Dalam anastesi atau perioperatif kita mengenal ada 3 macam jenis terapi cairan
menurut waktunya:
1. Terapi cairan pre operasi
2. Terapi cairan pada saat pembedahan
3. Terapi cairan post operasi
Terapi cairan disini meliputi penggantian kehilangan cairan, memenuhi
kebutuhan air, elektrolit, dan nutrisi untuk membantu tubuh mendapatkan kembali
keseimbangan normal dan pulihnya perfusi jaringan serta oksigenasi sel, untuk
mencegah terjadinya iskemia jaringan maupun kegagalan fungsi organ.
Dalam pemberian cairan pada pasien perioperatif, kita harus
memperhitungkan kebutuhan cairan basal, penyakit yang menyertai, medikasi,
teknik dan obat anestetik serta kehilangan cairan akibat pembedahan.
Sebelum kita membahas bagaimana terapi cairan pada perioperatif kita bahas
dahulu mengenai fisiologi cairan tubuh ya...
FISIOLOGI CAIRAN TUBUH MANUSIA
Cairan tubuh manusia didistrubusikan ke dalam 2 kompartemen, yaitu cairan
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler sendiri dibagi menjadi dua
kelompok yaitu cairan intravaskuler dan juga cairan interstitial. Cairan-cairan ini
akan berpindah dengan bebas untuk mencapai keseimbangan dimana zat terlarut
dalam nilai osmolaritas
Jumlah cairan/air tubuh total atau Total Body Water (TBW) adalah 60% x
berat badan, terdiri dari cairan intrasel (ICF) 40% dan cairan ekstrasel (ECF) 20%.
Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstitial (ICF) 15% dan cairan intravaskular
(IVF) 5% x berat badan. Cairan intravaskular (5%BB) adalah plasma sel darah merah
3%. Jadi terdapat darah 8% BB atau kira-kira sama dengan 65-70 ml/kg berat badan
pada laki-laki dan 55-65 ml/kg pada wanita. Total cairan tubuh bervariasi menurut
umur,
berat
badan
dan
jenis
kelamin.
Air tubuh total maksimal pada saat lahir, kemudian berkurang secara
progresif dengan bertambahnya umur. Air tubuh total pada laki-laki lebih banyak
daripada perempuan dan pada orang kurus (650 ml/kg BB) lebih banyak daripada
yang
gemuk
(300-400
ml/kg
BB).
cairan
jenis
bahan
dan
regulasi
yang
terlarut
ekskresi
didalam
air
cairan
oleh
tubuh,
a.
ginjal.
yaitu
Elektrolit
Elektrolit ialah molekul yang pecah menjadi partikel bermuatan listrik yaitu kation
dan anion, yang dinyatakan dalam mEq/I cairan. Tiap kompartemen mempunyai
komposisi elektrolit tersendiri. Komposisi elektrolit plasma dan interstisial hampir
sama,
kecuali
didalam
interstisial
b.
tidak
mengandung
Non
protein.
elektrolit
Non elektrolit ialah molekul yang tetap, tidak berubah menjadi partikel-partikel,
terdiri
dari
Zat-zat
yang
Cairan
dekstrosa,
menimbulkan
ureum
Tekanan
Osmotik
Ekstrasel
1.
dan
kreatinin.
di
dan
Mekanisme
dalam
Intrasel
regulasi
tubuh
Ada dua mekanisme utama yang mengatur air tubuh yaitu pengaturan osmoler dan
pengaturan
volume
a.
non
osmoler.
Pengaturan
Sistem
osmoler
osmoreseptor
ADH
haus
sehingga
volume
renin
CES
dipertahankan
tetap.
aldosteron
Saat volume CES berkurang, makula densa akan melepaskan renin yang
berperan dalam pembentukan angiotensin I. Dengan converting enzim angiotensi I
diubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat, menstimulasi
kortek adrenal untuk mengeluarkan aldosteron, yang mengakibatkan reabsorbsi air
dan
Na
b.
sehingga
sirkulasi
Pengaturan
meningkat.
non
osmoler
mekanisme
Kebutuhan
hipotalamik
dan
air
sistem
nervus
simpatis.
dan
elektrolit
Pada orang dewasa kebutuhan air dan elektrolit setiap hari adalah sebagai berikut :
30-35
Pada
ml/kg.
anak
10-20
<
Elektrolit
K+
sesuai
kg
20
kg
A.
Berdasarkan
Kenaikan
suhu
berat
badan
1000
ml
1500
ml
Na+
mEq/kb/BB
1,5
+
+
1C
0-10
50
20
(60
kg
ml/kg
ml/kg
mEq/kgBB
Macam
fungsinya
ditambah
100
mEq/hari
mEq/hari
dapat
10
20
cairan
cairan
ml/kgBB
diatas
diatas
(100
10-15%
kg
kg
=
(UI)
5,9
4,5
g)
g)
intravena
dikelompokkan
menjadi
1. Cairan pemeliharaan : ditujukan untuk mengganti air yang hilang lewat urine,
tinja, paru dan kulit (mengganti puasa). Cairan yang diberikan adalah cairan
hipotonik,
seperti
D5
NaCl
0,45
atau
D5W.
D5NaCl.
3. Cairan khusus : ditujukan untuk keadaan khusus misalnya asidosis. Cairan yang
dipakai
seperti
Cairan
Natrium
juga
bikarbonat,
dibagi
NaCl
3%.
menjadi
1.
:
Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextroa, tidak
mengandung molekul besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan
keluar dari intravaskular, sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4
kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai waktu paruh
intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstital
berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48 jam
sebagai urine. Secara umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume
ekstrasel
dengan
atau
tanpa
peningkatan
volume
2.
intrasel.
Kolloid
umum
koloid
dipergunakan
untuk
1. Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (shock hemoragik)
sebelum
transfusi
tersedia.
Penatalaksanaan
Cairan
pra
bedah
Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi anestesi
untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi akut. Penilaian status
cairan ini
didapat
dari
- Anamnesa: Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing terakhir,
jumlah
dan
warnya.
- Pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik ini didapat tanda-tanda obyektif dari
status cairan, seperti tekanan darah, nadi, berat badan, kulit, abdomen, mata dan
mukosa.
- Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin
dan
protein.
ini
terjadi
jika
kehilangan
kira-kira
2%
BB
(1500
ml
air).
- Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat dan lemah.
Terjadi
pada
kehilangan
cairan
6%
BB.
ditambah
ml/kg
untuk
berat
badan
sisanya.
ialah
dengan
adanya
produksi
urine
0,5-1
ml/kgBB.2
Rehidrasi:
Cepat:
Lambat:
Bila
Apabila
Untuk
Contoh
20
1/2
dalam
dehidrasi
ehidrasi
rumatan
cc/kg
8
jam
pertama,
ringan-sedang
berat
dipakai
bb/15-30
1/2
maka
maka
kebutuhan
dalam
16
pakai
pakai
cairan
menit
jam
berikutnya
rehidrasi
lambat
rehidrasi
cepat
50cc/kgbb/hari.
kasus:
kesad:
apatis,
Dx:
Dehidrasi
Tx:
rehidrasi
T:
turgor:
berat
berarti
cepat
20
defisit
lagi
T:
T:
lagi
130/80,
N:
10%
menit
80,
1000
cc/
N:
78,
1000
cc/
78,
pucat,
>
N:
110/70,
Diulangi
cairan
cc/kgBB/30
100/70,
Diulangi
perfusi
urin:
RR:
atau
5L=
5000cc
1000cc/30
menit
urin:
30
menit
urin:
40
24)
30
menit
cc
(optimal)
Cairan yang sudah masuk = 3000 cc dalam 1 jam, kemudian dilanjutkan rehidrasi
lambat
Cairan
yang
kurang
adalah
5000
3000
2000cc
diberikan
1000cc dalam 6,5 jam = 170 cc/jam + rumatan (100 cc/jam) = 270 cc/jam selama 6,5
jam
1000cc dalam 16 jam = 85 cc/jam + rumatan (100 cc/jam) = 185 cc/jam selama
16jam
2. Lelaki 25 th BB 50 kg diagnosa obstruksi ileus (T: 70/50, N: 120, urin: -, kesad:
apatis,
Dx:
Dehidrasi
turgor:
sedang
Tx:
berarti
defisit
)
cairan
rehidrasi
6%
atau
3L=
3000cc
lambat
1500cc dalam 8 jam = 175 cc/jam + rumatan (100 cc/jam) = 275 cc/jam selama 8
jam
1500cc dalam 16 jam = 80 cc/jam + rumatan (100 cc/jam) = 180 cc/jam selama
16jam
2.
Cairan
selama
pembedahan
Diusahakan pada saat pasien masuk ke ruang operasi pasien dalam keadaan
mendekati normovolemik dan sudah tidak mempunyai hutang cairan dari tata
laksana pre operasi dengan kata lain program untuk terapi cairan pra bedah sudah
selesai. Terapi cairan selama operasi meliputi kebutuhan dasar cairan (maintenance)
yaitu untuk operasi laparotomi dibutuhkan cairan 10 cc/kgbb/jam operasi dan untuk
non laparotomi dibutuhkan cairan 5 cc/kgbb/jam operasi dengan menggunakan
cairan kristaloid, ditambah cairan yang hilang selama operasi/perdarahan. Untuk
mengganti perdarahan selama operasi kita hitung jumlah perdarahan yang keluar
melalui darah yang keluar melalui suction, kasa yang terpakai dan juga kain duk
yang digunakan. Untuk satu kain kasa yang digunakan menghisap, jika darahnya
tidak netes maka dihitung 5 cc darah tapi jika netes maka dihitung 7 cc, jika kain
yang digunakan maka ditung 200 cc jika tidak netes dan jika netes dihung 300 cc.
Jumlah dan jenis cairan yang dipakai untuk mengganti perdarahan selama
operasi disesuaikan dengan volume darah yang hilang. Yaitu diklasifikasikan
perdarahan ringan, sedang, dan berat. Jika ringan yaitu 10% dari EBV maka cukup
diganti dengan kristaloid. Sedangkan sedang yaitu kehilangan darah 15% dari EBV
maka diganti dengan expander.Apabila erdarahan berat yaitu 20% EBV maka diganti
dengan darah. Perbandingan volume pengganti kehilangan darah dengan jenis
cairan=
darah:
expander:
kristaloid
1:1:3
Pada operasi laparotomi dengan kiste misalkan, tentunya akan ada banyak
kehilangan cairan dan bisa sampai 12 liter... nah bagaimana dengan yang demikian?
apakah kita juga perlu untuk mengganti dengan 12 liter juga. Ternyata jawabannya
adalah tidak cukup kita mngganti cairan yang akan menyebabkan hipovolemik
karena vasodilatasi dari vena yang ada diperut yang sebelumnya tertekan oleh cairan
kiste, dengan cara "chalenge test".... gitu ya tulisannya?? dengernya sih gitu waktu
tentiran dengan dr. Wiwik, Sp.An kemarin... kalo salah mohon koreksi ya... yaitu
dengan dicoba dimasukkan 500 cc dulu jika itu sudah cukup maka penggantiannya
cukup
500
Berdasar
cc
itu
berat-ringannya
saja.
perdarahan
1. Perdarahan ringan, perdarahan sampai 10% EBV, 10 15%, cukup diganti dengan
cairan
elektrolit.
kristaloid
dan
koloid.
3. Perdarahan berat, perdarahan 20 50% EBV, > 30%, harus diganti dengan
transfusi
3.
darah.
Cairan
paska
bedah
Terapi cairan post operasi diberikan sampai dan disesuaikan dengan intake pasien.
Pada H1 dan H2 post operasi kita cukup memenuhi kebutuhan cairan pasien saja
yaitu 50 cc/kgbb/ hari. tidak perlu menghitung kebutuhan kalori pasien, karena
pada H1 dan H2 post operasi, terdapat pemecahan glikogen besar-besaran dari
hepar. Nah, baru H3 kita perlu menghitung jumlah kebutuhan kalori, yaitu ekita 2530
kkal/kg
Terapi
a.
cairan
Memenuhi
paska
bedah
kebutuhan
air,
bb/hr
ditujukan
elektrolit
untuk
dan
:
nutrisi.
b. Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris).
c.
Melanjutkan
d.
Koreksi
penggantian
defisit
prabedah
gangguan
keseimbangan
dan
karena
selama
pembedahan.
terapi
cairan.
Nutrisi parenteral bertujuan menyediakan nutrisi lengkap, yaitu kalori, protein dan
lemak termasuk unsur penunjang nutrisi elektrolit, vitamin dan trace element.
Pemberian kalori sampai 40 50 Kcal/kg dengan protein 0,2 0,24 N/kg. Nutrisi
parenteral ini penting, karena pada penderita paska bedah yang tidak mendapat
nutrisi sama sekali akan kehilangan protein 75 125 gr/hari. Hipoalbuminemia
menyebabkan edema jaringan, infeksi dan dehisensi luka operasi, terjadi penurunan
enzym pencernaan yang menyulitkan proses realimentasi.