
C. DINDING KAYU LOG/ BATANG TERSUSUN
Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa timur.
Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak
memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan dinding struktural.

D. DINDING PAPAN

Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan digunakan
untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan vertikal.
Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar
1 meter (panjang papan di pasaran 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll).
Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa
celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa
mengalami muai dan susut.
E. DINDING SIRAP

Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik dalam penyesuaian
terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim,
tahan lama dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku
kepala datar ukuran 1) pada papan atau reng, dengan 2 4 lapis tergantung kualitas sirap.
(panjang sirap 55 60 cm).
F. DINDING BATU ALAM

Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas. Prinsip
pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal harus dipasang selangseling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding
dibawah permukaan tanah, dan PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan
tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga sudah cukup
kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.

B. Tangga
Tangga adalah alat untuk menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain.
Bahan untuk membuat tangga:
1. kayu,bambu
2. besi,baja
3. batu
4. beton
5. kombinasi
Bagian-bagian tangga:
1. ibu tangga/daun tangga
2. anak tangga/trade
- on trade/lebar anak tangga
- of trade/tinggi anak tangga
Macam-macam tangga:
1. tangga lurus
2. tangga perempatan
3. tangga membilut
4. tangga lingkar
Apabila tangganya panjang maka ada tempat berhenti sejenak (berdes).
Bagian - bagian dari struktur tangga
1. Pondasi tangga
a. Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan, pergeseran.

b. Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau kombinasi dari kedua bahan
dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok anak sebagai pengaku pelat lantai, agar
lantai tidak menahan beban terpusat yang besar.
2. Ibu tangga
Merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok yang berfungsi untuk mendukung
anak tangga.
3. Anak tangga
Anak tangga berfungsi sebagai bertumpunya telapak kaki, dibuat dengan jarak yang sama
dan selisih tinggi (trap) dibuat, supaya kaki yang melangkah menjadi nyaman, enak untuk
melangkah, bentuk anak tangga dapat divariasikan sesuai selera pemilik atau arsiteknya.

4. Pagar tangga
Pagar tangga atau reilling tangga adalah bagian dari struktur tangga sebagai pelindung yang
diletakkan disamping sisi tangga dan di pasang pada/ diatas ibu tangga untuk melindungi agar
orang tidak terpelosok jatuh.
Pagar tangga dapat dibuat dengan macam - macam variasi agar lebih artistik dan pada lantai
tingkat disekitar lubang tangga harus dipasang juga pagar pengaman agar penghuni tidak
terjerumus jatuh.

5. Penggunaan tangga
Merupakan batang yang di pasang sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan agar
orang turun naik tangga merasa lebih aman, pegangan tangga bertumpu pada tiang - tiang tangga
yang tertanam kuat pada ibu tangga.
6. Bordes
Adalah pelat datar diantara anak - anak tangga sebagai tempat beristirahat sejenak, bordes di
pasang pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang berbelok.
C.
C. Plat lantai
Yang dimaksud plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolomkolom bangunan.
Fungsi plat lantai adalah :
1. Memisahkan ruang bawah dan ruang atas
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horisontal

Plat lantai harus direncanakan : kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai ketinggian yang
sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak kaki. Ketebalan plat lantai
ditentukan oleh : beban yang harus didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan
atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari plat lantai.
Pada plat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni, perabotan, berat
lapis tegel, berat sendiri plat) yang bekerja secara tetap dalam waktu lama. Sedang beban tak
terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak diperhitungkan.
Bahan untuk plat lantai dapat dibuat dari :
1. Kayu
2. Beton dan
3. Baja.
Plat lantai dari baja umumnya hanya untuk bangunan gedung, bengkel atau bangunan khusus
yang dapat dipesan jadi dari suatu perusahaan baja atau bengkel besi, tidak dibicarakan dalam
posting ini.
1. Plat Lantai Kayu
Plat lantai kayu umumnya dibuat dari rangkaian papan kayu yang disatukan menjadi kesatuan
yang kuat, sehingga membentuk bidang injak yang luas. Ukuran lebar papan umumnya 20-30cm.
Tebal papan dapat dipilih ukuran 2-3cm, dengan jarak balok-balok pendukung antara 60-80cm.
Ukuran balok berkisar antara 8/12, 8/14, 10/14, untuk bentangan 3-3,5m. Balok-balok kayu ini
dapat diletakkan diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton.
Beberapa keuntungan dan kerugian plat lantai dari kayu :
Keuntungannya :
Harganya relatif murah, berarti biaya bangunan rendah
Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai
Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran pondasi
Kerugiannya :
Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan
Bukan peredam suara yang baik, suara gaduh atau hentakan kaki dari penghuni atas dapat
mengganggu penghuni di lantai bawahnya
Sifat bahan rembes air, jadi tidak dapat dibuat km/wc di lantai atas
Mudah terbakar, jadi tidak boleh membuat dapur diatasnya
Dapat dimakan bubuk/serangga, berarti keawetan bahan terbatas
Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-rubah (panas dan hujan), jadi hanya cocok
untuk bangunan yang terlindung
2. Plat Lantai Beton
Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok penumpu dan
kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu
kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit. Pada plat lantai beton dipasang tulangan baja pada
kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan
hubungan jepit-jepit, tulangan plat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu.
Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang
tercantum dalam buku SNI Beton 1991. Beberapa persyaratan tersebut antara lain :

Plat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12cm, sedang untuk plat atap sekurangkurangnya 7cm;
Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8mm dari baja lunak atau baja sedang;
Pada plat lantai yang tebalnya lebih dari 25cm harus dipasang tulangan rangkap atas bawah;
Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5cm dan tidak lebih dari 20cm atau dua
kali tebal plat, dipilih yang terkecil;
Semua tulangan plat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1cm, untuk melindungi
baja dari karat, korosi, atau kebakaran;
Bahan beton untuk plat harus dibuat dari campuran 1pc:2psr:3kr + air, bila untuk lapis kedap air
dibuat dari campuran 1pc:1,5psr:2,5kr + air secukupnya.
Plat lantai dari beton mempunyai keuntungan antara lain :
Mampu mendukung beban besar
Merupakan isolasi suara yang baik
Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air, jadi diatasnya boleh dibuat dapur dan km/wc
Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai
Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumum panjang.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan plat lantai jangan dibuat terlalu
lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang juga berfungsi menambah
kekakuan plat. Bentangan plat yang besar juga akan menyebabkan plat menjadi terlalu tebal dan
jumlah tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan
menjadi besar dan harga persatuan luas akan menjadi mahal.
III. Struktur Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan
yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau untuk keperluan
perlindungan.
Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan pemilihan tipe atap
hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak yang dikehendaki oleh arsitek, biaya
yang tersedia, dan material yang mudah didapat.
Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap kuda-kuda. Rangka atap atau
kudakuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap
termasuk juga berat sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya
konstruksia kudakuda terdiri dari rangkaian batang yang membentuk segitiga. Dengan
mempertimbangkan berat atap serta bahan penutup atap, maka konstruksi kudakuda akan
berbeda satu sama lain. Setiap susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk
yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa mengalami
perubahan.
Penopang rangka atap adalah balok kayu yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan
istilah kuda-kuda. Kuda-kuda berada dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga rangka
atap. Sebagai pengaku,bagian atas kuda-kuda disangkutkan pada balok bubungan,sementara
kedua kakinya dihubungkan dengan kolom struktur untuk
mengalirakan beban ke tanah.

Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu: struktur dinding (sopi-sopi) rangka
kayu,kuda-kuda dan rangka kayu,struktur baja konvensional,struktur baja ringan. Diluar itu ada
pula struktur dak beton yang biasa digunakan untuk atap datar.
Atap dan bagian-bagiannya

1. jurai dalam
Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai
bubungan,dan terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan kedalam.
2. jurai luar
Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai
bubungan,terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke luar.
3. bubungan (nok)
Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya menentukan arah
bangunan.
4. gording
Balok atap sebagai pengikat yang menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga menjadi
dudukan untuk kasau dan balok jurai dalam.

5. kasau
Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk reng.
6. reng
Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan ukurannya. Posisinya
melintang diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap (genteng dan lain-lain).
Fungsi lainnya adalah sebagai pengatur jarak tiap genteng agar rapi dan lebih terikat. Jarak
antar reng tergantung pada ukuran genteng yang akan dipakai. Semakin besar dimensi
genteng,semakin sedikit reng sehingga biaya pun lebih hemat.

B. Penutup atap

Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga terciptalah
ambang atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup atap dengan
pilihan bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihannya adalah faktor keringanan material agar tidak terlalu membebani struktur bangunan
dan faktor keawetan terhadap cuaca (angin,panas,hujan). Faktor lain adalah
kecocokan/keindahan terhadap desain rumah. Ukuran dan desain dari penutup atap juga memberi
pengaruh pada struktur,misalnya konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut kemiringan.

C. Komponen pelengkap
Elemen pelengkap pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.
1. Talang

Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut talang.
Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui pipa
vertikal.2. Lisplang
Dari segi konstruksi,lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh,tidak berubah) dari susunan
kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap,batang-batang kasau hanya ditahan oleh paku dan
ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau
tersebut agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika,lisplang berfungsi menutupi kasau
yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan atap pada
bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.
Atap dapat dikatakan berkualitas jika strukturnya kuat/kokoh dan awet/tahan lama. Faktor
iklim menjadi bahan pertimbangan penting dalam merancang bentuk dan konstruksi
atap/bangunan.

Keberadaan atap pada rumah sangat penting mengingat fungsinya seperti payung yang
melindungi seisi rumah dari gangguan cuaca (panas,hujan dan angin). Oleh karena itu,sebuah
atap harus benar-benar kokoh/kuat dan kekuatannya tergantung pada struktur pendukung atap.
Mengacu pada kondisi iklim perancangan atap yang baik ditentukan 3 faktor, yakni jenis
material,bentuk/ukuran,dan teknik pengerjaan.

A. Jenis material struktur dan penutup atap


Penentuan material tergantung pada selera penghuni,namun harus tetap memerhatikan prinsip
dasar sebuah struktur yaitu harus kuat,presisi,cukup ringan,dan tidak over design. Atap yang kuat
harus mampu menahan besarnya beban yang bekerja pada elemen struktur atap.
IV. Jembatan
Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transfortasi melalui
sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan adalah suatu struktur
konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya
rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang . Jalan
ini yang melintang yang tidak sebidang dan lain-lain.
Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan komunikasi /
transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam lingkungannya.
Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan
jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir.

Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang dilalui
rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan, baik jalan raya
atau jalan kereta api. Berikut beberapa jenis jembatan :
1.Jembatan diatas sungai
2.Jembatan diatas saluran sungai irigasi/ drainase
3.Jembatan diatas lembah
4.Jembatan diatas jalan yang ada / viaduct

Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari :


1. Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures)
Konstruksi bagian atas jembatan meliputi :
Trotoir : - Sandaran + tiang sandaran
-Peninggian trotoir / kerb
-Konstruksi trotoir
Lantai kendaraan + perkerasan
Balok diafragma / ikatan melintang
Balok gelagar
Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan rem,ikatan tumbukan)
Perletakan (rol dan sendi)
Sesuai dengan istilahnya, bangunan atas berada pada bagian atas suatu jembatan, berfungsi
menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh suatu lintasan orang, kendaraan, dll, kemudian
menyalurkan pada bangunan bawah.
2. Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures) Konstruksi bagian bawah jembatan meliuputi :
1Pangkal jembatan / abutment + pondasi 2 Pilar / pier + pondasi
Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya untuk
menerima beban-beban yang diberikan bengunan atas dan kemudian menyalurkan kepondasi,
beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah.

Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari enam bagian pokok, yaitu :
1.Bangunan atas
2.Landasan
3.Bangunan bawah
4.Pondasi
5.Oprit
6.Bangunan pengaman jembatan.

Anda mungkin juga menyukai