PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2006 diberi istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan Kurikulum 2004 (KBK) yang disempurnakan mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan
penjabaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Oleh karena itu, kurikulum 2004
merupakan embrio dari Kurikulum 2006. Kurikulum sebagai rancangan pembelajaran
memiliki kedudukan yang sangat tinggi yang akan menentukan proses dan hasil belajar
peserta didik bahkan hasil pendidikan secara keseluruhan.
Pada kurikulum 2006 pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan, BSNP
menyusun Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP meliputi: Poin
1: visi, misi, tujuan satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, beban belajar dan kalender
akademik. Poin 2: silabus setiap mata pelajaran yang disusun oleh setiap guru. Dan poin 3:
RPP yang disusun oleh setiap guru.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini adalah tujuan
pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan atau standar-standar yang lebih
operasional, serta kesesuaiannya dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, sosial budaya
masyarakat, kebutuhan dan potensi SMA dan peserta didik. KTSP ini di susun untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan berbagai karakteristik, kebutuhan
dan potensi tersebut.
Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiyayaan, dan penilaian pendidikan, dua dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan
acuan utama bagi SD/MI dalam mengembangkan kurikulum.
pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes, dan nontes.
Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan
terencana dengan baik, agar dapat diterima untuk: (1) memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat dan masyarakat global; (2) mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi
perkembangan dunia global; dan (3) melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan/ atau
mengembangkan keterampilan untuk hidup mandiri1
Berdasarkan uraian diatas, maka kami mengkaji semua yang telah tersebutkan di atas
dengan judul makalah Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan di SMA.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ?
2. Apa sajakah Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ?
3. Apa sajakah Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan di SMA ?
4. Bagaimanakah proses Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di
SMA ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1
H. Muhaimin, Hj. Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada: 2008), hlm, 333-334.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang
ada didaerah.
Mulyasa dalam Heri Gunawan mengemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan.2
Menurut Wina Sanjaya, dihubungkan dengan konsep dasar dan desain kurikulum,
maka KTSP memiliki semua unsure tersebut yang sekaligus merupakan karakteristik KTSP
itu sendiri, yakni:
a. Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu.
Hal ini dapat dilihat dari pertama, struktur program KTSP yang memuat sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran yang
harus dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu juga ditentukan
jumlah jam pelajaran secara ketat. Kedua, criteria keberhasilan KTSP lebih banyak
diukur dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran
seperti diukur dari hasil Ujian Nasional. Soal-soal dalam UN itu lebih banyak bahkan
seluruhnya menguji kemampuan kognitif siswa dalam setiap mata pelajaran.
Walaupun dianjurkan kepada setiap guru menggunakan sistem penilaian proses
mislanya dengan portofolio, namun pada akhirnya kelulusan siswa ditentukan oleh
sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat
dilihat dari prinsip-prinsip pelajaran dalam KTSP yang menekankan kepada aktivitas
siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai
pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan mislanya melalui CTL, inkuiri,
pembelajaran portofolio, dan lain sebagainya. Demikian juga secara tegas dalam
struktur kurikulum terdapat komponen pengembangan diri, yakni komponen
kurikulum yang menekankan kepada aspek pengembangan minat dan bbakat siswa.
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 61.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada
salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian, maka KTSP adalah
kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program muatan
lokalnya, KTSP didasarkan kepada keberagaman kondisi, sosial, budaya yang berbeda
masing-masing daerahnya.
KTSP merupakan kurikulum teknologis hal ini dapat dilihat dari adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indicator hasil
belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.3
Masnur Muslich dalam Abdullah Idi mengatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang terbit pada 2006 merupakan penyempurnaa kurikulum 2004 yang
diwujudkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kurikulum KTSP diberlakukan
secara bertahap pada tahun ajaran 2006-2007, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, KTSP disusun oleh satun pendidikan masingmasing. Pemerintah melalui rambu-rambu yang berlandaskan piranti hukum mulai sejak dari
UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP RI No. 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 23/2006, satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA) diharapkan dapat mengembangkan KTSP sebagai dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran bagi siswa.4
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar, isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, saran dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian.
Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang
dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam ketentuan umum
adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan
3
Wina Sanjaya, Teori dan Praktek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), ( Jakarta : Kencana, 2010 ),
hlm, 131.
4
Abudllah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), cet ke-3,
hlm., 225.
langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Keuda, model KTSP sebagai salah
satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan
berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu
tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan hendaknya dugunakan sebagai refrensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi
kesempatan peserta didik untuk:
a. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Belajar untuk memahami dan menghayati;
c. Beljaar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan
e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm, 471 472.
keterkaitan
dan
kesinambungan
yang
bermakna
dan
tepat
antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat
6
H. Muhaimin, Hj. Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan
kurikulum
dilakukan
dengan
melibatkan
pemangku
1. Profil SMA
a. Tujuan Pendidikan Menengah
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Op.cit, hlm. 179-183.
belajar.
k) Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
2) Misi
a) Menumbuh kembangkan sikap, perilaku dan amaliah keagamaan
islam.
b) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,
sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
c) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada
seluruh warga madrasah baik dalam prestasi akademik maupun non
akademik.
d) Menciptakan lingkungan madrasah yang sehat, bersih dan indah.
e) Mendorong dan membantu serta memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan
bakat
dan
minatnya,
sehingga
dapat
mengembangkan
budaya
belajar
untuk
pemberdayaan diri.
i. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang
j.
k.
l.
m.
terbaik.
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.
Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab.
Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa, dan bernegara, secara
n.
o.
p.
q.
lingkungan.
r. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
s. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat.
t. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain.
u. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis
dan estetis.
H. Muhaimin, Hj. Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan
10
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI. Yang di prioritaskan
bagi siswa yang disiplin waktu.
b. Kegiatan tidak terprogram
Adalah kegiatan yang dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah yang di ikuti oleh semua peserta didik.
4. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)
Pendidikan kecakapan hidup (life skill) di SMA dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:
(1) diinternalisasikan dalam setiap mata pelajaran melalui strategi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dalam PBM; dan (2) melalui mata pelajaran khusus, utamanya
untuk kecakapan hidup vokasional.
1. Internalisasi Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Semua Mata Pelajaran.
Kecakapan hidup yang termasuk dalam komponen Personal skill, General
skill, dan Academic skill akan di internalisasikan dalam setiap mata pelajaran yang
disajikan
di
SMA.
Komponen-komponen
kecakapan
hidup
yang
akan
diinternalisasikan dalam setiap mata pelajaran dapat dilihat lebih detail pada bagian
pengalaman belajar pada setiap silabus yang ada pada setiap mata pelajaran.
Dalam menginternalisasikan komponen-komponen kecakapan hidup tersebut
digunakan strategi-strategi sebagai berikut.
a. Melalui reorientasi pembelajaran,
setiap
guru
yang
akan
menyampaikan mata pelajaran harus merencanakan komponenkomponen yang akan diinternalisasikan dalam proses pembelajaran,
sehingga pencapaian kompetensi dalam setiap mata pelajaran
hendaknya diikuti dengan penyemaian komponen-komponen dari
kecakapan hidup.
b. Mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan
metode yang variatif, sehingga memungkinkan:
Peserta didik lebih aktif
Iklim belajar menyenangkan
Pengembangan budaya baca, tulis, observasi
Fungsi guru bergeser dari pemberi informasi menuju seorang
fasilitator
Pemanfaatan perpustakaan, laboraturium dan sumber belajar
lain
Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan kehidupan
siswa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah kehidupan.
Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber
Menggeser teaching menjadi learning
13
14
d. Siswa dinyatakan tidak naik ke kelas XII, apabila yang bersangkutan tidak
mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari tiga mata pelajaran yang
bukan mata pelajaran ciri khas program studi.
e. Siswa yang tidak naik kelas, diwajibkan mengulang, yaitu mengikuti seluruh
kegiatan pembelajaran pada tingkat kelas yang sama pada tahun berikutnya.
f. Laporan hasil belajar siswa disampaikan kepada siswa dan orang tua /wali,
setiap akhir semester.
3. Penjurusan
a. Waktu penjurusan
1) Penentuan penjurusan program studi dilakukan mulai akhir semester
2 kelas X
2) Pelaksanaan penjurusan program studi di semester 1 kelas XI
b. Kriteria penjurusan program studi meliputi:
1) Nilai akademik
Siswa yang naik kelas XI dan akan mengambil ke program studi:
Ilmu alam: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling
banyak tiga mata pelajaran pada mata pelajaran mata
pelajaran umum, selain mata pelajaran ciri khas program
studi (lihat struktur kurikulum)
Ilmu sosial: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling
banyak tiga mata pelajaran pada mata pelajaran mata
pelajaran umum, selain mata pelajaran ciri khas program
studi (lihat struktur kurikulum)
Ilmu bahasa: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling
banyak tiga mata pelajaran pada mata pelajaran mata
pelajaran umum, selain mata pelajaran ciri khas program
studi (lihat struktur kurikulum)
Siswa yang naik kelas XI, dan yang bersangkutan mendapat nilai
tidak tuntas tiga mata pelajaran, maka nilai tersebut harus dijadikan
dasar untuk menentukan program studi yang dapat diikuti oleh
siswa, contoh:
Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah fisika,
matematika dan sejarah (dua mata pelajaran ciri khas
program studi ilmu alam dan satu ciri khas program studi
ilmu sosial), maka siswa tersebut secara akademik dapat
dimasukkan ke program studi bahasa.
Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah bahasa dan
sastra indonesia, bahasa inggris, matematika, (dua mata
15
pelajaran ciri khas program studi bahasa dan satu ciri khas
program studi ilmu alam), tersebut secara akademik dapat
dimasukkan ke program studi ilmu sosial.
Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah fisika,
ekonomi, dan bahasa inggris (mencakup semua mata
pelajaran yang menjadi ciri khas program studi ketiga
program di SMA) maka siswa tersebut:
Perlu diperhatikan prestasi kognitif, afektif, dan
psikomotor mata pelajaran yang menjadi ciri khas
program ilmu pengetahuan alam lainnya seperti
matematika, fisika, kimia dan biologi dibandingkan
dengan mata pelajaran yang menjadi ciri khas
program ilmu sosial (ekonomi, sejarah, geografi,
sosiologi) dan dibandingkan dengan mata pelajaran
yang menjadi ciri khas program ilmu bahasa (bahasa
indonesia, bahasa inggris, bahasa asing lain).
Perbandingan nilai prestasi siswa dimaksud, dapat
dilakukan melalui program remedial dan di akhiri
dengan ujian. Apabila program ada nilai prestasi
yang lebih unggul daripada program lainnya, maka
siswa tersebut bisa dimasukkan ke program studi
yang nilai prestasi mata pelajarannaya lebih unggul
tersebut. Namun apabila antara minat dan prestasi
ketiga aspek tidak cocok atau sesuai, walikelas
dengan pertimbangan masukan dari guru bimbingan
dan konseling dapat memutuskan program apa yang
dapat dipilih oleh siswa.
2) Minat siswa
Untuk mengetahui minat siswa dapat dilakukan melalui angket atau
kuesioner dan wawancara, atau cara lain yang bisa digunakan untuk
mendeteksi minat, bakat.
3) Masukan dan saran dari guru bimbingan dan konseling.
c. Siswa diberi kesempatan untuk program (multi-entry-multi-exit) apabila ia
tidak cocok pada program studi semula atau tidak sesuai dengan kemampuan
dan kemajuan belajarnya. Sekolah harus memfasilitasi agar siswa dapat
16
kurikulum 94;
pelaksana pindah
sekolah
lintas
profinsi/
kabupaten
/kota,
17
pembelajaran yang variatif sampai dengan asesmen proses dan hasil belajar.
Kerja sama /kemitraan
Penjalinan kerja sama/ kemitraan sekurang-kurangnya berisi statemen tentang: (1)
gambaran yang jelas tentang upaya kerjasama/kemitraan untuk evaluasi dan
pemutakhiran kurikulum maupun analisis kebutuhan; (2) keluasan wilayah kerja
sama/ kemitraan, (3) bentuk-bentuk kerjasama/ kemitraan yang dilakukan untuk
mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah.
Dalam upaya pembentukan kompetensi lulusan SMA diperlukan keterlibatan dari
berbagai pihak terkait atau stakeholders di luar sekolah. Untukitu SMA telah dan akan
terus-menerus melakukan jaringan kerjasama/kemitraan antara sekolah dengan semua
pihak yang terkait. Jaringan kerja sama ini dilakukan dalam keseluruhan upaya
pengembangan kurikulum, membantu baik dalam rangka evaluasi dan pemutakhiran
kurikulum maupun dalam rangka analisis kebutuhan yang perlu dilakukan pada awal
upaya pengembangan kurikulum SMA. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan jaringan
kerjasama, perlu diperluas wilayahnya yang tidak hanya bersekala lokal dan nasional,
tetapi juga menjagkau sekala regional dan internasional, segala bentuk kegiatan
kerjasama dan kemitraan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan SMA untuk
mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah dengan tetap berpedoman pada asas
18
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penulisan dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu yang
menekankan kepada aktivitas siswa dan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang terbit pada 2006. Dan di
sesuaikan dengan kompetensi dan potensi yang ada pada satuan pendidikan tertentu.
Dalam kurikulum ini terdapat tujuan yang akan di capai.
2. Adapun landasan dari KTSP ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan penjabaran
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan di buat karena adanya faktor yang menjadi
acuan di kembangkannya kurikulum ini. Ada beberapa faktor mengapa KTSP harus
dikembangkan, beberapa faktor tersebut telah dikemukakan diatas dengan lengkap.
Salah satunya untuk menigkatkan imtak siswa.
4. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA
a. Pengembangan kurikulum dilakukan untuk menjaga agar kurikulum yang di
gunakan oleh SMA selalu mengarah kepada tercapainya kepada visi SMA, sesuai
dengan perkembangan IPTEK dan harapan stakeholder.
b. Pengembangan kurikulum dilaksanakan melalui proses tinjauan kurikulum yang
dilakukan oleh manajemen SMA, guru-guru dan stakeholders.
11
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Gunawan Heri, 2013, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung:
Alfabeta.
Idi Abudllah, 2010, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rusman, 2011, Manajemen Kurikulum Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya Wina, 2010, Teori dan Praktek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ),
Jakarta : Kencana.
Sugeng Listyo Prabowo, H. Muhaimin, dan Hj. Sutiah, 2008, Pengembangan Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta,
PT Rajagrafindo Persada.
21