Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Defenisi Asma
Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Hasil
penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (InternationalStudy on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995
melaporkan prevalensi asma sebesar 2,1%, sedangkan pada tahun 2003
meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa
kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak
SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7-6,4%, sedangkan pada anak SMP di
Jakarta Pusat sebesar 5,8%. Berdasarkan gambaran tersebut, terlihat bahwa
asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat
perhatian serius (Iris, 2008, 445).
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa
yunani yang berarti sukar bernapas. WHO medefiniskan Asma sebagai
penyakit yang ditandai dengan serangan berulang dari sesak napas dan mengi,
yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Pada
seorang individu dapat terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari . Serangan asma
terjadi pada semua kelompok umur tetapi sering dimulai pada masa kanakkanak. Kondisi ini disebabkan peradangan saluran udara di paru-paru dan
mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mereka
menjadi mudah teriritasi. Dalam sebuah serangan, lapisan bagian membengkak
menyebabkan saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran udara
masuk dan keluar dari paru-paru (Wells, 2009, 906).
The National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP)
mendefinisikan asma sebagai gangguan inflamasi kronis pada saluran nafas di
mana banyak sel dan elemen seluler berperan didalamnya. Pada individu yang
rentan, peradangan menyebabkan mengi berulang, sesak napas, dada sesak, dan
batuk. Hal ini biasanya berhubungan dengan obstruksi aliran nafas yang sering

reversibel baik secara spontan atau dengan pengobatan. Peradangan juga


menyebabkan peningkatan hiperresponsof bronkial pada berbagai rangsangan
(Wells, 2009, 906).
B. Patofisiologi
Ada beberapa stimuli yakni berupa rangsangan fisik (perubahan suhu,
dingin dan kabut), rangsangan kimiawi (polusi udara, gas-gas pembuangan,
sulfurdioksida, ozon, asap rokok), rangsangan fisik dan rangsangan psikis
(emosi dan stres). Pada sebagian pasien asma disamping HBR spesifik, juga
terdapat alergi. Dengan ini dimaksudkan bakat keturunan untuk membentuk
antibodi terhadap antigen (alergen) tertentu yang masuk ke dalam tubuh.
Antibodi ini dari tipe IgE (imunoglobulin type E) juga disebut reagin, mengikat
diri pada mastcell di saluran napas. Jika jumlah IgE sudah cukup besar, maka
pada waktu alergen yang tidak identik masuk lagi ke dalam tubuh, terjadilah
penggabungan antigen-antibody. Mastcells pecah (degranulasi) dan segerah
melepaskan mediatornya yaitu histamin akibatnya ada bronkokontriksi
(bronchopasme) dengan pengembangan mukosa (udema) dan hipersekresi
dahak/mucus, yang merupakan gejala khas serangan asma (Tan Hoan, dkk,
2007, 837-638).
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain
alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma
dapat terjadimelalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom (Iris, 2008,
445).

Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau
pencetus inflamasi saluran napas pada pasien asma. Inflamasi terdapat pada
berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif (hipereaktifitas)
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam dan/atau dini
hari. Episodik tersebut berkaitan dengan sumbatan saluran napas yang luas,

bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobat


(Depkes RI, 2007, 4).

Gambar 1. Mekanisme Asma(Sumber : Depkes RI, 2007, 10).

Jalur imunologi
Jalur ini didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas
tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat. Reaksi alergi
timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi.
Padaasma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast
yang banyak pada di sel-sel epitel serta mukosa dan mediator vasoaktif
yang kuat di interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi,
antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan
antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator
yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil
dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding
bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan
spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran
napas.

Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu
10-15 menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi
merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang
bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi
setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16- 24 jam, bahkan
kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil,
sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci
dalam patogenesis asma.

Gambar 2. Reaksi antigen antibodi pada penyakit asma (Sumber :


http://Farmakologi, Pharmaceutical Stuffs)

Jalur syaraf otonom


Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast

intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran
napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan
napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa,
sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh
mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa
melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap,
kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf.
Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa menyebabkan dilepasnya
neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related

Peptide

(CGRP).

Neuropeptida

itulah

yang

menyebabkan

terjadinya

bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan


aktivasi sel-sel inflamasi (Iris, 2008, 445-446)

Gambar 3. Proses terjadinya asma


(sumber : http://ivan- patofisiologi-dan-penatalaksanaan)

C. Klasifikasi Asma
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan
pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit
penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang,
semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Berat penyakit asma
diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis sebelum pengobatan dimulai.
Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan dan pengobatan yang
telah berlangsung seringkali tidak kuat. Dipahami pengobatan akan mengubah
gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada
penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu
sendiri.
Tabel dibawah ini menunjukkan bagaimana melakukan penilaian berat
asma pada penderita yang sudah dalam pengobatan. Bila pengobatan yang
sedang dijalani sesuai dengan gambaran klinis yang ada, maka derajat berat
asma naik satu tingkat. Contoh seorang penderita dalam pengobatan asma
persisten sedang dan gambaran klinis sesuai asma persisten sedang, maka

sebenarnya berat asma penderita tersebut adalah asma persisten berat.


Demikian pula dengan asma persisten ringan. Akan tetapi berbeda dengan
asma persisten berat dan asma intemiten (lihat tabel). Penderita yang gambaran
klinis menunjukkan asma persisten berat maka jenis pengobatan apapun yang
sedang dijalani tidak mempengaruhi penilaian berat asma, dengan kata lain
penderita tersebut tetap asma persisten berat. Demikian pula penderita dengan
gambaran klinis asma intermiten yang mendapat pengobatan sesuai dengan
asma intermiten, maka derajat asma adalah intermiten (Depkes RI, 2007, 8-9).
Derajatas

Gejala

ma

FungsiP

I.

Siang hari<2 kali per minggu

aru
Variabili

Intermiten

Malamhari<2 kali per bulan

tas APE

SerangansingkatTidakadagejalaantarseranganIntensit

< 20%

asseranganbervariasi.

VEP1
>80%
nilaipred
iksi
APE
>80%
nilaiterb

Siang hari> 2 kali per minggu, tetapi< 1 kali per hari

aik.
Variabili

Persiste

Malamhari> 2 kali per

tas APE

nRinga

bulanSerangandapatmempengaruhiaktifitas.

20 -

II.

30%
VEP1
>80%
nilaipred
iksi
APE
>80%

nilaiterb
aik.
III.

Siang hariadagejalaMalamhari> 1 kali per

Variabili

Persiste

mingguSeranganmempengaruhiaktifitasSerangan>2

tas APE

nSedan

kali per minggu

> 30%

Seranganberlangsungberhari-hariSehari-

VEP1

harimenggunakaninhalasi 2-agonis short acting.

60-80%
nilaipred
iksi
APE 6080%
nilaiterb

Siang hariterusmenerusadagejala.

aik.
Variabili

Persist

Setiapmalamhariseringtimbulgejala.

tas APE

enBera

Aktifitasfisikterbatas. Seringtimbulserangan

> 30%

IV.

VEP1
<60%
nilaipred
iksi
APE
<60%
nilaiterb
aik

KETERANGAN:
APE = arus puncak ekspirasi
FEV1 = volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
D. Faktor Resiko

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu


(host) dan faktor lingkungan.
1) Faktor pejamu tersebut adalah:
a. Predisposisi genetik asma
b. Alergi
c. Hipereaktifitas bronkus
d. Jenis kelamin
e. Ras/etnik
2) Faktor lingkungan dibagi 2, yaitu :
a. Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan /predisposisi
asma untuk berkembang menjadi asma , yaitu:
alergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti mite domestik,
alergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga
sensitisasi (bahan) lingkungan kerja
asap rokok
polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
infeksi pernapasan (virus)
diet
status sosioekonomi
besarnya keluarga
obesitas
b. Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan/atau menyebabkan
gejala asma menetap.
alergen di dalam maupun di luar ruangan
polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
infeksi pernapasan
olah raga dan hiperventilasi
perubahan cuaca
makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna makanan)
obat-obatan, seperti asetil salisilat
ekspresi emosi yang berlebihan

asap rokok
iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang
E. Gejala Asma
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau tanpa
pengobatan. Gejala awal berupa:
a) Batuk terutama pada malam atau dini hari
b)Sesak napas
c) Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya
d) Rasa berat di dada
e) Dahak sulit keluar.
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa.
Yang termasuk gejala yang berat adalah:
a) Serangan batuk yang hebat
b) Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
c) Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
d) Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
e) Kesadaran menurun.
F. Tindakan pencegahan
Semua serangan penyakit asma harus dicegah. Serangan penyakit asma
dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan
yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum
melakukan olah raga. Ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain1 :
1.

Menjaga kesehatan

2.

Menjaga kebersihan lingkungan

3.

Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma

4.

Menggunakan obat-obat antipenyakit asma


Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan.
Tetapi bila gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat asma untuk

menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas dari


gejala penyakit asma.
1. Tindakan Umum
Tujuan utama adalah mencegah reaksi antigen-antibodi serta serangan
asma dan menurunkan HRB dengan jalan menghilangkan faktor pemicu.
Asma menekan dan memperlambat pertumbuhan, maka penangannya pada
anak-anak juga dimaksudkan agar anak tumbuh normal. Tindakan yang
dapat diambil menjauhkan sebanyak mungkin faktor pemicu serangan
asma. Begitu pula dengan obat-obat profilaksis kromoglikat dan
nedokromil, antihistaminika serta kortikosteroid (Tan Hoan, dkk, 2007,
639-640).
2. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak
saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat
serangan penyakit asma beserta komplikasinya.
Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan
yangbernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan
olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila
dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung
atau ginjal yang berat.
Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran
pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila
penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar
dikeluarkan.
Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan
cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan,
kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas
akibat bernapas cepat dan dalam.
3. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat
penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan
cahaya matahari.
10

Saluranpembuangan air haruslancar. Kamar tidur merupakan tempat


yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit
mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah, Hewan
peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan
lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu
mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara
lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
4. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau
debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen
lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga
perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus
dapat menimbulkan penyakit asma.
Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma.
Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang
terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai
atau penuh sesak.
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu
udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga
yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan
terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit
asma.
Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil,
uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus
dihindari.
Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk
pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik
(aspirindan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet
makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
5. Fisioterapi
Menepuk-nepuk bagian dada guna mempermudah pengeluaran dahak dan
juga latihan pernapasan serta relaksasi. Usaha ini terutama berguna bagi
anak-anak.
6. Hiposensibilisasi

11

Dilakukan bila kontak dengan alergen tidak dapat dihindarkan, seperti


pollen dan sisik/bulu binatang. Guna mengurangi hipersensitasi terhadap
alergan tersebut, pasien diberi sejumlah injeksi dengan ekstra alergen
dalam kadar yang tinggi. Imunoglobulin yang terbentuk akan mengikat
alergen baru, sehingga reaksi antara alergen dan IgE tidak terjadi. Terapi
ini paling efektif pada alergi terhadap pollen rumput-rumputan.
7. Prevensi infeksi viral
Misalnya dengan jalan vaksinasi (influenza) atau menggunakan obat-obat
yang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, seperti tingtur echinacea.
8. Prevensi infeksi bakteril
Dapat dilakukan pada pasien asma tetapi tidak berguna terhadap infeksi
virus.
9. Prevensi prenatal
Ibu yang sedang mengandung perlu menghindari zat-zat pemicu alergi,
makanan tertentu dan asap rokok yang dapat mempengaruhi janin.
Pemberian ASI pada bayi menurunkan resiko terhadap asma dan ekzem,
terutma pada anak-anak dari keluarga yang memiliki riwayat alergi (Tan
Hoan, dkk, 2007, 640).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma, agar kualitas hidup
meningkat
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mempertahankan aktivitas normal termasuk latihan jasmani dan aktivitas
lainnya
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara ireversibel
7. Meminimalkan kunjngan ke gawat darurat Komunikasi yang baik dan
terbuka antara dokter dan pasien adalah hal yang penting sebagai dasar
penatalaksanaan.
Diharapkan agar dokter selalu bersedia mendengarkan keluhan pasien, itu
merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Komponen yang dapat diterapkan

12

dalam penatalaksanaan asma, yaitu mengembangkan hubungan dokter pasien,


identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko, penilaian,
pengobatan dan monitor asma serta penatalaksanaan asma eksaserbasi akut.
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi 2
golongan yaitu:
1. Penatalaksanaan Asma Akut
Serangan akut adalah keadaan darurat dan membutuhkan bantuan medis
segera, Penanganan harus cepat dan sebaiknya dilakukan di rumah
sakit/gawat darurat. Kemampuan pasien untuk mendeteksi dini perburukan
asmanya adalah penting, agar pasien dapat mengobati dirinya sendiri saat
serangan di rumah sebelum ke dokter. Dilakukan penilaian berat serangan
berdasarkan riwayat serangan, gejala, pemeriksaan fisis dan bila
memungkinkan pemeriksaan faal paru, agar dapat diberikan pengobatan
yang tepat. Pada prinsipnya tidak diperkenankan pemeriksaan faal paru dan
laboratorium

yang

dapat

menyebabkan

keter-lambatan

dalam

pengobatan/tindakan.
2. Penatalaksanaan Asma Kronik
Pasien asma kronik diupayakan untuk dapat memahami sistem
penanganan asma secara mandiri, sehingga dapat mengetahui kondisi kronik
dan variasi keadaan asma. Anti inflamasi merupakan pengobatan rutin yang
yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal
sebagai pengontrol, Bronkodilator merupakan pengobatan saat serangan
untuk mengatasi eksaserbasi/serangan, dikenal pelega.Untuk melaksanakan
tujuan tersebut, salah satu cara dapat dilakukan dengan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi yang meliputi:
1. Penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan
penanggulangan asma.
2. Meningkatkan pengetahuan, motivasi dan partisipasi pasien dalam
pengendalian asma.
3. Untuk merubah sikap dan perilaku pasien dalam pengendalian asma.

13

4. Meningkatkan kemandirian pasien dalam ketrampilan penggunaan


obat/alat inhalasi (Iris, 2008, 50-451).
Adapun penatalaksanaan terapi asma berdasarkan kelas berat gejala asmanya
dapat dilihat pada gambar dibawah :

Gambar 4. Penatalaksanaan terapi asma sesuai dengan tingkat keparahan gejala (Ritter, M.J, 2008)

14

H. Penatalaksanaan Terapi Asma


Terapi Farmakologi Asma
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered
dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator
(Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah
menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya
dihirup.
b. Xantin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi
cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan
efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini.
Teofilin

ada

juga

dalam

bentuk

supositoria

yang

cara

pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika

15

penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya


muntah atau lambungnya kering).
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah
serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama
anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma
yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat
ini adalah dapat diberika secara oral.
Secara mekanisme kerjanya, penggolongan obat asma dapat terbagi
menjadi :
1. Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan penyakit
asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang
mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang
pelebaran

saluran

udara

oleh

reseptor

beta-adrenergik.

Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-2 adrenergik


(misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut
jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot.
Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta-2
adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru),
hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya.
Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit
efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada
semua reseptor beta-2 adrenergik.
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat
efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam

16

jangka panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan


berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma
dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah
rangsangan.
Tetapi penggunaan tablet atau suntikan kortikosteroid jangka
panjang bisa menyebabkan:
a. Gangguan proses penyembuhan luka
b. Terhambatnya pertumbuhan anak-anak
c. Hilangnya kalsium dari tulang
d. Perdarahan lambung
e. Peningkatan kadar gula darah
f. Penambahan berat badan
g. Kelainan mental
Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2
minggu untuk mengurangi serangan penyakit asma yang berat.
Kortikosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang
hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala
penyakit asma.
Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler
kortikosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru
50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh
lainnya.
3.

Cromolin dan Nedocromil


Kedua obat tersebut diduga menghalangi pelepasan bahan
peradangan

dari

sel

mast

dan

menyebabkan

berkurangnya

kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk


mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan.
Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk penyakit
asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan
harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
4. Obat Antikolinergik

17

Obat ini bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan


pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh
asetilkolin.Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran
saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi
agonis reseptor beta 2-adrenergik. Contoh obat ini yaitu atropin dan
ipratropium bromida.
5. Pengubah Leukotrien
a. Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan penyakit
asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan
kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejalagejala penyakit asma). Contohnya montelucas, zafirlucas dan
zileuton (Sudoyo, dkk. 2006.), (Robbins, dkk. 1999).
Pengobatan Untuk Serangan Penyakit Asma Akut.
Suatu serangan penyakit asma harus mendapatkan pengobatan
sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang
digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati penyakit
asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang
berbeda.
Agonis reseptor beta-2 adrenergik digunakan dalam bentuk
inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang
sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah
tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut
untuk dihirup oleh penderita.
Pengobatan penyakit asma juga bisa dilakukan dengan
memberikan suntikan epinefrin atau terbutalin di bawah kulit dan
aminofilin melalui infus intravena. Penderita yang mengalami
serangan

hebat

dan

tidak

menunjukkan

perbaikan

terhadap

pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan kortikosteroid,


biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).
Pada serangan penyakit asma yang berat biasanya kadar
oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika

18

terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika


diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Selama suatu serangan
penyakit asma yang berat, dilakukan:
b. Pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
c. Pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau
peak flow meter)
d. Pemeriksaan ronggan dada (Sudoyo, dkk. 2006.), (Robbins, dkk.
1999).
Pengobatan Penyakit Asma Jangka Panjang
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergik dan
kortikosteroid

yang

memberikan

beberapa

keuntungan

dibandingkan pengobatan oral. Salah satu pengobatan penyakit


asma yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis
reseptor beta-2 adrenergik. Efek yang lebih cepat, dosis jauh lebih
renda dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek
samping lebih ringan. Dalam sediaan inhalasi, obat dihisap sebagai
aerosol atau sebagai serbuk halus. Inheler digunakan 3-4 kali sehari
2 semprotan, sebaiknya pada saat tertentu seperti sebelum atau
sesudah mengeluarkan tenaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat
yang merangsang asma dan saat sesak ditengah malam atau pagi
hari. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan
terjadinya gangguan irama jantung.
Jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari
selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan
inhaler kortikosteroid, cromolin atau pengubah leukotrien. Jika
gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa
ditambahkan teofilin per-oral (Robbins, dkk, 1999 ).

Terapi Non Farmakologi Asma


1. Akupuntur dapat digunakan untuk pengobatan asma dengan mengetahui
titik-titik

akupuntur

yang

menyalurkan

energi

untuk

memperbaikiketidakseimbangan pada tubuh. Di negera barat, ada

19

sebagian praktisi akupuntur memadukan konsep pemikiran tersebut


berdasarkan hubungan fisiologi serta anatomi saraf-saraf perifer tubuh.
Konsep yang sering digunakan adalah mencari trigger points, yaitu
titik-titik tertentu di dalam tubuh yang meningkatkan sensitivitas dalam
suatu otot tertentu. Saat ini WHO atau badan kesehatan dunia telah
mengakui penggunaan terapi akupuntur untuk mengobati penyakit .
Penyakit yang dapat diatasi seperti ketergantungan obat, nyeri kepala,
nyeri menstruasi, nyeri otot, fibromialgia dan asma ( Sri nilawati, dkk,
2008,125), akupresur, refleksologi, aromaterapi, meditasi dan yoga
(Vita Health, 2005, 125).
2. Edukasi pasien
Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam
penatalaksanaan asma.
Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk :

Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum

dan pola penyakit asma sendiri)


Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma

sendiri/asma mandiri)
Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan
mengontrol asma

Bentuk pemberian edukasi

Komunikasi/nasehat saat berobat

Ceramah

Latihan/training

Diskusi

Tukar menukar informasi (sharing of information group)

Film/video presentasi

Leaflet, brosur, buku bacaan

dll

20

Komunikasi yang baik adalah kunci kepatuhan pasien, upaya


meningkatkan kepatuhan pasien dilakukan dengan :
1. Edukasi dan mendapatkan persetujuan pasien untuk setiap
tindakan/penanganan yang akan dilakukan. Jelaskan sepenuhnya
kegiatan tersebut dan manfaat yang dapat dirasakan pasien
2. Tindak lanjut (follow-up). Setiap kunjungan, menilai ulang
penanganan yang diberikan dan bagaimana pasien melakukannya.
Bila mungkin kaitkan dengan perbaikan yang dialami pasien (gejala
dan faal paru).
3. Menetapkan rencana pengobatan bersama-sama dengan pasien.
4. Membantu pasien/keluarga dalam menggunakan obat asma.
5. Identifikasi dan atasi hambatan yang terjadi atau yang dirasakan
pasien, sehingga pasien merasakan manfaat penatalaksanaan asma
secara konkret.
6. Menanyakan kembali tentang rencana penganan yang disetujui
bersama dan yang akan dilakukan, pada setiap kunjungan.
7. Mengajak keterlibatan keluarga.
Pertimbangkan pengaruh agama, kepercayaan, budaya dan status
sosial ekonomi yang dapat berefek terhadap penanganan asma
3. Pengukuran peak flow meter
Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat.
Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini
dianjurkan pada :

Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter


dan oleh pasien di rumah.

Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter.

Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma


persisten usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien setelah
perawatan di rumah sakit, pasien yang sulit/tidak mengenal

21

perburukan melalui gejala padahal berisiko tinggi untuk mendapat


serangan yang mengancam jiwa.
Pada asma mandiri pengukuran APE dapat digunakan untuk membantu
pengobatan seperti :

Mengetahui apa yang membuat asma memburuk

Memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan


berjalan baik

Memutuskan

apa

yang

akan

dilakukan

jika

dibutuhkan

penambahan atau penghentian obat


Memutuskan kapan pasien meminta bantuan medis/dokter/IGD
4. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
5. Pemberian oksigen
6. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak
7. Kontrol secara teratur
8. Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan :

Penghentian merokok

Menghindari kegemukan

Kegiatan fisik misalnya senam asma (Depkes, 2007, 16-19).

Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian


tengah sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.

Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan
taruhlah kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil
menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.

Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan


latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis serta stirahat
yang cukup.

I. Swamedikasi
Terapi dengan Obat Sintetik
1. Ventolin inhaler salbutamol

22

Nama Pabrik
Kandungan zat aktif

: Glaxo Smith Kline


: Salbutamol sulfat 100 mcg tiap 1 kali
semprot

Indikasi

: untuk pengobatan serangan asma akut

Kontra Indikasi

: pada penderita hipersensitif atau pasien


yang alergi terhadap komponen obat

Dosis

: Dewasa; bronkospasme akut dan


penanganan intermitten pada asma: 1-2 kali
semprot sebagai dosis tunggal, anak-anak;
bronkospasme akut, penanganan saat asma
atau sebelum olahraga: 1 kali semprot.

Bentuk sediaan
Kategori
2. Bronsolvan

Nama Pabrik
Kandungan zat aktif
Indikasi
Kontra indikasi
Dosis
Bentuk sediaan
Kategori obat
3. Neo Napacin

: inhaler 100mcg/ 1 kali semprot


: Obat Keras (Obat wajib apotek)

: Kalbe Farma
: Teofilin 150 mg per tablet atau
150 mg tiap ml sirup
: Meringankan dan mengatas asma bronkial
: Hipersensitif, penderita tukak lambung
: Dewasa sehari 3 kali 1 tablet atau 1 sdm;
anak 6-12th 3 x - 1 tablet atau - 1 sdm;
anak 1-6th 3 kali 1 sdt
: Tablet sirup
: Obat keras (OWA)

23

Nama Pabrik
Kandungan zat aktif
Indikasi
Kontra indikasi

: Konimex
: Teofilin 130mg, efedrin 25mg
: Asma, sesak nafas
: Penderita hipertensi, jantung dan diabetes
Jangan

diberikan

pemberian
yang

jam

setelah

secara rektal preparat lain

mengandung

Epedrine

12

dan

Teophyllin

Penderita

dan

Hipersensitif

terhadap obat ini.


Dosis

: 3 x sehari 1 tablet untuk orang dewasa


tablet untuk anak-anak atau menurut

Bentuk sediaan
Kategori obat
4. OXYCAN

petunjuk dokter.
: Tablet
: Obat bebas terbatas

Nama Pabrik

: Samator gas

Kandungan Zat Aktif

: 95% oksigen murni (pure oxygen)

Indikasi

: Meringankan sesak napas

Perhatian: Jauhkan dari api dan panas sinar matahari jauhkan dari
jangkauan anak-anak, jangan melubangi
kaleng, jangan menyemprot langsung ke api
atau pemakaian dan jauhkan dari oli atau

24

minyak

untuk

menghindari

bahaya

meledak.
Cara Penggunaan

: Buka tutup kecil bagian atas kaleng,


lepaskan penutup dan letakkan pada kaleng
sebagai

masker,

tutup

hidung

dengan

masker, lalu tekan kepala kaleng dan hirup


dalam-dalam selama 2 detik dan ulangi 5-10
kali atau sesuai kebutuhan.
Kemasan

: Kaleng oksigen 500 cc.

Herbal
1. URANG-ARING (Eclipta prostrata L.)
a. Famili
Asteraceae (compositae)
b. Nama Daerah
Daun sipat (Sumatra), keremak janten (Melayu),
goman, orang-aring (Jawa), telenteyan (Madura), daun tinta (Banda).
c. Nama Simplisia
Acliptae Herba (herba urang-aring)
d. Kandungan Kimia
Isoflavonoid, phytosterol dan triterpenoid saponin seperti nicotine,
ecliptine, -terthienyl, -terthienylmethanol, formyl- terthienyl, 2(Buta-1,3-diynyl)-5-(but-3-en-1-ynyl) thiophene, 5-(3-buten-1-ynyl)-2,2bithienyl-5-methyl acetate,skopeletina, wedelolactone dan tanin.
e. Bagian yang digunakan
Seluruh tanaman di atas tanah lalu dikeringkan untuk direbus, seduh
(infus), di buat minyak, bubuk dan tincture.
f. Indikasi
Menghentikan pendarahan pada muntah darah (hematemesis), batuk
darah (hemoptoe), mimisan (epistaksis), kencing darah (hematuria),

pendarahan rahim (uterine bleeding),


Hepatitis akut dan kronik dan sirosis,
Diare,
Anak yang kurang gizi (infantile malnutrition),
Keputihan (lekore),
Sesak napas (asma) dan bronkitis
(setiawan, 2006, 108-109)
25

g. Cara Pembuatan
Diambil sekitar 55 gram daun urang-aring yang segar dilumatkan,
ditambah dengan sedikit air hangat, lalu diperas. Air perasannya
ditambahkan lagi air hangat lalu diminum. Digunakan 1 kali sehari.
h. Zat aktif yang berkhasiat : skopeletina yang berfungsi melebarkan
pembuluh bronkus
2. KENANGA (Cananga odorata(Lam.) Hook.f. & Thomson.)
a. Famili
Annonaceae
b. Nama Daerah
Kenanga (Indonesia), kenanga, wangsa (Jawa),
sandat kananga, sandat wangsa (Bali), selanga, kenaga (Aceh), lalingiran,
amok, wungurer, pum-pum, luit (Minahasa), sandat (Sasak), ngana-ngana
(Nias), kumbang (Buru), kenanga wangi (Ambon).
c. Nama Simplisia
Canangae odoratae Flos
d. Kandungan Kimia
Bunga kenanga mengandung saponin, flavonoida, polifenol dan minyak
atsiri.
e. Bagian yang Digunakan
Bunga
f. Indikasi
Bronkitis, kudis, malaria dan asma
g. Cara Pembuatan
1
Bahan: genggam bunga kenanga dan 12 sendok gula putih

Cara pembuatan: direbus dengan 1 gelas air sampai mendidih hingga


tinggal gelas
Cara menggunakan: disaring dan diminum; dilakukan secara rutin pagisore (Thomas, 1992, 70-71).
h. Zat aktif yang berkhasiat : minyak atsiri.
3. KECUBUNG (Datura metel L.)
a. Famili
Solanaceae
b. Nama Daerah
toru mabo (Nias), kecubung, kecubu (Melayu),
kacubueng (Minangkabau), kucubung (Sunda), kacubung (Jawa),
kacobhung, cobhung (Madura), kecubung, kucubu (Manado), bulutuhe
(Gorongtalo), kacubong (Makassar), tampong-tampong (Bugis).

26

c. Nama Simplisia
Datura albae Flos
Datura albae Folium
d. Kandungan Kimia
0,3-0,43% alkaloid, 85% skopolamin dan 15% hyoscyamine, hyoscine
dan atropin.
e. Bagian yang Digunakan
Daun dan bunga
f. Indikasi
Bunga
Asma, napas pendek, bronkitis kronik dan batuk
Rasa nyeri hebat pada kanker stadium lanjut
Nyeri lambung, rematik
Kejang atau epilepsi yang disebabkan rasa takut
Syok (turunnya tekanan darah sehingga penderita lemas) akibat

infeksi atau racun dan


Obat bius pada oprasi

Daun
Sesak napas, batuk rejan, bronkitis
Sakit pinggang, rematik, memar
Ketombe
Lendir di tenggorokan
Cacingan
g. Zat aktif yang berkhasiat : hipociamin dan skopolamin
4. PETIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.)
a. Famili
Euphorbiaceae
b. Nama Daerah
Daun biji kacang (Melayu), gelang susu,
gendong anak (Jakarta),nanangkaan (Sunda), kukon-kukon, patikan
(Jawa), kak-sekakan (Madura), sosononga, lobi-lobi (Halmahera Utara),
isu ma ibi (Ternate).
c. Nama Simplisia
Herba Euphorbiae Hirtae
d. Kandungan Kimia
Patikan kebo mengandung beberapa unsur, diantaranya alkaloid, tanin,
damar, zat zamak, senyawa folifenol, flavonoid, asam organik palmitat
oleat, asam lanolat, terpenoid eufosterol, tarakseron, myricil alkohol,

27

taraxerol, friedlin, betasitosterol, beta eufol, euforbol, triterpenoid eufol,


tirukalol, eufosterol, hentriacontane, dan pada bunga terdapat alagic acid
(Fauzi, R, 2005).
e. Bagian yang Digunakan
Daun
f. Indikasi
Disentri, melancarkan kencing, bronkhitis kronis, asma, radang ginjal,
eksim, radang tenggorokan, radang kelenjar susu dan pembengkakan
pada payudara.
g. Cara Pembuatan
Rebus 1 genggam daun petikan kebo kering dengan 2-3 gelas air hingga
mendidih. Setelah dingin, saring dan minum airnya 2 kali sehari masingmasing gelas setiap pagi dan sore (Adi, 2006, 86-88).
h. Zat aktif yang berkhasiat : alkaloid, tanin, damar dan zat zamak
5. JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn)
a. Famili
Zingiberaceae
b. Nama Daerah
Halia barah, halia udang (Aceh),
jahe sunti (Jawa).
c. Nama Simplisia
Zingiberis Rhizoma
d. Kandungan Kimia
Jahe merah mengandung minyak atsiri, oleoresin dan pati. Selain itu,
rimpang jahe merah juga mengandung gingerol, 1,8-cineole, 10dehydrogimgerdione, 6-gingerdione, arginine, zingeron, alpha-linolenic
acid, aspartic, beta-sitosterol, caprylic acid, capsaicin, chlorogenis acid,
farnesal dan unsur pati.
e. Bagian yang Digunakan
Rimpang
f. Indikasi
Masuk angin, obat pencahar, sakit encok, pencernaan yang kurang baik,
radang, asma, nyeri otot, anemia, demam, merangsang aktivitas saraf
pusat, merangsang keluarnya ASI, memperbaiki kekebalan tubuh dan
mengatasi rasa nyeri (Ersi, 2013, 48-49).
g. Zat aktif yang berkhasiat : senyawa keton disebut zingeron.
h. Cara Pembuatan
Bahan: Jahe merah segar 20 gram, madu secukupnya dan 4 gelas air.
28

Cara pembuat: jahe merah dicuci bersih, lalu diiris kecil. Rebus hingga
air rebusan tersisa 2 gelas, lalu saring.
Cara menggunakan: minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah
makan. Sekali minum 1 gelas.
6. KAYU MANIS (Cinnamomum burmani (Nees) BI)
a. Famili
Lauraceae
b. Nama Daerah
Holim, holim manis, modang siaksiak (Batak),
kanigar, kayu manis (Melayu), madang kulit manih
(Minang kabau), Huru mentek, kiamis (Sunda), kanyengar (Kangean),
Kesingar, kecingar, cingar (bali), onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puu
ndinga (Flores).
c. Nama Simplisia
Cinnamomum Cortex
d. Kandungan Kimia
Kayu manis mengandung minyak terbang (sinamilaldehida, eugenol,
felandren,terpen), pati, tannin, kalsium oksalat, lemak dan zat samak.
e. Bagian yang Digunakan
Kulit kayu
f. Indikasi
Batuk, sariawan, eksim, encok, darah tinggi, asma dan masuk angin (Sri
haryanto, 2006, 61).
g. Cara Pembuatan
Rebus 250 ml air dalam panci hingga mendidih. Angkat dan tuangkan ke
dalam gelas. Tambahkan sendok teh kayu manis bubuk ke dalam gelas
yang berisi air panas. Aduk hingga merata. Biarkan dingin selama 5
menit.
Tambahkan 1 sendok madu, aduk hingga merata. Segera minum
campuran tersebut sebelum mengendap. Minumlah ramuan herbal madu
dan kayu manis dua kali sehari.
h. Zat aktif yang berkhasiat : minyak terbang (sinamilaldehida, eugenol,
felandren,terpen).
7. DAUN RANDU (Ceiba pentandra L.)
a. Famili
Malvaceae
b. Nama Daerah

29

Kau-kau (Bugis), panju, penjoi (Aceh), kabu-kabu,


ponji (Batak), kapeh panji, kapuek, panji
(Minangkabau), randu (Sunda, Jawa), kapo (Madura), kamba hika,
kamba watu (Sumba), bola (Flores), duyungo (Gorontalo), toh, dengen
(Timor), kabus (Tanimbar), kapu, kapu huwe, ka'apu, ka'apu huwin,
kapuro (Seram), angirop, manggum, yarangar (Papua), kailupa
(Halmahera), Id (Ternate, Tidore).
c. Nama Simplisia
Ceiba Folium
d. Kandungan Kimia
Pada daun terkandung gula pereduksi, saponin, poliuronoid, polifenol,
tanin, plobatanin (Asare & Oseni,2012:44), damar yang pahit, hidrat
arang (Hardiati, 1986), dan flavonoid (Marchaban et al.,1997). Daun
mudanya mengandung fenol, alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, phytate,
oxalate, trypsin inhibitor, dan hemaglutinin (Friday et al.,2011:95).
e. Bagian yang Digunakan
Daun
f. Indikasi
Daunnya memiliki khasiat menghilangkan bekas luka dan mengobati
panas dalam (Perhutani,2011). Daun C. pentandra dapat digunakan untuk
mengobati batuk dan diare. Sari daun yang masih muda dipergunakan
untuk membantu pertumbuhan rambut dengan cara digosokkan pada kulit
kepala kemudian dipijit-pijit. Selain untuk kosmetika, daunnya
digunakan untuk obat disentri, kompres mata jika lelah atau panas, obat
asma, obat pelarut lendir dan peradangan rektum (Perry,1980:253).
g. Cara Pembuatan
Daun randu, dosis: 3-5 lembar/ 8 gram
Cara: ditumbuk sampai lumat, disedu dengan gelas air panas, saring
dan diminum tiap pagi.
h. Zat aktif yang berkhasiat :
8. DAUN TANJUNG (Mimusops elengi L.)
a. Famili
Sapotaceae
b. Nama Daerah
Tanjung
c. Nama Simplisia
Mimusopsidis Folium
d. Kandungan Kimia
30

Alkaloid, tanin dan saponin.


e. Bagian yang Digunakan
Daun
f. Indikasi
Tanaman tanjung banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati
diare, asma, radang hidung dan radang tenggorokan.
g. Cara Pembuatan
Bahan: satu genggam daun tanjung muda dan 2 sendok makan kikisan
kayu cendana.
Cara pembuatan: keringkan terlebih dahulu daun tanjung muda,
kemudian jadikan serbuk. Serbuk dari daun tanjung ini bisa dicampurkan
dengan kikisan kayu cendana.
Cara menggunakan: dihisap beberapa kali apabilah penyakit asma
kambuh.

Sediaan Herbal
1. KAPSUL HERBAL ASMA
Tiap kapsul mengandung :

Srigunggu
Daun patikan kebo
Rimpang kunyit
Daun brotowali

Khasiat

:Membantu

meredakan

gejala

asma

dan

melonggarkan pernapasan.
Aturan pakai
Isi

: 3 2 per hari
: 80 kapsul

2. KAPSUL KAYU MANIS


Tiap kapsul mengandung :

100% ekstrak kayu manis

Khasiat

: Menurunkan
tekanan darah
tinggi, mengobati
rematik, mengobati
asma, masuk angin, menambah nafsu makan,
mengobati batuk dan sariawan.

31

Aturan pakai
Isi

: 3 2 per hari
: 80 kapsul

BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa yunani
yang berarti sukar bernapas. Asma sebagai penyakit yang ditandai dengan
serangan berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan
dan frekuensi dari orang ke orang . Pada seorang individu dapat terjadi dari jam
ke jam dan hari ke hari . Serangan asma terjadi pada semua kelompok umur tetapi
sering dimulai pada masa kanak-kanak. Kondisi ini disebabkan peradangan
32

saluran udara di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran


napas sehingga mereka menjadi mudah teriritasi . Dalam sebuah serangan ,
lapisan bagian membengkak menyebabkan saluran udara untuk mempersempit
dan mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru.
Gejalah asma berupa batuk terutama pada malam atau dini hari, sesak
napas, napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya, rasa berat di dada dan dahak sulit keluar. Namun dapat pula terjadi
gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Berupa
serangan batuk yang hebat, sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis
(kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang
nyaman adalah dalam keadaan duduk dan yang paling fatal apabilah kesadaran
menurun.
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola
keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting
bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat
asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Berat penyakit asma diklasifikasikan
berdasarkan gambaran klinis sebelum pengobatan dimulai.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya asma berupa :
tindakan umum, menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, fisioterapi,
hiposensibilisasi, prevensi infeksi viral, prevensi infeksi bakteriil, prevensi
prenatal,

menghindarkan faktor

pencetus

serangan penyakit asma

dan

menggunakan obat-obat antipenyakit asma.


Obat-obat yang dapat digunakan pada pengobatan asma berupa pengobatan
farmakologi dan non farmakologi.
Pengobatan farmakologi dapat berupa tablet maupun sirup, misalnya: asbron
FCT, bronsolvan, neo napacin, brasmatic, brondilex, theobron, asmano.
Pengobatan untuk serangan asma tiba-tiba yaitu dengan di berikan sediaan
inhalasi yang berisi obat-obat bronkodilator seperti salbutamol. Penanganan pada
gejala asma seperti sesak napas dapat di swamedikasi dengan sediaan oksigen
kaleng. Namun sediaan inhalasi merupakan obat-obat yang memiliki harga yang
relatif ahal sehingga, masyarakat lebih memilih obat-obat dalam bentu sediaan

33

lain seperti tablet ataupun sirup, dan masuk dalam kategori bebas terbatas dan
merupakan obat wajib apotek.
Sedangkan pengobatan non farmakologi dapat berupa akupuntur, akupresur,
refleksologi, aromaterapi, meditasi dan yoga, edukasi maupun pengobatan dengan
menggunakan herbal. Pengobatan secara edukasi yaitu edukasi pasien dan
keluargayang menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asma, pengukuran
peak flow meter yang dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat,
pemberian oksigen, banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada
anak-anak, pengontrolan secara teratur dan pola hidup yamg sehat. Sedangkan
pengobatan dengan herbal dapat menggunakan urang-aring, kenanga, kecubung,
petikan kebo, jahe merah, kayu manis, daun randu dan daun tanjung dapat
digunakan secara seduhan maupun digunakan seperti rokok.
Sediaan herbal yang terdapat dipasaran yang dapat digunakan sebagai
pengobatan swamedikasi berupa KAPSUL HERBAL ASMA yang mengandung
srigunggu, daun patikan kebo, rimpang kunyitdan daun brotowali. Khasiatnya
membantu meredakan gejala asma dan melonggarkan pernapasan. KAPSUL
KAYU MANIS yang mengandung 100% ekstrak kayu manis dengan khasiat
menurunkan tekanan darah tinggi, mengobati rematik, mengobati asma, masuk
angin, menambah nafsu makan, mengobati batuk dan sariawan.
Namun pengobatan dengan cara swamedikasi maupun farmakologi
pemeriksaan ke dokter tetap dilakukan, apabilah terjadi gejalah yang berat
pengobat dengan herbal maupun pengobatan lain dapat dihentikan. Penyakit asma
dengan gejalah berat dapat mengakibatkan penyakit yang lebih parah apabilah
penangan tidak tepat.

34

BAB III
KESIMPULAN
Asma adalah suatu gangguan inflamasi kronis pada saluran nafas di
mana banyak sel dan elemen seluler yang berperan didalamnya. Penyakit asma
dapat diklasifikasikan yang terdiri dari: intermiten, persisten ringan, persisten
sedang dan persisten berat. Asma ditandai dengan serangan berulang dari sesak
napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari orang ke

35

orang. Pada seorang individu dapat terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari.
Kondisi ini disebabkan peradangan saluran udara di paru-paru dan mempengaruhi
sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mereka menjadi mudah
teriritasi. Dalam sebuah serangan , lapisan bagian membengkak menyebabkan
saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran udara masuk dan
keluar dari paru-paru.
Pengobatan farmakologi dapat menggunakan; sediaan inhlasi maupun
oksigen kaleng,obat-obat bebas terbatas dalam bentuk tablet maupun syrup yang
termasuk dalam kategori Obat Wajib Apotek. Sedangkan pengobatan non
farmakologi berupa akupuntur, akupresur, refleksologi, aromaterapi, meditasi,
yoga, edukasi maupun pengobatan dengan menggunakan herbal.
Pengobatan dengan herbal dapat menggunakan urang-aring, kenanga,
kecubung, petikan kebo, jahe merah, kayu manis, daun randu dan daun tanjung
dapat digunakan secara seduhan maupun digunakan seperti rokok.
Namun pengobatan dengan cara swamedikasi maupun farmakologi
pemeriksaan ke dokter tetap dilakukan, apabilah terjadi gejalah yang berat
pengobat dengan herbal maupun pengobatan lain dapat dihentikan. Penyakit asma
dengan gejalah berat dapat mengakibatkan penyakit yang lebih parah apabilah
penangan tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha Setiawan dr, 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 4. Puspa
Swara, Jakarta.
Dalimartha Setiawan dr, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2. Trubus
Agriwidya, Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT
ASMA. Bakti Husada, Jakarta.

36

https://denikrisna.wordpress.com/tag/farmakologi/Farmakologi, Pharmaceutical
Stuffs/24 februari 2014.
http://ivan-atjeh.blogspot.com/2012/01/patofisiologi-dan-penatalaksanaan asma.
html
Fauzi, R. Kusuma, B. Muhammad Zaky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat.
Agro Media Pustaka, Jakarta.
Haryanto, S. Nugroho BA, 2006. Sehat dan bugar secara alami. Penebar Plus,
Depok.
Hardiati, S., 1986, Skrining Fitokimia Serta Efek Dari Daun Randu (Ceiba
pentandra, Gaertn.) dan Minyak Biji Calophyllum inophylum, L. Terhadap
Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta.
Herliana Ersi STP. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herhal. Fmedia,
Jakarta.
Iris Rengganis, 2008, Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11,
Nofember, Jakarta.
Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Nilawati S, Krisnatuti D, Mahendra B, Oei G D. 2008. Care Yourself, kolesterol .
Penebar Plus , Jakarta.
Permadi Adi S.Si, 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Perry LM, 1980. The Medical Plant of East and South East Asia, The MIT Press,
Cambridge.
Robbins, Cotran& Kumar. 1999.DasarPatologiPenyakit.PenerbitBukuKedokteran
EGC. Jakarta.
Ritter, MJ., Lewis, L.D., Mant, T.GK., Ferro, A. A Textbook of Pharmacology and
therapeutics 5th Ed.Hodder Arnold part of hachette livre .UK .2008.

37

Sudoyo,

A.W,dkk.

2006.Buku

Ajar

IlmuPenyakitDalam,

JilidI.PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalam, FK-UI. Jakarta.


Thomas A.N.S, 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Kanisius, Yogyakarta.
Vita Health, 2005 Asma Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wells, Barbara G, 2009 . Pharmacotherapy Handbook seventh edition, The
McGraw-Hill Companies, Inc.

PERTANYAAN
1. Sirham
- Apa batasan-batasan pada pengobatan asma?
- Apakah pengobatan swamedikasi pada pasien asma sama? Karena obat
asma dibagi menjadi beberapa golongan.
Jawab : Secara umum, sebenarnya penyakit asma di bagi menjadi 2 kelas,
yaitu asma akut dan asma kronik. Untuk pengobatan swamedikasinya
sendiri, sebenarnya kalau untuk asma akut, yang di obati hanya gejala

38

awalnya saja yaitu sesak napas. Oksigen kaleng dapat di berikan bila
seseorang mengalami serangan asma akut, untuk penderita yang sudah
pernah ke dokter, biasanya mereka sudah mempunyai obat-obat asma berupa
inhalasi yang di gunakan bila terjadi serangan asma. Untuk pasien asma
kronik, mereka sudah di berikan obat-obat asma berupa tablet maupun
inhaler, yang bisa di dapatkan di apotek sebagai Obat Wajib Apotek (OWA).
2. Khairunnisa
- Faktor pemicu asma salah satunya adalah cuaca, apakah bisa di
-

swamedikasi?
Apa obat yang tepat yang dapat diberikan?

Jawab :
.
3. Rista Puspita
Salah satu tanda dan gejala asma adalah sianosis, yaitu kulit kebiruan,
mengapa bisa kebiruan?
Swamedikasi apa yang cocok untuk mengatasi efek tersebut?
Jawab :
- Sianaosis terjadi ketika konsentrasi /kadar hemoglobin yang tereduksi
lebih dari 5%. Normalnya, hemoglobin yang mengalir bersama darah
akan mengikat O2 sehingga hemoglobin akan teroksidasi. Jika dalam
aliran darah terdapat kandunga CO2 maka hemoglobin disamping
berikatan dengan O2 juga berikatan dengan CO2. Hali ini mengakibatkan
terjadi peningkatan kadar HB yang tereduksi oleh ikatan dengan CO2.
Hali ini yang mengakibatkan sianosis pada kuku, lidah, bibir maupun
-

membran mukosa.
Pengobatan dapat diberikan dengan penambahn oksigen dengan

menggunakan OXYCAN yang dapat mengurangi sianosis yang dialami.


Darmisa
Apakah penyakit asma dapat sembuh sendiri?
Saya memiliki seorang anak dan sejak kecil hingga sekarang asma nya belum
sembuh-sembuh, dan dokter juga sudah mengatakan bahwa penyakit asma
anak saya tidak bisa sembuh, kira-kira apa ada obat yang bisa digunakan dan
efek terapinya bisa sampai menyembuhkan atau menghilangkan penyakit
asma?

39

Jawab : penyakit asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi dapat di cegah
dengan menghindari faktor pemicun atau pencetusnya.

40

Anda mungkin juga menyukai