PENDAHULUAN
A.
Defenisi Asma
Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Hasil
penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (InternationalStudy on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995
melaporkan prevalensi asma sebesar 2,1%, sedangkan pada tahun 2003
meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa
kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak
SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7-6,4%, sedangkan pada anak SMP di
Jakarta Pusat sebesar 5,8%. Berdasarkan gambaran tersebut, terlihat bahwa
asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat
perhatian serius (Iris, 2008, 445).
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa
yunani yang berarti sukar bernapas. WHO medefiniskan Asma sebagai
penyakit yang ditandai dengan serangan berulang dari sesak napas dan mengi,
yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Pada
seorang individu dapat terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari . Serangan asma
terjadi pada semua kelompok umur tetapi sering dimulai pada masa kanakkanak. Kondisi ini disebabkan peradangan saluran udara di paru-paru dan
mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mereka
menjadi mudah teriritasi. Dalam sebuah serangan, lapisan bagian membengkak
menyebabkan saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran udara
masuk dan keluar dari paru-paru (Wells, 2009, 906).
The National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP)
mendefinisikan asma sebagai gangguan inflamasi kronis pada saluran nafas di
mana banyak sel dan elemen seluler berperan didalamnya. Pada individu yang
rentan, peradangan menyebabkan mengi berulang, sesak napas, dada sesak, dan
batuk. Hal ini biasanya berhubungan dengan obstruksi aliran nafas yang sering
Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau
pencetus inflamasi saluran napas pada pasien asma. Inflamasi terdapat pada
berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif (hipereaktifitas)
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam dan/atau dini
hari. Episodik tersebut berkaitan dengan sumbatan saluran napas yang luas,
Jalur imunologi
Jalur ini didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas
tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat. Reaksi alergi
timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi.
Padaasma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast
yang banyak pada di sel-sel epitel serta mukosa dan mediator vasoaktif
yang kuat di interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi,
antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan
antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator
yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil
dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding
bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan
spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran
napas.
Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu
10-15 menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi
merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang
bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi
setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16- 24 jam, bahkan
kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil,
sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci
dalam patogenesis asma.
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran
napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan
napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa,
sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh
mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa
melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap,
kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf.
Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa menyebabkan dilepasnya
neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related
Peptide
(CGRP).
Neuropeptida
itulah
yang
menyebabkan
terjadinya
C. Klasifikasi Asma
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan
pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit
penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang,
semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Berat penyakit asma
diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis sebelum pengobatan dimulai.
Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan dan pengobatan yang
telah berlangsung seringkali tidak kuat. Dipahami pengobatan akan mengubah
gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada
penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu
sendiri.
Tabel dibawah ini menunjukkan bagaimana melakukan penilaian berat
asma pada penderita yang sudah dalam pengobatan. Bila pengobatan yang
sedang dijalani sesuai dengan gambaran klinis yang ada, maka derajat berat
asma naik satu tingkat. Contoh seorang penderita dalam pengobatan asma
persisten sedang dan gambaran klinis sesuai asma persisten sedang, maka
Gejala
ma
FungsiP
I.
aru
Variabili
Intermiten
tas APE
SerangansingkatTidakadagejalaantarseranganIntensit
< 20%
asseranganbervariasi.
VEP1
>80%
nilaipred
iksi
APE
>80%
nilaiterb
aik.
Variabili
Persiste
tas APE
nRinga
bulanSerangandapatmempengaruhiaktifitas.
20 -
II.
30%
VEP1
>80%
nilaipred
iksi
APE
>80%
nilaiterb
aik.
III.
Variabili
Persiste
mingguSeranganmempengaruhiaktifitasSerangan>2
tas APE
nSedan
> 30%
Seranganberlangsungberhari-hariSehari-
VEP1
60-80%
nilaipred
iksi
APE 6080%
nilaiterb
Siang hariterusmenerusadagejala.
aik.
Variabili
Persist
Setiapmalamhariseringtimbulgejala.
tas APE
enBera
Aktifitasfisikterbatas. Seringtimbulserangan
> 30%
IV.
VEP1
<60%
nilaipred
iksi
APE
<60%
nilaiterb
aik
KETERANGAN:
APE = arus puncak ekspirasi
FEV1 = volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
D. Faktor Resiko
asap rokok
iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang
E. Gejala Asma
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau tanpa
pengobatan. Gejala awal berupa:
a) Batuk terutama pada malam atau dini hari
b)Sesak napas
c) Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya
d) Rasa berat di dada
e) Dahak sulit keluar.
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa.
Yang termasuk gejala yang berat adalah:
a) Serangan batuk yang hebat
b) Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
c) Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
d) Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
e) Kesadaran menurun.
F. Tindakan pencegahan
Semua serangan penyakit asma harus dicegah. Serangan penyakit asma
dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan
yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum
melakukan olah raga. Ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain1 :
1.
Menjaga kesehatan
2.
3.
4.
11
12
yang
dapat
menyebabkan
keter-lambatan
dalam
pengobatan/tindakan.
2. Penatalaksanaan Asma Kronik
Pasien asma kronik diupayakan untuk dapat memahami sistem
penanganan asma secara mandiri, sehingga dapat mengetahui kondisi kronik
dan variasi keadaan asma. Anti inflamasi merupakan pengobatan rutin yang
yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal
sebagai pengontrol, Bronkodilator merupakan pengobatan saat serangan
untuk mengatasi eksaserbasi/serangan, dikenal pelega.Untuk melaksanakan
tujuan tersebut, salah satu cara dapat dilakukan dengan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi yang meliputi:
1. Penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan
penanggulangan asma.
2. Meningkatkan pengetahuan, motivasi dan partisipasi pasien dalam
pengendalian asma.
3. Untuk merubah sikap dan perilaku pasien dalam pengendalian asma.
13
Gambar 4. Penatalaksanaan terapi asma sesuai dengan tingkat keparahan gejala (Ritter, M.J, 2008)
14
ada
juga
dalam
bentuk
supositoria
yang
cara
15
saluran
udara
oleh
reseptor
beta-adrenergik.
16
dari
sel
mast
dan
menyebabkan
berkurangnya
17
hebat
dan
tidak
menunjukkan
perbaikan
terhadap
18
yang
memberikan
beberapa
keuntungan
akupuntur
yang
menyalurkan
energi
untuk
19
sendiri/asma mandiri)
Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan
mengontrol asma
Ceramah
Latihan/training
Diskusi
Film/video presentasi
dll
20
21
Memutuskan
apa
yang
akan
dilakukan
jika
dibutuhkan
Penghentian merokok
Menghindari kegemukan
Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan
taruhlah kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil
menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.
I. Swamedikasi
Terapi dengan Obat Sintetik
1. Ventolin inhaler salbutamol
22
Nama Pabrik
Kandungan zat aktif
Indikasi
Kontra Indikasi
Dosis
Bentuk sediaan
Kategori
2. Bronsolvan
Nama Pabrik
Kandungan zat aktif
Indikasi
Kontra indikasi
Dosis
Bentuk sediaan
Kategori obat
3. Neo Napacin
: Kalbe Farma
: Teofilin 150 mg per tablet atau
150 mg tiap ml sirup
: Meringankan dan mengatas asma bronkial
: Hipersensitif, penderita tukak lambung
: Dewasa sehari 3 kali 1 tablet atau 1 sdm;
anak 6-12th 3 x - 1 tablet atau - 1 sdm;
anak 1-6th 3 kali 1 sdt
: Tablet sirup
: Obat keras (OWA)
23
Nama Pabrik
Kandungan zat aktif
Indikasi
Kontra indikasi
: Konimex
: Teofilin 130mg, efedrin 25mg
: Asma, sesak nafas
: Penderita hipertensi, jantung dan diabetes
Jangan
diberikan
pemberian
yang
jam
setelah
mengandung
Epedrine
12
dan
Teophyllin
Penderita
dan
Hipersensitif
Bentuk sediaan
Kategori obat
4. OXYCAN
petunjuk dokter.
: Tablet
: Obat bebas terbatas
Nama Pabrik
: Samator gas
Indikasi
Perhatian: Jauhkan dari api dan panas sinar matahari jauhkan dari
jangkauan anak-anak, jangan melubangi
kaleng, jangan menyemprot langsung ke api
atau pemakaian dan jauhkan dari oli atau
24
minyak
untuk
menghindari
bahaya
meledak.
Cara Penggunaan
masker,
tutup
hidung
dengan
Herbal
1. URANG-ARING (Eclipta prostrata L.)
a. Famili
Asteraceae (compositae)
b. Nama Daerah
Daun sipat (Sumatra), keremak janten (Melayu),
goman, orang-aring (Jawa), telenteyan (Madura), daun tinta (Banda).
c. Nama Simplisia
Acliptae Herba (herba urang-aring)
d. Kandungan Kimia
Isoflavonoid, phytosterol dan triterpenoid saponin seperti nicotine,
ecliptine, -terthienyl, -terthienylmethanol, formyl- terthienyl, 2(Buta-1,3-diynyl)-5-(but-3-en-1-ynyl) thiophene, 5-(3-buten-1-ynyl)-2,2bithienyl-5-methyl acetate,skopeletina, wedelolactone dan tanin.
e. Bagian yang digunakan
Seluruh tanaman di atas tanah lalu dikeringkan untuk direbus, seduh
(infus), di buat minyak, bubuk dan tincture.
f. Indikasi
Menghentikan pendarahan pada muntah darah (hematemesis), batuk
darah (hemoptoe), mimisan (epistaksis), kencing darah (hematuria),
g. Cara Pembuatan
Diambil sekitar 55 gram daun urang-aring yang segar dilumatkan,
ditambah dengan sedikit air hangat, lalu diperas. Air perasannya
ditambahkan lagi air hangat lalu diminum. Digunakan 1 kali sehari.
h. Zat aktif yang berkhasiat : skopeletina yang berfungsi melebarkan
pembuluh bronkus
2. KENANGA (Cananga odorata(Lam.) Hook.f. & Thomson.)
a. Famili
Annonaceae
b. Nama Daerah
Kenanga (Indonesia), kenanga, wangsa (Jawa),
sandat kananga, sandat wangsa (Bali), selanga, kenaga (Aceh), lalingiran,
amok, wungurer, pum-pum, luit (Minahasa), sandat (Sasak), ngana-ngana
(Nias), kumbang (Buru), kenanga wangi (Ambon).
c. Nama Simplisia
Canangae odoratae Flos
d. Kandungan Kimia
Bunga kenanga mengandung saponin, flavonoida, polifenol dan minyak
atsiri.
e. Bagian yang Digunakan
Bunga
f. Indikasi
Bronkitis, kudis, malaria dan asma
g. Cara Pembuatan
1
Bahan: genggam bunga kenanga dan 12 sendok gula putih
26
c. Nama Simplisia
Datura albae Flos
Datura albae Folium
d. Kandungan Kimia
0,3-0,43% alkaloid, 85% skopolamin dan 15% hyoscyamine, hyoscine
dan atropin.
e. Bagian yang Digunakan
Daun dan bunga
f. Indikasi
Bunga
Asma, napas pendek, bronkitis kronik dan batuk
Rasa nyeri hebat pada kanker stadium lanjut
Nyeri lambung, rematik
Kejang atau epilepsi yang disebabkan rasa takut
Syok (turunnya tekanan darah sehingga penderita lemas) akibat
Daun
Sesak napas, batuk rejan, bronkitis
Sakit pinggang, rematik, memar
Ketombe
Lendir di tenggorokan
Cacingan
g. Zat aktif yang berkhasiat : hipociamin dan skopolamin
4. PETIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.)
a. Famili
Euphorbiaceae
b. Nama Daerah
Daun biji kacang (Melayu), gelang susu,
gendong anak (Jakarta),nanangkaan (Sunda), kukon-kukon, patikan
(Jawa), kak-sekakan (Madura), sosononga, lobi-lobi (Halmahera Utara),
isu ma ibi (Ternate).
c. Nama Simplisia
Herba Euphorbiae Hirtae
d. Kandungan Kimia
Patikan kebo mengandung beberapa unsur, diantaranya alkaloid, tanin,
damar, zat zamak, senyawa folifenol, flavonoid, asam organik palmitat
oleat, asam lanolat, terpenoid eufosterol, tarakseron, myricil alkohol,
27
Cara pembuat: jahe merah dicuci bersih, lalu diiris kecil. Rebus hingga
air rebusan tersisa 2 gelas, lalu saring.
Cara menggunakan: minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah
makan. Sekali minum 1 gelas.
6. KAYU MANIS (Cinnamomum burmani (Nees) BI)
a. Famili
Lauraceae
b. Nama Daerah
Holim, holim manis, modang siaksiak (Batak),
kanigar, kayu manis (Melayu), madang kulit manih
(Minang kabau), Huru mentek, kiamis (Sunda), kanyengar (Kangean),
Kesingar, kecingar, cingar (bali), onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puu
ndinga (Flores).
c. Nama Simplisia
Cinnamomum Cortex
d. Kandungan Kimia
Kayu manis mengandung minyak terbang (sinamilaldehida, eugenol,
felandren,terpen), pati, tannin, kalsium oksalat, lemak dan zat samak.
e. Bagian yang Digunakan
Kulit kayu
f. Indikasi
Batuk, sariawan, eksim, encok, darah tinggi, asma dan masuk angin (Sri
haryanto, 2006, 61).
g. Cara Pembuatan
Rebus 250 ml air dalam panci hingga mendidih. Angkat dan tuangkan ke
dalam gelas. Tambahkan sendok teh kayu manis bubuk ke dalam gelas
yang berisi air panas. Aduk hingga merata. Biarkan dingin selama 5
menit.
Tambahkan 1 sendok madu, aduk hingga merata. Segera minum
campuran tersebut sebelum mengendap. Minumlah ramuan herbal madu
dan kayu manis dua kali sehari.
h. Zat aktif yang berkhasiat : minyak terbang (sinamilaldehida, eugenol,
felandren,terpen).
7. DAUN RANDU (Ceiba pentandra L.)
a. Famili
Malvaceae
b. Nama Daerah
29
Sediaan Herbal
1. KAPSUL HERBAL ASMA
Tiap kapsul mengandung :
Srigunggu
Daun patikan kebo
Rimpang kunyit
Daun brotowali
Khasiat
:Membantu
meredakan
gejala
asma
dan
melonggarkan pernapasan.
Aturan pakai
Isi
: 3 2 per hari
: 80 kapsul
Khasiat
: Menurunkan
tekanan darah
tinggi, mengobati
rematik, mengobati
asma, masuk angin, menambah nafsu makan,
mengobati batuk dan sariawan.
31
Aturan pakai
Isi
: 3 2 per hari
: 80 kapsul
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa yunani
yang berarti sukar bernapas. Asma sebagai penyakit yang ditandai dengan
serangan berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan
dan frekuensi dari orang ke orang . Pada seorang individu dapat terjadi dari jam
ke jam dan hari ke hari . Serangan asma terjadi pada semua kelompok umur tetapi
sering dimulai pada masa kanak-kanak. Kondisi ini disebabkan peradangan
32
menghindarkan faktor
pencetus
dan
33
lain seperti tablet ataupun sirup, dan masuk dalam kategori bebas terbatas dan
merupakan obat wajib apotek.
Sedangkan pengobatan non farmakologi dapat berupa akupuntur, akupresur,
refleksologi, aromaterapi, meditasi dan yoga, edukasi maupun pengobatan dengan
menggunakan herbal. Pengobatan secara edukasi yaitu edukasi pasien dan
keluargayang menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asma, pengukuran
peak flow meter yang dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat,
pemberian oksigen, banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada
anak-anak, pengontrolan secara teratur dan pola hidup yamg sehat. Sedangkan
pengobatan dengan herbal dapat menggunakan urang-aring, kenanga, kecubung,
petikan kebo, jahe merah, kayu manis, daun randu dan daun tanjung dapat
digunakan secara seduhan maupun digunakan seperti rokok.
Sediaan herbal yang terdapat dipasaran yang dapat digunakan sebagai
pengobatan swamedikasi berupa KAPSUL HERBAL ASMA yang mengandung
srigunggu, daun patikan kebo, rimpang kunyitdan daun brotowali. Khasiatnya
membantu meredakan gejala asma dan melonggarkan pernapasan. KAPSUL
KAYU MANIS yang mengandung 100% ekstrak kayu manis dengan khasiat
menurunkan tekanan darah tinggi, mengobati rematik, mengobati asma, masuk
angin, menambah nafsu makan, mengobati batuk dan sariawan.
Namun pengobatan dengan cara swamedikasi maupun farmakologi
pemeriksaan ke dokter tetap dilakukan, apabilah terjadi gejalah yang berat
pengobat dengan herbal maupun pengobatan lain dapat dihentikan. Penyakit asma
dengan gejalah berat dapat mengakibatkan penyakit yang lebih parah apabilah
penangan tidak tepat.
34
BAB III
KESIMPULAN
Asma adalah suatu gangguan inflamasi kronis pada saluran nafas di
mana banyak sel dan elemen seluler yang berperan didalamnya. Penyakit asma
dapat diklasifikasikan yang terdiri dari: intermiten, persisten ringan, persisten
sedang dan persisten berat. Asma ditandai dengan serangan berulang dari sesak
napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari orang ke
35
orang. Pada seorang individu dapat terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari.
Kondisi ini disebabkan peradangan saluran udara di paru-paru dan mempengaruhi
sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mereka menjadi mudah
teriritasi. Dalam sebuah serangan , lapisan bagian membengkak menyebabkan
saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran udara masuk dan
keluar dari paru-paru.
Pengobatan farmakologi dapat menggunakan; sediaan inhlasi maupun
oksigen kaleng,obat-obat bebas terbatas dalam bentuk tablet maupun syrup yang
termasuk dalam kategori Obat Wajib Apotek. Sedangkan pengobatan non
farmakologi berupa akupuntur, akupresur, refleksologi, aromaterapi, meditasi,
yoga, edukasi maupun pengobatan dengan menggunakan herbal.
Pengobatan dengan herbal dapat menggunakan urang-aring, kenanga,
kecubung, petikan kebo, jahe merah, kayu manis, daun randu dan daun tanjung
dapat digunakan secara seduhan maupun digunakan seperti rokok.
Namun pengobatan dengan cara swamedikasi maupun farmakologi
pemeriksaan ke dokter tetap dilakukan, apabilah terjadi gejalah yang berat
pengobat dengan herbal maupun pengobatan lain dapat dihentikan. Penyakit asma
dengan gejalah berat dapat mengakibatkan penyakit yang lebih parah apabilah
penangan tidak tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha Setiawan dr, 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 4. Puspa
Swara, Jakarta.
Dalimartha Setiawan dr, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2. Trubus
Agriwidya, Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT
ASMA. Bakti Husada, Jakarta.
36
https://denikrisna.wordpress.com/tag/farmakologi/Farmakologi, Pharmaceutical
Stuffs/24 februari 2014.
http://ivan-atjeh.blogspot.com/2012/01/patofisiologi-dan-penatalaksanaan asma.
html
Fauzi, R. Kusuma, B. Muhammad Zaky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat.
Agro Media Pustaka, Jakarta.
Haryanto, S. Nugroho BA, 2006. Sehat dan bugar secara alami. Penebar Plus,
Depok.
Hardiati, S., 1986, Skrining Fitokimia Serta Efek Dari Daun Randu (Ceiba
pentandra, Gaertn.) dan Minyak Biji Calophyllum inophylum, L. Terhadap
Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta.
Herliana Ersi STP. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herhal. Fmedia,
Jakarta.
Iris Rengganis, 2008, Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11,
Nofember, Jakarta.
Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Nilawati S, Krisnatuti D, Mahendra B, Oei G D. 2008. Care Yourself, kolesterol .
Penebar Plus , Jakarta.
Permadi Adi S.Si, 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Perry LM, 1980. The Medical Plant of East and South East Asia, The MIT Press,
Cambridge.
Robbins, Cotran& Kumar. 1999.DasarPatologiPenyakit.PenerbitBukuKedokteran
EGC. Jakarta.
Ritter, MJ., Lewis, L.D., Mant, T.GK., Ferro, A. A Textbook of Pharmacology and
therapeutics 5th Ed.Hodder Arnold part of hachette livre .UK .2008.
37
Sudoyo,
A.W,dkk.
2006.Buku
Ajar
IlmuPenyakitDalam,
PERTANYAAN
1. Sirham
- Apa batasan-batasan pada pengobatan asma?
- Apakah pengobatan swamedikasi pada pasien asma sama? Karena obat
asma dibagi menjadi beberapa golongan.
Jawab : Secara umum, sebenarnya penyakit asma di bagi menjadi 2 kelas,
yaitu asma akut dan asma kronik. Untuk pengobatan swamedikasinya
sendiri, sebenarnya kalau untuk asma akut, yang di obati hanya gejala
38
awalnya saja yaitu sesak napas. Oksigen kaleng dapat di berikan bila
seseorang mengalami serangan asma akut, untuk penderita yang sudah
pernah ke dokter, biasanya mereka sudah mempunyai obat-obat asma berupa
inhalasi yang di gunakan bila terjadi serangan asma. Untuk pasien asma
kronik, mereka sudah di berikan obat-obat asma berupa tablet maupun
inhaler, yang bisa di dapatkan di apotek sebagai Obat Wajib Apotek (OWA).
2. Khairunnisa
- Faktor pemicu asma salah satunya adalah cuaca, apakah bisa di
-
swamedikasi?
Apa obat yang tepat yang dapat diberikan?
Jawab :
.
3. Rista Puspita
Salah satu tanda dan gejala asma adalah sianosis, yaitu kulit kebiruan,
mengapa bisa kebiruan?
Swamedikasi apa yang cocok untuk mengatasi efek tersebut?
Jawab :
- Sianaosis terjadi ketika konsentrasi /kadar hemoglobin yang tereduksi
lebih dari 5%. Normalnya, hemoglobin yang mengalir bersama darah
akan mengikat O2 sehingga hemoglobin akan teroksidasi. Jika dalam
aliran darah terdapat kandunga CO2 maka hemoglobin disamping
berikatan dengan O2 juga berikatan dengan CO2. Hali ini mengakibatkan
terjadi peningkatan kadar HB yang tereduksi oleh ikatan dengan CO2.
Hali ini yang mengakibatkan sianosis pada kuku, lidah, bibir maupun
-
membran mukosa.
Pengobatan dapat diberikan dengan penambahn oksigen dengan
39
Jawab : penyakit asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi dapat di cegah
dengan menghindari faktor pemicun atau pencetusnya.
40