Askep Meningitis Revisi
Askep Meningitis Revisi
MAKALAH
oleh:
Kelompok 5
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV B (IKK
IV B) dengan dosen pengampu Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB
oleh:
Velinda Dewi L
NIM 142310101004
Aisatul Zulfa
NIM 142310101029
Wahyu Ramadhani
NIM 142310101004
Lisca Nurmalika F
NIM 142310101109
Bakteri
diplokokus
haemofilus
pneumonia,
influenza,
nersseria,
streptokokus
group
A,
juga
menimbulkan
peningkatan
pada
virus
atau
aseptic
meningitis
bervariasi
tergantung
jenis
sel
yang
Meningitis Kriptikokus
Meningitis kriptikokus adalah meningitis yang disebabkan
oleh jamur kriptokokus.Jamur kriptokokkus ini bisa masuk ke
tubuh manusia saat menghirup debu atau tahi burung yang kering.
Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian
tubuh
lain.
Gejala
pada
meningitis
ini
muncul
secara
menentukan
diagnosis
harus
dilakukan
tes
ringan.Penyebab
viral
harus
2.4.4
menyebabkan kematian.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Escherichia
coli,
aeruginosa.Gejala
Klebsiella
yang
dapat
pneumoniae,
timbul
pada
menyebabkan
ke
cairan
otak
mikroorganisme
melalui
yang
ruangan
patologis
subarachnoid.Adanya
merupakan
penyebab
tidak
gatal
di
daerah
leher,
wajah,
badan
dan
daerah
rendah,
pengahasilan
tidak
mencukupi
untuk
kebutuhan sehari-hari
Gol. Darah: Alamat:
Meningitis banyak terjadi di negara-negara berkembang karena
angka kematian dan kecatatan yang masih tinggi. Perumahan
tidak memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup, tinggal atau
tidur yang saling berdesakan.Hygiene dan sanitasi yang buruk
meningkatkan angka terjadinya meningitis.
4.1.2
4.1.3
atau
gastrointestinal
meliputi
sesak
dan
sianosis
gejala
lain
yang
lebih
cairan
dari
meningitis
telinga
pada
anak
yang
pneumokokus
dan
sinus
otot
mengansi
melemah,
pergerkan
melemah.Pada
hipertermia.demam,
icterus,
ksus
dan
lanjut
rewel,
kekuatan
terjadi
mengantuk,
4.2 Diagnosa
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.dHypertension
oleh eksudasi pus akibat reaksi inflamasi
2. Hyperthermia b.d dehidrasi dan agen faramasi
3. Nyeri Akut b.d Cedera agen biologis (infeksi, iskemia, neoplasma)
4.3 Intervensi
4.
N
1.
5. Diagnosa
Keperaw
atan
13. Resiko
ketidakefe
ktifan
perfusi
jaringan
otak b.d
gangguan
transport
oksigen
melalui
membran
kapilerme
nuju otak
oleh
eksudasi
pus akibat
reaksi
inflamasi
6. Perencanaan
7.
11. Intervensi
1. Monitoring
tekanan
intrakarnial.
ICP
Monitoring
2. Management pengobatan
(monitoring pemberian
terapi farmakologi untuk
mengurangi TIK).
3. Identifikasi
terjadinya
resiko
lainnya
berhubungan
dengan
peningkatan
TIK
(infeksi).
4. Ajarkan patofisiologi dan
prognosis
dari
Meningitis. Teanching:
Disease Process
5. Ajarkan pola diet, sesuai
dengan kondisi pasien
Meningitis.
Teaching:
12. Rasional
1. Perubahan tekanan CSS,
akibat herniasi batang otak
yang membutuhkan tindakan
segera.
2. Bertujuan untuk mencegah
peningkatan tekanan
intrakranial.
3. Bertujuan untuk meningkatkan
aliran darah (vena) dari kepala.
4. Bertujuan untuk
meminimalkan fluktuasi aliran
vaskuler.
5. Menurunkan permeabilitas
kapiler, membatasi edema
serebral, mengurangi resiko
peningkatan TIK.
14.
15.
2.
19. Hyperther
mia b.d
a. Dehidrasi
b. Agen
faramasi
20.
saturation
5. Tidak
ada
mual,
muntah dan nyeri.
Nausea,
vomitting,
and pain
17.
1.
2.
3.
4.
5.
Prescribed Diet
6. Ajarkan prosedur dan
terapi Meningitis pada
klien.
Teaching:
Procedure/Treatment
7. Monitoring tanda-tanda
vital.
Vital
Sign
Monitoring
18.
Pantau suhusetiap 2 jam
1. Karena suhu pasien dengan
Pantau warna kulit dam suhu
hipertermi dapat beruabahMonitor TD, nadi, RR
ubah setiap waktu.
Monitor intake dan output
2. Warna kulit pasien dengan
Anjurkan asupan cairan oal
hipertermi, kemerahan dan
sedikitnya 2 liter sehari
akral teraba hangat-panas
23. Kolaborasi: berikan obat
(sesuai suhu tubuh) akibat dari
antipiretik bila perlu
proses infeksi (kolor, dolor,
rubor, fusiolesa)
3. TTV merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien
4. Pasien dengan hipertermi,
akan mengalami dehidrasi
(turgor kulit buruk)
5. Dengan bantuan intake cairan
yang cukup, cairan tubuh yang
hilang dapat terganti.
3.
25. Nyeri
Akut b.d
Cedera
agen
biologis
(infeksi,
iskemia,
neoplasma
)
26.
27.
1.
2.
3.
4.
5.
33.
4.4 Implementasi
34.
H 35.
36.
J
37.
Implementasi
38.
Pa
ari/
No.
am
raf
Tanggal
Dx
Kep
39.
56.
57.
58.
59.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
60.
Tabel implementasi berisi tentang:
a. Hari dan tanggal melakukan asuhan keperawatan sesuai intervensi yang
telah disusun.
b. Nomor diagnosa keperawatan sesuai denga tabel intervensi keperawatan
c. Waktu dilakukannya tindakan keperawatan
d. Implementasi atau nama tindakan yang dialukakan kepada pasien dengan
menggunakan kata kerja. Tindakan harus seuai dengan intervensi yang
telah disusun untuk mencapai kriteria hasil
e. Tanda tangan atau paraf perawat yang melakukan tindakana disertai
nama di bagian bawahnya.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
4.5 Evaluasi
70.
Hari/ 71.
Ja
72.
Evaluasi
Tanggal
m
74.
82.
83.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
85.
86.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap
73.
P
araf
84.
intervensi
yang
bersifat
SOAP
88. O
92.
93. Judit dan Nancy.2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:
EGC
94. [serial online] http://spiritia.or.id/li/pdf/LI503.pdf [18 Maret 2016]
95.
96.
[serial online]https://www.academia.edu/7027662/LP_Meningitis
[diakses pada tanggal 19 Maret 2016]
97.
[serialonline]http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705
/4/Chapter%20II.pdf [diakses pada tanggal 19 Maret 2016]
98.
[serial online]http://eprints.undip.ac.id/44877/3/BAB_II.pdf
[diakses pada tanggal 19 Maret 2016]
99.
[serial online]http://eprints.unlam.ac.id/206/1/HULDANI%20%20DIAGNOSIS%20DAN%20PENATALAKSANAAN
%20MENINGITIS%20TUBERKULOSIS.pdf [diakses pada
tanggal 19 Maret 2016]
100.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nintya%20Zeina
%20Dini.pdf
101.
https://www.academia.edu/9130465/Laporan_kasus_menin
gitis_TB
102.
103.
104.
105.
Pathways
Etiologi : Bakteri,
virus, jamur
106.
107.
Infeksi saluran
108.
pernapasan atas,
109.
otitis media, infeksi
gigi, mastoiditis
110.
Perluasan langsung
dari infeksi di sinus
paranasalis
mastoid, abses otak
Implantasikan
langsung tindakan
bedah otak, pungsi
lumbal
Aspirasi cairan
amion saat bayi lahir
111.
Masuk ke aliran
darah
112.
113.
bakterimi
a
114.
Kolonisasi dan
memperbanyak
diri
Edema
otak
Peningkatan
TIK
115.
Masuk ke dalam
116.
CSS
117.
Terjadi infeksi
118.
119.
Peradangan
selaput otak
Bakteri masuk
meningen
Merangsang
Saraf simpati
Menekan
saraf di
servikal
Mual dan
muntah
Otot
berkontraksi
120.
Nafsu
makan
121.
122.
Peningkatan
metabolisme
123.
124.
Meningiti
s
Trombus dan penurunan
aliran darah serebral
Metabolism
bakteri
Akumulasi sekret
125.
Hiperter
mi
126.
127.
Pembentukan
eksudat, vaskulitis
dan hipoperfusi
128.
Keringat
berlebih/
129.
diaphoresi
s 130.
131.
132.
Kekuranga
n volume
133.
cairan
134.
Reabsorbsi CSS
terganggu
Penumpukan CSS
diotak
peningkatan
komponen darah
di serebral
peningkatan
viskositas darah
Edema otak
Permeabilitas
kapiler
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
Bakteri masuk
ke aliran balik
vena ke jantung
resiko
infeksi
Otot pada
tengkuk
menegang
Kaku kuduk
135.
136.
137.
Penurunan
kesadaran
138.
139.
140.
Suplai darah ke
otak menurun
141.
142.
Penurunan
kesadaran
Peningkatan volume
cairan di interstitial
Ketidakseimbang
an ion
Kelainan
depolarisasi ion
Perubahan
pada system
RAS
143.
144.
145.
Sakit kepala
146.
147.
148. akut
Nyeri
149.
Gangguan
perfusi
jaringan
Ketidakefekt
ifan pola
napas
Hiperaktifitas
neuron
kejang
Peningkatan
metabolisme
Resiko cidera
Penurunan
reflek batuk
Penumpukan
secret pada
jalan napas
Ketidakefekt
ifan
bersihan
jalan napas
150.
151.
KASUS
Tn. X berusia 16 tahun dibawa keluarganya ke Rumah Sakit
Sebelum sakit pasien nafsu makan normal, tidak ada gejala mual
dan muntah.Saat sakit nafsu makan pasien berkurang, disertai mual dan
muntah, Berat Badan juga menurun dari sebelumnya.
3. Pola Eliminasi
177.
179.
Kemam 180.181.182.183.184.
puan
perawatan diri
185. Makan
186.187.188.189.190.
minum
191. Mandi
197. Toiletin
192.193.194.195.196.
198.199.200.201.202.
g
203.
Berpak
204.205.206.207.208.
aian
209.
Berpin
210.211.212.213.214.
dah
215.
Keterangan
216.
0: mandiri,
217.
1: Alat bantu,
218.
2: dibantu orang lain,
219.
3: dibantu orang lain danalat,
220.
4: tergantung total
221.
5. Pola kognitif dan Persepsi
222.
Pasien
mampu
mengenali
keluarganya.Terjadi
penurunan
saat sakit pasien kurang tidur karena nyeri kepala, demam yang naik turun.
8. Pola Peran-Hubungan
225. Hubungan
pasien
dengan
keluarga
cukup
baik.Keluarga
227.
Saat sakit: - .
10. Pola pertahanan diri (Toleransi-Stress-Koping)
228. pasien saat sakit lebih dekat dengan orang tuanya dan menganggap
orang tuanya yang selalu ada untuknya.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
229. Pasien yakin bahwa sakit yang dialami adalah ujian dari Allah, dan
yakin bahwa Allah akan memberikan kesembuhan untuknya.
2. Pemeriksaan fisik
230.
Keadaan umum
: pasien tampak sakit sedang
231.
Kesadaran
: somnolen, GCS: 11 (E=2, V=4, M=5)
232.
Tanda vital
a. Tekanan Darah
: 120/90 mmHg
b. Nadi
: 89 x/m
c. Frekuensi Nafas
: 28 x/m
d. Temperatur
: 38c
2.1 Status generalis
a) Kepala
: normocephal (tidak terjadi malnutrisi), tidak mudah
dicabut, rambut hitam,
b) Leher
: pembesaran kelenjar tiroid (-)
c) Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokor
d) Hidung
: normotia, deviasi septum (-), sekret -/-, rhinore -/e) Telinga: normotia, otore -/-, serumen -/f) Mulut
: caries (+), lidah kotor (+), tonsil T1-T1, faring tidak
hiperemis
g) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
h) Thorak:
1. Paru
233.
Inspeksi
: bentuk dada normochest. Pergerakan
dinding dada simetris
234.
Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris
235.
Perkusi
: sonor
236.
Auskultasi: vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/2. Jantung
237.
3. Abdomen
238.
Inspeksi
239.
Palpasi
240.
Perkusi
: datar
: turgor kulit baik, hepar tidak teraba
: suara timpani pada ke-4 kuadran
241.
Auskultasi
242.
Ekstremitas
2.2 Status Neurologis
243.
Keadaaan umum
244.
Kesadaran
245.
Rangsang meniengal
a. Kaku Kuduk
b. Tanda Kerniq
c. Tanda Laseque
d. Tanda brudzinski I
e. Tanda brudzinski II
246.
a. Muntah
b. Sakit kepala
c. Kejang
247.
N.Cranialis
248.
250.
252.
254.
256.
258.
260.
262.
264.
: (+)
: (+)
: (+)
N.I
N.II
249.
251.
Sulit dinilai
Reflek cahaya
N.III.IV.VI
N.V
N.VII
N.VIII
N.IX.X
N.XI
N.XII
266.
267.
Refleks Fisiologis
Ka
Ki
Biseps/Triseps
+/+
+/+
Hofman/Tromner
-/-
-/-
KPR/APR
+/+
+/+
Patologis
268.
269.
-/270.
Ka
Ki
-/-
3. Pemeriksaan penunjang
Refleks
Babinski
- lumbal pungsi
- tes mantoux
lemak
272.
Terapi farmakologi
4. Data Penunjang
273.
emeriks
aan
277.
emoglob
in
281.
eukosit
285.
H
ematokri
t
289.
274.
:O2 2-3L/m
275.
Satuan
276.
Hasil
278.
normal
279.
g/dL
280.
13
282.
16,9
286.
Nilai
11,715,5
283.
287.
/L
284.
3,6-
288.
11,0
35-47
ribu/L
292.
130-
296.
440
4.76-
300.
6.95
<10
43
290.
291.
rombosit
293.
E
300
294.
ritrosit
297.
L
6.30
298.
299.
mm/ja
ED
301.
28
302.
303.
m
mg/dl
304.
<130
olesterol
120
307.
mg/dl
308.
30-70
311.
mg/dl
312.
< 200
LDL
305.
olesterol
HDL
309.
K
olesterol
306.
295.
10 /L
40
310.
185
total
313.
314.
315.
U/L
316.
10-31
GOT
317.
S
28
318.
319.
U/L
320.
9-36
GPT
321.
30
322.
323.
mg/dL
324.
10-50
327.
mg/dL
328.
<1,4
reum
darah
325.
K
18.2
326.
reatinin
0.82
darah
329.
N
330.
331.
mEq/L
332.
135-
atrium
333.
K
120
334.
335.
mEq/L
336.
147
3,5-
alium
337.
K
3.84
338.
339.
mEq/L
340.
lorida
p
342.
H
345.
7.60
346.
CO2
349.
O2
353.
341.
CO3
357.
5,0
80
343.
347.
mmHg
350.
351.
mmHg
52.2
354.
355.
Mmol/l
Satura
48.8
358.
94-
344.
111
7,35-
348.
7,45
35-45
50
si O2
361.
94
359.
352.
356.
360.
80100
22-26
98100
362.
5. Diagnosa dan intervensi
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d gangguan transport oksigen
melalui membran kapiler menuju otak oleh eksudasi pus akibat reaksi
inflamasi yang ditandai dengan :
363.
Data objektif :
1) Kelemahan
2) Penurunan kesadaran
3) Kaku daerah leher
4) Leukosit meningkat
5)
6)
7)
8)
LED meningkat
pO2 menurun
HCO3 meningkat
SaO2 menurun
364.
NOC :
365.
366.
NIC :
Data objektif
373.
NOC :
374.
NIC :
376.
r/ untuk
377.
cairan
1) Identifikasi faktor pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi
(demam)
378.
r/ untuk mencegah keadaan yang lebih buruk terhadap terjainya
kekurangan cairan
2) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
379.
r/ untuk mengetahui jenis elektrolit yang hilang sehingga dapat
menentukan tindakan pemberian cairan
3) Pantau status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, keadekuatan nadi,
tekanan darah ortotastik)
380.
r/ bertujuan untuk mengetahui status hidrasi dan tanda-tanda
keadekuatan cairan
4) Beri terapi intravena
381.
r/ untuk mempertahankan keadekuatan cairan dalam tubuh
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.