PERTUSIS
PERTUSIS
PERTUSIS
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan hormat,
Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 27 Mei 2015 1 Agustus 2015 dengan judul Pertusis disusun oleh :
Nama : Angelika
NIM
: 030.09.020
Menyetujui,
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I.
IDENTITAS
Data
Nama
Umur
Pasien
An.AAM
3 bulan, 29 hari
Ayah
Tn.H
30 tahun
Ibu
Ny. S
24 tahun
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Tanggal Masuk RS
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Batuk
b. Keluhan Tambahan :
Demam.
c.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan dari ibu pasien, batuk
panjang nyaring berulang sejak 5 hari SMRS. Batuk dirasa berdahak tapi dahak tidak
dapat keluar. Batuk timbul setiap pasien menangis kemudian disertai juga demam
yang tidak terlalu tinggi (sumeng-sumeng), naik turun.
Sejak 3 hari SMRS batuk bertambah parah, saat batuk wajah pasien memerah
dan batuk menjadi lebih sering terutama malam hari sehingga pasien sulit tidur. Batuk
terkadang di akhiri dengan muntah. Batuk tidak dipicu oleh cuaca ataupun debu.
Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit
Alergi
Umur
-
Penyakit
Difteria
Umur
-
Penyakit
Jantung
Umur
-
Cacingan
Diare
Ginjal
DBD
Kejang
Darah
Thypoid
Maag
Radang paru
Otitis
Varicela
Tuberkulosis
Parotis
Asma
Morbili
Kesan : Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya,
Pasien tidak
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Panjang badan 47 cm
KELAHIRAN
Keadaan bayi
h. Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI
SUSU
(bulan)
FORMULA
0-2
+
+
2-4
+
+
Kesan : kebutuhan gizi pasien cukup
Buah/biskuit
Bubur susu
Nasi tim
i. Riwayat Imunisasi :
Vaksin
Dasar (umur)
BCG
2 Bln
DPT
6 mgg 10mgg POLIO
2 bln
CAMPAK
HEPATITIS B
Lahir
Kesan :Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
Ulangan (umur)
j. Riwayat Keluarga
Ayah
Ibu
Nama
Tn. H
Ny. S
Perkawinan ke
Pertama
Pertama
Umur
30 tahun
24 tahun
Keadaan kesehatan Baik
Baik
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik.
o A
o B
o C
d. Tanda Vital
Kesadaran
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
Suhu tubuh
: compos mentis
: 120x/menit
: 36x/menit
: 37,0oC
e. Kepala
: Normocephali, Rambut merata, warna hitam dan tidak mudah dicabut
- Mata : edema palpebra -/-, conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/perdarahan subconjunctiva -/-, secret -/-, pupil bulat isokor, RCL+/+, RCTL
+/+
- Telinga
: Liang Lapang/ Lapang, Membran timpani utuh, Serumen -/- Hidung
: Cavum Nasi Lapang/ Lapang, Sekret -/- Mulut
: Sianosis -/-, Mukosa Bibir Lembab, tonsil T1 T1, faring
tidak hiperemis, lidah tidak kotor
- Leher : Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
f. Thoraks
- Inspeksi
: Gerakan dada simetris, Whooping cough (+)
- Perkusi
: sonor/sonor
- Palpasi
: Vokal Fremitus simetris kanan kiri
- Auskultasi : BND Vesikuler, Rhonki +/+, wheezing -/-, Bunyi Jantung I &
II Normal, Tachicardi -, murmur -, Gallop
g. Abdomen
- Inspeksi
: Perut tampak datar
- Perkusi
: Pekak sisi -, pekak alih -, nyeri ketuk
- Palpasi
: Supel, undulasi -, fluid wave -, Nyeri Tekan -, hepar sulit
teraba.
- Auskultasi
: Bising Usus +
h. Ekstremitas
: Akral Hangat, Cappilary Refill <3, Edema -/i. Status Antropometri
- Berat badan
: 5,2kg
- Panjang badan
: 56 cm
- Lingkar Kepala
: 39 cm
Status Gizi menurut WHO:
Hasil
Satuan
HEMATOLOGI
Nilai Normal
10,3
ribu/uL
11,7
g/dL
36,5
%
286
ribu/uL
KIMIA KLINIK
5-10
11-14,5
37-47
150-400
137
4,2
96
135-145
3,5 5,0
94 111
mmol/L
mmol/L
mmol/L
Hasil
Satuan
HEMATOLOGI
Nilai Normal
8
6,5
Mm
ribu/uL
0-10
5-10
<1
Eosinofil
Batang
Segment
Limfosit
Monosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Indeks Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
1
1
37
58
3
4,16
11,9
35,2
430
%
%
%
%
%
juta/uL
g/dL
%
ribu/uL
1-3
2-6
52-70
20-40
2-8
4-5
11-14,5
37-47
150-400
84,6
28,6
33,8
fL
Pg
%
75-87
24-30
31-37
V. DIAGNOSA
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
batuk panjang nyaring berulang sejak 1 minggu SMRS, dahak tidak bisa keluar.
Sejak 3 hari SMRS batuk bertambah parah saat batuk wajah pasien memerah
disertai demam tidak teralalu tinggi
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran
: kompos mentis
Rhonki +/+, Whooping cough (+)
Pemeriksaan penunjang : Leukositos (10.300 uL), Trombositosis (430 ribu/uL).
VI. DIAGNOSIS KERJA
Pertussis
VII.
VIII.
DIAGNOSIS BANDING
Bronkiolitis, pneumonia bacterial
PENATALAKSANAAN
a. Non Medika Mentosa
Rawat inap dengan lingkungan perawatan pasien yang tenang untuk menilai
kemajuan penyakit dan kemungkinan kejadian yang mengancam jiwa pada
b. Medika Mentosa
IX. PROGNOSIS
- Ad vitam
- As fungsionam
- Ad sanationam
X.
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
25-06-15
Follow Up
S/ batuk panjang melengking, wajah memerah ketika batuk
O/ AVPU : Alert, N : 120x/menit, Sh : 37,0C, RR : 36x/menit
Kepala : Normocephali, Rambut merata, warna hitam dan tidak mudah dicabut
Mata
: Sklera Ikterik -/-, Konjungtiva Anemis -/-, Kelopak Mata Edema -/-,
A/ Pertusis
P/
27-06-15
Cefotaxime 2x200 mg
Azitromicyn 1x50 mg
Dexametason 3x1 mg
Ambroxol 3x3 mg
Inhalasi /8jam
: Sklera Ikterik -/-, Konjungtiva Anemis -/-, Kelopak Mata Edema -/-,
28-06-15
Cefotaxime 2x200 mg
Azitromicyn 1x50 mg
Dexametason 3x1 mg
Ambroxol 3x3 mg
Inhalasi /8jam
: Sklera Ikterik -/-, Konjungtiva Anemis -/-, Kelopak Mata Edema -/-,
Cefotaxime 2x200 mg
Azitromicyn 1x50 mg
Dexametason 3x1 mg
Ambroxol 3x3 mg
Inhalasi /8jam
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis yaitu Pertusis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan
keluhan Pasien datang ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan dari ibu pasien,
batuk panjang nyaring berulang sejak 5 hari SMRS.Batuk dirasa berdahak tapi dahak
tidak dapat keluar.Batuk timbul setiap pasien menangis kemudian disertai juga
demam yang tidak terlalu tinggi (sumeng-sumeng), naik turun. Sejak 3 hari SMRS
batuk bertambah parah, saat batuk wajah pasien memerah dan batuk menjadi lebih
sering terutama malam hari sehingga pasien sulit tidur. Batuk tidak dipicu oleh cuaca
ataupun debu. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Dimana pada
pertusis sendiri gejala klinis yang dialami oleh pasien termasuk ke dalam Stadium
Paroksismal. Adapun stadium-stadium dalam pertusis adalah sebagai berikut :
merah dan sianosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi, salivasi dan distensi
vena leher bahkan sampai terjadi ptekie di wajah (terutama konjungtiva bulbi).
Episode batuk paroksismal dapat terjadi lagi sampai mucous plug pada saluran napas
menghilang. Muntah sesudah batuk paroksismal cukup khas, sehingga sering kali
menjadi tanda kecurigaan apakah anak menderita pertusis walaupun tidak disertai
bunyi whoop. Anak menjadi apatis dan berat badan menurun. Batuk mudah
dibangkitkan dengan stres emosional (menangis, sedih, gembira) dan aktivitas fisik.
Juga pada serangan batuk nampak pelebaran pembuluh mata yang jelas, di kepala dan
leher, bahkan terjadi petekie di wajah, perdarahan subkonjungtiva dan sclera, bahkan
ulserasi frenulum lidah.
Walaupun batuknya khas, tetapi di luar serangan batuk, anak akan keliatan
seperti biasa. Setelah 1 2 minggu serangan batuk makin meningkat hebat dan
frekuen, kemudian menetap dan biasanya berlangsung 1 3 minggu dan berangsur
Untuk
mengurangi
terjadinya
kejang
demam
dapat
diberikan
asetaminofen (15mg/kg BB, per oral) pada saat imunisasi dan setiap 4-6 jam untuk
selama 48-72 jam. Anak dengan kelainan neurologik dengan riwayat kejang 7,2x lebih
mudah terjadi kejang setelah imunisasi DTP dan 4,5x lebih tinggi bila hanya
mempunyai iwayat kejang dalam keluarga. Maka pada keadaan anak yang demikian
hanya diberikan imunisasi DT (Difteri Tetanus).
Kontraindikasi pemberian vaksin pertusis yaitu anak yang mengalami
ensefalopati dalam 7 hari sebelum imunisasi, kejang demam atau kejang tanpa demam
dalam 3 hari sebelum imunisasi, menangis lebih dari 3 jam, high pitch cry dalam 2
hari, kolaps atau hipotensif hiporesponsif dalam 2 hari, demam lebih dari 40,5 oC
selama 2 hari yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.
Prognosis tergantung pada ada tidaknya komplikasi, terutama komplikasi
paru dan susunan saraf yang sangat berbahaya khususnya pada bayi dan anak kecil.
Pada bayi risiko kematian 0,5-1% disebabkan ensefalopati. Pada observasi jangka
panjang, apnea atau kejang akan menyebabkan gangguan intelektual di kemudian hari.
Pada pasien prognosis adalah ad bonam dikarenakan tidak adanya komplikasi dari
penyakit yang sedang di derita pasien dan respon terhadap terapi yang diberikan juga
baik.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pertusis
Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu
yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. Definisi Pertusis lainnya
adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan
ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan
paroksismal disertai nada yang meninggi. Penyakit ini ditandai dengan demam dan
perkembangan batuk semakin berat. Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau
pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga
seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar.1,2
B. Etiologi
Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram
negatif, tidak bergerak, dan ditemukan dengan melakukan swab pada daerah
nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou.3 Bakteri ini menghasilkan
dua toksin : toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin) dan endotoksin
(lipopolisakarida). Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:3
1. Berbentuk batang (coccobacilus).
2. Tidak dapat bergerak.
3. Bersifat gram negatif.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul.
5. Mati pada suhu 55C selama jam, dan tahan pada suhu rendah (0- 10C).
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik.
7. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap
penicillin.
C. Pathogenesis
D. Manifestasi klinis
Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau
lebih dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :1,2,4
1) Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal Lamanya 1-2
minggu
a. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan bagian
b.
c.
d.
e.
f.
a. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang
bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas pada
akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 10 kali, selama batuk anak tak
dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafas
denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan
diakhiri dengan muntah.
b. Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa
adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
c. Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah
terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher.
d. Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan
aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).
3) Stadium konvalesens
a. Terjadi pada minggu ke 4 6 setelah gejala awal
b. Gejala yang muncul antara lain: batuk berkurang
c. Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang
d. Anak merasa lebih baik
e. Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernafasan.
E. Penatalaksanaan
1) Anti mikroba: Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang dini.
Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling efektif
dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis yang
dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.
2) Kortikosteroid
a. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
b. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian
diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
c. Prednisone oral 2,5 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis terutama
pada bayi muda dengan seragan proksimal. Salbutamol Efektif terhadap
pengobatan pertusis dengan cara kerja : Beta 2 adrenergik stimulant:
3) Terapi suportif
a. Lingkungan perawatan penderita yang tenang
b. Pemberian makanan, hindari makanan yang sulit ditelan, sebaiknya makanan
cair, bila muntah diberikan cairan dan elektrolit secara parenteral
c. Pembersihan jalan nafas
d. Oksigen
Kelompok II
Benda asing
Asma
Bronkiektasis
Postnasal drip
Defisiensi imun
Refluks gastro-esofagus
Trakeobronkomalasia
Tuberkulosis (kompresi oleh kelenjar
getahbening)
Tumor, kolaps lobus, kista,
sekuestrasi
7. Komplikasi
Pada saluran nafas.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Broncopneumonia.
Bronkitis.
Atelektasis.
Empisema pulmonum.
Bronkiektasis.
Aktivase tubercolusa.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
a. Soedarmo, Sumarmo S. Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Pertusis. Buku ajar
infeksi & pediatri tropis.2nded. Jakarta : Badan Penerbit IDAI ; 2010. h. 331-7.
b. Departmen Kesehatan RI. Difteri. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI ; 2008.
c. Nelson E Waldo , Behrman E Richard, Kliegman Robert, Arvin M Ann. Nelson
Textbook Of Pediatric. Edisi 15, volume 2, cetakan I. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2000. Hal : 960 965