Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2006 diberi istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan Kurikulum 2004 (KBK) yang disempurnakan mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan
penjabaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Oleh karena itu, kurikulum 2004
merupakan embrio dari Kurikulum 2006. Kurikulum sebagai rancangan pembelajaran
memiliki kedudukan yang sangat tinggi yang akan menentukan proses dan hasil belajar
peserta didik bahkan hasil pendidikan secara keseluruhan.
Pada kurikulum 2006 pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan, BSNP
menyusun Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP meliputi: Poin
1: visi, misi, tujuan satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, beban belajar dan kalender
akademik. Poin 2: silabus setiap mata pelajaran yang disusun oleh setiap guru. Dan poin 3:
RPP yang disusun oleh setiap guru.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini adalah tujuan
pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan atau standar-standar yang lebih
operasional, serta kesesuaiannya dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, sosial budaya
masyarakat, kebutuhan dan potensi SMA dan peserta didik. KTSP ini di susun untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan berbagai karakteristik, kebutuhan
dan potensi tersebut.
Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiyayaan, dan penilaian pendidikan, dua dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan
acuan utama bagi SD/MI dalam mengembangkan kurikulum.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SMA di nyatakan tercapai apabila


kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan
1

pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes, dan nontes.
Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan
terencana dengan baik, agar dapat diterima untuk: (1) memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat dan masyarakat global; (2) mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi
perkembangan dunia global; dan (3) melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan/ atau
mengembangkan keterampilan untuk hidup mandiri1
Berdasarkan uraian diatas, maka kami mengkaji semua yang telah tersebutkan di atas
dengan judul makalah Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan di SMA.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ?
2. Apa sajakah Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ?
3. Apa sajakah Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan di SMA ?
4. Bagaimanakah proses Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di
SMA ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1

H. Muhaimin, Hj. Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada: 2008), hlm, 333-334.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan
untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang
ada didaerah.
Mulyasa dalam Heri Gunawan mengemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan.2
Menurut Wina Sanjaya, dihubungkan dengan konsep dasar dan desain kurikulum,
maka KTSP memiliki semua unsure tersebut yang sekaligus merupakan karakteristik KTSP
itu sendiri, yakni:
a. Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu.
Hal ini dapat dilihat dari pertama, struktur program KTSP yang memuat sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran yang
harus dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu juga ditentukan
jumlah jam pelajaran secara ketat. Kedua, criteria keberhasilan KTSP lebih banyak
diukur dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran
seperti diukur dari hasil Ujian Nasional. Soal-soal dalam UN itu lebih banyak bahkan
seluruhnya menguji kemampuan kognitif siswa dalam setiap mata pelajaran.
Walaupun dianjurkan kepada setiap guru menggunakan sistem penilaian proses
mislanya dengan portofolio, namun pada akhirnya kelulusan siswa ditentukan oleh
sejauh mana siswa menguasai materi pelajaran.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat
dilihat dari prinsip-prinsip pelajaran dalam KTSP yang menekankan kepada aktivitas
siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai
pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan mislanya melalui CTL, inkuiri,
pembelajaran portofolio, dan lain sebagainya. Demikian juga secara tegas dalam
struktur kurikulum terdapat komponen pengembangan diri, yakni komponen
kurikulum yang menekankan kepada aspek pengembangan minat dan bbakat siswa.

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 61.

c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada
salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian, maka KTSP adalah
kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program muatan
lokalnya, KTSP didasarkan kepada keberagaman kondisi, sosial, budaya yang berbeda
masing-masing daerahnya.
KTSP merupakan kurikulum teknologis hal ini dapat dilihat dari adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indicator hasil
belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.3
Masnur Muslich dalam Abdullah Idi mengatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang terbit pada 2006 merupakan penyempurnaa kurikulum 2004 yang
diwujudkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kurikulum KTSP diberlakukan
secara bertahap pada tahun ajaran 2006-2007, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, KTSP disusun oleh satun pendidikan masingmasing. Pemerintah melalui rambu-rambu yang berlandaskan piranti hukum mulai sejak dari
UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP RI No. 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 23/2006, satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA) diharapkan dapat mengembangkan KTSP sebagai dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran bagi siswa.4
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar, isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, saran dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian.
Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang
dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam ketentuan umum
adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan
3

Wina Sanjaya, Teori dan Praktek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), ( Jakarta : Kencana, 2010 ),

hlm, 131.
4

Abudllah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), cet ke-3,

hlm., 225.

langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Keuda, model KTSP sebagai salah
satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan
berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu
tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan hendaknya dugunakan sebagai refrensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi
kesempatan peserta didik untuk:
a. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Belajar untuk memahami dan menghayati;
c. Beljaar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan
e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan.5


Menurut pemakalah, KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan
individu yang menekankan kepada aktivitas siswa dan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang terbit pada 2006.
Dan di sesuaikan dengan kompetensi dan potensi yang ada pada satuan pendidikan tertentu.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Landasan penyusunan KTSP sebagai berikut:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1&2, Pasal 38 Ayat 2 dan Pasal 51 Ayat 1.
b. Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 17 ayat 1&2, dan Pasal 49 Ayat 1.
c. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomer 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
(SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
e. Peraturan Mendiknas Nomer 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas
Nomer: 22 dan 23.
f. Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomer: DJ. II. 1/ PP.OO/ED/681/2006,
tanggal 1 Agustus 2006, Tentang Pelaksanaan Standar Isi (khusus untuk
madrasah).

Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm, 471 472.

g. Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (RPS/M)6

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA


Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA sebagai perwujudan dari kurikulum
pendidikan menengah aliah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap
kelompok atau satuan pendidikan dan komite Sekolah/Madrasah. Sekolah Menengah
di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi, yang berpedoman pada
standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam

keterkaitan

dan

kesinambungan

yang

bermakna

dan

tepat

antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat
6

H. Muhaimin, Hj. Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah.Op.cit, hlm, 334-335.

dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan


memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
danseni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan

kurikulum

dilakukan

dengan

melibatkan

pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan


kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan (keharusan).
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling
mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia7
D. Proses Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA

1. Profil SMA
a. Tujuan Pendidikan Menengah

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Op.cit, hlm. 179-183.

Pendidikan menengah bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,


kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
b. Visi dan Misi SMA
1) Visi:
Terbinanya siswa yang beriman dan bertakwa, serta memiliki daya saing
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, olahraga, dan berwaasan
lingkungan.
Indikator indikatornya adalah:
a) Menjadikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam sebagai pandangan
hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup dalam kehidupan
sehari-hari.
b) Memiliki daya saing dalam prestasi UNAS.
c) Memiliki daya saing dalam memasuki perguruan tinggi yang
favorit.
d) Memiliki daya saing dalam memasuki lapangan pekerjaan.
e) Memiliki daya saing dalam prestasi KIR pada tingkat lokal,
f)
g)
h)
i)
j)

nasional dan/ atau internasional.


Memiliki daya saing dalam prestasi ICT
Memiliki daya saing dalam prestasi seni dan olahraga.
Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.
Memiliki kemampuan beradaptasi dan survive di lingkungannya.
Memiliki lingkungan madrasah yang nyaman dan kondusif untuk

belajar.
k) Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
2) Misi
a) Menumbuh kembangkan sikap, perilaku dan amaliah keagamaan
islam.
b) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,
sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
c) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada
seluruh warga madrasah baik dalam prestasi akademik maupun non
akademik.
d) Menciptakan lingkungan madrasah yang sehat, bersih dan indah.
e) Mendorong dan membantu serta memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan

bakat

dan

minatnya,

sehingga

dikembangkan secara lebih optimal.


f) Mengembangkan life skills dalam setiap aktivitas pendidikan.
g) Mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan.

dapat

h) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh


warga madrasah dan komite madrasah.8
2. Standar Kompetensi SMA
1. Standar Kompetensi Lulusan SMA
Diadopsi dari peraturan mentri pendidikan nasional nomer 23 tahun 2006 tentang
standar kompetensi lulusan .
a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang di anut sesuai dengan
perkembangan remaja.
b. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri
serta memperbaiki kekurangannya.
c. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,
perbuatan dan pekerjaannya.
d. Berpartisipasi dalam menegakkan aturan-aturan sosial.
e. Menghargai keberagaman agama,bangsa, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup global.
f. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, keritis,
kreatif, dan inovatif.
g. Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam
pengambilan keputusan.
h. Menunjukkan kemampuan

mengembangkan

budaya

belajar

untuk

pemberdayaan diri.
i. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang
j.
k.
l.
m.

terbaik.
Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.
Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial.
Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab.
Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa, dan bernegara, secara

n.
o.
p.
q.

demokrat dalam wadah negara kesatuan republik indonesia.


Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya.
Mengapresiasi karya seni dan budaya.
Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok.
Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan

lingkungan.
r. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun.
s. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat.
t. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain.
u. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis
dan estetis.

H. Muhaimin, Hj. Sutiah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah.Op.cit, hlm. 335-336.

v. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara


dalam bahasa indonesia dan inggris.
w. Menguasai pengetahuan yang di perlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.9
3. Kegiatan Pengembangan Diri di SMA
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan
kondisi sekolah.
b. Tujuan khusus
Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemampuan kehidupan beragama, kemampuan sosial, kemampuan
belajar, wawasan dan perencanaan karier, kemampuan pemecahan masalah, dan
kemandirian.
2. Ruang Lingkup Pengembangan Diri Meliputi:
a. Kegiatan Terprogram
Adalah kegiatan yang direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta
didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya.
Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan
perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik secara individual, kelompok, dan klasikal melalui penyelenggaraan:
layanan dan kegiatan pendukung konseling, dan kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan pengembangan diri terprogram terdiri dari dua komponen yaitu:
1) Pelayanan konseling, meliputi:
Kehidupan pribadi
Kemampuan sosial
Kemampuan belajar
Wawasan dan perencanaan karier
2) Ekstra kurikuler, meliputi:
Kepramukaan
Latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja
Seni, olah raga, cinta alam, jurnalistik,teater, keagamaan
Adapun bentuk-bentuk pengembangan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler
adalah sebagai berikut:
Kelompok ilmiah remaja (KIR)
Tujuan dari KIR adalah
Melatih peserta didik berfikir kritisa dan ilmiah
Melatih peserta didik trampil dalam menulis karya ilmiah
9

Ibid, hlm, 337-338.

10

Melatih peserta mengomunikasikan hasil temuannya kepada pihak


lain
Melatih peserta didik melakukan penelitian ilmiah
Sasaran dari kegiatan ini lebih ditujukan kepada peserta kelas X dan kelas
XI dalam hal khusus kelas XII.
Palang merah remaja
Tujuan palang merah remaja adalah:
Melatih peserta didik untuk mampu menanggulangi dan menolong
dalam setiap kecelakaan yang ada di sekitar.
Mengembangkan jiwa sosial dan perduli terhadap orang lain.
Membiasakan hidup sehat.
Sasaran dari kegiatan palang merah ini kelas X dan XII
Pramuka
Sebagai wahana bagi peserta didik untuk berlatih berorganisasi.
Melaih peserta didik untuk terampil dan mandiri.
Sasaran dari kegiatan pramuka ini adalah kelas X dan XI
Seni bela diri
Tujuan dari seni bela diri adalah:
Menumbuhkembangkan sifat percaya diri pada anak.
Memberikan bekal cinta perdamaian, dan menghindari adanya
penganiyayaan.
Membiasakan hidup sehat.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XII
Seni baca al-quran
Tujuan dari diadakannya seni baca al-quran adalah:
Menghargai dan menghormati kitab sucinya.
Menumbuhkembangkan sifat cinta terhadap agama khususnya
pada kitab suci al-quran.
Melestarikan budaya islam.
Sasaran kegiatan ini adalah kelas X dan XII
Seni musik (Qosidah)
Tujuan seni musik adalah:
Melestarikan budaya islam.
Memberikan bekal kecakapan hidup berupa seni qosidah.
Menumbuhkembangkan sifat cinta terhadap budaya islam.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI.
Drum band
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Menumbuhkan sifat cinta tanah air.
Menumbuhkan sifat patriot pada peserta didik.
Melestarikan budaya modern.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI.
Pecinta alam
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Menumbuhkan cinta tanah air.
11

Memupuk jiwa cinta lingkungan.


Menumbuhkan sifat mandiri.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI.
Bimbingan baca kitab kuning.
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Memperkenalkan kepada peserta didik terhadap kitab-kitab
kontemporer.
Menggali pengetahuan agama dan buku kontemporer.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI.
Jurnalistik
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Melatih peserta didik di bidang komunikasi.
Melatih peserta didik gemar membaca dan menulis.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI.
Remaja masjid
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Memakmurkan masjid.
Mengadakan pengajian dan pengembangan keagamaan.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI.
Latihan kepemimpinan dasar
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi pemimpin yang
handal.
Melatih siswa bersikap demokratis.
Melatih peserta didik untuk mengambil keputusan cepat dan tepat.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI.
Olimpiade training center
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi tutor sebaya di
kelasnya masing-masing.
Melatih memecahkan masalah yang berat.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti olimpiade yang di adakan
pemerintah atau perguruan tinggi.
Sasaran dari kegiatan ini adalah 45 siswa terpandai dalam bidang sains
ekonomi dan komputer serta kebahasaan.
Pendidikan kesehatan sekolah ( PKS)
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Mempersiapkan peserta didik untuk peduli terhadap kesehatan
sekolah dan orang lain.
Menjadi garda terdepan terhadap kedisiplinan anak.
Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI.
Olahraga
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Mengembangkan bakat peserta didik di bidang olahraga.
Membiasakan pola hidup sehat jasmani dan rohani.
12

Sasaran dari kegiatan ini adalah kelas X dan XI. Yang di prioritaskan
bagi siswa yang disiplin waktu.
b. Kegiatan tidak terprogram
Adalah kegiatan yang dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah yang di ikuti oleh semua peserta didik.
4. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)
Pendidikan kecakapan hidup (life skill) di SMA dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:
(1) diinternalisasikan dalam setiap mata pelajaran melalui strategi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dalam PBM; dan (2) melalui mata pelajaran khusus, utamanya
untuk kecakapan hidup vokasional.
1. Internalisasi Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Semua Mata Pelajaran.
Kecakapan hidup yang termasuk dalam komponen Personal skill, General
skill, dan Academic skill akan di internalisasikan dalam setiap mata pelajaran yang
disajikan

di

SMA.

Komponen-komponen

kecakapan

hidup

yang

akan

diinternalisasikan dalam setiap mata pelajaran dapat dilihat lebih detail pada bagian
pengalaman belajar pada setiap silabus yang ada pada setiap mata pelajaran.
Dalam menginternalisasikan komponen-komponen kecakapan hidup tersebut
digunakan strategi-strategi sebagai berikut.
a. Melalui reorientasi pembelajaran,

setiap

guru

yang

akan

menyampaikan mata pelajaran harus merencanakan komponenkomponen yang akan diinternalisasikan dalam proses pembelajaran,
sehingga pencapaian kompetensi dalam setiap mata pelajaran
hendaknya diikuti dengan penyemaian komponen-komponen dari
kecakapan hidup.
b. Mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan
metode yang variatif, sehingga memungkinkan:
Peserta didik lebih aktif
Iklim belajar menyenangkan
Pengembangan budaya baca, tulis, observasi
Fungsi guru bergeser dari pemberi informasi menuju seorang
fasilitator
Pemanfaatan perpustakaan, laboraturium dan sumber belajar
lain
Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan kehidupan
siswa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah kehidupan.
Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber
Menggeser teaching menjadi learning
13

Lebih banyak komponen-komponen dalam kecakapan hidup


yang bisa diinternalisasikan dalam PBM
2. Pendidikan Vokasional
Dengan memerhatikan sumber daya yang ada di SMA dan kebutuhan yang
berkembang di masyarakat serta adanya kerja sama yang telah di bangun oleh SMA
dengan lembaga diklat otomotif misalnya, maka program vokasional yang di ajarkan
adalah mekanika otomotif. Program ini memiliki durasi 60 jam dalam setiap semester,
sehingga dalam pelaksanaanya disajikan delama tiga jam perminggu.
Sistem penilaian dari pendidikan vokasional ini akan dilaksanakan melalui uji
kompetensi dengan menggunakan ujian praktik, kemampuan dalam setiap peraktik di
bengkel dan sikap yang ditunjukkan selama proses pembelajaran.
5. Muatan Lokal
Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan potensi SMA sehingga memiliki
keunggulan yang kompetitif. Muatan lokal bisa berbentuk keterampilan bahasa,
keterampilan dalam bidang TI, atau bentuk keterampilan tepat guna yang lain. Muatan
lokal disajikan dalam bentuk mata pelajaran, sehingga harus memiliki kompetensi
mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar.10
6. Ketuntasan Belajar, Sistem Penilaian, Penjurusan, dan Pindah sekolah.
1. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar peserta didik ditetapkan oleh musyawarah guru bidang studi
berdasarkan acuan yang ditetapkan oleh SMA masing-masing. Penetapan standar
ketuntasan belajar minimal (SKBM) atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SMA
pada tiap mata pelajaran berbeda-beda setelah diperhitungkan tingkat kompleksitas,
daya dukung dan intake (kemampuan rata-rata peserta didik).
2. Sistem Penilaian
Sistem penilaian merupakan suatu prosedur dan kriteria-kriteria penilaian yang
diberlakuakan di SMA sistem penilaian ini berfungsi untuk mengendalikan proses dan
hasil belajar peserta didik. Model dan sistem penilaian di SMA: (1) mengacu pada
standar penilaian yang ditetapkan oleh pemerintah, (2) mengacu pada ketetapan
kriteria ketuntasan belajar minimal (KKM), (3) mengacu pada prosedur penilaian
proses dan hasil belajar, (4) mengacu pada ketentuan kriteria kenaikan kelas. Sebagai
contoh misalnya sistem penilaian di SMA sebagai berikut:
a. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil penilaian proses, ujian
blok dan ujian sekolah
b. Penentuan kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran
c. Siswa dinyatakan tidak naik ke kelas XI, apabila yang bersangkutan tidak
mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari tiga mata pelajaran.
10

Ibid, hlm. 336-365.

14

d. Siswa dinyatakan tidak naik ke kelas XII, apabila yang bersangkutan tidak
mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari tiga mata pelajaran yang
bukan mata pelajaran ciri khas program studi.
e. Siswa yang tidak naik kelas, diwajibkan mengulang, yaitu mengikuti seluruh
kegiatan pembelajaran pada tingkat kelas yang sama pada tahun berikutnya.
f. Laporan hasil belajar siswa disampaikan kepada siswa dan orang tua /wali,
setiap akhir semester.
3. Penjurusan
a. Waktu penjurusan
1) Penentuan penjurusan program studi dilakukan mulai akhir semester
2 kelas X
2) Pelaksanaan penjurusan program studi di semester 1 kelas XI
b. Kriteria penjurusan program studi meliputi:
1) Nilai akademik
Siswa yang naik kelas XI dan akan mengambil ke program studi:
Ilmu alam: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling
banyak tiga mata pelajaran pada mata pelajaran mata
pelajaran umum, selain mata pelajaran ciri khas program
studi (lihat struktur kurikulum)
Ilmu sosial: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling
banyak tiga mata pelajaran pada mata pelajaran mata
pelajaran umum, selain mata pelajaran ciri khas program
studi (lihat struktur kurikulum)
Ilmu bahasa: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling
banyak tiga mata pelajaran pada mata pelajaran mata
pelajaran umum, selain mata pelajaran ciri khas program
studi (lihat struktur kurikulum)
Siswa yang naik kelas XI, dan yang bersangkutan mendapat nilai
tidak tuntas tiga mata pelajaran, maka nilai tersebut harus dijadikan
dasar untuk menentukan program studi yang dapat diikuti oleh
siswa, contoh:
Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah fisika,
matematika dan sejarah (dua mata pelajaran ciri khas
program studi ilmu alam dan satu ciri khas program studi
ilmu sosial), maka siswa tersebut secara akademik dapat
dimasukkan ke program studi bahasa.
Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah bahasa dan
sastra indonesia, bahasa inggris, matematika, (dua mata
15

pelajaran ciri khas program studi bahasa dan satu ciri khas
program studi ilmu alam), tersebut secara akademik dapat
dimasukkan ke program studi ilmu sosial.
Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah fisika,
ekonomi, dan bahasa inggris (mencakup semua mata
pelajaran yang menjadi ciri khas program studi ketiga
program di SMA) maka siswa tersebut:
Perlu diperhatikan prestasi kognitif, afektif, dan
psikomotor mata pelajaran yang menjadi ciri khas
program ilmu pengetahuan alam lainnya seperti
matematika, fisika, kimia dan biologi dibandingkan
dengan mata pelajaran yang menjadi ciri khas
program ilmu sosial (ekonomi, sejarah, geografi,
sosiologi) dan dibandingkan dengan mata pelajaran
yang menjadi ciri khas program ilmu bahasa (bahasa
indonesia, bahasa inggris, bahasa asing lain).
Perbandingan nilai prestasi siswa dimaksud, dapat
dilakukan melalui program remedial dan di akhiri
dengan ujian. Apabila program ada nilai prestasi
yang lebih unggul daripada program lainnya, maka
siswa tersebut bisa dimasukkan ke program studi
yang nilai prestasi mata pelajarannaya lebih unggul
tersebut. Namun apabila antara minat dan prestasi
ketiga aspek tidak cocok atau sesuai, walikelas
dengan pertimbangan masukan dari guru bimbingan
dan konseling dapat memutuskan program apa yang
dapat dipilih oleh siswa.
2) Minat siswa
Untuk mengetahui minat siswa dapat dilakukan melalui angket atau
kuesioner dan wawancara, atau cara lain yang bisa digunakan untuk
mendeteksi minat, bakat.
3) Masukan dan saran dari guru bimbingan dan konseling.
c. Siswa diberi kesempatan untuk program (multi-entry-multi-exit) apabila ia
tidak cocok pada program studi semula atau tidak sesuai dengan kemampuan
dan kemajuan belajarnya. Sekolah harus memfasilitasi agar siswa dapat
16

mengejar standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki di


kelas baru
d. Batas waktu untuk pindah program studi ditentukan oleh sekolah paling
lambat satu bulan.
4. Pindah Sekolah
a. Sekolah harus memfasilitasi adanya siswa yang pindah sekolah:
1) Antara sekolah pelaksana KTSP;f
2) Antara sekolah pelaksana KTSP dengan sekolah pelaksana
b. Untuk

kurikulum 94;
pelaksana pindah

sekolah

lintas

profinsi/

kabupaten

/kota,

dikoordinasikan dengan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/ kota


setempat.
c. Sekolah dapat menentukan persyaratan pindah atau mutasi siswa sesuai
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah, antara lain mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1) Menyesuaikan bentuk laporan hasil belajar (LHBS) dari sekolah asal
sesuai dengan bentuk raport yang digunakan oleh sekolah tujuan.
2) Melakukan tes atau matrikulasi bagi siswa pindahan.
7. Pengembangan Kurikulum di SMA
a. Pengembangan kurikulum dilakukan untuk menjaga agar kurikulum yang di
gunakan oleh SMA selalu mengarah kepada tercapainya kepada visi SMA, sesuai
dengan perkembangan IPTEK dan harapan stakeholder.
b. Pengembangan kurikulum dilaksanakan melalui proses tinjauan kurikulum yang
dilakukan oleh manajemen SMA, guru-guru dan stakeholders.
c. Pengembangan kurikulum dilakukan baik secara menyeluruh maupun secara
parsial.
d. Pengembangan kurikulum secara menyeluruh dilakukan jika kompetensi lulusan
sudah tercapai atau ada kebijakan baru dari pemerintah yang berkaitan dengan
kurikulum SMA.
e. Pengembangan kurikulum secara parsial dilakukan terhadap kompetensi, materi,
metode, dan evaluasi.
f. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan terhadap kompetensi mata
pelajaran, standar kompetensi, maupun kompetensi dasar.
g. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan dengan memerhatikan perubahan
beban belajar, pencapaian ketuntasan belajar mata pelajaran, perkembangan
IPTEK, dan perkembangan sumber daya baru di SMA.
h. Pengembangan terhadap materi dilakukan dengan memerhatikan pengembangan
kompetensi, pengembangan materi dimuat dalam silabus.

17

i. Pengembangan terhadap metode dilakukan dengan memerhatikan pengembangan


materi dan sumber belajar baru yang tersedia. Pengembangan metode di muat
dalam silabus.
j. Pengembangan terhadap evaluasi dilakukan dengan memerhatikan jenis
kompetensi, alat ukur yang tersedia dan sumber daya yang tersedia,
pengembangan evaluasi dimuat dalam silabus.
8. Kendali Mutu di SMA
Kendali mutu pelaksanaan kurikulum di SMA dilakukan sebagai upaya untuk
menjamin agar kualitas lulusan sesuai dengan kompetensi yang di tetapkan/dijanjikan
dalam kurikulum dan hasilnya akan dipertahankan secara konsisten serta ditingkatkan
secara terus-menerus sehingga peserta didik dan stakeholders memperoleh kepuasan.
SKL dan standar isi merupakan acuan utama kendali mutu lulusan SMA, yang
diusahakan agar semua lulusannya memiliki kemampuan yang sesuai dengan SKL
SMA dan standar isi setiap mata pelajaran. Kendali mutu dilakukan dalam rangka
pemenuhan standar mutu keseluruhan dimensi pengelolaan pendidikan di lingkungan
SMA secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan demikian stakeholders memiliki
kepuasan, kendali mutu dilakukan mulai dari kontrol dan peningkatan mutu masukan,
9.

pembelajaran yang variatif sampai dengan asesmen proses dan hasil belajar.
Kerja sama /kemitraan
Penjalinan kerja sama/ kemitraan sekurang-kurangnya berisi statemen tentang: (1)
gambaran yang jelas tentang upaya kerjasama/kemitraan untuk evaluasi dan
pemutakhiran kurikulum maupun analisis kebutuhan; (2) keluasan wilayah kerja
sama/ kemitraan, (3) bentuk-bentuk kerjasama/ kemitraan yang dilakukan untuk
mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah.
Dalam upaya pembentukan kompetensi lulusan SMA diperlukan keterlibatan dari
berbagai pihak terkait atau stakeholders di luar sekolah. Untukitu SMA telah dan akan
terus-menerus melakukan jaringan kerjasama/kemitraan antara sekolah dengan semua
pihak yang terkait. Jaringan kerja sama ini dilakukan dalam keseluruhan upaya
pengembangan kurikulum, membantu baik dalam rangka evaluasi dan pemutakhiran
kurikulum maupun dalam rangka analisis kebutuhan yang perlu dilakukan pada awal
upaya pengembangan kurikulum SMA. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan jaringan
kerjasama, perlu diperluas wilayahnya yang tidak hanya bersekala lokal dan nasional,
tetapi juga menjagkau sekala regional dan internasional, segala bentuk kegiatan
kerjasama dan kemitraan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan SMA untuk
mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah dengan tetap berpedoman pada asas
18

kepentingan bersama, tanggung jawab bersama, dan kesetaraan di antara pihak-pihak


yang terlibat.11

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penulisan dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu yang
menekankan kepada aktivitas siswa dan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang terbit pada 2006. Dan di
sesuaikan dengan kompetensi dan potensi yang ada pada satuan pendidikan tertentu.
Dalam kurikulum ini terdapat tujuan yang akan di capai.
2. Adapun landasan dari KTSP ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan penjabaran
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan di buat karena adanya faktor yang menjadi
acuan di kembangkannya kurikulum ini. Ada beberapa faktor mengapa KTSP harus
dikembangkan, beberapa faktor tersebut telah dikemukakan diatas dengan lengkap.
Salah satunya untuk menigkatkan imtak siswa.
4. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA
a. Pengembangan kurikulum dilakukan untuk menjaga agar kurikulum yang di
gunakan oleh SMA selalu mengarah kepada tercapainya kepada visi SMA, sesuai
dengan perkembangan IPTEK dan harapan stakeholder.
b. Pengembangan kurikulum dilaksanakan melalui proses tinjauan kurikulum yang
dilakukan oleh manajemen SMA, guru-guru dan stakeholders.
11

Ibid, hlm. 366-374.

19

c. Pengembangan kurikulum dilakukan baik secara menyeluruh maupun secara


parsial.
d. Pengembangan kurikulum secara menyeluruh dilakukan jika kompetensi lulusan
sudah tercapai atau ada kebijakan baru dari pemerintah yang berkaitan dengan
kurikulum SMA.
e. Pengembangan kurikulum secara parsial dilakukan terhadap kompetensi, materi,
metode, dan evaluasi.
f. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan terhadap kompetensi mata
pelajaran, standar kompetensi, maupun kompetensi dasar.
g. Pengembangan terhadap kompetensi dilakukan dengan memerhatikan perubahan
beban belajar, pencapaian ketuntasan belajar mata pelajaran, perkembangan
IPTEK, dan perkembangan sumber daya baru di SMA.
h. Pengembangan terhadap materi dilakukan dengan memerhatikan pengembangan
kompetensi, pengembangan materi dimuat dalam silabus.
i. Pengembangan terhadap metode dilakukan dengan memerhatikan pengembangan
materi dan sumber belajar baru yang tersedia. Pengembangan metode di muat
dalam silabus.
j. Pengembangan terhadap evaluasi dilakukan dengan memerhatikan jenis
kompetensi, alat ukur yang tersedia dan sumber daya yang tersedia,
pengembangan evaluasi dimuat dalam silabus.

DAFTAR PUSTAKA

20

Gunawan Heri, 2013, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung:
Alfabeta.
Idi Abudllah, 2010, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rusman, 2011, Manajemen Kurikulum Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya Wina, 2010, Teori dan Praktek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ),
Jakarta : Kencana.
Sugeng Listyo Prabowo, H. Muhaimin, dan Hj. Sutiah, 2008, Pengembangan Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta,
PT Rajagrafindo Persada.

21

Anda mungkin juga menyukai