Anda di halaman 1dari 14

AL-QURAN

SUMBER NILAI AJARAN DAN PENAFSIRAN


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu : Dr. Yayan Suryana, M.Ag.

Disusun oleh :
Ami Nurdiatmoko

11710100

Fauziyah Putri

15710024

Dzati karima

15710115

Iki Rizqi Afiyah

15710117

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Al-Quran adalah sumber utama ajaran Islam. Di dalam Al-Quran

terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Al-Quran diturunkan secara
berangsur-angsur melalui perantara malaikat Jibril. Keistimewaan Al-Quran
dibandingkan dengan kitab-kitab suci yang lain ialah kemurnian atau keaslian AlQuran dijaga langsung oleh Allah, agar tidak ada satupun ayat-Nya yang
berubah. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan Kami pula-lah yang
menjaganya.
B.

Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian Al-Quran?

2.

Bagaimana pewahyuan atau turunnya Al-Quran?

3.

Apa saja hukum di dalam Al-Quran?

4.

Apa yang dimaksud penafsiran Al-Quran?

BAB II

PEMBAHASAN
A.

Pengertian Al-Quran
Secara etimologis, Al-Quran berarti bacaan atau yang dibaca. Kata Al-

Quran merupakan bentuk masdar (bentuk ketiga) dari kata kerja qaraa.
pengertian seperti ini dikemukakan dalam Al-Quran sendiri yakni dalam surat AlQiyamah, ayat 17-18:
Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan
(dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila kami telah
menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan perantara Jibril), maka bacalah
menurut bacaannya itu.
Sedangkan secara terminologis, Al-Qur'an diartikan sebagai kalam Allah
Swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai mukjizat,
disampaikan secara mutawatir dari Allah Swt sendiri dengan perantara malaikat
jibril dan mambaca Al-Qur'an dinilai sebagai ibadah.1
Dan barang siapa yang membaca ayat-ayat yang ada dalam al-Quran
merupakan suatu ibadah artinya perintah untuk membacanya di dalam solat dan
lainnya sebagai suatu ibadah dan dicatat sebagai amal.
1; Nama-nama Al-Quran :

Allah menamakan Al-Quran dengan beberapa nama, diantaranya:


a;

b;

c;

Qur`an
Al Qur`an ini memberikan petunjuk kepada yang lebih lurus. ( alIsraa : 9)
Al Kitab
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang
di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. (al-Anbiya: 10)
Al Furqan

1 Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Quran untuk pemula, Artha Rivera, Jakarta, 2008,
hlm. 1

d;

e;

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan kepada hambaNya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. ( alFurqan: 1)
Adz Zikr
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur`an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. ( al- hijr : 9)
Tanzil
Dan sesungguhnya Al Qur`an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam. (as-Su'araa: 192)

Penyebutan Al-Quran dan Al-Kitab lebih populer dari nama-nama yang


lain. Dalam hal ini Dr. Muhammada Daraz berkata: ia dinamakan Quran karena
ia dibaca dengan lisan, dan dinamakan Kitab karena ia ditulis dengan pena.
Kedua kata ini menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya. Penamaan
quran dengan kedua nama ini memberikan isyarat bahwa selayaknyala ia
dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan.2
2; Sifat-sifat Al-Quran :

Allah telah melukiskan quran dengan beberapa sifat, diantaranya ;


a; Nur (cahaya) : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
bukti kebenaran dari Tuhanmu dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang. (an-nisaa : 174)
b; Huda (petunjuk), Syifa (obat), Rahmah (rahmat), dan Mauizah
(nasehat):
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus :
57)
c; Mubin (yang menerangkan) : Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (alMaidah : 15)

2 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj. Mudzakir AS,


Pustaka Litera Antarnusa, Bogor, 2013, hlm. 19

Dan sifat-sifat yang lain sebagai mana disebutkan dalam banyak ayatnya,
seperti : Mubarak (yang diberkati), Busyra (kabar gembira), Aziz (yang mulia),
Majid (yang dihormati), Basyr (pembawa kabar gembira).3
Jumlah ayat yang terdapat di dalam Al-Qur;an adalah sebanyak 6.204 ayat,
sedangkan jumlah kalimatnya sebanyak 77.434 kalimat. 4 Ketetapan tentang
rincian-rincian ayat-ayat dan penempatan ayat-ayat pada tempatnya , adalah
berdasarkan tawqifiy (ketetapan dari rasul).5
Dalam Al-Quran surat-suratnya berjumlah sebanyak 114 buah.
Susunannya dimulai dari Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Surat yang dimulai dengan huruf : Alif Lam-Mim, Ha-Min dan
semacamnya berjumlah 29 surat. Al-Quran terdiri dari 30 juz. Setiap juz
terdiri dari 8 rubu. Jumlah rubu yang termahtub dalam Al-Quran
sebanyak 240 rubu.6
Dalam Al-Quran surah terbagi menjadi Makkiyah dan Madaniyyah. Dari
ke-114 surat diantaranya terdapat 85 surat diturunkan di Mekkah, sedangkan
sisanya (29 surat) diturunkan di Madinah. Surat dalam Al-Quran urut-urutannya
berdasarkan ketetapan Allah (Tauqufi) yang disampaikan oleh malaikat Jibril
kepada nabi Muhammad SAW.
B.

Pewahyuan Al-Quran
1; Definisi Wahyu

Pengertian Wahyu secara etimologi, adalah wahaitu ilaih dan


auhaitu, bila kita berbicara kepadanya agar tidak diketahui orang lain.
Wahyu adalah sesuatu yang samar dan informasi yang disampaikan secara
cepat. Selain itu makna wahyu yang lebih luas adalah:

3 Ibid., hlm. 20-22


4 Ahmad Syarbashi, Dimensi-dimensi Kesejatian Al-Quran, (Ababil,
Yogyakarta, 1996)hlm. 10
5 Ibrahim Al Ibyariy, Pengenalan Sejarah Al-Quran, (Penerbit : Raja Grafindo,
Jakarta, 1993)hlm. 51
6 Ahmad Syarbashi, Op. Cit.,hlm. 9

a; Ilham, intuisi manusia sebagai petunjuk, seperti wahyu terhadap

ibu Nabi Musa. (Al-Qasas: 7).


b; Perintah yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada
lebah (An-Nahl: 68).
c; Isyarat yang cepat melalui rumus atau kode, seperti isyarat Zakaria
(Maryam: 11).
d; Suatu yang disampaikan Allah kepada malaikatnya untuk
dilaksanakan (Al-Anfal: 12).
Secara terminologi, wahyu adalah kalamullah yang diturunkan
kepada para Nabi dan Rasul. Sementara ilham adalah petunjuk yang
diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang soleh.7
2; Cara Penurunan Wahyu

Menurut pendapat para ulama, Allah Swt menurunkan wahyu


kepada Nabi Muhammad Saw, dengan cara sebagai berikut:
a; Allah menyampaikan wahyu melalui mimpi.
b; Wahyu diturunkan dengan cara dihembuskan ke dalam jiwa
Rasulullah Saw. (Asy-Syura:51)
c; Wahyu diturunkan menyerupai suara gemerincing lonceng yang
sangat keras.
d; Jibril mendatangi Rasullah saw dengan menyerupai seorang lakilaki.
e; Jibril mendatangi Rasulullah saw dengan bentuk aslinya.
f; Allah menyampaikan wahyu langsung kepada Rasulullah, baik
dalam kondisi terjaga maupun tidur, seperti yang terjadi malam
Isra Miraj.
g; Israfil turun menyampaikan beberapa kalimat wahyu sebelum Jibril
datang menyampaikan wahyu Al-Quran.8
3; Sejarah Turunnya Al-Quran
Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian dipegang
oleh jumhur ulama, bahwa Al-Quran diturunkan dari Lauh Mahfudz
sekaligus ke Baitul Izzah (dilangit dunia) pada malam lailatul qadar.
7 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj. Mudzakir AS,
Pustaka Litera Antarnusa, Bogor, 2013, hlm. 36-37
8 Fahmi Amrullah, Ilmu Al-Quran untuk pemula, Artha Rivera, Jakarta, 2008,
hlm. 13

Selanjutnya Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan


perantara malaikat Jibril, secara bertahap selama dua puluh tiga tahun
sesuai dengan peristiwa dan kejadian yang mengiringnya. Al-quran
diturunkan ke Muhammad secara bertahap selama 23 tahun, yaitu 13 tahun
di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Seperti dalam ilustrasi di bawah ini:
Sketsa di atas menunjukkan bahwa tahap penurunan al-Quran
mempunyai proses berawal dari Lauh Mahfudz menuju Baitul Izzah dalam
jangka waktu satu malam (sekaligus) di bulan Ramadlan, lalu dilanjutkan
dari Baitul Izzah ke Nabi Muhammad turun secara bertahap dengan
perantara malaikat Jibril.9
4; Hikmah Turunnya Al-Quran Secara Bertahap
a; Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah.

Ketika Rasulullah menyampaikan dakwah kepada manusia,


Beliau menghadapi sikap kasar, perangai tidak baik dan aniaya.
Wahyu turun dari waktu-kewaktu sehingga dapat meneguhkan
hatinya atas kebenaran yang disampaikannya, sehingga Rasul tetap
meneruskan dakwahnya.
b; Sebagai tantangan dan mukjizat.
Orang musyrik sering menanyakan suatu hal dengan
maksud melemahkan dan menantang kebenaran kenabian
Rasulullah. Maka turunlah ayat yang menjawab dan menjelaskan
atas pertanyaan mereka.
c; Mempermudah hafalan dan pemahamannya.
Al-quran turun ditengah masyarakat yang buta huruf,
mereka tidak bisa membaca dan menulis. Mereka hanya bisa
menghafal dan mengingat saja. Bagi masyarakat yang buta huruf,
tidak mudah untuk menghafal dan memahami Al-Quran
seluruhnya, apabila diturunkan sekaligus.
d; Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan tahapan dalam
menetapkan hukum.

9 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj. Mudzakir AS,


Pustaka Litera Antarnusa, Bogor, 2013, hlm. 145

Setiap kali terjadi suatu peristiwa di masyarakat pada


zaman Nabi, maka turunlah Al-Quran menetapkan hukum
menegenai peristiwa itu.
e; Bukti yang pasti bahwa Al-Quran diturunkan dari sisi Yang Maha
Bijaksana dan Maha Terpuji.
Al-Quran tersusun sangat cermat, dan makna yang saling
bertautan, ayat demi ayat, surat demi surat terjalin bagai untaian
mutiara yang indah. Seandainya Al-Quran ini buatan manusia,
tentu didalamnya terjadi ketidakserasian bahkan pertentangan.10
C. Hukum Dalam Al-Quran
Al-Quran adalah sebuah kitab berisi prinsip-prinsip dan seruan-seruan
sebagai suatu dokumen hukum. Tetapi Al-Quran mengandung ketetapanketetapan hukum yang penting di keluarkan selama proses pembentukan
masyarakat negara di Madinah. Larangan konsumsi alkohol adalah contoh yang
menarik bagi legislasi al-Quran. Pamakaian alkohol nampaknya tidak di larang
pada tahun-tahun pertama Islam. Kemudian dikelurarkan larangan sholat ketika
dalam pengaruh

minuman keras. Ditanyakan tentang khamar dan judi.

Katakanlah : pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduannya lebih besar daripada manfaatnya. (II, 219).
Akhirnya di keluarkan larangan mutlak (V, 90-91) dengan alasan keduanya, yaitu
minuman keras dan judi adalah pekerjaan syaithan .... syaithan ingin menebarkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu. Hal itu menunjukkan penetapan
hukum secara perlahan berdasar pengalaman dalam mengatasi masalah yang
muncul.11
Ketetapan hukum dan pembaharuan umum yang paling penting dari almengenai wanita dan perbudakan. Al-Quran melakukan perbaikan pada
kedudukan wanita, yang paling pokok ialah wanita di anggap sebagai pribadi
dengan jaminan penuh. Pasangan suami istri disebut sebagai pakaian bagi satu
sama lain. Wanita mendapat hak yang sama atas pria sebagaimana hak pria atas
10 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj. Mudzakir AS,
Pustaka Litera Antarnusa, Bogor, 2013, hlm. 157-174
11Fazlur Rahman, Islam, (Bandung : Pustaka, 1994), hal.55

istrinya, kecuali bagi pria kedudukannya lebih tinggi di karenakan mencari


nafkah. Poligami di atur dengan tegas sehingga membatasi jumlah istri agar tidak
lebih dari empat, dengan catatan jika suami tidak bisa berlaku adil terhadap istriistrinya. Ditambah dengan prinsisp umum, bahawa engkau tidak mampu berlaku
adil di antara istrimu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian (IV, 3, 129).
Konsekuensi logis dari ketetapan itu ialah larangan berpoligami dengan keadaan
normal. Namun, pologami diakui secara hukum, dengan garis-garis pengarahan
yang jelas, disaat keadaan masyarakat secara berangsur-angsur semakain baik.
Sebagai solusi al-Quran secara hukum menerima lembaga perbudakan.
Tidak ada pilihan lain waktu itu, jika pelarangannya secara mendadak akan
menimbulkan masalah, dan hanya akan menjadi impian belaka. Al-Quran secara
mutlak telah menyatakan kepada kaum muslimin, jika seorang budak ingin
menebus kemerdekaannya dengan membayar secara berangsur sesuia dengan
ketetapan dan kondisi budak itu, maka majikan harus menyetujui kontrak untuk
pembebasan itu dan tidak boleh menolaknya. Kata dalam al-Quran : jika kamu
mengetahui ada kebaikan pada mereka jika dipahami sesungguhnya, jika seorang
budak menunjukkan bahwa ia belum mampu mencari nafkah sediri, maka ia tidak
dapat diharapkan untuk bisa berswadaya meskipun ia sudah bebas, dan karena itu
yang lebih baik baginya yaitu, terus berada di bawah tanggungan tuannya.
Contoh di atas mejelaskan, semangat hukum al-Quran menuju kearah esif
dari nilai fundamental tentang kebebasan dan tanggung jawab dalam penetapan
hukum yang baru, al-Quran bagian dari pengakuan keberadaan masyarakat
sebagai acuan kenyataan. Dari itu, jelas bahwa penetapan hukum yang aktual
dalam al-Quran tidak di artikan secara hafiah sebagai keabadian yang di buat
oleh Quran itu sendiri. Tetapi, ulama fiqih dan dogmatis muslim mulai
menyalahpahamkan masalah dan perintah hukum yang kektat dari al-Quran
dengan menganggapnya berlakuu bagi setip masyarakat, dalam kondisi apapun,
bagaimana struktur dan dinamika di dalamnya. Pada periode awal, kaum
muslimin menafsirkan al-Quran secara bebas, sehingga kandungan hukum dan
teologi islam tertimbun oleh kepustakaan.

Telah berabad-abad kaum muslimin tak hanya menulis komentar atas alQuran dan dari sudut pandang berbeda, kencenderungan yang berbeda pula,
bahkan bertentangan tetapi menumbuhkan ilmu tafsir al-Quran dengan
cabangnya grammatika bahasa arab, ilmu perkamusan, hadits nabi, asbab alnuzul, dsb. Sebenarnya para sarjana muslim telah membuat klaim yang adil,
bahwa semua sains daladm al-Quran yang tidak mutlak sekuler berasal dari alQuran. Kaum mulim ortodoks dengan keras menentang setiap usaha untuk
menulis dan menyebarkan terjemahan kitab suci ini dalam basa apapun tanpa di
sertai teks arabnya.12
D. Penafsiran Al-Quran
Banyak pertentangan tentang penafsiran Al-Quran akan tetapi hal ini
berangsur-angsur menghilang disusul dengan munculnya kitab-kitab tafsir yang
sedikit lebih banyak diwarnai oleh kepercayaan-kepercayaan dan ide-ide lama
yang dibawa oleh orang-orang baru masuk islam.13
Al-Quran telah dibaca dan dihapal kan oleh banyak orang ketika Nabi
SAW masih hidup. Pada masa tersebut al-Quran ditulis pada tulang-belulang,
daun-daunan, lembaran-lembaran kulit dan bahan-bahan lainnya yang mudah
diperoleh. Lembaran-lembaran kitab suci al-Quran tersebut awalnya berserakan,
kemudian pada zaman Khalifah Abu Bakar mulai dikumpulkan dengan menunjuk
Zaid bin Tsabit. Pada masa Utsman bin Affan, berdasarkan rekomendasi dari suatu
panitia yang dibentuk untuk tujuan memushafkan al-Quran, ditunjuklah Zaid bin
Tsabit sebagai ketua sehingga menghasilkan susunan al-Quran seperti sekarang
ini, yang berlawanan dengan susunan kronologisnya karena lebih banyak
berdasarkan panjangnya surah.
Pada saat generasi awal sesudah generasi Nabi, terdapat beberapa bukti bahwa
orang-orang pada zaman tersebut masih enggan bahkan menentang penafsiran alQuran, akan tetapi seiring berjalannya awaktu sikap ini menghilang dengan
12Fazlurrahman, Op. Cit., 45
13Muhammad ridho, islam :tafsir dan dinamika sosial ikhtiar dan maknai
ajaran islam(yogyakarta:Teras), hlm 10

sendirinya. Setelah sikap tersebut hilang, muncul beberapa kitab tafsir yang
sedikit banyak diwarnai oleh ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan lama yang
dibawa oleh orang-orang yang baru masuk Islam. Penafsiran-penafsiran yang
kadang menyimpang dari arti yang jelas serta semaunya sendiri itu dikecam keras
sebagai penafsiran dengan pendapat bebas (tafsirbilray).
Ketika kebutuhan untuk mengembangkan beberapa peralatan ilmiah yang
bertujuan untuk mengontrol kemajuan ilmu tafsir al-Quran dirasakan, maka
pertama-tama diakui prinsip bahwa memahami al-Quran secara tepat tidak cukup
hanya dengan mengathui tentang bahasa Arab saja, melainkan tentang idiomidiom bahasa Arab pada zaman Nabi SAW. Selepas dari hal ini, terjadi
pengembangan tentang gramatika bahasa Arab, kesusasteraan Arab, dan ilmu
perkamusan bahasa Arab. Kemudian latar belakang turunnya ayat-ayat al-Quran
yang dinamakan sebagai asbab al-nuzul dimasukkan sebagai alat yang perlu
untuk menerapkan makna yang tepat dari firman Tuhan. Ketiga, tradisi historis
yang berisi laporan-laporan tentang bagaimana orang-orang di lingkungan Nabi
memahami perintah-perintah al-Quran, dianggap sangat penting.
Al-Thabari (310 H/922 M) menyusun karya tafsir tradisional monumental
yang berdasarkan dari laporan-laporan generasi yang telah lalu. Ketika kehidupan
dan pemikiran intelektual dari orang-orang yang baru masuk Islam berkembang,
bermunculanlah tafsir-tafsir.
Gaya serta bahasa al-Quran telah memberikan pengaruh yang paling kuat
pada perkembangan serta pertumbuhan kesusasteraan Arab. Pada mulanya, kaum
muslimin mengembangkan doktrin tidak tertandinginya al-Quran, tetapi bagi
orang Arab non-muslim pun al-Quran merupakan produk kesusasteraan yang ideal
hingga saat ini. Dengan keras al-Quran menolak anggapan yang dilontarakan oleh
musuh-musuh Nabi SAW, bahwa beliau adalah seorang penyair dan tidak pernah
membiarkan al-Quran disebut sebagai puisi. Namun dalam kedalaman rasanya,
iramanya yang efektif, ekspresinya yang mengena, al-Quran tidaklah kurang
derajatnya dari puisi yang paling tinggi sekalipun.

Sesungguhnya, kaum muslimin telah mengembangkan suatu seni khusus


tentang pembacaan al-Quran, dan bila al-Quran dibaca dengan cara demikian,
maka pengaruhnya bahkan akan bias dirasakan oleh mereka yang sama sekali
tidak mengenal bahasa Arab.14

14Fazlur Rahman. ISLAM. Bandung. PenerbitPustaka. 1994. h. 47-49

BAB III
KESIMPULAN
Al-Quran mempunyai beberapa arti secara etimologis berarti bacaan atau
yang dibaca. Dan secara terminologis, Al-Qur'an diartikan sebagai kalam Allah
Swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai mukjizat,
disampaikan secara mutawatir dari Allah Swt sendiri dengan perantara malaikat
jibril dan yang membaca ayat-ayat Al-Quran dinilai sebagai ibadah dan
medapatkan pahala. Al-Quran mempunyai beberapa nama yaitu Al-Quran, adzzikr, Al kitab, Al furqon, Al tanzil.
Allah menurunkan Al-Quran atau menyampaikan wahyunya melalui
malaikat jibril, dam mempunyai beberapa cara yang pertama allah menyampaikan
langsung kepada Rasulullah SAW, kedua allah menyampaikan wahyunya melalui
mimpi, ketiga doturunkan dengan cara dihembuskan ke dalam jiwa rosulullah
SAW, keempat diturunkan dengan suara gemerincing lonceng yang sangat keras,
kelima jibril mendatangkan rosul menyerupai seotamg laki-laki, keenam jibril
menyampaikan dengan bentuk aslinya. Pembaharuan hukum yang ada di dalam
Al-Quran umumnya tentang wanita dan perbudakan.
Cara penafsiran al-Quran pada awalnya mendapatkan perlawanan, namun
semakin lama perlawanan itu hilang muncul beberapa kitab tafsir yang sedikit
banyak diwarnai oleh ide-ide dan kepercayaan-kepercayaan lama yang dibawa
oleh orang-orang yang baru masuk Islam. Penafsiran-penafsiran yang kadang
menyimpang dari arti yang jelas serta semaunya sendiri itu dikecam keras sebagai
penafsiran dengan pendapat bebas (tafsirbilray).

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Quran untuk pemula.


Jakarta: Artha Rivera.
Khalil al-Qattan, Manna. 2013. Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj. Mudzakir AS.
Bogor: Pustaka Litera Antarnusa
Rahman, Fazlur. 1994. Islam.
Bandung: Penerbit Pustaka
Syarabashi, Ahmad. 1996. Dimensi-dimensi Kesejatian Al-Quran.
Yogyakarta: Penerbit Ababil
Ibyariy, Ibrahim. 1993. Pengenalan Sejarah Al-Quran.
Jakarta: Penerbit Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai