Disusun oleh :
Yuliasih Setiati
(J410120035)
LATAR BELAKANG
Di Indonesia, makanan begitu melimpah dan bervariasi jenisnya. Beberapa
produk makanan yang sekarang ini terus-menerus tampil di layar televisi selalu
saja muncul dengancassing/tampilan baru seperti; sosis, snack ringan, minuman
dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat begitu antusias ketika terus menerus
dijejali produk-produk baru dalam mengkonsumsinya. Tidak hanya makanan saja,
tetapi juga bebrapa mode yang lain kerap membanjiri iklan di sana-sini.
Masyarakat di zaman sekarang ini yang katanya masyarakat modern,
kiranya lebih menyukai bentuk keinginan dan kebutuhan instan. Artinya
masyarakat tidak mau bersusah payah dalam sekedar mengganjal perut. Misalnya,
pada pagi hari kita mau berangkat kerja meraka lebih memilih membeli roti, atau
sekedar memasak mae instans yang lebih cepat dan praktis dimakan dari pada
memasak nasi/lauk dulu. Pertanyaannya, apakah makanan yang praktis dan siap
saji menjamin kesehatan kita? Bagaimana efek/dampak kesehatan masa tua kita
ketika selalu mengkonsumsi makanan tersebut?
Baiklah, kiranya kita semua harus waspada dan mawas diri terhadap
makanan siap saji di atas. Karena beberapa ahli kesehatan berpendapat bahwa
makanan ini bahwasanya mengandung berbagai pengawet dan beragam jenis yang
sangat bahaya dalam tubuh. Sudah barang tentu makanan yang terlalu banyak
mengandung pengawet akan sebagai toksik/racun dalam metabolisme tubuh kita.
Sosis adalah salah satu produk olahan daging yang sekarang mulai populer
di masyarakat, terutama anak-anak. Pengolahan sosis ini pada awalnya
dikembangkan oleh negara empat musim, yang bertujuan untuk mengawetkan,
sehingga mereka tidak kekurangan daging selama musim dingin.
Istilah sosis sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu salsus yang berarti asin,
merujuk pada artian potongan atau hancuran daging yang diawetkan dengan
penggaraman. Dari teknologi produksinya, sosis dibuat dari daging yang digiling
Tentunya sosis yang diinginkan oleh para konsumen dan sudah di konsumsi oleh
masyarakat luas.
Rumusan masalah
1) Pengertian sosis?
2) Jenis-jenis sosis?
3) Bahan apa saja dalam pembuatan sosis?
4) Apa ciri-ciri sosis yang baik?
TINJAUAN TEORI
SOSIS
Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang banyak disukai.
Rasanya kenyal dan gurih, mudah diolah dan disajikan. Saat membeli sebaiknya
perhatikan beberapa hal ini karena banyak sosis yang dijual dengan bahan aditif
berbahaya.
Olahan daging ini dibuat dari daging sapi, daging ayam atau domba yang
dihaluskan. Ditambahkan bahan pengental berupa tepung dan rempah bumbu serta
pengawet. Bahan pengawet selain garam juga dipakai nitrit/ntrat, asam askorbat,
dan isolat protein untuk mencegah tumbuhnya jamur dalam proses penyimpanan.
Adonan daging yang sudah diaduk kemudian dimasukkan ke dalam casing
atau selongsong sosis yang panjang. Selongsong ini selain digunakan bahan alami,
seperti usus kambing juga dipakai bahan sintetis yang bisa dimakan. Untuk
memberikan warna kemerahan daging, dipakai bahan pewarna makanan.
Kecuali sosis berbahan alami kini banyak dijual sosis dengan beraneka
tambahan bahan yang bukan untuk makanan. Misalnya, pemakaian pijer atau
borax, pewarna pakaian dan formalin. Pemakaian bahan aditif yang tidak untuk
makanan tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan. Akibat yang serius bisa
memicu munculnya sel kanker hingga gangguan fungsi ginjal (Winneke, 2012).
KANDUNGAN GIZI SOSIS
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995), sosis yang baik
harus mengandung protein minimal 13%, lemak maksimal 25% dan karbohidrat
maksimal 8%. Jika standar ini terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa sosis
merupakan makanan sumber protein. Hanya saja, karena kadar lemak dan
kolesterol sosis yang cukup tinggi, sosis sebaiknya tidak dijadikan menu rutin
bagi anak-anak guna mencegah masalah obesitas dan penyakit-penyakit yang
mengikutinya, dikemudian hari. Jika anak anda suka makan sosis, sebaiknya anda
memilih produk sosis dengan kandungan lemak yang tidak terlalu tinggi (kurang
dari 10%). Untuk itu, anda harus jeli membaca kandungan nutrisi pada label
(Syamsir, 2009).
Menurut Raharjo (2002), adapun bahan-bahan pembuatan sosis terdiri dari
komponen utama yaitu daging, lemak, bahan pengikat, bahan pengisi , air, garam,
dan bumbu.
Semua jenis daging ternak dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
sosis. Daging merupakan sumber protein yang berfungsi sebagai pengelmusi
dalam sosis.
Lemak dalam pembuatan sosis berguna untuk membentuk sosis yang
kompak dan empuk serta memperbaiki rasa dan aroma sosis. Penambahan lemak
maksimal 30% dari berat daging untuk mempertahankan tekstur selama proses
pengolahan.
Bahan Pengikat dan pengisi dibedakan berdasarkan kadar proteinnya.
Bahan pengikat mengandung protein yang tinggi, sedang bahan pengisi umumnya
mengandung karbohidrat. Yang umum digunakan, tepung terigu, tepung beras,
tepung tapioka, tepung kedelai, tepung ubi, tepung kentang, tepung roti, dan susu
skim.
Air yang ditambahkan berupa es berbentuk serpihan atau cube, untuk
menjaga suhu adonan selama proses pencampuran tetap rendah (0 o C). selain
berfungsi sebagai fasa pendispersi dalam emulsi daging, air juga berperan untuk
melarukan protein sarkoplasma dan garam.
Garam berfungsi untuk memberikan cita rasa, mengawetkan dan
melarutkan protein. Garam dapur berpengaruh terhadap pengembangan volume
dan daya ikat air dari daging. Garam alkali polifosfat berfungsi untuk
mempertahankan warna, mengurangi penyusutan saat proses cooking/pemsakan
dan penstabil emulsi.
cokelat pucat.
Tercium aroma daging sapi atau ayam yang alami.
Jika ditekan tidak terlalu keras, agak kenyal.
Saat dipotong terlihat permukaan berpori-pori kasar sebagai tekstur adonan
daging alami.
Ketika dimasak tidak luntur warnanya dan tidak mengembang banyak.
Citarasanya masih terlacak rasa daging yang kuat disertai bumbu jika dipakai.
Harganya relatif mahal, per kilogram lebih dari Rp. 120.000,00
warnanya.
Aroma daging tidak tercium kuat tetapi justru aroma seperti obat.
Teksturnya membal, sangat kenyal.
Saat dipotong tekstur daging sangat licin halus tanpa pori-pori.
Saat dimasak biasanya warnanya luntur.
Harganya berkisar mulai dari Rp. 80.000,00 per kilogram
Sebaiknya sosis selalu disimpan dalam lemari pendingin atau freezer agar
tidak mudah rusak dan terjaga kualitasnya. Jika akan diolah, biarkan sosis
pada suhu ruangan beberapa saat hingga lumer.
Sedangkan menurut Syamsir (2009) mengenai sosis yaitu :
kering :
Bisa
disimpan
di
suhu
ruang
sampai
minggu
tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat
racun bagi tubuh. Selain itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi
(CH3-CH3) yang bersifat radikal sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak,
dan DNA dalam tubuh.
Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena
rhodamin B termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang kuat. Uji
toksisitas rhodamin B yang dilakukan terhadap mencit dan tikus telah
membuktikan adanya efek karsinogenik tersebut. Konsumsi rhodamin B dalam
jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala
pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan
fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.
KESIMPULAN
Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang banyak disukai.
Rasanya kenyal dan gurih, mudah diolah dan disajikan. Saat membeli sebaiknya
perhatikan beberapa hal ini karena banyak sosis yang dijual dengan bahan aditif
berbahaya. Sosis yang memakai banyak bahan aditif biasanya dijual lepas tanpa
kemasan, warnanya oranye kemarahan mencolok, dengan casing yang hampir
sama warnanya, aroma daging tidak tercium kuat tetapi justru aroma seperti obat,
teksturnya membal, sangat kenyal, saat dipotong tekstur daging sangat licin halus
tanpa pori-pori dan saat dimasak biasanya warnanya luntur.
Salah satu pewarna sintetis yang dilarang digunakan sebagai bahan
tambahan pangan adalah Rhodamin B. Penggunaan rhodamin B dalam pangan
tentunya berbahaya bagi kesehatan. Adanya produsen pangan yang masih
menggunakan rhodamin B pada produknya mungkin dapat disebabkan oleh
pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya penggunaan bahan kimia
tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih
rendah. Selain itu, rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna makanan karena
harganya relatif lebih murah daripada pewarna sintetis untuk pangan, warna yang
dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada
pewarna alami. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk,
terasi, cabe merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis,
sirup, minuman, dan lain-lain.
Demi keamanan dan kesehatan pribadi serta keluarga pilihlah sosis yang
memakai kemasan yang bermerk dengan keterangan nama produsen, alamat,
tanggal kadaluwarsa, info nutrisi dan nomor registrasi BPPOM.
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, A.H.D dan Wasito, samsu. 2002. Buku Ajar Teknologi Hasil
Ternak. Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto
Elvira.
2009.
Mengenal
http://ilmupangan.blogspot.co.id/2009/05/mengenal-sosis.html,
tanggal 25 November 2015
Sosis.
diakses