Muhamad Irwan Prima-Fkik
Muhamad Irwan Prima-Fkik
Skripsi
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Far).
Oleh
Muhamad Irwan Prima
NIM: 107102001564
ii
iii
iv
ABSTRAK
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL GANGGANG
MERAH (Gracilaria verrucosa) TERHADAP BEBERAPA BAKTERI
PATOGEN GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF
ABSTRACT
ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF METHANOL EXTRACTS OF RED
ALGAE (Gracilaria verrucosa) TO SOME PHATOGEN GRAM-POSITIVE
AND GRAM-NEGATIVE BACTERIA
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
nikmat, karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat
serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat
dan pengikut-Nya yang telah membawa umat-Nya dari zaman kegelapan hingga
zaman yang kaya akan Ilmu Pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti
sekarang ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun judul skripsi ini adalah Uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol
ganggang merah Gracilaria verrucosa terhadap beberapa bakteri patogen
gram positif dan gram negatif.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka
dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjuddin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
2.
Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah.
3.
Prof. Dr. H Chairul, Apt selaku dosen pembimbing I (pertama) yang telah
meluangkan
waktu,
tenaga
dan
vii
buah
pikirannya
untuk
mendidik,
4.
Dr. Ismiarni Komala, M.Sc, Apt selaku dosen pembimbing II (kedua) yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan buah pikirannya untuk mendidik,
membimbing dan memotivasi kami.
5.
Orang tua saya yakni Bpk H. Wawan Kustiawan dan Ibu Hj. Elly Holiah serta
Saudara kandung saya yakni Yudha dan Robby yang telah memberikan
semangat, motifasi dan doa kepada kami sehingga tugas akhir ini dapat
disusun dan penelitian pun telah dilaksanakan
6.
7.
Tidak lupa untuk Putri Tsaniah Amalia yang selalu memberi semangat dalam
penelitian.
8.
Teman - teman satu Kelas Farmasi B yang tetap kompak, peduli, setia kawan,
saling dapat merasakan satu sama lain dan teman-teman Farmasi angkatan
2007 yang ikut serta membantu selama penelitian ini.
9.
Kak Eris, Kak Rahmadi, S.Si, Kak Niken, S.Si, Kak Novi, S.Si, Kak Yopi
Mulyana, S.Far, Kak Tiwi, S.Far dan Kak Lisna Fauzia, S.Far yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya untuk menyediakan tempat (laboratorium),
menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama penelitian.
10. Dosen - dosen Farmasi dan Staf akademik Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
yang telah
viii
11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................
ii
xi
..... .............................................................................. 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gracilaria verrucosa ....................................................... 47
Gambar 2. Ekstrak Gracilaria verrucosa.......................................... 47
Gambar 3. Hasil Penapisan fitokimia ............................................... 48
Gambar 4. Staphylococcus aureus .................................................... 50
Gambar 5. Bacillus subtilis ............................................................... 50
Gambar 6. Streptococcus pneumoniae .............................................. 50
Gambar 7. Proteus mirabillis ............................................................ 51
Gambar 8. Escherichia coli ............................................................... 51
Gambar 9. Psudomonas Aeruginosa ................................................. 51
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik ekstrak dan uji penapisan fitokimia............... 35
Tabel 2. Hasil uji aktivitas antibakteri ............................................. 36
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Perumusan Masalah
Apakah ekstrak metanol G. verrucosa memiliki potensi sebagai
antibakteri dengan penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri gram positif
(Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Streptococcus pneumoniae) dan
gram negatif (Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabillis)
?
1.3 Hipotesis
Ekstrak metanol G. verrucosa mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap beberapa bakteri gram positif (Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, Streptococcus pneumoniae) dan gram negatif (Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabillis).
pneumoniae)
dan
gram
negatif
(Escherichia
coli,
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gracilaria verrucosa
2.1.1 Deskripsi
Nama lokal dari G. verrucosa adalah bulung rambut (Bali) dan sango-sango
(Sulawesi). Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri thallus silindris, halus, licin, pinggir
bergerigi, membentuk rumpun radial seperti umbi tanaman jahe, percabangan
berseling tidak beraturan dan memusat kearah pangkal. Ukuran thalus panjang 25cm
dan diameter thalus 0,5 - 1,5mm. Tumbuh melekat pada substrat batu, umumnya di
daerah terumbu karang. Di perairan laut, Gracilaria hidup di daerah litoral dan
sublitoral sampai kedalam tertentu yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari.
Beberapa jenis hidup di perairan keruh, sungai atau tempat yang sering terjadi
pengadukan yang tinggi akibat pencampuran air tawar dan air laut (Suhardimansyah,
2004).
Pertumbuhan maksimum Gracilaria diperoleh pada kisaran salinitas 15-38
ppt, sedangkan kisaran salinitas optimum berkisar 15-24ppt. Suhu air yang baik
untuk pertumbuhan Gracilaria antara 20-28 oC. Dengan kisaran pH 6-9 dan
kedalaman air antara 0,5-1,0 m. Untuk menunjang pertumbuhannya, Gracilaria
melakukan fotosintesis maka diperlukan ketersediaan unsur hara dalam perairan.
Unsur hara tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui proses difusi sehingga akan
meningkatkan laju pertumbuhan (Anggadiredja et al ,2006 ; Aslan,1998).
Ciri ciri umum ganggang merah jenis G. verrucosa antara lain thalli
tersusun oleh jaringan yang kuat dengan cartiloginous, warna merah ungu, kelabu
kehijau-hijauan, bercabang-cabang mencapai tinggi 1 sampai 3 dm. Garis tengah
cabang berkisar antara 0,5 sampai 2,0 mm. Tipe percabangan alternate, kadang-
kadang hampir dichotomous dengan perulangan lateral. Bentuk cabang silindris dah
meruncing diujung cabang (Soegiarto et al.,1978).
2.1.3. Kandungan Kimia
Ganggang merah G. verrucosa telah diketahui mengandung asam
lemak
seperti
digalactosyldiacylglycerides,
phosphatidyl
cholines
(PC),
6)-O--D-galactopyranosyl]
5:1:4)
dan
1,2-diacyl-3-O-
glycerol
(acyl:
(6-sulpho--D-
seperti
(24R)-5-stigmast-9-(11)-en-3-D-glucopyranoside
dan
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen/zat aktif suatu simplisia
dengan menggunakan pelarut tertentu. Pemikiran metode ekstraksi senyawa
bukan atom dipergunakan oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman,
sifat kandungan zat aktif serta kelarutan dalam pelarut yang digunakan. Prinsip
ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non
polar dalam senyawa non polar. Secara umum ekstraksi dilakukan secara
berturut-turut mulai dengan pelarut non polar (n-heksan) lalu pelarut yang
kepolarannya menengah (diklor metan atau etil asetat) kemudian pelarut yang
bersifat polar (metanol atau etanol).
Ekstraksi digolongkan ke dalam dua bagian besar berdasarkan bentuk
fase yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi cair padat, ekstraksi
cair padat terdiri dari beberapa cara yaitu maserasi, perkolasi dan ekstraksi
sinambung.
Metode ekstraksi dapat dibedakan menjadi Infundasi, Maserasi, Perkolasi
dan Penyarian berkesinambungan. Dari keempat cara tersebut sering dilakukan
modifikasi untuk memperoleh hasil yang baik (Hargono, 1986)
1. Infundasi
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 90C selama 15 menit.
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Cara ini sangat sederhana dan
sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa
modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak.
2. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan
lain-lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol
atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah
timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada
awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian
cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang
sempurna.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, misalnya :
a. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 40-50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
c. Remaserasi
Cairan penyari dibagi dua. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas,
ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
d. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir
kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan
melarutkan zat aktifnya.
e. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan
telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar
bertingkat (M.M.B.).
3. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut:
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
10
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif selsel yang akan dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya
kapiler dan daya geseran (friksi).
b. Perkolasi Bertingkat
Digunakan untuk memperbaiki cara perkolasi bila diperoleh perkolat
yang encer. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna, sebelum
dibuang, disari dengan cairan penyari yang baru. Penyarian akhir serbuk
11
4. Penyarian Berkesinambungan
a. Sokhletasi
Sokhletasi
merupakan
metoda
ekstraksi
cara
panas
yang
menggunakan alat sokhlet, pada keadaan ini sample dan pelarut berada
dalam keadaan terpisah. Pengekstrak sokhlet hanya diperlukan untuk
mendapatkan senyawa yang tidak terbatas pada kelarutan pada pelarut
dan pengotor yang tidak larut pada pelarut yang digunakan. Jika
menginginkan senyawa yang mempunyai kelarutan yang tinggi dalam
pelarut kemudian filtrasi dapat digunakan untuk memisahkan senyawa
dari zat yang tidak larut.
Keuntungan :
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit, dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih tepat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga
dapat menyari zat aktif lebih banyak.
3. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa
menambah volume cairan penyari.
Kerugian :
1. Larutan dipanaskan terus menerus, sehingga zat aktif yang tidak
tahan pemanasan tidak cocok. Ini dapat diperbaiki dengan
menambahkan peralatan untuk mengurangi tekanan udara.
12
b. Destilasi uap
Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk
simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih
tinggi
pada
tekanan
udara
normal.
Pada
pemanasan
biasa
13
pertambahan
umum
digunakan
untuk
bakteri
dan
14
Filum: Firmicutes
Kelas: Bacilli
Ordo: Bacillales
Famili: Staphylococcaceae
Genus: Staphylococcus
Spesies: S. aureus
Nama binomial : Staphylococcus aureus (Rosenbach 1884)
15
2. Bacillus subtilis
Taksonomi :
Kingdom: Bacteria
Phylum: Firmicutes
Class: Bacilli
Order: Bacillales
Family: Bacillaceae
Genus: Bacillus
Species: B. subtilis
Binomial name : Bacillus subtilis (Frankland & Frankland 1887)
Menurut
Buchanan
dan
Gibbons
(1974)
dalam
Bergeys
of
16
3. Streptococcus pneumoniae
Taksonomi :
Domain: Bacteria
Phylum: Firmicutes
Class: Cocci
Order: Lactobacillales
Family: Streptococcaceae
Genus: Streptococcus
Species: S. pneumoniae
Binomial name : Streptococcus pneumonia (Klein 1884)
17
4. Escherichia coli
Taksonomi :
Domain: Bacteria
Filum: Proteobacteria
Kelas: Gammaproteobacteria
Ordo: Enterobacteriales
Famili: Enterobacteriaceae
Genus: Escherichia
Spesies: E. coli
Nama binomial : Escherichia coli (Migula 1895)
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri enterik yang berbentuk
batang pendek dengan ukuran 0,5 m x 3,0 m negatif Gram, tidak
18
5. Pseudomonas aeruginosa
Taksonomi :
Kerajaan: Bacteria
Filum: Proteobacteria
Kelas: Gamma Proteobacteria
Ordo: Pseudomonadales
Famili: Pseudomonadaceae
Genus: Pseudomonas
Spesies: Pseudomonas aeruginosa
19
mampu
memfermentasi
tetapi
dapat
mengoksidasi
6. Proteus mirabilis
Taksonomi:
Kingdom: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gamma Proteobacteria
20
Order: Enterobacteriales
Family: Enterobacteriaceae
Genus: Proteus
Species: P. mirabilis
Binomial name : Proteus mirabilis (Hauser, 1885)
Setelah tumbuh selama 24-48 jam pada media padat, kebanyakan sel
seperti tongkat, panjang 1-3 m dan lebar 0,4-0,6 m, walaupun pendek
dan gemuk bentuknya kokus biasa. Dalam kultur muda yang
mengerumun di media padat, kebanyakan sel panjang, bengkok, dan
seperti filamen, mencapai 10, 20, bahkan sampai panjang 80 m. dalam
kultur dewasa, organisme ini tidak memiliki pengaturan karakteristik :
mereka mungkin terdistribusi tunggal, berpasangan atau rantai pendek.
Akan tetapi, dalam kultur muda yang mengerumun, sel-sel filamen
membentang dan diatur konsentris seperti isobar dalam diagram angin
puyuh. Kecuali untuk varian tidak berflagella dan flagella yang
melumpuhkan, semua jenis dalam kultur muda aktif bergerak dengan
flagella peritrik. Flagella tersebut terdapat dalam bnayak bentuk
dibanding
kebanyakan
enterobakter
lain,
normal
dan
bentuk
21
2.5 Antibakteri
Antimikroba adalah senyawa kimia yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan jenis mikroorganisme
yang dimatikan atau dihambat pertumbuhannya, antimikroba terbagi menjadi
antibakteri, antifungi, antivirus, dan protozoa.
Antibakteri adalah zat yang membunuh bakteri atau menekan
pertumbuhan dan reproduksi mereka. Obat yang digunakan untuk membasmi
mikroba penyebab infeksi manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas
selektif setinggi mungkin. Berdasarkan toksisitas selektif, ada antimikroba yang
bersifat
menghambat
pertumbuhan
mikroba
dikenal
sebagai
aktivitas
22
ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir sintesis dinding sel, yaitu dengan
cara menghambat protein pengikat penisilin (penicillin binding protein),
protein ini merupakan enzim damlam membrane plasma bakteri yang secara
normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan silang dengan
peptidoglikan dinding sel bakteri dinding sel bakteri. Termasuk didalamnya
golongan -laktam (misalnya, penisilin).
c. Agen
yang
bekerja
langsung
membran
plasma
mikroorganisme,
kloramfenikol,
amoksisilin,
eritromosin,
klindamisin,
yang
mempengaruhi
metabolisme
asam
nukleat
bakteri.
23
24
memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara
membujur dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen
antimikroba.
4) Cup-plate technique. Metode ini serupa dengan metode disc diffusion,
dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan
mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang
akan diuji.
b. Metode dilusi diantaranya:
1) Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution). Metode ini
digunakan untuk mengukur Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan
Kadar Bunuh Minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan
membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang
ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan agen mikroba pada kadar
terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji
25
2.6
1. Rumus Bangun
2. Rumus Kimia
: C16H19N3OS
3. Nama Lain
5. Kelarutan
encer dan dalam larutan alkali hidrosida; sukar larut dalam ethanol;
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
26
6. Penyimpanan
terkendali.
27
Penapisan Fitokimia
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Bahan
1) Bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah rumput laut G. verrucosa yang
didapat dari tambak di desa Tenjo Ayu Kecamatan Tirtayasa Serang
Banten.
28
29
2) Bakteri uji
Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus
ATCC 25923, Basillus
30
3.3.2
a. Organoleptik
Pengujian ini dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau, dan
rasa dari ekstrak yang dihasilkan
b. Rendemen ekstak
Rendemen ekstrak etanol rumput laut G. verrucosa dihitung dengan
membandingkan bobot awal simplisia dengan bobot akhir ekstrak yang
dihasilkan.
% Rendemen =
c. Susut pengeringan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menimbang ekstrak sebanyak
0.5g dan dimasukan kedalam botol timbang bertutup yang
sebelumnya telah ditara. Kemudian dimasukan kedalam oven pada
suhu 105 0C sehingga diperoleh bobot yang relatif tetap.
% Susut pengeringan =
bc
x 100%
ba
31
Keterangan :
a = bobot cawan kosong
b = bobot sampel dan cawan sebelum dikeringkan dalam oven
c = bobot sampel dan cawan setelah dikeringkan dalam oven
3.3.4
Penapisan Fitokimia
32
33
dengan natrium asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan Ferri (III) kloridaa
1%, terbentuk warna biru tinta menujukan adanya tanin galat.
e. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
Sejumlah tertentu serbuk/ekstrak G. verrucosa dimaserasi dengan 20
ml eter selama 2 jam (dalam wadah dengan penutup rapat), disaring dan
diambil filtratnya, 5 ml dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap
hingga diperoleh residu/sisa, kedalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat
anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Buchard),
terbentuk warna hijau atau merah menunjukan adanya senyawa golongan
steroid atau triterpenoid.
f. Identifikasi golongan kuinon
Sejumlah tertentu serbuk/ekstrak G. verrucosa ditambahkan 100 ml
air panas, dididihhkan selama 5 menit, saring. Ambil 5 ml larutan, masukkan
ke dalam tabung reaksi tambahkan beberapa tetes Natrium hidroksida 1 N,
terbentuk warna merah menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon.
g. Identifikasi golongan minyak atsiri
Sejumlah tertentu serbuk/ekstrak G. verrucosa dimasukkan ke dalam
tabung reaksi (volume 20 ml), tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada
mulut tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi
dengan air, kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh
diuapkan pada cawan penguap, residu yang berbau aromatik menunjukkan
adanya senyawa golongan minyak atsiri.
34
3.3.5
selama 15-20 menit, semua alat dan bahan sebelum disterilisasi dibungkus
terlebih dahulu dengan kertas minyak. Untuk bahan yang terbuat dari karet
seperti karet pipet tetes disterilisasi dengan cara direbus. Untuk larutan uji
disterilkan dengan cara melakukan pengerjaannya di dalam laminar air flow
yang sebelumnya telah disterilisasi dengan alkohol 70 %, kemudian
disterilkan dengan lampu UV yang telah dinyalakan 15 menit sebelum
digunakan.
3.3.6
a. Nutrient Agar
Pada pembiakan bakteri menggunakan media digunakan Nutrient agar
(NA). Serbuk NA sebanyak 23 gram dilarutkan dalam 1 liter aquadest
dan dipanaskan hingga semuanya larut. Lalu disterilkan dalam autoklaf
pada suhu 121oC selama 15 menit.
b. MHA (Mueller Hinton Agar)
Serbuk MHA sebanyak 38 gram dilarutkan dalam 1 liter aquadest,
kemudian dipanaskan sampai mendidih sehingga semuanya larut,
kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit.
c. Blood Agar Base (BAB)
Serbuk blood agar base sebanyak 40 gr dilarutkan dalam 1 liter
aquadest. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama
15 menit. Setelah suhu sekitar 400C ditambahkan 5% darah domba steril.
35
3.3.7
3.3.8
3.3.9
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1
Determinasi Sampel
Dari hasil identifikasi sampel yang dilakukan di LIPI Oceanografi
diketahui
Penapisan Fitokimia
Dari proses ekstraksi yang dilakukan didapatkan karakteristik ekstrak dan
hasil penapisan fitokimia, diantaranya.
Tabel 1. Karakteristik ekstrak dan uji penapisan fitokimia
Karakteristik ekstrak
Hasil
Rendemen
3.6 %
Susut Pengeringan
0.89 %
Warna
Hijau kecoklatan
Bau
Khas
Flavonoid
Negatif (-)
Alkaloid
Negatif (-)
Saponin
Positif (+)
Tanin
Negatif (-)
Positif (+)
Minyak atsiri
Negatif (-)
37
38
4.1.3
Pembuatan ekstrak
Hasil ekstraksi serbuk rumput laut (Gracilaria verrucosa) sebanyak 500
gram dengan pelarut metanol adalah sebanyak 28 gram ekstrak kental
dengan rendemen ekstrak sebesar 3,6%.
4.1.4
Konsentrasi
Ekstrak
Rata-rata
S. aureus
B. subtilis
S. pneumoniae
E. coli P. aeruginosa
100g/ml
1000g/ml
10000g/ml
100000g/ml
Kontrol (-)
Kontrol (+)
51
40
42
28
51
P. mirabilis
23
39
hambat tidak ditemukan diamater hambat. Oleh karena itu, pengujian aktivitas
antibakteri seperti kebocoran protein dan asam nukleat, kebocoran ion Ca2+
dan ion K+ serta analisis kerusakan sel tidak dilakukan.
4.2 PEMBAHASAN
Sampel uji yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tambak di
Desa Tenjo Ayu Kecamatan Tirtayasa Serang Banten. Berdasarkan hasil
determinasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta,
menunjukan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Gracilaria verrucosa dengan famili Gracilariaceae (lampiran 1).
Serbuk simplisia G. verrucosa selanjutnya diidentifikasi dengan cara
penapisan fitokimia yang menunjukan bahwa pada sampel uji terdapat kandungan
kimia dari golongan senyawa saponin, steroid dan triterpenoid (Tabel 1). Saponin
adalah senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika dikocok dalam air
sehingga bersifat seperti sabun dan mempunyai kemampuan antibakterial (Zuhud,
et al., 2001). Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri
sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi
protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Siswandono, 1995).
Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah metode
maserasi. Metode ini dipilih karena proses pengerjaannya yang mudah, peralatan
yang digunakan sederhana, serta tidak merusak senyawa yang terkandung dalam
sampel uji. Prinsip dari metode maserasi adalah mengekstrak zat aktif dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam larutan penyari yang sesuai pada temperatur
40
kamar. Pelarut yang digunakan dalam proses maserasi ini adalah metanol.
Pemilihan metanol sebagai pelarut dikarenakan metanol dapat melarutkan hampir
semua metabolit sekunder pada sampel uji, baik senyawa yang bersifat polar
maupun nonpolar sehingga dapat mengekstrak G. verrucosa secara optimal.
Metanol dapat digunakan sebagai kontrol pelarut pada uji aktivitas antibakteri
(Dash, et al., 2011).
Pengujian aktivitas antibakteri bertujuan untuk mengetahui sensitivitas
bakteri terhadap sampel uji. Metode pengujian aktivitas antibakteri yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode difusi cakram. Pada metode ini
sensivitas bakteri terhadap sampel uji ditunjukan dengan terbentuknya zona
bening disekitar kertas cakram yang menandakan daerah hambatan pertumbuhan
bakteri.
Pada penelitian ini menggunakan 6 bakteri patogen yang berasal dari gram
positif dan gram negatif. Bakteri patogen yang digunakan adalah Staphylococcus
aureus, Bacillus subtilis, Streptococcus pneumoniae yang termasuk golongan
bakteri gram positif serta Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Proteus
mirabillis yang termasuk golongan bakteri gram negatif.
Pada pengujian diameter zona hambat, bakteri diinokulasikan pada media
MHB untuk bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, dan Proteus mirabillis, serta media agar darah untuk
bakteri Streptococcus pneumoniae selama 24 jam dengan suhu 37oC. Sebelum
diinokulasikan pada medium agar, semua bakteri uji diukur kepadatannya
menggunakan spektrofotometri dan disesuaikan dengan larutan standar McFarland
0.5. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 625 nm dengan absorbansi
41
sebesar 0.08 0.1 A (setara dengan larutan McFarland 0.5 = 1-2 x108 cfu/ml)
(Schwable, et al., 2007).
Selanjutnya dibuat larutan uji dengan cara melarutkan ekstrak kental
dengan metanol dan dibuat konsentrasi 100, 1000, 10.000, dan 100.000 g/ml.
Untuk kontrol negatif digunakan metanol. Sedangkan untuk kontrol positif
digunakan amoksisilin.
Pemilihan amoksisilin sebagai kontrol positif karena amoksisilin
merupakan antibiotik turunan penisilin yang mempunyai spektrum kerja luas, dan
mekanisme kerjanya menghambat sintesis dinding sel bakteri (Setiabudy, 2007).
Zona hambat yang ditunjukan oleh kontrol positif adalah sebesar 51 mm untuk
Staphylococcus aureus, 40 mm untuk Bacillus subtilis, 42 mm untuk
Streptococcus pneumoniae, 28 mm untuk Escherichia coli, 51 mm untuk
Pseudomonas aeruginosa, dan 23 mm untuk Proteus mirabillis.
Dari tabel hasil uji aktivitas antibakeri (tabel 2) pada penelitian ini dapat
dilihat bahwa ekstrak metanol G. verrucosa tidak memiliki aktivitas antibakteri
terhadap 3 bakteri gram positif (Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,
Streptococcus pneumoniae) dan 3 bakteri gram negatif (Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabillis). Hal ini dapat dilihat dari tidak
terbentuknya zona hambat pada medium agar dengan berbagai konsentrasi yang
digunakan yakni 0,1 mg/ml, 1 mg/ml, 10 mg/ml, dan 100 mg/ml. Hasil yang
berbeda ditunjukan pada penelitian sebelumnya bahwa ektrak G. verrucosa
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas syringae pada fase etil asetat
(Kumar et al., 2008).
42
menunjukan
adanya
hambatan
terhadap
bakteri
gram
positif
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Ekstrak metanol Gracilaria verrucosa tidak memiliki aktivitas
antibakteri terhadap 3 bakteri gram positif (Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, Streptococcus pneumoniae) dan 3 bakteri gram negatif (Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabillis).
5.2 SARAN
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kandungan kimia pada
Gracilaria verrucosa yang terdapat di Indonesia sehingga dapat dicari
aktivitas biologis lainnya.
43
Daftar Pustaka
Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Purwoto, H. dan Istini, S. 2006. Rumput Laut.
Jakarta : Penebar Swadaya
Aslan, M. 1998. Budidaya Rumput Laut . Kanisius. Yogyakarta.
Aydogmus, Zeynep. 2008. Studies on chemical constituents of Gracilaria verrucosa.
Natural Product Research. 22, (18):15891596.
Buchanan, R.E. and Gibbons, N.E. 1974. Bergeys manual of determinative bacteriol
ogy(Eighth edition), The Williams and Wilkins Co., Baltimore, pp.747 842.
Chia, M,. Lin., Preston, J.K., Weii, C.I., 2000. Antibacterial mechanism of alyl
isothiocyanate. Journal of Food Protection.
Cox, S.D., Mann, C.M., Markham, J.L., Bell, H.C., Gustafson, J.E. 2000. The mode
of antibacterial action the essential oil of melaluea alternifolia (tea tree oil).
Journal of Application Microbiology.
Dash, BK., S Sultana, N Sultana. 2011. Antibacterial Activities of Methanol and
Acetone Extracts of Fenugreek (Trigonella foenum) and Coriander
(Coriandrum sativum). Life Sciences and Medicine Research, Volume 2011:
LSMR-27
Depkes RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.
Depkes RI. 1989. Pemanfaatan Tanaman Obat, Edisi III. Jakarta: Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan.
44
45
Doyle, P.J., & Patterson, G.W. 1972. Sterols of some Chesapeake Bay algae.
Comparative Biochemistry and Physiology. Part B, Biochemistry &
Molecular biology, 41: 355358.
Findly, John A., Ashok D. Patil. 1986. Antibacterial constituents of the red alga
cystoclonium purpureum. Phytochemistry 25(2). pp. 548-550.
Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia
Press
Hargono, Djoko. 1986. Sediaan Galenika. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta .
Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneathm, P.H.A., Staley, J.T. and Williams, S.T. (1994)
Bergeys Manual of Determinative Bacteriology, 9th edn. Baltimore, MD:
Williams and Williams.
Imbs , Andrey B., Anna V. Vologodskaya, Natalia V. Nevshupova, Svetlana V.
Khotimchenko, Edouard A. Titlyanov. 2001. Response of prostaglandin
content in the red alga Gracilaria verrucosa to season and solar irradiance.
Phytochemistry 58: 0671072.
Jawetz, Ernest.1995. Mikrobiologi untuk profesi kesehatan. Hal 140-143. Jakarta:
EGC
Jawetz, Ernest.1995. Mikrobiologi untuk profesi kesehatan. Hal 299-303. Jakarta:
EGC
Jeul. 1995. Speciment preparation method for Scanning Electron Microscope. Jeol
Aplication Note. Tokyo.
46
Kakita, H., Fukuoka, S., Obika, H., Li, Z.F., & Kamishima, H. 1997. Purification and
properties of a high molecular weight hemagglutinin from the red alga,
Gracilaria verrucosa . Botanica Marina, 40:241247.
Kakita, H., Fukuoka, S., Obika, H., & Kamishima, H. 1999. Isolation and
characterisation of a fourth hemagglutinin from the red alga, Gracilaria
verrucosa , from Japan. Journal of Applied Phycology, 11: 4956.
Khotimchenko, S.V. 2005. Lipids from the Marine Alga Gracilaria verrucosa .
Chemistry of Natural Compounds, 41: 285288.
Khotimchenko, S.V. 2006. Variations in lipid composition among different
developmental stages of (Rhodophyta). Botanica Marina, 49 : 3438.
Lydia, Ninan Lestario.2008.Antioxidant activity and total phenolic content of red
seaweed ( Gracilaria verrucosa). J.Teknol. dan industri pangan , Vol.XIX
No.2.
Melo, V.M.M, Cordeiro, R.A, Gomes, M.V, Carvalho, A.F.U. 2006. Effect of
Proteins (Agglutinins) from the Red Seaweed Hypnea musciformis (Wulfen)
Lamouroux on the Growth of Human Pathogen Yeasts. Brazilian archives of
biology and technology. 6 : pp. 915-921
Miksusanti., Jennie, B. S. L., Panco, B. dan Trimulyadi, G., 2008, Kerusakan
Dinding Sel Escherichia coli K1.1 oleh Minyak Atsiri Temu Kunci
(Kaempferia pandurata), Berita Biologi 9(1):1-8
Nadler , J. Victor .1979. Kainic Acid: Neurophysiological And Neurotoxic Actions.
Life Sciences, 24 : 289-300.
47
of
48
Sasikumar, C., Rao, V.N.R., & Rengasamy, R. (1999). The effect of environmental
factors on the qualitative and quantitative characteristics of agar from the
marine red alga Gracilaria verrucosa (Gracilariales, Rhodophyta). Indian
Journal of Marine Sciences, 28: 270273.
Schwable, Richard, et al,. 2007. Antimicrobial Suspectibility Testing Protocols. New
York : CRC Press.
Setiabudy R. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
Sirait, M. et al.1979. Farmakofe Indonesia, Edisi III. Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan: Jakarta.
Soegiarto, A., Sulistijo, W.S. Atmadja dan H. Mubarak. 1978. Rumput Laut (algae);
Manfaat, potensi dan usaha budidaya, SDE 46 LON-LIPI Jakarta, 61 pp.
Soesilo,S. Et al.1995. Farmakofe Indonesia, Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan: Jakarta.
Son , Byeng Wha.1990. Glikolipids from Gracilaria verrucosa. Phytochemistry, 29,
Issue 1, Pages 307-309
49
Staf Pengajar FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi revisi. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Suhardimansyah. 2004. Pengaruh Tanah Pirit Pada Berbagai Perlakuan Terhadap
Pertumbuhan Rumput Laut, Gracillaria sp. IPB
Tjay T. H. dan R. Kirana, 2002, Obat-Obat Penting, ed. 5, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
WHO. 1999. Infectious Diseases are the Biggest Killer of the Young. diakses tanggal
25 Juli 2011. Dari http://www.who.int/infectious-disease-report/indexrpt99.htm
Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan rumput laut. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Xu, N, Xiao Fan, Xiaojun Yan, Xiancui Li, Rongli Niu, C.K. Tsenga. 2003.
Antibacterial bromophenols from the marine red alga Rhodomela
confervoides. Phytochemistry 62 : 12211224.
Zuhud, M.A.E., Rahayu, W.P.,Wijaya, H.P., Sari, P.P. 2001. Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Kedawung Terhadap Bakteri Patogen. Jurnal Teknol dan Indrustri
Pangan. Vol. XII. : 6-12.
LAMPIRAN
50
51
Lampiran 1. Determinasi Tanaman
52
Lampiran 2. Gambar Gracilaria verrucosa
Gambar 1 . Gracilaria verrucosa
53
Lampiran 3 . Hasil Penapisan fitokimia
Gambar 3. Penapisan Fitokimia
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Kuinon
54
Lampiran 4. Perhitungan
1. Perhitungan Rendemen
Ekstraksi G. verrucosa sebanyak 500 g dalam metanol didapatkan ekstrak yang
dipekatkan hingga 18 g.
55
Volume metanol : 10 ml
Konsentrasi 1 mg/ml :
Konsentrasi 10 mg/ml : 1 ml
Volume metanol : ad 10 ml
Konsentrasi 0.1 mg/ml :
Konsentrasi 1 mg/ml : 1 ml
Volume metanol : ad 10 ml
56
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Absorban Suspensi Bakteri
57
Lampiran 6. Hasil Uji Diameter Zona Hambat
Gambar 4. Staphylococcus aureus
58
59
60
Lampiran 8. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
61
Lampiran 9. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol G. verrucosa
Tabel 2. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol G. verrucosa
Diameter zona hambat (mm)
Konsentrasi
Ekstrak
S. aureus
B. subtilis
S. pneumoniae
E. coli
P. aeruginosa
P. mirabilis
Kontrol (-)
Metanol
51
40
42
28
51
23
100 g/ml
1000 g/ml
10000g/ml
100000g/ml
Kontrol (+)
Amoxilin
25g/cakram