PENDAHULUAN
A. Latar belakang
SEMEN
Dalam
perkembangan
peradaban
manusia
khususnya
dalam
legenda
menggunakan
ketan
sebagaimana
sebagai
perekat.
peradaban
Ataupun
di Mahenjo
Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton .
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen
sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan
penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan
abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi , tepatnya
di Pozzuoli , dekat teluk Napoli , Italia . Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang
artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski
sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak
berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad
pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an
M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran
batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas
pantai Cornwall , Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal
bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin , juga insinyur berkebangsaan Inggris,
pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen
portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah
liat Pulau Portland , Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak
dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap
mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan
tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk
pasir), aluminium
oksida (alumina)
serta oksida
besi .
Bahan-bahan
itu
lainnya
dengan
hasil
akhir
berupa
padatan
berbentuk
yang
mengandung
senyawa
Calcium
Oksida
(CaO),
sedangkan
membuat beton itu adalah campuran semen, pasir, dan air. Nah tentu ingin tahu
bagaimana caranya proses pembuatan semen di pabriknya. mulai dari
penambangan sampai semen yang telah jadi seperti yang kita lihat di pasaran.
Ada 5 tipe semen menurut standar ACI 225 (American Concrete Institute). Ke-5
tipe semen ini berbeda sifat dan kegunaannya karena perbedaan komposisi
unsur-unsur kimia di dalamnya.
Tipe Penggunaan
C3S C2S C3A C4AF
I
Beton biasa
54 18 10 8
Beton dengan ketahanan sulfat dan panas hidrasi
II
55 19 6
11
sedang
III Beton dengan kekuatan awal tinggi
55 17 9
8
IV Beton dengan panas hidrasi rendah
42 32 4
15
V
Beton dengan ketahanan sulfat tinggi
54 22 4
13
D. Jenis-jenis semen menurut BPS :
Jenis semen
No.SNI
Nama
sebagai
perekat
ini
berdasarkan
prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida
dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau
membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang
dapat dihitung dengan rumus :
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali).
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara
teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
E. Pajak
Selama ini industri semen telah dikenakan beberapa macam pajak diantaranya
adalah :
Pajak Penghasilan (PPh) Badan
Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan untuk Karyawan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Daerah dan Distribusi Daerah
Dengan melihat beban pajak yang telah dikenakan pada barang produksi semen
pada saat ini, maka diharapkan salah satu beban pajak tersebut digantikan
dengan cukai. Pajak yang dapat dipertimbangkan untuk diganti dengan cukai
adalah PPN. Hal ini disebabkan karena penerimaan negara diperkirakan akan
lebih besar dan lebih sederhana bila semen dikenakan cukai dibanding bila
dikenakan PPN. Di samping itu pengenaan cukai dapat dibebankan kepada
konsumen (forward shifting) dan bukan kepada pengusaha pabrik.
Pengenaan cukai terhadap semen akan mengakibatkan kenaikan harga semen.
Mengingat semen adalah barang yang mempunyai sifat permintaan inelastis
yaitu permintaan yang tidak peka terhadap perubahan harga, maka pengenaan
cukai terhadap semen diharapkan tidak mempengaruhi penerimaan negara di
sektor pajak yang lain.
F.Elastisitas Permintaan
Berdasarkan analisa statistik terhadap data produksi dan nilai produksi industri
semen di Indonesia yang diperoleh dari BPS melalui uji regresi dengan harga
konstan,
diperoleh
hasil
0,80673
dengan
t-statistik
-2,270
(ceteris
Weight loosing process industry, karena untuk membuat satu ton semen
diperlukan bahan-bahan baku seperti yang telah disebutkan di atas yang berat
totalnya hampir dua kali lipat dari produk akhir yang dihasilkannya, sehingga
industri semen adalah industri yang padat modal.
2.
Selain padat modal industri semen juga padat energi. Energi yang dipakai
pada umumnya adalah listrik dan bahan bakar. Untuk menghasilkan satu ton
semen, energi yang dibutuhkan bisa mencapai 110 120 Kwh energi listrik ;
sedangkan untuk menghasilkan satu ton clinker, energi yang dibutuhkan adalah
antara 800 900 Kkal energi bahan bakar.
3.
38. Oleh karena itu industri semen merupakan industri yang bersifat ekonomi
skala besar (economies of scale) yang artinya semakin besar volume
produksinya, semakin kecil biaya rata-rata (average cost) per ton semen.
4.
Proses produksi semen adalah proses produksi yang terpadu (berada pada
Sistem distribusi barang jadi hasil produksi semen adalah sederhana, yaitu
melalui Asosiasi Semen Nasional, melalui truk, tangki atau kontainer. Selain itu,
tempat penimbunan barang jadi hasil industri semen juga sederhana, sehingga
mudah untuk diawasi.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, industri semen bukanlah
industri tradisional melainkan industri yang modern yang padat modal, sehingga
mengharuskan memiliki sistem administrasi yang baik. Oleh karena itu,
pengawasan terhadap jumlah produksi maupun penjualan semen dalam rangka
perhitungan cukainya tidaklah terlalu sulit.
Hasil akhir industri semen adalah bubuk/bulk yang dapat langsung dikeluarkan
dalam bentuk bulk truk/tangki yang berupa semen curah dengan ukuran tertentu
dan melalui proses pengantongan dengan kemasan berupa zak (berukuran 40
atau 50 Kg). Semen juga memiliki jenis tertentu dan ada standar mutunya,
sehingga mudah untuk menetapkan berapa besarnya tarif cukai untuk masingmasing jenis semen.
Selain itu, jumlah pabrik semen tidak terlalu banyak (sekitar sepuluh sampai
dengan dua puluh pabrik) dengan jaringan pemasaran yang meliputi 27 (dua
puluh tujuh) propinsi di Indonesia, sehingga mudah untuk melakukan
pengawasan
fisik,
sebagai
implementasi
dari
karakteristik
cukai
cukai.
cukai, dimana pegawai Bea dan Cukai dapat dipanggil sewaktu-waktu, yaitu
pada saat diperlukan oleh pabrik semen. Hal ini adalah untuk mengantisipasi
kesulitan pegawai yang mau ditempatkan di pabrik semen, mengingat dampak
negatif terhadap kesehatan pegawai yang ditimbulkan oleh industri semen.
Dengan administrasi yang baik dan adanya kemudahan-kemudahan dalam
pengawasan fisik, baik dari segi jumlah produksi maupun penjualannya, maka
semen mudah diawasi/dikontrol karena pabriknya jelas, berskala besar, proses
produksinya terpadu dan barang jadinya (hasil akhirnya) spesifik dan terukur.
Selain itu, kemungkinan untuk pelarian hak-hak negara juga sangat kecil, karena
semen sulit untuk dipalsukan (proses produksinya rumit dan barang jadi / hasil
akhirnya jelas dan sudah dikenal luas oleh masyarakat). Oleh karena itu,
berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas maka mudah untuk
menerapkan aturan-aturan yang ada dalam UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai.
Pelunasan cukai dapat dilakukan pada saat semen selesai dibuat di Indonesia.
Untuk semen curah, pelunasannya dapat dilakukan pada saat keluar dari
truk/tangki curahnya. Sedangkan untuk semen yang telah dikemas dalam
kantong/zak, pada saat dikeluarkan dari pabrik. Untuk semen impor pelunasan
cukainya dilakukan pada saat semen diimpor untuk dipakai. Pelunasan sukai
semen dapat dilakukan dengan pembayaran.
Sistem
pengawasan
dengan
menggunakan
dokumen
cukai.
maka
Rata-rata
Perubahan Produksi
Perubahan
11
11
11
11
11
12
12
12
11
11
13345
14005
13611
13288
13173
14169
14711
15084
14932
15178
14150
rata
Sumber : Data BPS
per Pabrik
1213
1273
1237
1208
1198
1181
1226
1257
1357
1380
1253
0.04713
-0.0289
-0.0243
-0.0087
-0.0142
0.03684
0.02473
0.074
0.01621
785241295
940169646 0.19730031
1112537988 0.183337489
1238100952 0.112861732
1281446423 0.035009642
1705200104 0.330683885
2081001592 0.220385565
2301092746 0.105762127
2610509760 0.134465251
3272162770 0.253457398
1732746328
Nilai
kerjaProduksi
(L)
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
CPI
(ribu
Rp.)
Y/L
=(Nilai
(output)
Prod/CPI)x100
13345
14005
13611
13288
13173
14169
14711
15084
14932
15178
785241295
141,8
9674929
725
940169646
150,3
9411210
672
1112537988
164,6
8397389
617
1238100952
180,3
8783635
661
1281446423
189,2
8352193
634
1705200104
207,7
9478125
669
2081001592
226,8
7985496
543
2301092746
246,9
6929435
459
2610509760
262,4
9542558
639
3272162770
291,4
7165071
472
3359202300
3448557081
3540288699
Untuk mengetahui rasio tenaga kerja industri semen, dapat dihitung
dengan
cara
membagi
Rp. 3.540.288.699.000,00)
nilai
dengan
produksi
tenaga
tahun
kerja
2000
tahun
(sebesar
1997
Bahan Baku
162048584
177095855
189517327
237854152
249050706
265604044
280676289
372405929
433687927
785659700
315360051
Nilai Impor
55135913
54085779
45189650
57423790
15698560
12145330
11978428
58660189
46044842
71756181
42811866
Kandungan Impor
35.3
31.06
21.14
22.18
7.83
7.35
7.19
13.15
7
14.6
16.68
Perubahan
-0.1365
-0.4693
0.04689
-1.8327
-0.0653
-0.0223
0.45323
-0.8786
0.52055
rata
Sumber : Data BPS
Beberapa perusahaan pada tahun-tahun tertentu ada yang menggunakan bahan
baku murni kandungan lokal seperti PT. Nusantara pada tahun 1995 dan tahun
1997. Mengingat hal tersebut maka untuk meningkatkan pemanfaatan bahan
baku lokal dan menurunkan bahan baku impor perlu dibedakan sistem
pentarifannya yaitu bahan baku impor diberikan tarif lebih tinggi dari pada semen
dengan bahan baku lokal.
Jumlah impor barang jadi berupa semen berdasarkan data impor tahun 1998
dapat disajikan tabel sebagai berikut :
Tabel 6. Tabel Impor Semen Tahun 1998
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis Semen
White Cement
Semen Tipe I
Semen Portland
Semen Fondu
Semen hidraulik
Jumlah
Sumber : data BPS
17.415.008.000
Produksi
785241295
940169646
1112537988
1238100952
1281446423
1705200104
2081001592
2301092746
2610509760
3272162770
1732746328
Nilai Ekspor
Prosentase
0
0
130310463
29044403
56752602
14766624
18226915
3452393
55175195
217541230
52526982.5
Ekspor
0
0
9
1.09
4.55
0.83
0.42
0.58
1.18
3
3.03
Perubahan
1
-7.2569
0.76044
-4.4819
-0.9762
0.27586
0.50847
0.60667
rata
Sumber : Data BPS
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa kecenderungan hasil
produksi industri semen untuk diekspor sangatlah kecil, yaitu rata-rata 3,03%
pertahun. Berarti sisanya, yaitu sebesar 96,97% adalah untuk konsumsi di dalam
liat.
Perubahan dari segi tata guna tanah akibat kegiatan penebangan dan
penyerapan lahan serta pembangunan fasilitas lainnya. Perubahan ini dari segi
waktu akan meluas ke arah menurunnya kapasitas penampungan air yang pada
akhirnya akan berpengaruh juga terhadap kuantitas air sungai. Sedangkan dari
segi ruang akan mempengaruhi keseimbangan atau keselarasan lingkungan
setempat.
b)
minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis
yang mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar
sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim
hujan.
Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi
pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di
tempat itu menjadi berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis,
akibatnya persediaan ait tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah
sungai menjadi kering pada musim kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir
(debit air menjadi sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi menyerap air
yang mengalir terlalu cepat.
3. UDARA; dampak yang bersifat merugikan adalah :
a)
proses
pembakaran,
Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan
baku,
f)
langka). Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan
tersebut.
Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan semen terhadap lingkungan
sosial atau kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut :
Status gizi kadar hemoglobin darah dimana semakin rendah status gizi
pernafasan,
seperti bronchitis,
pharingtis dan
tbc
paru
serta silicosis
antara lain
penyakit
yang
saluran
nafas,
akan meningkat
penyakit
yang
disebabkan oleh adanya sebab-sebab fisik, tetapi penyakit yang disebabkan oleh
gangguan kejiwaan yang sulit diterangkan secara fisis maupun biologis, misalnya
sakit kepala yang tidak jelas penyebabnya, nyeri ulu hati, gelisah, sulit tidur,
berdebar-debar (yang dalam istilah kedokteran dinamakan gastritis, cephagia,
neurosis anxiety).
seperti penyakit perut (diarhea), demam berdarah, malaria kulit dan sebagainya.
Seperti telah dikemukakan di atas, ternyata semen memang menimbulkan
dampak yang kurang menguntungkan bagi linkungan. Sayang sekali tidak ada
informasi tentang berapa besarnya (magnitude) dampak-dampak negatif ini
(khususnya dalam kasus Indonesia), Padahal hal ini sangat penting untuk
menjadi alasan bahwa semen memang harus dikenai cukai, karena dampakdampak negatif tersebut seringkali berada di atas nilai ambang batas yang
wajar.
Komposisi
unsur-unsur
kimia
tersebut
di
dalam
semen
sangat
Dalam industri semen angka hidrolitas harus dijaga secara teliti untuk
mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15 ;
semen ;