Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
PENDAHULUAN
: Yasmine Salida
: 030.10.279
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I
IDENTITAS
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Pasien
An. N
4 tahun
Perempuan
Islam
Sunda
Hubungan dengan
Ayah
Ibu
Tn. U
Ny. N
43 tahun
37 tahun
Laki-laki
Perempuan
Jln. Bintara 14 No.30
Islam
Islam
SMK
Wiraswasta
-
SMK
IRT
-
Kandung
18 Juni 2015
RS
II
ANAMNESIS
Dilakukan sacara auto dan alloanamnesis kepada pasien dan ibu pasien.
a
Keluhan Utama :
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
b Keluhan Tambahan :
Sakit kepala, mual, dan nyeri perut.
c
Umur
-
Penyakit
Difteria
Diare
Umur
-
Penyakit
Jantung
Ginjal
Umur
-
n
DBD
Thypoid
Otitis
Parotis
Kejang
Maag
Varicela
Asma
+
-
Darah
Radang paru
Morbili
Tuberkulosis
+
+
paru
2 bulan
yang lalu
sudah
dinyatakan
sembuh.
Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti
pasien. Namun tetangga ada yang sakit DBD.
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Tidak ada
Periksa rutin ke dokter
Rumah Sakit
Dokter Spesialis Obstetri dan
Cara persalinan
Masa gestasi
Ginekologi
SC atas indikasi bayi besar
38 -39 minggu
BBL : 4200 gram
Keadaan bayi
PB : 52 CM
Langsung menangis, merah
Apgar score tidak tahu
Pertumbuhan gigi I
Psikomotor
Tengkurap
: Usia 4 bulan
Duduk
: Usia 6 bulan
(normal: 6 bulan)
h Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI
Buah/biskuit
Bubur susu
Nasi tim
(bulan)
0-2
2-4
4-6
6-7
8-10
10-12
+/+/+/+/+/+
+/+
+
+
+
+
+
+
+
Kesan : Pasien selalu minum ASI sampai umur 6 bulan ini, tidak pernah
minum susu formula, pasien mulai makan makanan buah atau biskuit
sejak berumur 6 bulan lebih.
Riwayat Imunisasi :
Vaksin
Dasar (umur)
Ulangan (umur)
BCG
1 bln
DPT
2 bln
4 bln
6 bln
POLIO
Lahir 2 bln
4 bln
6 bln
CAMPAK
9 bln
HEPATITIS B Lahir 1 bln
6 bln
Kesan : Riwayat imunisasi pasien menurut PPI lengkap
Riwayat Keluarga
Ayah
Ibu
Nama
Tn. U
Ny. N
Perkawinan ke
1
1
Umur
43
37
Keadaan kesehatan Sehat
Sehat
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik.
k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :
Pasien tinggal di rumah kontrakan bersama kedua orang tua, dinding terbuat
dari tembok. atap terbuat dari genteng, dan ventilasi cukup. Menurut pengakuan ayah
pasien, keadaan lingkungan rumah tidak terlalu padat. Sumber air bersih berasal dari
air PAM. Ibu pasien menyatakan tetangganya banyak mengalami sakit yang serupa
yaitu DBD.
III
PEMERIKSAAN FISIK
a Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
b PAT
o P
(+)
o A
o T
Tanda Vital
- Kesadaran
- Tekanan darah
- Frekuensi nadi
- Frekuensi pernapasan
- Suhu tubuh
d Data antropometri
: Compos mentis
: 90/60 mmHg
: 100x/menit
: 24x/menit
: 39,1o C
Berat badan
: 17 kg
Tinggi badan
: 103 cm
Kepala
Bentuk
: Normocephali
Rambut
Mata
: Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RCL+/+,
RCTL +/+
7
Hidung
: Bentuk normal, sekret -/-, nafas cuping hidung -/-,terdapat hematom (-).
Mulut
Leher
Thorax
-
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
: Pergerakan dinding
h
i
Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Palpasi
: Perut datar
: Bising usus (+) normal 3x/menit
: Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan
IV
: (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Leukosit
Hb
Ht
Trombosit
Hasil
5,2
13
44
53
Nilai normal
5-10
11-14,5
37-47
150-400
Satuan
ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL
Satuan
mm
ribu/uL
%
%
%
%
%
%
juta/uL
g/dL
%
fL
Pg
%
ribu/uL
Satuan
ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL
Pemeriksaan
Leukosit
Hb
Ht
Trombosit
Nilai normal
5-10
11-14,5
37-47
150-400
Satuan
ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL
Satuan
ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL
Satuan
ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL
Satuan
ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL
Satuan
ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL
Satuan
ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL
Hasil
7,7
14,4
40,8
30
RESUME
10
Seorang anak datang diantar orang tuanya dengan keluhan demam sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam tinggi dirasakan terus menerus siang dan malam.
Pasien juga mengeluh sakit kepala dan badan terasa lemas. Selain itu pasien juga
merasa mual dan nyeri di bagian atas perut.
Ibu pasien mengaku telah memberi obat penurun panas, setelah minum obat
tersebut panas menjadi berkurang namun tidak beberapa lama panas muncul kembali.
Selain itu ibu pasien juga mengaku bahwa telah memeriksakan pasien ke klinik 24
jam untuk dilakukan pemeriksaan darah, dan dokter yang bertugas diklinik tersebut
menyatakan hasilnya ialah DBD. Selama sakit nafsu makan pasien berkurang dan
tampak lemas. Tidak ada riwayat bepergian keluar kota, alergi makanan maupun
alergi obat.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, TD 90/60 mmHg, nadi 100x/m, RR 24x/m, suhu 39,1C. Nyeri tekan
epigastrium (+). Tes rumple leed (+). Pemeriksaan lab leukosit 5,2 ribu/uL, Hb 13
g/dL, Ht 44%, trombosit 53 ribu/uL.
VI
DIAGNOSIS KERJA
Demam berdarah dengue grade I.
VII
DIAGNOSIS BANDING
Demam dengue
Demam typhoid
VIII
PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Tirah baring
Asupan cairan, salah satunya Infus RL 20tts/menit atau 60 cc/jam
Sanmol drip 170mg
Ranitidin 2 x 1/2 amp
MONITORING
11
IX
PROGNOSIS
- Ad vitam
- As fungsionam
- Ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
X FOLLOW UP
18 Juni 2015
Keluhan : Demam (+), nyeri perut (+)
Terapi
Lab
19 Juni 2015
Keluhan : Nyeri perut (+)
Terapi
Lab
20 Juni 2015
Keluhan : Nyeri perut (+)
Terapi
12
BAB III
ANALISIS KASUS
13
klinis
a.
b.
c.
d.
Pembesaran hati
Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi
<20mmhg, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien
tampak gelisah
Laboratorium
a.
b.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih
dari 1000 meter di atas permukaan air laut.2
15
16
2.
Vektor
Aedes aegypti adalah salah satu vektor nyamuk yang paling
efisien untuk arbovirus, karena nyamuk ini sangat antropofilik, hidup
dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah. Wabah dengue juga
telah disertai dengan Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan
banyak spesies kompleks Aedes scutellaris. Setiap spesies ini
mempunyai distribusi geografisnya masing-masing. Namun, mereka
adalah vektor epidemik yang kurang efisien dibanding Aedes aegypti.
Sementara penularan vertikal (kemungkinan transovarian) virus
dengue telah dibuktikan di laboratorium dan di lapangan, signifikansi
17
D. Faktor resiko
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia pertama kali dicurigai
berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologik baru diperoleh
pada tahun 1970. Demam Berdarah Dengue (DBD) pada orang dewasa
dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang meningkat dan menyebar
secara drastis ke seluruh DATI I di Indonesia.3
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran
kasus demam berdarah dengue, yaitu3 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
18
Keluhan
Demam dengue: demam tinggi, mendadak, sepanjang hari,
berlangsung 2-7 hari dengan pola deman kadang kadang bifasik
disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit kepala, nyeri
retro orbital, mialgia, atralgia, ruam, mual, muntah.
Demam berdarah dengue: Demam dengue yang ditandai dengan
manifestasi tanda tanda perdarahan berupa gusi berdarah,
mimisan, nyeri perut, mual/muntah, hematemesis, melena.
Faktor Risiko
Tinggal di daerah endemis dan padat penduduknya.
Curah hujan yang mengakibatkan banyak genangan air
Sanitasi lingkungan yang buruk ( ban,botol,kaleng bekas yg
berserakan dll)
Tempat penampungan air didalam maupun diluar rumah (bak
mandi,drum, alas dispenser, alas vas bunga,tempat minum
burung dll)
Perubahan iklim yang ditandai dengan kenaikan temperatur
(28-32 0C) dan kelembaban tinggi berpengaruh terhadap
perkembangbiakan vector nyamuk DBD.
20
Objective
Pemeriksaan Fisik
(Hasil
pemeriksaan fisik
dan penunjang
sederhana)
Tanda Patognomonis
Demam Dengue
Suhu >39 derajat celcius
Ruam kulit
Demam Berdarah Dengue
Pemeriksaan Penunjang
<100.000/mm3 )
Peningkatan Hematokrit:
pada demam dengue 5-10% sebagai akibat dehidrasi.
Sedangkan pada demam berdarah peningkatan >20% dibandingkan
dengan data baseline saat pasien belum sakit atau sudah sembuh
atau
adanya
efusi
pleura,asites,
atau
hipoproteinemia
( hipoalbuminemia)
Pemeriksaan serologi dengue positif
Assessment/
Diagnosis Klinis
Penegakan
diagnostik
3
a
b
klinis
Demam tinggi mendadak berlangsung selama 2-7 hari
Terdapat manifestasi / tanda tanda perdarahan ditandai
dengan :
- Uji bendung positif
- Petekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa , epistaksis,perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena
c Pembesaran hati
d Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi
<20mmhg, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan
pasien tampak gelisah
4
Laboratorium
a
b
yang
ditandai
adanya:
hemokonsentrasi
atau
Klasifikasi
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat
G. Patogenesis
Virus dengue pada penderita DBD
Terhisap oleh nyamuk Aedes aegypti
Virus bereplikasi dalam glandula saliva nyamuk 8-12 hari (extrinsic incubation period)
Virus bereplikasi dalam glandula saliva nyamuk 8-12 hari (extrinsic incubation period)
effect)
Non
meningkat)
Seldan
kupfer
hepar menjadi
(Th / CD4)
T sitotoksik
(CD8) sel target
ALT meningkat (terjadi peradangan)
Gamma diproduksi
Aktivasi
Monosit
Virus
Dengue
eritroblas dan prekusor-prekusor myeloid
histamine
Mediator-mediator inflamasi dikeluarkan: TNF-, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan
Trombositopenia
koagulopati dan kebocoran
plasma
4
Gambar 1. Patogenesis
DHF
Sum-sum tulang
kembali
memproduksi megakariosit
asites, hipoproteinemia
Hemofagositosis
Platelet berkurang
23
H. Patofisiologi
Infeksi virus dengue (kelompok Arbovirus B) melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
mpleks antigen-antibodi melepas zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah (terjadi proses auto
Bercak
I. Terapi lama
24
:
3-6 tahun
60 mg/dosis
60-120 mg/dosis
:
120 mg/dosis
6-12 tahun :
240 mg/dosis
Pada pasien DHF perlu dilakukan pengawasan yang ketat, agar dapat
memberikan prognosis yang baik. Bahkan bila perlu pasien dirawat dirumah sakit
agar mempermudah pengawasan dan mempercepat pemberian terapi jika terjadi
kegawat daruratan. Adapun indikasi dilakukannya rawat inap, yaitu jika terjadi
dehidrasi atau kehilangan cairan > 10% dari berat badan normal. Pemberian
cairan pengganti intravena perlu diberikan pada keadaan ini. Adapun tanda
dehidrasi yaitu :
a. Takikardi
b. Kapilari refill > 2detik
c. Kulit dingin dan pucat
d. Perubahan kesadaran
e. Oliguria
f. Penignkatan hematocrit tiba-tiba
g. Tensi (tekanan darah) turun > 20 mmHg
h. Hipotensi
Beberapa pengganti cairan yang dapat diberikan pada pasien antara lain :
a. Saline fisiologis
b. Ringer laktat
25
c. Ringer asetat
d. Glukosa 5 % dilusi 1:2 atau 1:1 dengan saline fisiologis.
e. Pemberian cairan plasma
Ringer laktat, ringer asetat atau glukosa 5% diencerkan dengan saline haris
diberikan dengan cepat melalui blous intra vena (10-20 ml/kg). Jika masih terjadi
syok, dapat dilakukan pemberian oksigen dan harus dilakukan pemeriksaan
hematocrit. Jika terjadi peningkatan hematocrit, maka cairan plasma, pengganti
cairan plasma atau 5% albumin (10-20 ml/kg) harus diberikan dengan cepat, bila
perlu diulangi dengan dosis total 20-30 ml/kg larutan koloid. Jika syok masih
juga terjadi maka dapat dimungkinkan telah terjadi perdarahan internal
(hemoragik). Dalam hal ini dapat diberikan transfuse whole blood (10 ml/kg) jika
kadar hematokrit diatas 35%. Jika syok berkurang maka infus intravena dapat
dikurangi berdasarkan kadar hematocrit, urin output dan vital sign.
Berdasarkan referensi lain, tidak ada obat antivirus yang spesifik yang
digunakan untuk menangani DHF, penanganan bersifat simptomatik dan
penanganan terhadap dehidrasi yaitu pengantian cairan tubuh yang hilang akibat
kebocoran plasma.
Terapi simptomatik dapat diberikan antipiretik menggunakan paracetamol
dengan dosis 10-15 mg/kgbb/kali pemberian, dapat diulang 4-6 kali sehari
(Sutaryo, 2004). Dapat juga diberikan antiemetik jika diperlukan. Penanganan
dehidrasi dapat diberikan cairan kristaloid 20 cc /kgbb/jam. Pada umumnya dosis
ini dapat dipertahankan 2-4 jam kemudian. Pastikan juga jalan nafas terbuka dan
kebutuhan oksigen terpenuhi dengan pemberian oksigen 1-2 L/menit.7
Terdapat metode One Day Care yang banyak digunakan saat ini. Prinsip
dari penatalaksanaan One Day Care yaitu pasien dirawat selama 24 jam dengan
pemantauan tanda klinis, laboratorium, dan pemberian cairan yang ketat. Pasien
tetap dipantau oleh dokter jaga dengan follow chart. Penanganan pada One day
Care adalah sebagai berikut8 :
1 Tirah baring
2 Diet makanan lunak atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
3 Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCl 0,9% dengan
tetesan 20 cc /Kg BB / Jam diguyur, atau secara praktis : 1 1,5 liter di
guyur (cor), selanjutnya 5 cc /Kg BB/Jam atau 50 cc / Kg BB / 24 jam,
atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan cairan rumatan.
Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik.
26
tetesan rumatan.
Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi
penurunan TD, peningkatan Nadi, atau penurunan volume urine yang
berlanjut, atau terjadi perdarahan masif, atau penurunan kesadaran,
perlu di periksa Hb, Ht, Trombosit. Penurunan jumlah trombosit perlu
dipantau secara laboratorium dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan
27
28
29
30
Gambar 6. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DHF dan sindroma syok dengue
31
32
monosit dalam sirkulasi, makrofag dalam jaringan dan hepatosit derta sel
Kupffer di hati.
Akibat intervensi Dengue, pada hepatosit dan Kupffer, menyebabkan
sel mengalami gangguan fungsi. Terjadi inflamasi, nekrosis hepatoseluler
yaitu nekrosis pada zona tengah dan perifer hepar. Nekrosis tersebut terjadi
akibat insufisiensi sirkulasi mikro yang menyebabkan hepatoseluler
mengalami iskemia, inflamasi akut akibat pengaruh sitokin proinflamatori
dan berbagai mediator, serta dampak negatif oksidan dan kolestasis.
Pada infeksi DBD aliran darah konsumsi oksigen mengalami
perubahan.
Terjadi
hipermetabolisme
peningkatan
regional,
kebutuhan
peningkatan
oksigen
kebutuhan
dalam
splanik,
metabolik,
dan
permeabilitas
kapiler
yang
membuka
peluang
terjadi
dengan
protein
pengikat,
memicu
metabolisme
asam
33
DAFTAR PUSTAKA
34
1. World Health Organization. 2005. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue
shock syndrome in the context of the integrated management of childhood illness.
Geneva: Department of Child and Adolescent Health and Development
2. Samsi, T.K., Setiawan, J.J., Kartika, J. 2000. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak,
R.S. Sumber Waras. Jakarta: Penerbitan Universitas Tarumanagara.
3. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan RI. 2007. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
Jakarta.
4. USU. 2010. Demam Berdarah Dengue. Sumatra: Universitas Sumatra Utara.
Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21504/4/Chapter%20II.pdf
5. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.
6. WHO. 1997. Dengue Haemorrhagic Fever Diagnosis, Treatment, Prevention And
Control Second Edition. Genewa: WHO.
7. Sutaryo. 2004. Dengue. Yogyakarta : Medika Fakultas Kedokteran UGM.
8. Zein, Umar. 2004. Pedoman Penatalaksanaan One Day Care Penderita Demam
Berdarah Dengue Dewasa. Medan : Divisi Penyakit Tropik Infeksi FK USU.
9. Chen, K. Pohan, H.T, Sinto, R. Diagnosis danTerapiCairanpadaDemamBerdarah
Dengue. Medicinus. Jakarta. 2009: Vol 22; p.3-7.
10.WHO. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention an
Control. Perancis: WHO.
11. Nasronudin. 2011. Penatalaksanaan Cairan Pada Sindrom Syok Dengue. Dalam:
Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang Edisi Kedua. Surabaya:
Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR
12.Halstead, S.B. 2007. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. In:
Kliegman, Robert M., Behrman, Richard E., Jenson, Hal B., and Stanton, Bonita F.
Nelson Textbook of Pediatrics 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.
35
36