1.1
Definisi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (FI Ed. III, 1979, hlm 32)
Kekurangan :
I. 3 Macam-macam Suspensi
a. Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995)
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk
penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik :
- Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan
iritasi dan atau goresan pada kornea.
- Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
b. Berdasarkan Istilah
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan
untuk pemakaian oral. (contoh : Susu Magnesia)
2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat
padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang
menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh :
Magma Bentonit).
3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit
(contoh : Lotio Kalamin)
c. Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi
1. Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan
sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya
akan lambat.
2. Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel
menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
3. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan
sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.
4. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif
homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
5. Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena
terbentuk masa yang kompak.
6. f. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi
tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu
paronya.
2. Suspensi Flokulasi
1. Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya
sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh
kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
2. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan
flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang
bermacam-macam.
3. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan
mudah diredispersi.
4. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan
sedimentasinya tinggi.
5. Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
1.
i.
2.
ii.
3.
I. 4 Syarat Suspensi
a. Menurut FI IV, 1995
1.
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad
renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi
yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda
I.6
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice,
479-491)
1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan
supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat
menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
2. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill
3. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
4. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal :
span dan tween.
1. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :
1. Perbedaan densitas
2. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
3. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme
humektan : mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat
mudah terbasahi. Contoh : gliserin, propilenglikol.
1. Pertumbuhan kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi
perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan
penambahan surfaktan.
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi (Disperse system, Vol. I,
158)
1. gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit
2. pilih bentuk kristal obat yang stabil
3. cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan
ukuran partikel
4. gunkan pembasah
5. gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan
membentuk lapisan pelindung pada partikel
6. viskositas ditingkatkan
7. cegah perubahan suhu yang ekstrim
Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal ::
1. keadaan super jenuh
2. pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat
3. sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan
bentuk yang bervariasi
4. keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent
5. kondisi saat proses pembuatan.
6. Pengaruh gula (sukrosa)
1. Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik
Partikel
+ wetting agent
Dispersi homogen
Suspending agent
(non-elektrolit)
Suspensi Deflokulasi
Suspensi terflokulasi
+ Suspending agent
Suspensi terflokulasi
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
1. bahan pensuspensi (suspending agent)
2. dapar atau acidifer
3. bahan pembasah (wetting agent)/humektan
4. antioksidan
5. pemanis
6. anticaking
7. pewarna
8. flavour
9. floculating agent
10.pewangi
11. antibusa (antifoaming)
12.pengawet
13.pengawet
I. Golongan Polisakarida
1. Gom Akasia = Gom Arab
(FI III, 279; US Dispensatory,1; Martindale 28th ed., 948; Excipients 02, 1; USP
1985,1528; Husas, 161-163; Cooper & Gunn, 103-104; Aulton Pharm. Practice,100;
Aulton,Pharm. Design Form, 275)
Gom akasia adalah eksudat gom arab yang diperoleh dari batang dan dahan pohon
Acacia senegal wild, dan beberapa spesies. Akasia termasuk suspending agent yang
berasal dari alam dan mengandung enzim pengoksidasi, sehingga akasia kurang cocok
untuk digunakan dalam sediaan farmasi yang mengandung zat aktif yang mudah
teroksidasi. Enzim ini dapat diinaktivasi dengan pemanasan pada suhu 100 oC. Sebagai
suspending agent yang baik, sering dikombinasi dengan bahan pengental yang lain
seperti campuran serbuk Tragakan BP yang mengandung akasia 20 %, trgakan 15%,
starch 20% dan sukrosa. Karena kekentalannya, akasia jarang dgunakan dalam
sediaan eksternal.
Musilago akasia memiki viskositas yang paling baik pada range pH 5-9. Dibawah pH
5 dan diatas pH 9, viskositas akan menurun dengan tajam. Misilago akasia 35%
mempunyai viskositas yang kurang lebih sama dengan gliserin.
Kelarutan : mudah larut dalam air (1 g dalam 2,7 g air) menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol 95%P, kloroform, eter,
gliserol, dan propilen glikol (1 g dalam 20ml) dan minyak-minyak. Larut dalam 1 :20
bagian gliserin.
Keasaman dan kebasaan : larutan jenuh dalam air bereaksi terhadap lakmus, jika
diencerkan dengan air lalu dibiarkan tidak terjadi pemisahan endapan. pH 4,5-5
(larutan 5% b/v).
Bobot Jenis : 1,35-1,49
Sterilisasi : autoklaf
OTT : alkohol, adrenalin, amidopyrine, apomorpin, bismut subnitrat, boraks, krosol,
eugenol, morfin, fenol, garam ferri, tanin, thymol, vanilin, merkuroklorida,
fisostigmin, Na silikat, logam berat da alkaloid.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat kering. Larutan dapat terurai oleh
bakteri atau enzim, akasia serbuk halus diawetkan dalam wadah tertutup.
Keamanan : akasia aman untuk penggunaan umum sebagai zat aditif makanan
(FDA). Meskipun aman digunakan, tetapi ada batasan jumlah yang menyebabkan
reaksi alergi pada manusia. Tidak digunakan untuk penggunaan parenteral karena
menyebabkan bahaya arabinosis.
Penggunaan :
Akasia bentuk kental dalam air digunakan dengan tragakan sebagai suspending agent
dalam tinktur resin. Serbuk akasia digunakan sebagai emulsifying agent untuk emulsi
oral (1 bagian akasia dicampur dengan 4 bagian minyak atau parafin liq dan dengan 2
bagian air membentuk suatu emulsi primer.
OTT : Akasia inkompatibel dengan aminopirin, kresol, etanol (95%), asam 2 feri,
morfin, fenol, fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Banyak jenis garam dapat
menurunkan viskositas larutan akasia, sementara garam trivalen dapat menyebabkan
koagulasi. Dalam sediaan emulsi, larutan akasia OTT dengan sabun.
2. Tragakan
(FI III, 612; US Dispensatory 27th,1204-1205; Martindale 28th,962; Excipients,
331;Exipients 02,603; RPS, 1247; Husas, 163-164, Cooper & Gunn 12 th, 104-105;
Aulton Pharm. Practice, 100; Aulton The Science of.., 275)
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan
batang Asragalus gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tragakan memiliki
kemampuan membentuk gel, maka tragakan lebih baik daripada akasia sebagai
pengental. Digunakan dalam bentuk serbuk atau mucilago atau campuran serbuk
Tragakan BP untuk mensuspensikan serbuk yang sukar berdifusi. Jumlah yang cocok
untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4 serbuk campuran atau kirakira 25 ml musilago. Bila digunakan dengan dikombinasi dengan akasia, maka
pembawanya hanya boleh air atau air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan dengan akasia,
karena itu lebih cocok untuk penggunaan obat luar, seperti : jelly, lotion, pasta, krim.
Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika
didiamkan dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan
viskositasnya. Untuk mempercepat hidratasi, maka bentuk granul tragakan harus
dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang
homogen, lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini akan
membentuk campuran yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua hari akan
terjadi pemisahan yang akan memberikan bagian yang terlarut pada lapisan
supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam alkohol.
Pengawet : untuk pemakaian luar ditambahkan klor kresol 0,1% klorosilenol 0,1%
ester dari asam p-hidroksi benzoat dan asam benzoat jika medium asam.
4. Starch (Amylum)
Starch kadang-kadang digunakan dengan suspending agent yang lain karena
viskositas msilagonya yang tinggi. Starch merupakan komponen dari campuran
serbuk tragakan BP. Dapat digunakan dengan CMC-Na. Na starch glikolat (eksplotab,
primogel) merupakan turunan pati kentang ynag telah dievaluasi untuk digunakan
pada suspensi. Musilago yang terdiri dari 2,5% starch dalam air menghasilkan produk
yang kental.
Stabilitas dan Penyimpanan : Strach kering yang tidak dimasak cukup stabil selama
penyimpanan jika dilindungi dari kelembaban yang tinggi dari kelembaban yang
tinggi. Penyimpanan dalam tempat yang sejuk, kering dalam wadah kedap udara.
Larutan starch yang dimasak atau pasta secara fisika dan tidak stabil dan mudah
diserang oleh mikroorganisme menjadi bermacam-macam turunan strach dan starch
yang termodifikasi dengan sifat fisika yang unik.
OTT : Keamanan : Starch merupakan senyawa makanan yang dapat dimakan yang dikenal
secara luas keamanannya.
Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering dan ruangan
berventilasi baik.
Penggunaan dalam farmasi : pengisi, pengikat, penghancur/desintegran.
maksimal Efek sinergis yang optimum juga diperoleh melalui perrbandingan Xantan :
Guar gum 3:7 dan 1: 9.
Kontra indikasi : tidak boleh digunakan intuk pasien yang mengalami obstruksi sal
usus. Harus digunakan dalam keadaan mengandung air untuk menghindari kekerasan
feces atau obstruksi eosefagus.
Penggunaan : guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai stabilistaor dalam
emulsi. Emulsi yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik dengan
menambahkan gom guar 1%. Gom guar merupakan suspending agent yang kurang
baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar Gum dapat di campurkan penggunaannya
dengan tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan
II.Turunan Selulosa
1. Metilselulosa
(Martindale 28th, 947; RPS, 1245; Excipients,386; Cooper & Gunn, 107; Aulton
Pharm Practice,
101; Aulton The Sciencdee of.., 276)
Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata memiliki dua gugus
hidroksik pada setiap unit heksosa yang termetilasi. Variasi bahan dipasaran berbeda
dalam tingkat substitusinya dan panjang rantai selulosenya. Bahan yang rantainya
panjang paling kental. Ada 4 tipe metil
selulosa yang umum yaitu : MC 20 BPC, 425 BPC, 2500 BPC, dan 4500 BPC.
Nomor-nomor tersebut menandakan perkiraan kekentalannya dalam senti stokes dari 2
% musilago. Kelas yang viskositasnya tinggi (2500, 4500) digunakan sebagai
pengental dan pendispersi. Dipasaran dikenal dengan nama metosel.
Ada dua jenis metosel, yaitu :
1 .Metosel MC (metil eter), dan
2. Metosel HG (campuran metil dan hidroksi propil eter selulosa)
Metil selulosa dengan nomor yang rendah larut dalam air, sedangkan metil dengan
kelas viskositas yang tinggi membentuk gel lunak pada suhu kamar.
Kelarutan : Larut di air dingin tetapi tidak larut dalam air panas. Tidak larut dalam
eter, alkohol, dan kloroform. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam campuran
alkohol dan kloroform dengan perbandingan sama, tidak larut dalam air panas, dalam
larutan jenuh garam.
Jenis-jenis metilselulosa :
a. Metil selulosa 20 : mengandung 26 32 % group methoksil dan viskositas
larutan 2 % adalah 17 23 centistokes pada 20o C.
b. Metil selulosa 450 : mengandung 26 32 % group methoksil dan larutan 2 % pada
20o C mempunyai viskositas 350 450 centistokes.
c. Metil selulosa 2500 : mengandung 27 29 % group methoksil dan larutan 2 %
pada 20o C mempunyai viskositas 2200 centistokes.
d. Metil selulosa 4500 : mengandung 27 29 % group methoksi dan larutan 2 %
pada 20o C mempunyai viskositas 4000 5000 centistokes.
2. CMC Na
(US Dispensatory 27th, 1049; Martin Disp.of Medication, 546-547, 553; Art of
Compounding, 301,305,307; Martindale 28th, 950-951; Lymans Textbook of Pharm.
Compounding & Dispensing, 239-240; Excipients, 45; Cooper & Gunn, 107; Aulton
Pharm.Practice, 101; Aulton The Science of.., 276)
Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan larutan jernih,
praktis tidak larut dalam pelarut organik.
pH : 1 % larutan dalam air mempunyai pH 6 8,5. Stabil pada range pH 5 10.
Viskositas musilago CMC Na menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10. Musilago
lebih peka terhadap perubahan pH daripada metilselulosa.
Stabilitas : terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam keadaan kering
dengan mempertahankan suhu pada 160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi penurunan
viskositas secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari bahan yang
telah disterilkan memburuk.
Sterilisasi larutan dengan pemanasan juga menyebabkan penurunan viskositas, tetapi
hal ini tidak terlalu dipermasalahkan. Bila suatu larutan dipanaskan dalam autoklaf
pada 125o C selama 15 menit dan dibiarkan menjadi dingin, viskositas menurun
sekitar 25 %. Karenanya, bila menghitung jumlah CMC Na yang akan dipakai dalam
sediaan yang akan disterilkan hal ini harus dipertimbangkan.
OTT : CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan dengan kationik seperti
akriflavine, gentian violet, thiamin, Pharmagel A, germisida kuarterner, alkaloid,
hampir semua antibiotik dan logam berat (seperti Al, Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na tidak
tersatukan dengan larutan asam kuat, FeCl 3 (garam-garam besi yang larut air),
alumunium sulfat dan banyak elektrolit.
Keamanan : CMC Na adalah zat yang non toksik
Kegunaan : CMC Na digunakan untuk suspending agent dalam sediaan cair
(pelarut air) yang ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral. Juga
dapat digunakan untuk penstabil emulsi dan untuk melarutkan endapan yang terbentuk
bila tinctur ber-resin ditambahkan ke dalam air. Untuk tujuan-tujuan ini 0,25 % 1
% atau 0,5 % 2 % CMC Na dengan derajat viskositas medium umumnya
mencukupi.
3. Avicel
(Excipients,108; Cooper& Gunn, 108; Aulton The Science of, 276)
Ada dua bentuk avicel yang digunakan dalam bidang farmasi, yaitu yang dapat
membentuk dispersi koloid dalam air dan yang tidak terdispersi dalam air. Bentuk
yang pertama digunakan sebagai suspending agent, sedang bentuk yang kedua
digunakan sebagai pengikat, pengisi, penghancur dan pelincir pada sediaan padat
(tablet).
Kelarutan : Tidak larut dalam air, pelarut asam dan pelarut organik lainnya, agak
sukar larut dalam NaOH (1 : 20)
pH stabilitas : 5,5 7
Stabilitas dan penyimpanan : stabil, higroskopik, simpan dalam wadah tertutup
rapat.
Kecepatan hidrasi : dengan penambahan CMC Na atau Hypromellose
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Sifat Aliran : tiksotropik pada konsentrasi lebih dari 2 %
Kadar pemakaian : sebagai suspending agent lebih besar atau sama dengan 2 %
Keamanan : aman
OTT : HCl, HgCl, AgNO3, fenol, asam tanat.
Penggunaan dalam farmasi : pengikat tablet, pengisi (granulasi basah 5 20 %),
penghancur tablet 5 15 %, glidan tablet 5 15 %, antiadheren 5 20 %. Pengisi
kapsul 10 30 %, tidak digunakan sebagai adsorben.
Sifat aliran dari dispersi avicel dapat diperbaiki dengan menambahkan hidrokoloid
seperti : CMC, metil selulosa, hidroksi propil selulosa yang dapat menstabilisasi
dispersi untuk melawan efek flokulasi karena penambahan elektrolit.
III.Golongan Clay
1. Bentonite ( HPE, 4th ed.,2003,43; Martindale 33th,1499;Husas, 168; Aulton The
Science of, 277; Art of Compounding, 304; CMN)
Sumber : dari alam.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan air (aqueous solution),
tetapi mengembang menjadi massa yang homogen dan menempati kurang lebih 12
kali volume serbuk keringnya. Praktis tidak larut dan tidak mengembang dalam
pelarut organik.
pH : larutan 2 % b/v (suspensi dalam air) 9,5 10,5
OTT : dengan elektrolit kuat, partikel atau larutan yang bermuatan positif
(kationik), sulphurated potash dan acriflavine HCl. Bentonit yang terdispersi akan
terendapkan oleh adanya asam (karena dispersinya bersifat basa) dan oleh adanya
alkohol. Pada sediaan antibakteri yang mengandung bentonit menunjukkan bahwa
antibakteri yang kationik akan diinhibisi (di inaktivasi) oleh bentonit dalam suspensi
air, tetapi tipe antibakteri anionik dan nonionik tidak dipengaruhi. (HPE, 4th ed.
2003,43). Inaktivasi ini terjadi karena pertukaran kation.
Stabilitas : Bentonit stabil terhadap suhu tinggi (lebih kecil dari 400 o C). Dapat
disterilisasi panas. Untuk serbuk disterilisasi pada suhu 170o C selama 1 jam setelah
dikeringkan 100o C. Suspensinya dalam air disterilisasi pada autoklaf.
Sifat aliran : tiksotropik (Art of Compounding) untuk suspensi 4 % b/v yang
membentuk gel dan akan lebih cair bila dikocok (terjadi tanpa pemanasan). Untuk
mencapai viskositas 800 cps (20o C) yaitu viskositas yang baik untuk suspensi
diperlukan konsentrasi 6,3 % b/v.
pH stabilitas : 3 10 (Art of Compounding)
Penggunaan : Bentonit akan menyerap air membentuk sol atau gel tergantung
konsentrasinya. Bentuk sol cocok untuk suspending agent. Bentuk gel dipakai untuk
basis salep atau krim. Penggunaan ini mempunyai pH = 9. Bentuk gel akan sangat
berkurang dengan adanya asam dan meningkat dengan penambahan basa seperti Mgoksida. Dalam bentuk sol atau gelnya dalam air, bentonit bermuatan negatif dan akan
mengalami flokulasi bila ditambahkan elektrolit atau suspensi bermuatan positif.
Sifat ini menyebabkan kadang-kadang bentonit digunakan dalam penjernihan cairancairan yang keruh. Sebagai serbuk suspending dalam sediaan cair dan untuk membuat
basis krim yang mengandung emulgator yang sesuai sebagai emulgator o/w (seperti
emulsifying wax, self emulsifying gliseril monostearat). Konsentrasi bentonit 2 %
sudah cukup. Sebagai basis yang lain 10 20 % bentonit dan 10 % gliserin.
Pengembangan : Van Duin, jika bentonit dicampur dengan air akan terbentuk
suatu massa seperti salep. Salep-salep yang hanya terdiri dari bentonit dan air tidak
tahan lama. Salep ini selalu memisahkan air, maka sering ditambahkan zat-zat lemak
(seperti vaselin). Baru bentonit magma : bentonit dalam air 5 % b/v baik digunakan
untuk dispensing dan biasanya dibuat persediaan. Jumlah yang biasa digunakan
adalah 40% bentonit magma (Art of Compounding).
Bentonit sering digunakan sebagai sediaan eksternal. Untuk tujuan pemakaian luka,
serbuk bentonit harus disterilisasi dulu sebab bentonit kemungkinan mengandung
sesepora bakteri tetanus. Digunakan pula sebagai suspending agent pada lotion
calamine dan mixtura chalk.
Spesifikasi : untuk penggunaan pada produk farmasi adalah bentonite
pharmaceutical grade. Ini masih sulit ditemukan, yaitu yang berwarna tidak
menyolok. Technical grade sudah banyak digunakan untuk industri lain. Bentonite
yang hampir putih ditemukan di Italia dan digunakan sebagai standar oleh USP.
Penyimpanan : bentonite bersifat higroskopis dan menyerap kelembaban udara.
Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan dalam farmasi : suspending agent 0,5 5 %, emulsion stabilizer 1
%, adsorbent 1 2 %.
Penggunaan :
Suspending agent (topical) 1 10 %
10 50 %
Stabilizing agent
0,5 2,5 %
Binding agent
2 10 %
Disintegrating tablet
0,5 2,5 %
2 10 %
25%
15%
Viskositas modifier
2 10 %
Stabilitas & penyimpanan : Mg-Al silikat stabil jika disimpan pada kondisi
kering. Simpan dalam wadah tertutup baik. Stabil pada range pH yang cukup besar,
memiliki kapasitas permukaan basa, mengabsorpsi beberapa senyawa organik,
kompatible dengan pelarut organik.
OTT : Obat-obat yang bersifat asam dibawah pH 3,5. Mg-Al silikat dapat
mengabsorbsi obat yang aktif. Hal ini dapat mengakibatkan ketersediaan hayati yang
rendah dari obat tersebut jika obat terikat kuat. Contoh: amfetamin sulfat, tolbutamid,
warfarin sodium dan diazepam.
Di pasaran terdapat : Veegum High Viscosity (HV), Veegum Fine (F)
3. Hectocrite
(Martindale27th; Lyman Textbook of Pharm. Compounding & Dispensing, 241; Merck
Index 10th; Cooper & Gunn, 110; Aulton The Science of, 277; Husas, 167)
Hectocrite adalah salah satu senyawa mineral berbentuk tanah liat.
Hectocrite mengandung karbonat yang harus dinetralisasikan dulu dengan HCl
sehingga diperoleh suspensi yan baik. (Art of Compounding, 304)
Penggunaan : Sebagai bahan pembuat gel, pensuspensi dan pengemulsi untuk
sediaan luas. Hectocrite yang murni mengabsorpsi air lebih banyak daripada bentonit
dan pada konsentrasi 1 2% membentuk suatu gel yang transparan (tiksotropik).
Sebagai pensuspensi untuk sulfur, seng oksida dan calamin, campuran kalamin
dengan seng oksida, bismuth karbonat, kaolin, dan suatu campuran yang sama banyak
daripada sulfadiazin, sulfadimidin, dan sulfamerazin. Ditemukan bahwa sebagai
bahan pensuspensi, hectocrite lebih efisien dari bentonit dan pembuatan suspensi
dengan hectocrite memberi sedimentasi yang lebih sedikit daripada dengan bentonit.
IV.Polimer Sintetik
Carbomer (Excipients, 89; Husas, 169)
Penggunaan :
Emulsifying agent
0,1 0,5 %
Gelling agent
0,5 2 %
Suspending agent
0,5 1
Tablet binder
5 10 %
dengan air sehubungan dengan lapisan gelatin yang terbentuk. Jika mata berkontak
dengan carbomer, maka harus dicuci dengan cairan fisiologi, bukan dengan air.
Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah : surfaktan yang dapat memperkecil
sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Surfaktan kationik dan
anionik efektif digunakan untuk bahan berkhasiat dengan zeta potensial positif dan
negatif. Sedangkan surfakatan nonionik lebih baik untuk pembasah karena
mempunyai range pH yang cukup besar dan mempunyai toksisitas yang rendah.
Konsentrasi surfaktan yang digunakan rendah karena bila terlalu tinggi dapat terjadi
solubilisasi, busa dan memberikan rasa yang tidak enak.
Cara Kerja : Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat
padat + humektan lebih mudah kontak dengan pembawa.
c. Pemanis
Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan
Masalah yang perlu diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah :
Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa
lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan rasa agak pahit
seperti kopi, dsb.
Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat.
Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja jadi tidak bisa diterima
untuk pengobatan jangka panjang.
Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat mungkin
sediaan berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam jangka waktu tertentu
kemungkinan dapat berubah.
Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai
kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan
penderita diabetes.
Catatan :
1. Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20 25 %
2. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 %; sakarin 0,05 %
3. Kombinasi sorbitol : sirupus simplex = 30 % b/v : 10 % b/v ad 20 25 % b/v
total
4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan
menyebabkan perubahan volume.
5. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi
Pahit : Wild cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint spice
anisi
Manis : Buah-buahan berry, Vanili.
Asam : Citrus, Licorice, Root beer, Raspberry.
Pengawet
Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam,
atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh
mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk
pemakaian berulang (multiple dose). Pengawet yang sering digunakan antara lain :
1. Metil / propil paraben ( 2 : 1 ad 0,1 0,2 % total)
2. Asam benzoat / Na-benzoat
3. Chlorbutanol / chlorekresol (untuk obat luar / mengiritasi)
4. Senyawa amonium(amonium klorida kuarterner) OTT dengan metil
selulosa
Antioksidan
(Diktat Teknologi Farmasi Sediaan Liquida dan Semisolid, 143 147)
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif yang
mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada konsentrasi
rendah.
Cara kerja
: memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal dengan
memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas dan mencegah
terbentuknya peroksida.
g. Pendapar
Fungsi :
1. Mengatur pH
2. Memperbesar potensial pengawet
3. Meningkatkan kelarutan
Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan
pH. Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar yang pKa-nya berdekatan dengan pH
yang diinginkan Pemilihan pendapar harus mempertimbangkan inkompatibilitas dan
toksisitas. Dapar yang biasa digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar
asetat.
DAPAR FARMASETIK
Jenis Dapar
pKa
Penggunaan
Dapar Fosfat
pKa1 = 2.15
pKa2 = 7.20
dan optalmik
pKa1 = 3.128
pKa2 = 4.761
dan optalmik
Dapar Sitrat
pKa3 = 7.20
Dapar asetat
pKa = 4,74
Sediaan oral
Dapar karbonat
pKa1 = 6,34
Sediaan oral
pKa2 = 10,36
Dapar borat
pKa = 9,24
Sediaan optalmik
h. Acidifier
Fungsi :
1. Mengatur pH
2. Meningkatkan kestabilan suspensi
3. Memperbesar potensial pengawet
4. Meningkatkan kelarutan
g. Flocculating agent
Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan
secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Floculating agent dapat
menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali.
Flokulating agent dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Surfaktan
Surfaktan ionik dan nonionikdapat digunakan sebagai floculating agent. Konsentrasi
yang digunakan berkisar 0.001 sampai 1%b/v. Surfaktan nonionik lebih disukai
karena secara kimia lebih kompatibel dengan bahan-bahan dalam formula yang lain.
Konsentrasi yang tinggi dan surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, busa dan
caking.
1. Polimer hidrofilik
Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang
termasuk beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan sebagai suspending
agent. Hal ini disebabkan adanya percabangan rantai polimer yang membentuk
struktur seperti gel dalam sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat
serta mempertahankan kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi. Polimer
baru seperti xantin gumdigunakan sebagai flokulating agent dalam pembuatan
sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat lain. Polimer hidrofilik yang berperan
sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat juga berfungsi untuk membentuk
flok longgar (floculating agent). Penggunaan tunggal surfaktan atau bersama koloid
protektif dapat membentuk suatu sistem flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan
perlu diperhatikan bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan karena dapat
menghambat pengikatan silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi polimer
pada permukaan satu partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi.
1. Clay
Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan dapat
berperan sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam
sorbitol atau basis sirup. Bentonitedigunakan sebagai floculating agent pada
pembuatan suspensi bismut subnitrat pada konsentrasi 1.7%.
1. Elektrolit
Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan potensial zeta
partikel yang terdispersi dan menyebabkan flokulasi. Pernyataan Schulzhardy
menunjukkan bahwa kemampuan elektrolit untuk memflokulasi partikel hidrofobik
tergantung dari valensi counter ionnya. Meskipun lebih efektif elektrolit dengan
valensi tiga lebih jarang digunakan dari mono. Di-valensi disebabkan adanya masalah
toksisitas. Penambahan elektrolit berlebihan atau muatan yang berlawanan dapat
menimbulkan partikel memisah masing-masing dan terbentuk sistem flokulasi dan
menurunkan kebutuhan konsentrasi surfaktan. Penambahan NaCl dapat meningkatkan
flokulasi. Misalnya suspensi sulfamerazin diflokulasi dengan natrium dodesil polioksi
etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh surfaktan dan dibentuk sistem
flokulasi oleh AlCl3. Elektrolit sebagai flokulating agent jarang digunakan di indusri
Foculating Agent
Bahan
Tipe
Muatan ion
Surfaktan
Anion
Dokusat natrium
Anion
Benzalkonium klorida
Kation
Cetylpiridinum klorida
Kation
Polisorbat 80
Non-ionik
Sorbitan monolaurat
Non-ionik
CMC-Na
Polimer hidrofil
Anion
Xantan gum
Anion
Tragakan
Anion
Metil selulosa
Non-ionik
PEG
Non-ionik
Magnesium aluminium
Clay
Anion
Silikat
Attapulgit
Anion
Bentonit
Anion
Elektrolit
Anion
AlCl3
NaCl
Anionik/kationik
R/
Zat aktif
R/
Sirupus simplek
30
CMC Na
0,25 %
120 mg
Sirupus simpleks
CMC Na
Buffer fosfat pH 6
Na-sakarin
Asetaminofen
30
0,25 %
Buffer fosfat pH 6
0,01 %
Sorbitol
Na-sakarin
20
0,01 %
Sorbitol
20
Metil paraben
0,2 %
Metil paraben
0,2
Propil paraben
0,03 %
Propil paraben
0,03 %
Zat warna
qs
Vanila
0,4
Flavouring agent
qs
Aquadest
Aquadest
ad 5 ml
ad
5 ml
Persamaan
1. Persamaan Henderson Hasselbach (Persamaan untuk buffer)
Untuk asam lemah & garamnya :
pH = pKa + log
= 2,3 c
Keterangan :
= Kapasitas dapar, = 0,01 0,1
c = Konsentrasi total dapar (mol/L)
Ka = Konstanta asam = antilog (-pKa)
[H3O+] =
pH stabilitas sediaan
= 6,0
pKa H2PO4-
= 7,12
Persamaan Henderson-Hasselbach :
6 = 7,12 + log
log = 1,12
= 0,076 [HPO42-] = 0,076 [H2PO4-]
Persamaan Koppel-Spiro-Van Slyke :
Ka
0,1=2,3 c =
= antilog (-6)
= 1 . 10-6
0,1
c = 0,66 mol/L
c
= [garam] + [asam]
0,66
0,66
= 1,076 [H2PO4-]
0,61
= [H2PO4-]
x 83,02 gram
x 7,27 gram
= 0,036 gram
= 36 mg
Contoh formula :
R/ Zat aktif
100 mg
Sirupus simplek
30 %
Na CMC
0,25 %
Metil paraben
0,2%
Propil paraben
0,03 %
Pewangi
q.s
Pewarna
q.s
Aquades
ad 5 mL
4. 2 botol
Perhitungan :
1. Suspensi untuk 1 botol = 100 ml
2. Sediaan suspensi yang akan dibuat = (36+A) botol.
3. Maka jumlah volume total suspensi yang akan dibuat = (36+A) botol x 100 mL
= (3600 +100A) mL.
4. Perhitungan jumlah yang mungkin hilang selama pembuatan misal = 10 % x
(3600 +100A) = (360 + 10A) mL.
5. Maka volume total yang akan dibuat = (3600 +100A) mL + (360 + 10A) mL =
(3960 + 110A) mL.
Penimbangan :
Zat aktif
Sirupus simplek
Na CMC
= b gram
= c gram
qs
Pewarna
qs
Aquades
ad
(3960 + 110A) ml
Untuk CMC Na, larutan jernih diperoleh dengan menggunakan pemanasan dan
pengadukan berkecepatan tinggi selama setengah jam. Jika pengadukan terlalu tinggi
dan lama, dispersi menunjukkan tiksotropik yang jelas. Dispersi CMC
mempertahankan viskositasnya dengan baik selama waktu yang lama pada suhu
kamar. Untuk penyimpanan yang lama harus digunakan pengawet.
CMC Na dapat larut dengan mudah dalam air panas atau dingin membentuk larutan
yang kental yang bertindak sebagai suspending agent yang baik. CMC Na bertindak
sebagai suspending agent dalam bentuk larutan atau kering. Aktivitas optimum
diperoleh bila gum dimasukkan dalam larutan.larutan jernih dibuat denagn mengaduk
air sementara serbuk kering ditambahkan secara perlahan-lahan, makin cepat
pengadukan makin cepat larutan terbentuk. Larutan ini dapat dibuat dengan mudah
dengan menggunakan alat pengaduk atau mortir dan alat penumbuk. Trituasi serbuk
kering dengan sebagian kecil air sampai pasta lunak diperoleh. Pasta ini dipindahkan
ke botol dan mortir dibilas dengan air atau semua cairan dicampur dalam morir dan
hasilnya ditransfer ke botol.
Viskositas maksismum pada pH 7-9. Viskositas rendah pada pH 3,5-4,5.
Struktur nonionik CMC-Na membuatnya stabil pada range pH 1-10
h. Na-Alginat
Dispersi alginat dengan mencampurkan dulu 2-4% alkohol, gliserol, propilen glikol,
gula, atau zat pendispersi lain yang cocok, atau dengan cara mencampurkan Naalginat dengan air, diaduk dengan kecepatan tinggi untuk menghindari penggumpalan.
Cara lain :
Pertama serbuk ditriturasi dengan 2 bagian gliserin, kemudian tambahkan dengan
triturasi atau piring. Prosedur alternatif dapat digunakan blender atau pencampur
propeler, tapi serbuk harus dihamburkan perlahan-lahan utnuk mencegah bongkahan.
Panas tidak boleh digunakan karena dapat menguraikan polimer.
i. Tragakan
Musilago tragakan (Van Duin) : mengandung tragakan 2% dan dibuat dengan jalan
menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air sebanyak 20 kali sampai diperoleh
suatu massa yang homogen dan kemudian mengencerkannya dengan sisa air.
Cara 1 :
Dapat digunakan mikroskop biasa untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100
m.
Pada metode ini suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak)
diteteskan pada slide (semacam objek glass). Kemudian besarnya akomodasi
mikroskop diatur sehingga partikel terlihat dengan jelas.
Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel
sehingga diperoleh kurva distribusi ukuran partikel.
Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah
antara 300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus
Ket: F= frekuensi,
z= u kuran partikel
Cara 2 :
Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan
gliserol dan kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran
sejumlah volume yang sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan
paraffin sebagai pelarutnya (sesuai monografinya).
Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah sebaran
acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop resolusi yang
cukup untuk mengobservasi partikel yang kecil.
o Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau
tidak lebih dari beberapa partikel di atas ukuran maksimum yang
diperbolehkan pada monografinya dan karena itu hitunglah presentasi
partikel yang mempunyai diameter maksimum dalam batas yang
ditetapkan.
Persamaan di atas hanya berlaku untuk partikel yang jatuh bebas tanpa gangguan dan
pada kecepatan yang tetap. Hukum ini berlaku untuk partikel yang memiliki bentuk
yang tidak beraturan dengan berbagai ukuran selama disadari bahwa diameter partikel
yang didapat merupakan ukuran partikel relatif terhadap partikel dengan bentuk dan
ukuran baku pada kecepatan yang sama.
b.
c.1 Volume Sedimentasi (Teori dan Praktek Farmasi Industri Lachman, 3rd ed. Hal
492-493)
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo)
sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik
suspendibilitasnya.
Cara :
1. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala.
2. Volume yang diisikan merupakan volume awal (V o)
c. Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya
sedimentasi. Volume terakhir tersebut diukur (V u).
d. Hitung volume sedimentasi (F)
Vo
Vu
e.
Penafsiran hasil :
Bila F=1 dinyatakan sebagai Flocculation equilibrium, merupakan sediaan
yang baik. Demikian bila F mendekati 1.
Bila F>1 terjadi Floc sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih
besar dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau
sedikit curam.
F= Vu/Vo
Parameter sedimentasi terdiri dari (Lieberman, Disperse System Vol2, hal 303)
1. Volume sedimentasi (F)
F dapat dinyatakan dalam % yaitu dengan F = Vu/Vo x 100%
F= volume sedimentasi
Vu = volume endapan atau sedimen
Vo = volume keseluruhan
1. Tingkat Flokulasi ()
= (Vol sedimentasi yang terflokulasi)/(Vol sedimentasi yang terdeflokulasi)
= F / Fu
Catatan :
Untuk pengukuran volume sedimentasi suspensi yang berkonsentrasi tinggi
yangmungkin sulit untuk membandingkannya karena hanya ada cairan supernatan
yang minimum maka dilakukan dengan cara berikut : Encerkan suspensi dengan
penambahan pembawa yaitu dengan formula total semua bahan kecuali fasa yang
tidak larut. Misal 50 mL suspensi menjadi 100 mL.
Hu = volume sedimentasi dalam sampel yang diencerkan
Ho = volume awal sampel sebelum pengenceran
Rasio Hu/Ho mungkin lebih dari 1.
c.2 Kemampuan Redispersi (Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri hal
493; Lieberman, Disperse System Vol 2 hal 304)
Metode penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu menentukan
perilaku suatu cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur partikel
untuk tujuan perbandingan.
Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok sediaannya
dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik. Keuntungan
pengocokan mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila
digunakan dengan kondisi terkendali.
Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan) ditempatkan ke silinder
bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360 dengan kecepatan 20
rpm. Titik akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil :
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan
pengocokan tangan maksimum 30 detik.
d.
: w0
: w2
e.
Sifat Aliran dan Viskositas Dengan Viskosimeter Brookfield (Modul
Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-18 )
Viskosimeter Brookfield merupakan viskosimeter banyak titik dimana dapat
dilakukan pengukruan pada beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh
rheogram yang sempurna. Viskosimeter ini dapat pula digunakan baik untuk
f.
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas
dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari
250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi
dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang
ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan
seperti yang tertera pada etiket. Caranya:
1. Pilih tidak kurang dari 30 wadah.
2. Untuk suspensi oral, kocok isi 10 wadah satu persatu.
3. Untuk suspensi rekonstitusi, serbuk dikonstitusikan dengan sejumlah pembawa
seperti yang tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa
seperti yang tertera pada etiket diukur secara seksama dan campur.
4. Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah
dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur.
5. Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan
gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selam 30 menit.
6. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran :
volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%.
7. Jika A : adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun
wadah yang volumenya kurang dari 95%.
8. Jika B : adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi
tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian
terhadap 20 wadah tambahan.
9. Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan
tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang
dari 95%.
(Catatan: wadah tertutup rapat harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair,
bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya
bahan selama penanganan, pengangkutan dan distribusi dan harus dapat ditutup rapat
kembali. Wadah tertutup rapat dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan
dosis tunggal)
Penyimpanan : Disimpan di tempat sejuk (FI III hal 32). Dalam wadah tertutup rapat
atau wadah tertutup kedap, di tempat sejuk (Fornas Edisi 2 th.1978 hal 333)
Penandaan : pada etiket harus tertera Kocok Dahulu (FI III, hal 32).
Pada etiket sediaan Suspensi Rekonstitusi harus tertera (Fornas edisi 2 th.1978 hal
333):
1. Volume cairan pembawa yang diperlukan
2. Sebelum digunakan, dilarutkan dalam cairan pembawa yang tertera pada etiket.