Anda di halaman 1dari 19

Kimia Industri - Pabrik Semen

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
SEMEN

Dalam

perkembangan

peradaban

manusia

khususnya

dalam

hal bangunan , tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek


moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih
telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi
Borobudur atau Candi Prambanan diIndonesia ataupun jembatan di Cina yang
menurut

legenda

menggunakan

menggunakan aspal alam

ketan

sebagaimana

sebagai

perekat.

peradaban

Ataupun
di Mahenjo

Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton .
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen
sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan
penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan
abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi , tepatnya
di Pozzuoli , dekat teluk Napoli , Italia . Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang
artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski
sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak
berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad
pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.

Pabrik semen di Australia.

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an
M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran
batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas
pantai Cornwall , Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal
bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin , juga insinyur berkebangsaan Inggris,
pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen
portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah
liat Pulau Portland , Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak
dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap
mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan
tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk
pasir), aluminium

oksida (alumina)

serta oksida

besi .

Bahan-bahan

itu

kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk


campuran baru.
Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat
besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan
dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.

Pengaduk semen sederhana.


Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi
dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya,
memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu.
Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk

membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan


bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concreteatau beton.
Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama
asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang
artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan
yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada
gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.
Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan
dengan beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak,
kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api.
Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang
cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang
hendak diperkuat.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan
pengganti

lainnya

dengan

hasil

akhir

berupa

padatan

berbentuk

bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau


membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan
alam

yang

mengandung

senyawa

Calcium

Oksida

(CaO),

sedangkan

lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika


Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai.
Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat ratarata 40 kg atau 50 kg.
B. Cara pembuatan semen
Di kota-kota besar tentu tidak asing lagi bagi kita melihat gedung-gedung tinggi
yang berdiri kokoh dengan megahnya. Bangunan itu mampu berdiri karena di
topang oleh beton dan baja. Tentu tidak asing lagi bagi kita bahan untuk

membuat beton itu adalah campuran semen, pasir, dan air. Nah tentu ingin tahu
bagaimana caranya proses pembuatan semen di pabriknya. mulai dari
penambangan sampai semen yang telah jadi seperti yang kita lihat di pasaran.

Secara umum proses produksi semen terdiri dari beberapa tahapan :


Penggalian/Quarrying : Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi
semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang
mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan
yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat
(argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk
atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.
Penghancuran : Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran
primer bagi material yang digali.
Pencampuran Awal : Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line
untuk menentukan komposisi tumpukan bahan.
Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku : Sebuah belt conveyor
mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung,

dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang


diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
Pembakaran dan Pendinginan Klinker : Campuran bahan baku yang sudah
tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas
yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas antara
umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah.
Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana
bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln
yang bersuhu 1350-1400 C, bahan berubah menjadi bongkahan padat
berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke
pendingin klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga
mencapai 100 C.
Penghalusan Akhir : Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker
dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan
aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum
ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan
gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk
semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk
mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan
pipa menuju silo semen.
C. Unsur-unsur kimia utama di dalam semen
3CaO.SiO2 : tricalsium silicate, disingkat C3S
2CaO.SiO2 : dicalsium silicate, disingkat C2S
3CaO.Al2O3 : tricalsium aluminate, disingkat C3A
4CaO.Al2O3.Fe2O3 : tetracalsium aluminoferrite, disingkat C4AF
Bahan lainnya (< 5%) adalah Gipsum, oksida alkali, magnesium oksida, dan
phosporus pentoksida.

Komposisi unsur-unsur kimia tersebut di dalam semen sangat mempengaruhi


sifat-sifat dan kegunaan semen tersebut. Peranan masing-masing unsur kimia
dalam semen tersebut dapat dijelaskan sbb:
C3S
Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen
Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 70% dalam 1 minggu
Menghasilkan panas hidrasi (panas yang terjadi akibat reaksi antara semen
dengan air) tinggi, sekitar 500 joule/gram
C2S
Bereaksi dengan air untuk membentuk pasta semen
Pengerasan pasta semen berlangsung lambat (dalam beberapa minggu sampai
1 bulan)
Menghasilkan panas hidrasi lebih rendah, sekitar 250 joule/gram
C3A
Bereaksi dengan air membentuk pasta semen berkekuatan rendah
Pengerasan pasta semen berlangsung cepat, sekitar 1 s.d 2 hari
Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 850 joule/gram
C4AF
Bereaksi dengan air membentuk pasta semen
Pengerasan pasta semen berlangsung sangat cepat, dalam beberapa menit
Menghasilkan panas hidrasi tinggi, sekitar 420 joule/gram

Ada 5 tipe semen menurut standar ACI 225 (American Concrete Institute). Ke-5
tipe semen ini berbeda sifat dan kegunaannya karena perbedaan komposisi
unsur-unsur kimia di dalamnya.
Tipe Penggunaan
C3S C2S C3A C4AF
I
Beton biasa
54 18 10 8
Beton dengan ketahanan sulfat dan panas hidrasi
II
55 19 6
11
sedang
III Beton dengan kekuatan awal tinggi
55 17 9
8
IV Beton dengan panas hidrasi rendah
42 32 4
15
V
Beton dengan ketahanan sulfat tinggi
54 22 4
13
D. Jenis-jenis semen menurut BPS :

Jenis semen
No.SNI

Nama

SNI 15-0129-2004 Semen portland putih


SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)
SNI 15-2049-2004 Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)
SNI 15-3500-2004 Semen portland campur
SNI 15-3758-2004 Semen masonry
SNI 15-7064-2004 Semen portland komposi
semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang
diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan

sebagai

perekat

untuk memplester. Semen

ini

berdasarkan

prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.

mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida
dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau
membatunya jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang
dapat dihitung dengan rumus :
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali).
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara
teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
E. Pajak
Selama ini industri semen telah dikenakan beberapa macam pajak diantaranya
adalah :
Pajak Penghasilan (PPh) Badan
Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan untuk Karyawan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Daerah dan Distribusi Daerah
Dengan melihat beban pajak yang telah dikenakan pada barang produksi semen
pada saat ini, maka diharapkan salah satu beban pajak tersebut digantikan
dengan cukai. Pajak yang dapat dipertimbangkan untuk diganti dengan cukai
adalah PPN. Hal ini disebabkan karena penerimaan negara diperkirakan akan
lebih besar dan lebih sederhana bila semen dikenakan cukai dibanding bila
dikenakan PPN. Di samping itu pengenaan cukai dapat dibebankan kepada
konsumen (forward shifting) dan bukan kepada pengusaha pabrik.
Pengenaan cukai terhadap semen akan mengakibatkan kenaikan harga semen.
Mengingat semen adalah barang yang mempunyai sifat permintaan inelastis
yaitu permintaan yang tidak peka terhadap perubahan harga, maka pengenaan
cukai terhadap semen diharapkan tidak mempengaruhi penerimaan negara di
sektor pajak yang lain.

F.Elastisitas Permintaan
Berdasarkan analisa statistik terhadap data produksi dan nilai produksi industri
semen di Indonesia yang diperoleh dari BPS melalui uji regresi dengan harga
konstan,

diperoleh

hasil

0,80673

dengan

t-statistik

-2,270

(ceteris

paribus diasumsikan income percapitatetap). Hal ini menunjukkan bahwa setiap


kenaikan harga sebesar 10% akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi
semen sebesar 8,0673%. Oleh karena itu, semen mempunyai sifat permintaan
inelastis yang artinya berapapun peningkatan harga semen tidak akan terlalu
mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap semen, maka penurunan
jumlah produksi tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan semen di dalam
negeri. Dengan demikian semen mepunyai potensi yang cukup besar untuk
meningkatkan penerimaan negara di sektor cukai apabila semen tersebut
dikenakan cukai.
G.Kelayakan Administrasi
Salah satu pertimbangan dalam pemungutan pajak di suatu negara, temasuk
dalam hal ini adalah cukai, dengan mempertimbangkan kelayakan administrasi
dari pemungutannya. Kelayakan administrasi suatu barang untuk dikenakan
cukai dimaksudkan bahwa administrasi barang kena cukai tersebut dapat
dilakukan secara tertib, terkendali, sederhana dan mudah difahami oleh anggota
masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui, industri semen dapat dikelompokkan dalam :
1.

Weight loosing process industry, karena untuk membuat satu ton semen

diperlukan bahan-bahan baku seperti yang telah disebutkan di atas yang berat
totalnya hampir dua kali lipat dari produk akhir yang dihasilkannya, sehingga
industri semen adalah industri yang padat modal.
2.

Selain padat modal industri semen juga padat energi. Energi yang dipakai

pada umumnya adalah listrik dan bahan bakar. Untuk menghasilkan satu ton
semen, energi yang dibutuhkan bisa mencapai 110 120 Kwh energi listrik ;
sedangkan untuk menghasilkan satu ton clinker, energi yang dibutuhkan adalah
antara 800 900 Kkal energi bahan bakar.
3.

Rentang biaya produksi semen per tonnya adalah antara US $ 26 US $

38. Oleh karena itu industri semen merupakan industri yang bersifat ekonomi
skala besar (economies of scale) yang artinya semakin besar volume
produksinya, semakin kecil biaya rata-rata (average cost) per ton semen.

4.

Proses produksi semen adalah proses produksi yang terpadu (berada pada

satu lokasi dan tidak terpisah-pisah), sehingga kemungkinan melakukan mutasi


barang setengah jadi sangatlah sulit. Proses produksi dalam industri semen
dilakukan dengan menggunakan high technology (teknologi canggih), sehingga
industri semen hanya dapat dilakukan oleh industri besar saja (bukan berbentuk
industri rakyat/home industry). Selain itu, industri semen menghasilkan single
product, yaitu produk semen saja dan sangat sulit untuk memproduksi barang
lain selain semen.
5.

Sistem distribusi barang jadi hasil produksi semen adalah sederhana, yaitu

melalui Asosiasi Semen Nasional, melalui truk, tangki atau kontainer. Selain itu,
tempat penimbunan barang jadi hasil industri semen juga sederhana, sehingga
mudah untuk diawasi.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, industri semen bukanlah
industri tradisional melainkan industri yang modern yang padat modal, sehingga
mengharuskan memiliki sistem administrasi yang baik. Oleh karena itu,
pengawasan terhadap jumlah produksi maupun penjualan semen dalam rangka
perhitungan cukainya tidaklah terlalu sulit.
Hasil akhir industri semen adalah bubuk/bulk yang dapat langsung dikeluarkan
dalam bentuk bulk truk/tangki yang berupa semen curah dengan ukuran tertentu
dan melalui proses pengantongan dengan kemasan berupa zak (berukuran 40
atau 50 Kg). Semen juga memiliki jenis tertentu dan ada standar mutunya,
sehingga mudah untuk menetapkan berapa besarnya tarif cukai untuk masingmasing jenis semen.
Selain itu, jumlah pabrik semen tidak terlalu banyak (sekitar sepuluh sampai
dengan dua puluh pabrik) dengan jaringan pemasaran yang meliputi 27 (dua
puluh tujuh) propinsi di Indonesia, sehingga mudah untuk melakukan
pengawasan

fisik,

sebagai

implementasi

dari

karakteristik

cukai

cukai.

Pengawasan fisik tersebut dapat dilakaukan dengan dua cara, yaitu :


-

Penempatan pegawai Bea dan Cukai untuk mengawasi pabrik semen.

Namun demikian jumlah pegawai yang dibutuhkan tidaklah terlalu banyak,


karena industri semen pabriknya jelas dan produk hasil akhirnya mudah dikenal
luas oleh masyarakat.
-

On Call Service yang dikaitkan dengan self assesment dalam administrasi

cukai, dimana pegawai Bea dan Cukai dapat dipanggil sewaktu-waktu, yaitu

pada saat diperlukan oleh pabrik semen. Hal ini adalah untuk mengantisipasi
kesulitan pegawai yang mau ditempatkan di pabrik semen, mengingat dampak
negatif terhadap kesehatan pegawai yang ditimbulkan oleh industri semen.
Dengan administrasi yang baik dan adanya kemudahan-kemudahan dalam
pengawasan fisik, baik dari segi jumlah produksi maupun penjualannya, maka
semen mudah diawasi/dikontrol karena pabriknya jelas, berskala besar, proses
produksinya terpadu dan barang jadinya (hasil akhirnya) spesifik dan terukur.
Selain itu, kemungkinan untuk pelarian hak-hak negara juga sangat kecil, karena
semen sulit untuk dipalsukan (proses produksinya rumit dan barang jadi / hasil
akhirnya jelas dan sudah dikenal luas oleh masyarakat). Oleh karena itu,
berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas maka mudah untuk
menerapkan aturan-aturan yang ada dalam UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai.
Pelunasan cukai dapat dilakukan pada saat semen selesai dibuat di Indonesia.
Untuk semen curah, pelunasannya dapat dilakukan pada saat keluar dari
truk/tangki curahnya. Sedangkan untuk semen yang telah dikemas dalam
kantong/zak, pada saat dikeluarkan dari pabrik. Untuk semen impor pelunasan
cukainya dilakukan pada saat semen diimpor untuk dipakai. Pelunasan sukai
semen dapat dilakukan dengan pembayaran.
Sistem

pengawasan

dengan

menggunakan

dokumen

cukai.

Pemasukan/pengeluaran semen ke/dari pabrik atau tempat penyimpanan, wajib


diberitahukan kepada kepala kantor Bea Cukai setempat dengan dilindungi oleh
dokumen cukai dan/atau dokumen pelengkap cukai. Perizinan berupa BKC untuk
mendirikan pabrik, tempat penimbunan dan tempat penjualan eceran semen
serta importir semen diberikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai a.n. Menteri
Keuangan Republik Indonesia, dan setelah mendapatkan NPPBKC,

maka

pengusaha pabrik dan importir semen wajib memenuhi kewajiban-kewajibannya


sesuai dengan UU No. 11/1995 tentang Cukai, antara lain ketentuan pasal 16 UU
No. 11/1995 berkenaan dengan kewajiban pengusaha pabrik untuk membuat
buku catatan mengenai semen untuk dilaporkan kepada pejabat Bea dan Cukai.
Ada kendala dalam melaksanakan administrasi di bidang cukai semen.
Antara lain penggunaan semen abu/portland jenis II dan V banyak digunakan
untuk pembangunan Rumah Sangat Sederhana (RSS), sehingga jika dikenakan
cukai, maka akan banyak masyarakat kecil yang memprotesnya. Jalan keluar

untuk permasalahan tersebut adalah dengan mengatur agar pengenaan cukai


terhadap semen tipe tersebut akan, yaitu dikenakan cukai dengan tarif yang
relatif rendah.
Memang ada kendala dalam administrasi cukai semen, akan tetapi karena
potensi penerimaan dari cukai adalah cukup besar dan administrasi pemungutan
cukainya murah serta kelayakan administrasinya memadai, maka semen
mempunyai potensi untuk dikenakan cukai.
H.Tenaga Kerja
Rata-rata penyerapan tenaga kerja pada industri semen di Indonesia adalah
sebesar 14.150 orang dengan rata-rata penyerapan tenaga kerja tiap pabrik
sebesar 1.253 orang. Industri Semen adalah termasuk industri yang padat
modal. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah produksi dengan
penyerapan tenaga kerja. Sebagaimana data tabel 3 untuk periode tahun 19921993, nilai produksi mengalami peningkatan sebesar 33,07% sedangkan jumlah
tenaga kerja justru mengalami penurunan sebesar 0,01%. Menyusutnya jumlah
tenaga kerja pada saat jumlah produksi meningkat adalah karena pengerjaan
produksi semen cenderung menggunakan tenaga mesin. Berdasarkan data BPS
yang berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja, dapat disajikan tabel sebagai
berikut :
Tabel 3. Tabel Penyerapan Tenaga Kerja
Tahun Jumlah Jumlah

Rata-rata

Perubahan Produksi

Perubahan

Pabrik TenagaKerja Tenaga Kerja


1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
Rata-

11
11
11
11
11
12
12
12
11
11

13345
14005
13611
13288
13173
14169
14711
15084
14932
15178
14150

rata
Sumber : Data BPS

per Pabrik
1213
1273
1237
1208
1198
1181
1226
1257
1357
1380
1253

0.04713
-0.0289
-0.0243
-0.0087
-0.0142
0.03684
0.02473
0.074
0.01621

785241295
940169646 0.19730031
1112537988 0.183337489
1238100952 0.112861732
1281446423 0.035009642
1705200104 0.330683885
2081001592 0.220385565
2301092746 0.105762127
2610509760 0.134465251
3272162770 0.253457398
1732746328

Untuk memprediksikan dampak pengenaan cukai semen terhadap


penyerapan tenaga kerja, dapat disajikan tabel sebagai berikut :
Tabel 4. Tabel Analisa Tenaga Kerja
Tahun Jumlah
Tenaga

Nilai
kerjaProduksi

(L)
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000

CPI
(ribu

Rp.)

Y/L

=(Nilai

(output)

Prod/CPI)x100

13345
14005
13611
13288
13173
14169
14711
15084
14932
15178

785241295
141,8
9674929
725
940169646
150,3
9411210
672
1112537988
164,6
8397389
617
1238100952
180,3
8783635
661
1281446423
189,2
8352193
634
1705200104
207,7
9478125
669
2081001592
226,8
7985496
543
2301092746
246,9
6929435
459
2610509760
262,4
9542558
639
3272162770
291,4
7165071
472
3359202300
3448557081
3540288699
Untuk mengetahui rasio tenaga kerja industri semen, dapat dihitung

dengan

cara

membagi

Rp. 3.540.288.699.000,00)

nilai
dengan

produksi
tenaga

tahun
kerja

2000
tahun

(sebesar
1997

(sebesar 15178 orang), sehingga menghasilkan angka rasio sebesar 233.251.


Kemudian dengan membagi penurunan nilai produksi jika dikenakan cukai 25%
(sebesar Rp.7.080.577.740,00) dibagi dengan angka rasio di atas, maka didapat
angka 3.036 orang.
Namun demikian, penerimaan cukai tahun 2000 diharapkan dapat
mengkompensasikan angka tenaga kerja yang kemungkinan tidak dipekerjakan
pada industri semen tersebut. Berdasarkan Tabel Peramalan Penerimaan Cukai
Tahun 2000 (Tabel 2.), dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan cukai tahun
2000 dengan tarif 25% adalah sebesar Rp. 531.043.305.000,00. Jika angka
tersebut dibagi dengan tenaga kerja yang tidak dipekerjakan pada industri semen
(3.036 orang), maka diperoleh angka kompensasi sebesar Rp. 174.915.450,00
per orang.
Dengan memperhitungkan PDB sebagaimana yang telah dianalisa pada
point B. Optimalisasi Penerimaan di atas, maka kemungkinan tenaga kerja yang
tidak dipekerjakan pada industri semen menjadi sebesar 2.581 orang (17/20 x

3.306 orang), sehingga angka kompensasi menjadi sebesar Rp. 211.923.520,00


per orang (Rp. 546.974.604.200,00 / 2.581).
Dengan melihat analisa di atas, diketahui bahwa industri semen bersifat capital
intensive sehingga diharapkan pengenaan cukai terhadap semen tidak akan
terlalu mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.
I.Kandungan Impor Semen
Bahan baku yang masih diimpor adalah bahan baku berupa gypsum, sedangkan
bahan baku yang lain telah menggunakan kandungan lokal. Prosentase
kandungan impor dari tabel tersebut dapat diketahui sangat kecil yaitu rata-rata
16,68% pertahun, yang berarti kandungan lokalnya sebesar 83,32%. Perubahan
nilai impor dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan, akan tetapi
pada kasus tertentu seperti pada tahun 1995 dan 1997 terjadi peningkatan
kandungan impor yaitu masing-masing sebesar 45,32% dan 52,06%.
Berdasarkan data dari BPS yang berkaitan dengan kandungan impor bahan
baku semen dapat disajikan tabel sebagai berikut :
Tabel 5. Tabel Kandungan Impor
Tahun
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
Rata-

Bahan Baku
162048584
177095855
189517327
237854152
249050706
265604044
280676289
372405929
433687927
785659700
315360051

Nilai Impor
55135913
54085779
45189650
57423790
15698560
12145330
11978428
58660189
46044842
71756181
42811866

Kandungan Impor
35.3
31.06
21.14
22.18
7.83
7.35
7.19
13.15
7
14.6
16.68

Perubahan
-0.1365
-0.4693
0.04689
-1.8327
-0.0653
-0.0223
0.45323
-0.8786
0.52055

rata
Sumber : Data BPS
Beberapa perusahaan pada tahun-tahun tertentu ada yang menggunakan bahan
baku murni kandungan lokal seperti PT. Nusantara pada tahun 1995 dan tahun
1997. Mengingat hal tersebut maka untuk meningkatkan pemanfaatan bahan
baku lokal dan menurunkan bahan baku impor perlu dibedakan sistem
pentarifannya yaitu bahan baku impor diberikan tarif lebih tinggi dari pada semen
dengan bahan baku lokal.

Jumlah impor barang jadi berupa semen berdasarkan data impor tahun 1998
dapat disajikan tabel sebagai berikut :
Tabel 6. Tabel Impor Semen Tahun 1998
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis Semen
White Cement
Semen Tipe I
Semen Portland
Semen Fondu
Semen hidraulik
Jumlah
Sumber : data BPS

Jumlah Impor (kg)


224.732
94.608.066
2.963.216
2.120.368
117.469
10.003.385

Rata-rata Produksi DN (kg)

17.415.008.000

Berdasarkan data tabel tersebut di atas dapat diketahui besarnya


persentase impor semen yaitu 0,06%.
Ketentuan WTO mengatur bahwa pengenaan segala jenis pajak, dalam
hal ini adalah cukai terhadap barang kena cukai (BKC) impor (semen)
diperkenankan sepanjang pengenaan tersebut tidak bersifat diskriminatif dalam
arti cukai dikenakan terhadap BKC impor maupun BKC dalam negeri.
J.Orientasi Ekspor
Berdasarkan data dari BPS yang berkaitan ekspor hasil produksi semen dapat
disajikan tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Tabel Orientasi Ekspor
Tahun
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
Rata-

Produksi
785241295
940169646
1112537988
1238100952
1281446423
1705200104
2081001592
2301092746
2610509760
3272162770
1732746328

Nilai Ekspor

Prosentase

0
0
130310463
29044403
56752602
14766624
18226915
3452393
55175195
217541230
52526982.5

Ekspor
0
0
9
1.09
4.55
0.83
0.42
0.58
1.18
3
3.03

Perubahan

1
-7.2569
0.76044
-4.4819
-0.9762
0.27586
0.50847
0.60667

rata
Sumber : Data BPS
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa kecenderungan hasil
produksi industri semen untuk diekspor sangatlah kecil, yaitu rata-rata 3,03%
pertahun. Berarti sisanya, yaitu sebesar 96,97% adalah untuk konsumsi di dalam

negeri. Mengingat hal tersebut maka pengenaan cukai terhadap semen


diprediksikan dapat meningkatkan penerimaan dan tidak perlu dikhawatirkan
pengenaan cukai terhadap semen akan memberikan perubahan kecenderungan
untuk melakukan ekspor karena sifat permintaan semen adalah inelastis,
sehingga pembebanan cukai tidak akan menyebabkan pengurangan permintaan
yang signifikan. Dengan demikian pangsa pasar semen dalam negeri setelah
pembebanan cukai tetap besar.
Memperhatikan rasio kapasitas terpasang dan produksi yang dihasilkan, dapat
dilihat bahwa utilisasi kapasitas pada industri semen mencapai 91%. Dengan
demikian industri semen telah berproduksi dengan full capacity atau sangat
efisien.
Pengenaan cukai pada industri yang sudah efisien diharapkan akan memberikan
dampak negatif yang sangat kecil, karena industri dimaksud dengan mudah akan
dapat membuat penyesuaian terhadap adanya peraturan perpajakan (cukai)
yang baru, sehingga dampaknya terhadap produksi maupun tenaga kerja lambat
laun akan sangat kecil.
Backward / Forward Shifting : Dengan melihat berbagai analisa yang telah
disebutkan di atas, maka dimungkinkan beban pengenaan cukai dilakukan
dengan forward shifting, yaitu pengenaan cukai dibebankan kepada konsumen.
Hal ini disebabkan karena permintaan semen bersifat inelastis, sehingga beban
cukai sebagian dapat dibebankan kepada konsumen.
K. Dampak Lingkungan dan Sosial
Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakannya serta proses
produksi yang dilaluinya, maka semen mempunyai dampak penting untuk
komponen-komponen lingkungan seperti diuraikan di bawah ini :
a)

LAHAN; dampak yang bersifat merugikan adalah :


Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah

liat.

Perubahan dari segi tata guna tanah akibat kegiatan penebangan dan

penyerapan lahan serta pembangunan fasilitas lainnya. Perubahan ini dari segi
waktu akan meluas ke arah menurunnya kapasitas penampungan air yang pada
akhirnya akan berpengaruh juga terhadap kuantitas air sungai. Sedangkan dari
segi ruang akan mempengaruhi keseimbangan atau keselarasan lingkungan
setempat.

b)

AIR; dampak yang bersifat merugikan adalah :


Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk

minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis
yang mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar
sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim
hujan.

Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi

pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di
tempat itu menjadi berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis,
akibatnya persediaan ait tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah
sungai menjadi kering pada musim kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir
(debit air menjadi sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi menyerap air
yang mengalir terlalu cepat.
3. UDARA; dampak yang bersifat merugikan adalah :
a)

Debu yang dihasilkan oleh kegiatan pabrik terdiri dari :


Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama

proses

pembakaran,

Debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik dan

bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya.


b) Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut dan
kepulan debu tersebut, dapat menimbulkan pencemaran udara yang sangat
mengganggu, antara lain dapat mengakibatkan naiknya temperatur udara di
sekitar pabrik, bahkan dapat menimbulkan penyakit.
c) Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu
bara, berupa gas CO, CO2 dan SO2 yang mengandung hidrokarbon dan
belerang.
d) Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :

Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,

Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan

baku,

Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur.

e) Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis


endemik, berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa.

f)

Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan

langka). Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan
tersebut.
Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan semen terhadap lingkungan
sosial atau kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut :

Status gizi kadar hemoglobin darah dimana semakin rendah status gizi

seseorang, semakin rendah kadar hemoglobin darahnya.

Dampak lingkungan terhadap pola penyakit, khususnya penyakit saluran

pernafasan,

seperti bronchitis,

pharingtis dan

tbc

paru

serta silicosis

(pneumocosis), penyakit saluran pencernaan dan gangguan pada kulit.

Morbidity rate (angka kesakitan) dari penyakit-penyakit tertentu untuk dapat

menggambarkan besarnya dari dampak penyakit-penyakit tersebut di atas


terhadap kesehatan. Beberapa penyakit yang diperkirakan
intensitasnya

antara lain

penyakit

yang

saluran

nafas,

akan meningkat
penyakit

yang

berhubungan dengan gangguan kejiwaan (psycho-social) dan penyakit lainnya


yang berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat.

Penyakit gangguan kejiwaan (psiko-sosial) adalah penyakit yang bukan

disebabkan oleh adanya sebab-sebab fisik, tetapi penyakit yang disebabkan oleh
gangguan kejiwaan yang sulit diterangkan secara fisis maupun biologis, misalnya
sakit kepala yang tidak jelas penyebabnya, nyeri ulu hati, gelisah, sulit tidur,
berdebar-debar (yang dalam istilah kedokteran dinamakan gastritis, cephagia,
neurosis anxiety).

Penyakit akibat kecelakaan kerja.

Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh rendahnya mutu lingkungan,

seperti penyakit perut (diarhea), demam berdarah, malaria kulit dan sebagainya.
Seperti telah dikemukakan di atas, ternyata semen memang menimbulkan
dampak yang kurang menguntungkan bagi linkungan. Sayang sekali tidak ada
informasi tentang berapa besarnya (magnitude) dampak-dampak negatif ini
(khususnya dalam kasus Indonesia), Padahal hal ini sangat penting untuk
menjadi alasan bahwa semen memang harus dikenai cukai, karena dampakdampak negatif tersebut seringkali berada di atas nilai ambang batas yang
wajar.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan pengolahan data dan uraian maka dapat ditarik kesimpulan sebagi
berikut :

Komposisi

unsur-unsur

kimia

tersebut

di

dalam

semen

sangat

mempengaruhi sifat-sifat dan kegunaan semen ;

Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau

membatunya jika dicampur dengan air ;

Dalam industri semen angka hidrolitas harus dijaga secara teliti untuk

mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15 ;

Pengenaan cukai terhadap semen akan mengakibatkan kenaikan harga

semen ;

Industri semen bersifat capital intensive sehingga diharapkan pengenaan

cukai terhadap semen tidak akan terlalu mempengaruhi penyerapan tenaga


kerja.
Saran : hendaknya semen dikenai cukai.

Anda mungkin juga menyukai