Etiologi: Mycobacterium tuberculosis, baksilus yg tahan asam (AFB: acid fast bacillus). Aerofilik, (suka
O2), maka kasus 2r sering di lobus paru-paru atas. Berkembang sangat pelan (spt jamur myco), maka sulit
dikembang lab & butuh waktu Rx lama. Mudah menimbulkan resistansi terhadap obat antibiotika, maka Rx
wajib memakai lebih dari satu antibiotika. Kasus dari Mycobacterium bovis (dari susu sapi mentah) jarang.
Epidemiologi: >95% kasus dari titik-titik pernafasan dari batuk, ludah, bersin. Titik-titik ini kalau besarnya
< 5 u, bisa berapung di udara dan tetap hidup selama beberapa jam. Jumlah AFB pada anak yang menderita
TBC, sedikit, & biasanya mereka tidak batuk beriak. Maka hampir semua kasus TBC anak ditular/transmisi
dari kasus dewasa. Faktor kemiskinan, perumahan/linkungan hidup yg padat/sesak & kurang berventilasi.
Mayoritas kasus anak berumur < 5 thn. Agak jarang terjadi pd anak sekolah. Lalu kasus pd remaja/pemuda
Faktor imun rendah mengundang infeksi TBC: Rx: steriod, Rx kanker, DM, Limfoma, Penyakit AIDS,
Penyakit Hodgkin, Malnutrisi, Payah ginjal kronis
Masa Inkubasi: 2 10 minggu (dari exposure sampai tes kulit menjadi positif, yaitu infeksi)
Resiko timbulnya penyakit (gejala-gejala) pd anak, paling tinggi dlm 2 tahun ssdh infeksi.
Masa Isolasi: Setelah pasien diRx dgn tepat slm 2 minggu, AFB tidak mampu membuat infeksi kpd org lain.
Anak yg tidak batuk & beriak sebenarnya tidak perlu diisolasi, termasuk kasus meningitis TBC.
Gambaran Klinis: (harus membedakan kedapatan infeksi dan penyakit, yaitu bergejala)
1. Tuberkulosis Primer: Mayoritas kasus infeksi anak tidak bergejala
Komplex primer (fokus Ghon) mungkin tidak tampak di X-foto thorax.
Nmn pd pasien dgn sedikit bergejala, X-foto thorax bisa berlainan sangat hebat.
Gejala, kalau ada, biasa mulai 1 6 bulan ssdh infeksi (bakteri kembang) mulai.
A. TBC Paru-paru:
1. Febris <39C ~1-2 mgg, menggigil (chills), batuk-batuk >2mgg, BB, anorexi, lesu, flu,< aktif
2. Batuk produktif sangat jarang pd TBC primer anak. Hemoptysis lbh jrng lagi pd kasus beratpun.
3. Pada X-foto Thorax (Kalau gejala/anemnesa positif, namun X-foto PA neg, pesan X-foto lateral!)
a. Limfadenopati pada hilum, mediastinum, leher
b. Infiltrat di segmen atau lobus, terkadang dgn konsolidasi (Gejala sering jarang atau ringan!)
c. Atelektasis
d. Efusi plura: > pd remaja, nyeri dada, nafas dangkal, febris akut, batuk +/e. Motif milier: spt badai salju
B.
TBC Extra-Thorax: Terjadi pd ~25% anak < umur 15thn yg tdk diRx pd awal infeksi TBC! (Redbook)
1. Kelenjar superfisial: bilateral, leher, spt karet, tidak nyeri tekan, cold abcess (bisul dingin)
2. Limfadenitis / Skrofula: kelenjar-kelenjar leher bergabung, tempel pd kulit, & mgkn keluar nanah
3. Tulang & Sendi: a. Spondilytis (40%) Kyphosis, terkadang skoliosis
b.. Pelvis-Femur (hip): jalan pincang, nyeri kakinya pendek (unilateral)
c. Tulang Mastoid
4. Mata: sering bilateral, konjuntivitis berat, adenitis preaurikular/ant.crvcl., ulser palpebra + AFB.
5. Abdomen: (AFB ditelan) jrng pd anak, nyeri prt, diare/sembelit, BB, ascites atau obstruksi usus.
6. Perikarditis: lemah, denyut jantung terdengar jauh, X-foto: jantung besar spt kresek penuh air
7. Ginjal & Saluran Kencing: jarang trjd pd anak, > pd remaja. Memulai dgn pyuria tanpa gejala.
Kemudian dysuria, urgency & frequency serta protienuria & hematuria
8. TBC Milier (dari invasi AFB ke dalam aliran darah/septisemia maka terbawa ke seluruh badan)
a. Biasanya terjadi 1 3 bln sesudah infeksi primer
b. Sx: Memulai dgn lemah & lesu, febris , takikardia, nyeri/pusing kepala
Kemudian makin toksik & sakit berat, nafas cepat, batuk, kurus, splenomegali sering
c. X-foto: banyak flek kecil (sebesar biji millet) di semua lobus paru-paru, spt badai salju
9. Meningitis TBC: Jenis TBC pd SSP yg paling bahaya/fatal, lbh sering terjadi dp TBC milier. Dgn
Rxpun angkah morbiditas & mortalitas masih tinggi, kalau Rx dimulai ssdh psn < sadar.
Sering terjadi segera ssdh infeksi primer memulai. 40% PPD neg, ~50% X-foto normal.
a. Gejala awal: febris ringan/sedang, anorexi, pusing, muntah, iritibel, tak mau bermain.
b. Gejala syaraf: Nyeri kepala makin hebat, Lumpuh syaraf kranial, muntah > sering, apatis,
ngantuk (somnolent), kejang umum, kaku kuduk (hanya pd 1/3). Fontenel menonjol pd
bayi
c. Gejala terminal: Koma, konvulsi (Cf. catatan kuliah Meningitis pada Anak)
C. TBC pada Neonatus: Jarang terjadi secara bawaan namun bisa menular dari ibu yang terinfeksi
1. Gejala: jaundis, anemi, sianosis, gagal bertumbuh, splenomegali, thrombosit, pneumonia, mengik.
2. X-foto thorax: infiltrat kabur, adenopathi hilum, hyperekspansi krn obstruksi partial pd bronkus
2. TBC Paru-paru yang Sekunder/Reaktivasi: Mayoritas kasus ini remaja/pemuda. Spt kasus dewasa
A. Mulai dgn batuk kering kemudian keluar sputum mukus, lalu muko-purolen, lalu campur darah.
B. Gejala ringan: febris ringan, malaise, anoreksia, BB, keringat malam, makin lama makin berat
C. X-foto thorax: Awal bayangan biasanya di apex, makin luas sampai konsoladasi lobus-lobus.
Pneumothorax, Efusi pleura, Empyema, Kavidi dll
TES LABORAT:
1. Biakan AFB sulit & lama (>4mgg). Sulit mendapat sputum dari anak. Lukor Spinal, plura & sendi jrng +
Sumber yg paling berhasil (~60% saja): aspirasi gaster pd pagi hari sebelum anaknya duduk dr tidurnya.
2. Teknik baru untuk deteksi AFB spt BACTEC & PCR (polymerase chain reaction) kurang memuaskan.
3. Tes Faal Hepar pd penderita TBC yg tidak normal menunjukkan kemungkinan penyakit extra thoraks.
4. Analysis lukor spinalis, lukor plura & lukor kesendian: jumlah limfosit & protein , glukos
5. Tes Kulit (PPD atau Mantoux)
A. Teknik: 5 unit diinjeksi intradermal pd tangan permukaan volar membuat sebuah bidur atau
wheal dgn lebarnya 6 10 mm.
KALAU TIDAK DIPASANG DENGAN SEMPURNA, (Misalnya reagennya bocor dari spiet,
whealnya terlalu kecil atau diinjeksi terlalu dalam, subkutan), langsung PPD/Mantaux harus
dipasang lagi pada tangan yang lainnya!
B. Bacaan: Indurasi (edema kulit) diukur 48 72 jam kemudian. Maka harus diraba atau memakai
pulpoin untuk mengukur panjangnya dgn akurat. Erythemanya tidak penting & tidak diukur!
C. Tafsiran: 5 9 mm positif kalau
20-40 mg/kg
Reaksi negatif
300/hari
Rx 2x/mgg:
kl dosis >10mg/h
600mg,<45kg
900mg,>45kg Allergi
Neuropati periferal
Catatan
Pyrodoxine ditambah kpd anak diabetes
malnutrisi, hamil, uremia & epilepsi
INH dpt menyebabkan kadar Rx
Phenyltoin menjadi toksik
Mudah melintasi BBB*
Bakteriosidal
10-20 mg/kg
600 mg
Bakteriosidal
Mual/muntah
Streptomycin
(SM)
(4 8 mgg)
1 gm
Ototoksik (vertigo)
(4 8 mgg) Nefrotoksik
Pyrazinamide 30 mg/kg
50 mg/kg
2 gm
(PZA)
Ethambutol
(EMB)
15 atau 25
mg/kg
(Cf.Catatan)
50mg/kg
2,5 gm
Hepatoksik (jarang)
Hyperuricemia (jrng)
Neuriitis Mata
Visi dikompromi
Tuberculosis: http://www.emedicine.com/ped/topic2321.htm
Pediatrics in Review Vol. 18, 1997, No. 2, hal. 50 58.
Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, 1996 hal. 1028 1043
2000 Redbook, Report of the Committee on Infectious Diseases, AAP, hal. 593 613
Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi Keenam, Jilid Satu, hal. 121 127
Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Unair, Surabaya, Jilid Dua, hal. 524 565