Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK NEGATIF INDUSTRI PERTAMBANGAN DI INDONESIA

DAN SOLUSI
1. Dampak Negatif Industri Pertambangan
A. Usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah
bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat
mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya;
B. Usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan
antara lain; pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan
air, limbah air, tailing serta buangan tambang yang mengandung zat-zat
beracun. Gangguan juga berupa suara bising dari berbagai alat berat, suara
ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya;
C. Pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja dan
kondisi geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan
tambang, keruntuhan tambang dan gempa.
2. Solusi
Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting
dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan diindonesia
Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan
yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. dengan cara ini, kerusakan pada
manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi dan dampak buruk
perubahan iklim dapat dihindari.
Solusi dampak negatif industry pertambangan :
A. Remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan exsitu (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri atas pembersihan,
venting

(injeksi),

dan

bioremediasi.Pembersihan

off-site

meliputi

penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang


aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya,

zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal
dan rumit.
B. bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
C. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga
akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan
lingkungan.

Upaya

reklamasi

dan

penghijauan

kembali

bekas

penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk


malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk (breeding place).
D. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuanketentuan yang berlaku (law enforcement)
E. Menggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu dilakukan
agar dapat mengurangi pencemaran Hg.
F. Perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan
kegiatan pertambangan. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan penambangan
sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya terhadap lingkungan. Kajian
ini harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan terusmenerus

implementasinya,

bukan

sekedar

formalitas

kebutuhan

administrasi.
G. Penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya
perlu dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans
risiko kesehatan masyarakat akibat pencemaran B3 di wilayah
penambangan.

Anda mungkin juga menyukai