Anda di halaman 1dari 14

1.

Air Limbah
2. Logam Berat
Definisi logam adalah elemen yang dalam larutan air dapat melepas satu atau lebih
elektron dan menjadi kation. Logam mempunyai beberapa karakteristik penting, yaitu:
reflektivitas tinggi, mempunyai kilau logam, konduktivitas listrik tinggi, konduktivitas
termal tinggi, mempunyai kekuatan dan kelenturan. Logam dikelompokkan menjadi:
1. Logam berat dan logam ringan, dimana logam berat mempunyai berat jenis >5 dan
yang ringan < 5.
2. Logam esensial bagi kehidupan dan yang tidak esensial.
3. Logam yang terdapat hanya sedikit (trace mineral) dan yang bukan trace mineral.
mineral. Bila konsentrasi logam di kerak bumi 1000 ppm, maka logam tersebut
bukan trace mineral. Atas definisi ini semua logam akan tergolong trace mineral,
kecuali oksigen, hidrogen, silikon, aluminium, titanium, magnesium, natrium, kalium,
kalsium, besi, fosfor dan mangan.
Dari 80 elemen yang tergolong logam hanya atau baru 50 saja yang berarti secara
ekonomis dan industrial1.

As

Merkuri atau Air Raksa (Hg)


Merkuri atau Air Raksa (Hg) Logam merkuri bernomor atom 80, berat atom
200,59, titik didih 356,9 C, dan massa jenis 13,6 gr/ml2. Merkuri dalam perairan
dapat berasal dari buangan limbah industri kelistrikan dan elektronik, baterai,
pabrik bahan peledak, fotografi, pelapisan cermin, pelengkap pengukur, industri
bahan pengawet, pestisida, industri kimia, petrokimia, limbah kegiatan
laboratorium dan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan baku bakar
fosil. Merkuri yang paling toksik adalah bentuk alkil merkuri yaitu metil dan etil
merkuri yang paling banyak digunakan untuk mencegah timbulnya jamur alkil
merkuri terakumulasi dalam hati dan ginjal yang dikeluarkan melalui cairan
empedu3.
Kadmium (Cd)
Kadmium adalah salah satu unsur logam berat yang bersama-sama dengan unsur
Zn dan Hg termasuk pada golongan II B daftar berkala. Kadmium jarang sekali
ditemukan di alam dalam bentuk bebas. Keberadaannya di alam dalam berbagai
jenis batuan, tanah, dalam batubara dan minyak. Kadmium dapat terikat pada
protein dan molekul organik lainnya dan membentuk garam dengan asam- asam
organik. Dalam bentuk mineral, Cd berada dalam batuan greenochite (CdS) yang
berasosiasi dengan batuan ZnS. Pada ekstraksi pertambangan, Cd sebagai hasil
samping dari tambang seng (kandungan Cd sebesar lebih kurang 3 kg dalam 1 ton
Zn). Pelapisan Cd pada suatu logam mengakibatkan logam menjadi antikorosi
bila digunakan dalam air laut, air alkalis dan di lingkungan tropis 4. Agar tidak

terjadi keracunan karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi logam Hg,


Pb dan Cd, maka ada suatu ketentuan yang disarankan oleh Food Agricultural
Organization World Health Organization, yaitu 0,3 mg per orang/minggu untuk
Hg total dan tidak lebih dari 0,2 mg Hg jika dalam bentuk metil merkuri, 0,4 0,5
mg per orang/minggu untuk Cd, serta 3 mg Pb total per orang/minggu5.

Timbah (Pb)
Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak berwarna cokelat dengan
nomor atom 82, berat atom 207,19, titik leleh 327,5 C, titik didih 1725 C dan
berat jenis 11,4 gr/ml. Logam ini mudah dimurnikan sehingga banyak digunakan
oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya pertambangan, industri dan rumah
tangga. Pada pertambangan timbal berbentuk senyawa sulfida (PbS) (Reilly,
1991). Logam Pb bersifat toksik pada manusia dan dapat menyebabkan
keracunan akut dan kronis. Keracunan akut biasanya ditandai dengan rasa
terbakar pada mulut, adanya rangsangan pada sistem gastrointestinal yang disertai
dengan diare. Sedangkan gejala kronis umumnya ditandai dengan mual, anemia,
sakit di sekitar mulut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan 6. bahwa daya racun
dari logam ini disebabkan terjadi penghambatan proses kerja enzim oleh ion-ion
Pb2+. Penghambatan tersebut menyebabkan terganggunya pembentukan
hemoglobin darah. Hal ini disebabkan adanya bentuk ikatan yang kuat (ikatan
kovalen) antara ion-ion Pb2+ dengan gugus sulfur di dalam asam-asam amino.
Untuk menjaga keamanan dari keracunan logam ini, batas maksimum timbal
dalam makanan laut yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan FAO
adalah sebesar 2,0 ppm. Pada organisme air kadar maksimum Pb yang aman
dalam air adalah sebesar 50 ppb 7.

3. Spektrometer Serapan Atom (SSA )


Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis
untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas 8. Metode ini
sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Sebenarnya selain
dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis
dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan
energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang
400-800 nm, sedangkan SSA memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300
nm 8. Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari SSA, karena SSA
memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam SSA merupakan
syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga
analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan SSA
merupakan komplementer satu sama lainnya.

Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan natrium
menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada
gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat energi elektronik suatu atom.
Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar
dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacammacam. Misalnya unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi elektron 1s 1 2s2 2p6
3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan energi. Elektron ini
dapat tereksitasi ke tingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun ke tingkat 4p dengan energy 3,6 eV,
masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat
memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dan
dengan intensitas maksimum, yang dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan
garis resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar
yang disebabkan proses atomisasinya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap
dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang
berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:

Dimana:
lo = intensitas sumber sinar
lt = intensitas sinar yang diteruskan
= absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbansi
Dengan

T = transmitan
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi atom 9

1.

Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)


SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom
(SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam
keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar
tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar
oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar
ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom
(SSA). Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul
adalah peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya:
Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen yaitu:
Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)
Sumber radiasi
Sistem pengukur fotometri
2. Instrumen dan Alat
Untuk menganalisis sampel, sampel harus diatomisasi. Sampel kemudian harus diterangi
oleh cahaya. Cahaya yang ditransmisikan kemudian diukur oleh detector tertentu.
Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga langkah:
- Desolvation (pengeringan) larutan pelarut menguap, dan sampel kering tetap
- Penguapan sampel padat berubah menjadi gas
- Atomisasi senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas.
Sumber radiasi yang dipilih memiliki lebar spectrum sempit dibandingkan dengan transisi
atom.Lampu katoda Hollow adalah sumber radiasi yang paling umum dalam spekstroskopi
serapan atom. Lampu katoda hollow berisi gas argon atau neon, silinder katoda logam
mengandung logam untuk mengeksitasi sampel. Ketika tegangan yang diberikan pada lampu
meningkat, maka ion gas mendapatkan energy yang cukup untuk mengeluarkan atom logam dari
katoda. Atom yang tereksitasi akan kembali ke keadaan dasar dan mengemisikan cahaya sesuai
dengan frekuensi karakteristik logam.
3. Bagian-Bagian pada SSA
1. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada SSA. Lampu katoda memiliki
masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur
yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda
Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam
: Digunakan untuk mengukur 1 unsur

2.

3.

4.

5.

Lampu Katoda Multilogam


: Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket
pada SSA. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari keempat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga
unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak
ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam,
karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada
lingkungan sekitar.
Tabung Gas
Tabung gas pada SSA yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas
asetilen. Gas asetilen pada SSA memiliki kisaran suhu 20.000K, dan ada juga
tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran
suhu 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan
banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung.
Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di
dalam tabung.
Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada SSA, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar
pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh SSA, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada SSA, diolah
sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini
berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh SSA, pada
waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana
pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah
merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai
pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada
belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai
penggunaan SSA. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar
bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi
tertutup
Burner
Burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata.

Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada
lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
6.
Buangan pada SSA
Buangan pada SSA disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
SSA. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila
hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat
pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat
wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu
indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat SSA atau api pada
proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian
nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan
tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat
kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
7.
Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak
spectrum yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar
polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
8.
Detector
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector
panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan
bolometer. Detector berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan
telah diubah menjadi energy listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector
dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat
angka.

4. Metode atomisasi yang digunakan :


1) Atomisasi dengan nyala (Flame SSA)
Teknik ini menggunakan nyala sebagai sel tempat cuplikan. Cuplikan dalam bentuk
larutan disemprotkan ke dalam nyala pembakar bercampur dengan gas bahan bakar
dan gas pengoksidasi. Dalam nyala cuplikan mengalami beberapa proses yaitu
penguapan pelarut meninggalkan butiran-butiran padatan yang kemudian langsung
terurai menjadi atom-atomnya atau berubah terlebih dahulu menjadi uap dan
kemudian terurai, dan atom-atom energi cahaya dari sumber cahaya dan tereksitasi ke
tingkat energi lebih tinggi.
Pada SSA nyala keberhasilan proses pengatoman bergantung pada suhu nyala yang
digunakan :

Nyala udara-asetilen (air-asetylena flame). Menghasilkan suhu maksimum 23000C

Nyala N2O-asetilen (N2O-asetylena flame). Menghasilkan suhu maksimum 30000C


,digunakan untuk senyawa refraktori yaitu senyawa yang sukar diuraikan.

Nyala udara-propana menghasilkan suhu maksimum 18000C.


Selain menggunakan campuran-campuran gas tersebut, ada juga jenis nyala yang
disebut nyala udara terbawa (entrained air flames). Jenis nyala ini hanya digunakan
untuk keperluan khusus seperti pada teknik generasi. Penguapan (vapor generation).
Gas bahan bakar yang digunakan adalah gas hydrogen yang diencerkan oleh gas inert
seperti nitrogen atau argon.

2) Generasi Hidrida (Hydride Generation Methode)


Beberapa logam dapat membentuk hidrida yang mudah menguap. Dengan cara
pembentukan hidrida proses penguapan dapat dilakukan pada suhu rendah atau suhu
kamar. Teknik SSA generasi hidrida dapat diterapkan untuk beberapa macam logam
yaitu : As, Sb, Se, Sn, Te, Bi. Hidrida dibentuk dengan cara mereaksikan cuplikan
dengan natrium borohidrida (NaBH4) atau dilakukan dengan memberikan reduktor
dari KI dan SnCl2, ditambah Zn dan asam kuat. Kemudian hidrida logam yang
terbentuk dialirkan ke sel gas panas menggunakan aliran argon/nitrogen dan dialirkan
ke dalam sel gas di atas nyala Ar-H2 atau udara-asitilena.Selanjutnya akan
teratomisasi menjadi atom-atom bebas.
Untuk unsur Arsen (As), biasanya terdapat dalam tingkat oksidasi +3 dan +5.
Kepekaan As3+ lebih tinggi daripada As5+ jika menggunakan metode hidrida. Oleh
karena itu sebelum analisis, As5+ harus direduksi terlebih dahulu menjadi As3+
menggunakan reduktor seperti KI, SnCl2 atau NaBH4. Berikut ini reaksi penentuan
Arsen dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom :

As5+ + BH4 As3+ As3+ + BH4 AsH3 As

3) SSA Tungku Grafit (Graphite Furnace)


SSA nyala memberikan kemudahan dalam pengoprasian alat dengan ketelitian dan
kepekaan yang cukup tinggi tetapi mempunyai kelemahan dalam penggunaan nyala

yaitu efesiensi pengatoman rendah, penggunaan gas mempertinggi biaya oprasional,


kemungkinan bahaya ledakan dan memerlukan cuplikan dalam jumlah cukup banyak.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, dikembangkan teknik tanpa nyala menggunakan
tungku grafit sebagai pengganti nyala yang mempunyai efesiensi atomisasi 90%
dibanding nyala efesiensi atomisasi 10%.
Tungku grafit yang digunakan berupa tabung silinder tersebut dari grafit terkompresi
dengan atau tanpa pelapisan grafit pirolitik. Tungku dipanaskan dengan listrik yang
dapat diatur suhunya sesuai kebutuhan. Tungku ini dihubungkan dengan platform
Lvov untuk memasukkan gas inert ke dalam tabung yang berguna untuk mencegah
oksidasi tabung grafit selama proses pemanasan.
Tahapan proses yang terjadi dalam tungku adalah penguapan pelarut (1000C-2000C),
pengabuan bahan organic (6000C-10000C), setelah langkah ini gas inert dialirkan dan
kemudian logam diuapkan (15000C-30000C) dan absorbansinya diukur. Suatu
modifier dapat ditambahkan untuk mencegah hilangnya analit.
4) Atomisasi dengan Metode Penguapan (Vapour Generation methode)
Metode atomisasi ini memberikan sensitivitas yang lebih tinggi dari pada metode
atomisasi di atas, metode meliputi
:

Metode Penguapan Merkuri ( Mercuri Generation Methode )

Khusus untuk atomisasi merkuri (Hg), atom atom Hg yang ada di dalam sampel
sebagai ion positif, direduksi menjadi netral dan akan menguap sebagai atom-atom
bebas pada suhu normal. Sebagai reduktor dapat digunakan SnCl2 20% atau NaHB4
dalam HCl 10%. Reaksi penentuan Hg dengan metode ini adalah:
Hg+ + BH4 HgH

Hg0

Kemudian uap (gas) atom atom Hg bersama sama gas inert (N2 atau Ar) dialirkan
melalui sel gas.
Ada 4 metode dalam menguapkan Hg yaitu :

Reduksi Aerasi

Pemanasan

: Hg dalam larutan air direduksi dan kemudian


Dikeluarkan dari larutan dengan cara mengalirkan
gelembung gas.
: Cuplikan dipirolisis atau dibakar.

Amalgamasi Elektrolitik
: Hg dilapiskan pada
katode Cu selama elektrolisis.
Katoda kemudian
dipanaskan untuk membebaskan Hg.
Amalgasi Langsung : Hg dikumpulkan pada
kawat Ag atau Cu yang kemudian dibebaskan
dengan pemanasan. Metode ini dapat digabung
dengan 1 dan 2 sebagai metode konsentrasi.

5.

Metode Analisis
Terdapat tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri, yakni:
1. Metode Standar Tunggal
Metode ini hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (A std) dan absorbsi
larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:
Astd = b Cstd
Asmp = b Csmp
= Astd / Cstd
b = Asmp / Csmp
Sehingga,
Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan
sampel dapat dihitung.
2.

Metode kurva kalibrasi


Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi
dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA. Langkah selanjutnya
adalah membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang
merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan slope = b atau = a.b.
konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur
dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan
garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linewar pada
kurvakalibrasi.

3.

Metode adisi standar


Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan
yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.
Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel
dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu
kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih
dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan diencerkan seperti pada
larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:

Ax = k.Ck

AT = k(Cs+Cx)

Dimana,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT
dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula
dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke
AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
6.
7.

Keuntungan dan Kelemahan Metode SSA


Keuntungan metode SSA dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu
spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur
yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca,
cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas
(dari ppm sampai %).
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana SSA tidak mampu
menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi
yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada
panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.

4. Validasi Metoda Uji


Validasi metoda Uji adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya10.
Parameter Penampilah analisis
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode
analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya. Validasi merode uji
dilakukan dengan menentuikan akurasi dan presisi yang diperoleh dari pengukuran
serapan larutan standar serta parameter analit yang menyertai yaitu bias, standar deviasi,
% RSD, % D dan batas Deteksi. Selain parameter tersebut, dalam anaisis kuanttitatif

unsur kelumit (trace element) perlu ditentukan batas deteksi alat dan metode ( IDL =
Instrument Detection Limit, dan MDL = Method Detection Limit).
1. Akurasi (Kecermatan/ Ketelitian)
Kecermatan atau ketelitian adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat
tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh
karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara
mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah
dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan
pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur.
X
X rv

Akurasi =

x 100% .......(1)

Diamana :
X

= nilai rerata

X rv = nilai sebenarnya (true value)

2. Presisi (kecermatan)
Presisi atau kecermatan suatu metode adalah tingkat kedapat ulangan suatu set
hasil uji diantara hasil hasil itu sendiri. Presisi berhubungan dengan hasil suatu metode
bila pengukuran itu diulang ulang pada sampel yang homogen pada kondisi terkontrol.
Presisi suatu metode dapat diuji dengan pengulangan analisis, apabila variasi hasilnya
kecil, maka dikatan bahwa kecermatan pengukuran tinggi.
Presisi ditentukan dengan persamaan11 :
2
Presisi =
n1 ..........(2)

Dimana :

= selisih nilai hasil uji dengan nilai sebenarnya

n = jumlah data pengulangan

3. Selektivitas

Selektivitas suatu metode adalah kemampuan dari metode tersebut untuk mengukur
analit tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang
mungkin ada didalam matriks sampel. Selektivitas sering kali dinyatakan sebagai derajat
penyimpangan metode yang dilakukan terhadap sampel denngan penambahan cemaran,
hasi urai, senyawa sejenis, atau senyawa asing lain kedalamnya. Hasil dari sampe tersebut
dibandingkan dengan hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang di
tambahkan12.
Jika cemaran dan hasil urai yang ditambahkan ke dalam sampel tidak tersedia, maka
selektivitas dapat ditunjukan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung
cemaran atau hasil urai dengan menggunakan metode tertentu lalu dibanduingkan dengan
metode lain untuk pengujian kemurnian, seperti kromatografi12.
4. Linearitas dan Rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional
terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas
terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan
kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima10. Sebagai parameter
adanyan hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a
+ bX .
5. Batas deteksi dan batas Kuantitasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi
merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik
dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama10.
k Sb
Q=
Sl
Dimana :
Q = LOD ( batas deteksi) atau LOQ (Batas kuantitasi)
K = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
S b = simpangan baku respon analitik dari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi =

slope (b pada persamaan garis y = a+ bx).


Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari
kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y

= a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual
(Sy/x).
a. Batas deteksi (Q)
Karena k = 3 atau 10
Simpangan baku (Sb) = Sy/x,
Maka:
3 Sy / x
Q=
Sl
b.

Batas kuantitasi (Q)


10 Sy / x
Q=
Sl

Jika Pengukuran dilakukan beberapa kali pengulangan, hasil dari masing


masing pengukuran akan terdistribusi secara random disekitar nilai rata-rata disebabkan
kesalahan eksperimen.

1.

Duffus JH. Heavy metals a meaningless term? (IUPAC Technical Report). Pure Appl
Chem. 2002;74(5):793-807. doi:10.1351/pac200274050793.

2.

Reilly C. The nutritional trace metals. Blackwell Publ. 2008:356.


doi:10.1038/ejcn.2010.292.

3.

Prasetyo ADWI, Biologi PS, Sains F, Teknologi DAN, Islam U, Syarif N. PENENTUAN
KANDUNGAN LOGAM (Hg, Pb dan Cd) DENGAN PENAMBAHAN BAHAN
PENGAWET DAN WAKTU PERENDAMAN YANG BERBEDA PADA KERANG
HIJAU (. 2009.

4.

Bnfalvi G. Heavy Metals, Trace Elements and Their Cellular Effects.; 2011.
doi:10.1007/978-94-007-0428-2_1.

5.

Kimia J. Kimia dan Kemasan. 2013;35(1).

6.

Retnaningsih C, Darmono2, Widianarko B, Muis SF. Peningkatan Aktivitas Antioksidan


Superoksida Diamutase Pada Tikus Hiperglikemi Dengan Asupan Tempe Koro Benguk
( Mucuna pruriens L .). Agritech. 2013;33(2):154-161.

7.

U.S. Environmental Protection Agency. Quality Criteria for Water. Vol 8.; 1996.
doi:10.1016/0925-5214(96)90008-3.

8.

Skoog D a, West DM, Holler FJ, Crouch SR. Fundamentals of Analytical Chemistry. Anal
Chem. 2004;398:27-28. doi:10.1007/s00216-010-3971-6.

9.

Jeffery GH, Bassett J, Mendham J, Denney RC. Vogels Textbook of Quantitative


Chemical Analysis. New York. 1989;5th:696. doi:10.1016/0160-9327(90)90087-8.

10.

Harmita. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Maj ilmu
kefarmasian. 2004;I(3):1-135.

11.

Miller JM, Miller JC. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry.; 2010.
doi:10.1198/tech.2004.s248.

12.

Kealey D, Haines PJ. Analytical Chemistry. Vol 53.; 2013.


doi:10.1017/CBO9781107415324.004.

Anda mungkin juga menyukai