Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PELAYANAN UNIT KERJA GIZI

DI RUMAH SAKIT BUDI KEMULIAAN BATAM

JL. BUDI KEMULIAAN NO 1 SERAYA BATAM

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka melaksankan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai, agar
pelayanan gizi yang dilaksanakan memenuhi standar yang telah ditetapkan,
Pelayan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit,
yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan
gizi merupakan factor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kuaitas SDM di suatu Negara,yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi,
umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya
dapat dicapai oleh Negara yang sehat dan berstatus gizi baik.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada
pendirita anoreksia, kondisi mulut / gigi geligi buruk serta kesulitan menelan,
penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak
sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna

dan pasien yang

mendapkan kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu itu masalah gizi lebih dan
obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit digeneratif, seperti diabetes
mellitus, penyakit jantung coroner dan darah tinggi, penyakit kanker,memerlukan
terapi gizi medis untuk penyembuhan.
pelayanan gizi dirumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan
adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu.
Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat
proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat
sehingga menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat
sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan
keluarga. Sehingga pelayanan gizi yang disesuaikan keadaan pasien dan
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolism tubahnya.
Keadaan gizi pasien dapat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi
pasien. Sering terjadi kondisi klien / pasien semakin baruk karena tidak
diperhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi menjadi salah satu factor penunjang utama penyembuhan tentunya
harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk

melaksanakan fungsi metabolism. Terapi gizi harus selalu disesuaikan degan


perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain,
pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan
keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat
baik dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab
tenaga kesehatan, terutama tenga yang bergerak di bidang gizi.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
1. Asuhan gizi pasien rawat jalan
2. Asuhan gizi pasien rawat inap
3. Penyelenggaraan makanan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien,maka perlu dibentuk
tim asuhan gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan.
termasuk pelanyanan klinik gizi yang merupakan bagian dari instalasi rawat jalan.
C. TUJUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan gizi di rumah sakit adalah terciptanya system
pelayanan gizi dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit,
serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
a. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis dan biokimia tubuh
( laboratorium)
b. Penyelenggaraan pengkajian diatetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diet dan pola makan
c. penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
d. penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta pengolahan bahan makanan.
e. penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan
sesuai perubahan keadaam klinis, status gizi dan status laboratorium
f. penterjemah preskripsi diet,penyediaan dan pengolahan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan penyakit
g. penciptaan standar diet khusus

sesuai

perkembangan

ilmu

pengatahuan dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit


h. Penyelenggara penyuluhan dan konseling tentang pentingya diet pada
klien / pasien dan keluarga

untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi berdasarkan


kompetensi dan kemampuan yang diperlukan :
a. menegakkan

diagonosis

gangguan

gizi

dan

metabolism

zat

gizi

berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan


b. menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian
makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan metabolism pasien.
c. melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa diet
(system recall dan record)
d. mengubah dan menterjemah perskripsi diet dari mulai perencaan menu
sampai menyajikan makanan sesuai dengan keadaan pasien
e. menyelenggarakan Administrasi pelayanan gizi
f. memberikan pelayaan dan penyuluhan gizi dan konseling pada pasien dan
keluarganaya.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka
konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan
gizi.
1. Pelayanan gizi rumah sakit :
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi rumah
sakit baik rawat inap maupun rawat jalan. untuk keperluan metabolism tubuh,
peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolism, dalam
rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitative dan promotif
2. pelayanan Gizi :
adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di istitusi
kesehatan(rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk
memenuhi kebutuhan gizi klien / pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya
promotif, kuratif, dan rehabilitative dalm meningkatkan kesehatan klien /
pasien.
3. Tim Asuhan Gizi
adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi
terdiri dari dokter/dokter spesialis, nutritionist/dietisie, dan perawat dari setiap
unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk
mencapai pelayanan paripurna yang bermutu
4. Panitia Asuhan Gizi
sekelompok petugas rumah sakit yang teridiri dari dokter/dokter spesialis,
nutrionist/dietisen, dan perawat yang ditunjuk oleh pimpinan rumah sakit,
bertugas membantu tim asuhan gizi dalam hal inventaris masalah
penyusunan prosedur baku asuhan gizi, pemantapan tatalaksana gizi, serta
penyelesaian masalah asuhan gizi

5. Masyarakat rumah sakit


Sekelompok orang yang berada dalam lingkungan rumah sakit dan terkait
dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau karyawan, pasien, rawat
inap, dan pengunjung poliklinik.
6. Terapi gizi medis
Terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun kronik atau
kondisi luka luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi klien/
pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien / pasien serta
keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
7. Terapi gizi
Pelayanan gizi yang diberikan kepada klien / pasien untuk penyembuhan
penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik sebelum
perawatan dalam dan sesudah perawatan.
8. Terapi diet
Pelayanan dietetic yang merupakan bagian dari terapi gizi
9. Perskripsi deit atau rencana diet
kebutuhan zat gizi klien / pasien yang dihitung berdasarkan status gizi,
degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh
dokter sedangkan rencana diet dibuat oleh nutrionis/dietisen
10. Konseling gizi
adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga
membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakan
oleh nutriosnis/dietisien.
11. Nutrionis
Seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh
oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetic, baik masyarakat maupun rumah saki,
unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
12. dietisien
Seseorng nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan keterampilan
dietetic, baik melalui lembaga pendidikan formal muapun pengalaman bekerja
dengan masa kerja minimal satu tahun, atau mendapat sertifikasi dari
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan yang
menyelenggarakan terapi dietetik
13. food model
Bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari sintetis atau asli
yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap
maupun pengunjung rawat jalan.

14. klien
pengunjung poliklinik rumah sakit dan atau pasien rumah sakit yang sudah
berstatus rawat jalan .
15. Nutrition related disease
penyakit penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi dan dalam
tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
16. mutu pelayanan gizi
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai
standar dan memuaskan baik kualitas dari petugas maupun sarana serta
prasarana untuk kepentingan klien / pasien .
E. LANDASAN HUKUM
sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayan gizi di
rumah sakit diperlukan peraturan perundang -

undangan

pendukung (legal

aspect). Beberapa ketentuan perundang undangan yang digunakan adalah


sebagai berikut :
1. Undang Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. Undang Undang no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. Undang Undang no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah
4. Undang Undang no.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat
dan daerah
5. Peratuaran pemerintah no.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
6. Peraturan pemerintah no. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonomi
7. peraturan pemerintah no.102 tahun 2000 tentang standarisasi nasional
8. keputusan menteri kesehtan RI no.1333 tahun 1999 tentang stadar pelayanan
rumah sakit
9. keputusan bersama menteri kesehatan RI no.894/Menkes/SKB/VII/2001 dan
kepala badan kepegawaian Negara no.35 tahun 2001 tentang petunjuk
pelaksanaan jabatan fungsional nutrisionis dan angka kreditnya
10. Keputusan Menteri penertiban aparatur Negara no.23/Kep/M.PAN/4/2001
tentang jabatan fungsional nutrisionis dan angka kreditnya
11. hasil rapat konsultasi pejabat rumah sakit ke I,II, dan III tahun 1980-1983
12. Hasil pertemuan berkelanjutan tentang evaluasi pedoman PGRS dari tahun
2002-2003

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia


1. Kepala unit pelayanan gizi
Kepala unit pelayanan gizi adalah yang bertanggung jawab umum
organisasi pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan
kepegawaian yang berlaku. kepala unit pelayanan gizi rumah sakit bertugas
memimpin peyelenggaraan pelayan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya
bertanggung jawab kepada direktur bidang penunjang medis.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan gizi rumah sakit, umumnya
tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi dirumah sakit meluputi :
a. menyusun perencanaan pelayanan gizi
b. menyusun rencana evaluasi pelayanan gizi
c. melaksanakan pemantauan
d. melaksanakan pengkajian data kasus
e. Melaksanakan pengkajian data kasus
f. melaksanakan penelitian dan pengembangan
Rumah Sakit Budi kemuliaan Batam saat ini berada pada kelas tipe B, untuk
melaksanakan tugas tugas tersebut maka seseorang kepala unit pelayanan
gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :
a. Lulusan S1 Gizi/ Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-gizi
b. Lulusan D4 gizi dengan pendidikan dasar D3-gizi
c. Serendah rendahnya lulusan D3 gizi dengan pengalaman kerja tertentu
2. Koordinator Unit Unit
Koordinator unit unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan :
a. Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi
b. Pengawasan dan pengendalian dalam peyelenggaraan pelayanan gizi
c. Pemantauan proses pelayanan
d. pengkajian data kasus
Untuk melaksanakan tugas tugas tersebut, maka pendidikan tenga
koordinator unit di rumah sakit Budi Kemulilaan yang mempunyai kelas tipe B
harus mempunyai kriteria tertentu :
a. Lulusan S1 gizi / kesehatan dengan pendidikan dasar D3 gizi
b. Lulusan D4 gizi dengan pendidikan dasar D3 gizi
c. Serendah rendahnya lulusan D3
3. Supervisor
Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses pelayanan gizi
rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian dan
pelayana paska rawat dan rujukan. Bidang bertugas yang diawasi mencakup
aspek diatetik dan non diatetik.

Supervisor / pengawas dengan klasifikasi pendidikan memenuhi kriteria


tertentu sebagai berikut :
a. Lulusan S1 Gizi / kesehatan dengan pendidikan dasar D3 gizi
b. Lulusan D4 gizi atau serendah rendahnya Lulusan D3 gizi
c. Lulusan D3 perhotelan
Supervisor dapat ditukar /digantikan (rotasi) secara bergiliran berdasarkan
pertimbangan tertentu, baik berdasarkan kemampuan teknis, keterampilan
maupun masa tugas.
4. Pelaksana
Pelaksanan yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai juru
masak, Perbekalan, prananta computer dan ketatausahaan.
a. Juru masak
juru masak yaitu tenaga pengolahan bahan makanan yang bertugas mulai
dari persiapan bahan makanan hingga pendistribusian mempunyai kriteria
pendidikan SMK-Tataboga atau SMU + Kursus masak
b. Urusan Gudang /Perbekalan
Tenaga gudang atau perbekalan pada unit penyimpanan bahan makanan
untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan sesuai
dengan pesanan harian, serta kondisi fisik bahan makanan yang bermutu
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Mempunyai kriteria pendidikan
D3-gizi, D1 gizi atau SMU
c. Operator Komputer
Operator computer bertugas terutama pada unit perencanaan dan evaluasi
untuk mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta
kebutuhan bahan makanan. Selain itu juga diperlukan dalam data untuk
mendukung efektibilitas pelaporan. Pendidikan dasar tenaga untuk
operator computer adalah D#-gizi + kursur komputer
d. Tata usaha
Tugas tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan
keuanganm, penyiapan laporan berkala, serta pengaturan hal hal yang
berkaitan dengan kepegawaian. Pendidikan dasar tenaga untuk tatausaha
adalah D3 gizi + kursus komputer
e. Pramusaji
yaitu pelaksanaan kegiatan penyajian makanan diruangan rawat inap,
mulai dari penataan di dapur ruangan sampai menyajikan ke pasien.
Pendidikan dasar untuk pramusaji adalah SMK-Tatabogaa atau SMU +
kursus memasak
B. Distribusi ketenagaan

Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada unit pelayanan
gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit adalah sebagai
berikut :
1. Tenaga untuk penyelenggaraan makanan
2. Tenaga untuk asuhan rawat jalan
3. Tenaga untuk rawat inap
4. tenagan untuk litbang gizi
C. Pengaturan jaga
Gizi merupakan salah satu penunjang medis terpenting di dalam rumah sakit,
sehingga Gizi harus ada sewaktu waktu untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
untuk pembagian dinas adalah sebagai berikut :
j

BAB III
STANDAR FASLITAS
A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
Pelayanan Gizi RS Budi Kemuliaan Batam mempuyai standar fasilitas
1. Ruangan penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
Digunakan sebagai penerimaan bahan makanan yang didalamnya memiliki
fasilitas
2.

BAB IV
TATA LAKSANAN PELAYANAN

1. Petugas gizi menerima laporan pasien baru dari bagian keperawatan atau ruang
rawat inap berupa daftar diet pasien
2. Petugas perawatan melaporkan jika ada pasien baru masuk atau ada pasien
pulang sebelum jam makan pasien
3. Petugas gizi memasukkan laporan kedalam buku jumlah pasien
4. Petugas gizi mencatat di whiteboard sesuai tanggal masuk, ruang atau kelas,
nama pasien, umur, dokter dan diagnose diet pasien
5. Petugas gizi mencatat kedalam formulir makanan pasien
6. Petugas gizi mempersiapkan makanan dan snack untuk pasien baru tersebut.
7. Jam makan pasien :
sarapan pagi
: 06.00 07.00 wib
Snack pagi
: 10.00 10.30 wib
Makan siang
: 12.00 12.30 wib
Snack sore
: 15.00 15.30 wib
Makan sore
: 17.00 17.30 wib
8. Petugas gizi memasak bahan makanan yang sudah disiapkan sesuai dengn
standar menu dan standar diet.
9. Setelah makanan matang diletakkan diwadah yang bersih
10. Petugas gizi memeriksa kelayakan kondisi fisik dan kebersihan makanan
11. Menguji rasa makanan sesuai standar resep
12. Memperhatikan kebutuhan gizi masing masing pasien sesuai instruksi dokter
13. Petugas gizi mengantar makanan keruang perawatan sesuai dengan formulir
daftar diet pasien untuk didistribusikan

BAB V
LOGISTIK

Keperluan logistic di unit gizi meliputi bahan medis yang dipenuhi oleh instalasi gizi
seperti : handschoon, masker, alcohol swab, spuit, micropore, dll. Sedangkan bahan
bahan reagensia dan ATK (alat tulis kantor) dipenuhi pegadaan/logistic.
1. Alur permintaan barang bahan medis dan bahan makanan
Medis ke
logistic
Farmasi
Ka. Gizi

Permintaan
Barang

Non Medis
ke Logistik
Umum

2. Perencanaan
Pengadaan bahan Gizi harus mempertimbangkan hal hal sebagai berikut :
a. Tingkat persedian
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah
persediaan yaitu persedian minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persedian minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan
berikutnya dari pembekat atau ruang penyimpang umum.
Safety stock adalah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan
bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok
Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan bahan makanan di
gizi. Reserve stok adalah cadangan bahan makanan/sisa
b. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraann kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakain atau
pembeliaan bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi
jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan
datang. Jumlah rata rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu
dicatat.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang
sulit didapat. Perencanaan di mulai Penanggung jawab ADM dan logistic
yang mendata kebutuhan barang barang medis dan non medis habis

pakai setiap bulan, mencek barang dan kebutuhan yang diperlukan dan
membuat bon permintaan barang yang kemudian diserahkan kepada
kepala unit laboratorium untuk ditanda tangani untuk kemudian diberikan
kepada bagian pengadaan atau kebagian logistic farmasi ( untuk barang
medis) dan logistic umum (untuk barang non medis ) sesuai dengan
kebutuhan pemesanannya.
3. Permintaaan
Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan,
kebagian logistic farmasi ( untuk barang medis) dan logistic umum ( untuk
barang non medis) atau kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir
non permintaan barang.
4. Penyimpanan
Bahan makanan gizi yang sudah ada harus ditangi secara cermat dengan
mempertimbangkan :
a. perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
1) Pertama masuk pertama keluar (FIFO first in first out), yaitu
bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan
lebih dahulu.
2) Masa Kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO first expired first
out)
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpang
yang terlalu lama.
b. Tempat penyimpanan
Harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga,
tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
c. Kelembaban
Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80% - 90%
d. Ketebalan dan bahan pada tidak lebih dari 10 cm
e. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu 10 oc

f. Suhu
Lama waktu penyimpanan
< 3 hari
1 minggu
>1 minggu
o
o
Daging, ikan, udang dan hasil
-5 0 C
-10 -50 C
<-10oC
Jenis bahan makanan

olahnya
Telur,buah dan hasil olahyan
Sayur, buah dan minuman
Tepung dan biji - bijian
5. Penggunaan

5-7 oC
10o C
25oC

-5 0 oC
10oC
25oC

<-5oC
10oC
25oC

penggunaan bahan makanan yang lebih dahulu masuk persedian harus


digunakan lebih dahulu. Sedangkan yang memiliki masa kadaluarsa pendek
dipakai terlebih dahulu.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien ( Pasien Safety) rumah sakit adalah suatu system dimana
rumah sakti membuat asuhan pasien lebih aman. system tersebut meliputi :
Assemen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan anlisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tidak
lanjut serta impementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut harus diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
C. Tatalaksanan keselamatan pasien
Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang dilakukan
melalui assasmen risiko, identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk menminimalkan
timbulnya risiko. Di rumah Budi Kemuliaan, Kegiatan ini dilakukan melalui
monitoring indikator mutu pelayanan tiap unit kerja terutama yang terkait dengan
pelaksanaan patien safety, tindakan preventif, tindakan korektif.
1. Monitoring indikator mutu pelayanan
Kegiatan ini merupakan kegiatan assesmen risiko. Indikator mutu pelayanan
rumah sakit dan unit kerja secara rinci dijelaskan pada Pedoman mutu
pelayanan, pedoman mutu pelayanan unit gizi secara rinci pada BAB VIII
pengendalian mutu. Indikator mutu pelayanan yang menyangkut patien safety
secara rinci dapat dilihat format indikator mutu pelayanan pada pedoman
mutu pelayanan. Indikator tersebut merupakan milik unit kerja, tentukan
periode pengambilan data dan analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau
terjadi kejadian yang tidak di inginkan pimpinan unit melaporkan pada
pertemuan manajemen seperti diatur pada tindakan preventif.
2. Tindakan Preventif
Tindakan Preventif sebenarnya adalah system yang diharapkan dapat
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan

suatu

tindakan

atau

tidak

melakukan

tindakan

yang

seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui pencegahan


kejadian tidak diinginkan.
3. Tindakan Korektif
Tindakan korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Tindakan korektif dilakukan terhadap laporan yang
diputuskan dalam pertemuan tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan
verifikasi. Hasil inspeksi harus menunjukkan telah dilakukannya tindakan
koreksi.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman umum
kesehatan dan keselatamatan kerja (K3) merupakan bagian dari pengelolaan gizi
keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama
berhubungan dengan penyajian makanan pasien dan alat alat memasak. Bagi
petugas gizi yang selalu kontak dengan makanan dan pasien, maka berpotensi
terinfeksi kuman pathogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke
petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya
yang terjadi, perlua adanya kebijakan yang ketat, petugas harus memahami
keamanan gizi dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk
melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta
mengontrol bahan makanan secara baik menurut palayanan gizi yang benar.
1. Petugas / tim K3 Gizi
Pengaman kerja di gizi pada dasarnya menjadi tanggun jawab setiap petugas
yang

berhubungan

langsung

dengan

penyajian

makanan.

Untuk

mengkoordinasikan , menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi


pelaksanaan keamanan gizi, terutama untuk gizi yang melakukan berbagai
jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu tim
fungsional keamanan gizi.
Kepala gizi adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3 gizi.
Dalam pelaksanaan kepala gizi dapat menunjukkan seorang petugas atau
membentuk tim K3 gizi.
Petugas atau tim K3 gizi mempunyai kewajiban merencanakan dan
memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas gizi
dengan tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Member perlindungan pada pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara


dan proses kerjanya.
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. mencegah terkena aliran listrik
n. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
Setiap tim Gizi sebaiknya membuat pokok - pokok K3 gizi yang penting
dan ditempatkan di lokasi yang mudah di baca oleh setiap petugas gizi.
2. Kesehatan Petugs Gizi
Pada setiap calon petugas gizi harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
lengkap termasuk foto toraks. Keadaan kesehatan petugas gizi harus
memenuhi standar yang telah ditentukan di gizi
untuk menjamin kesehatan para petugas gizi harus dilakukan hal hal
sebagai berikut :
a. pemeriksaan foto torak dilakukan setiap 3 tahun
b. pemberian imunisasi
Setiap petugas gizi harus mempunyai program imunisasi, terutama bagi
petugas yang bekerja di gizi tingkat keamanan biologis 2,3, dan 4
Vaksinasi yang diberikan : Vaksinasi Hepatitis B untuk semua petugas gizi
c. Pemantauan kesehatan
Kesehatan setiap petugas gizi harus selalu dipantau, untuk itu setipa
petugas harus mempunyai kartu kesehatan yang selalu dibawa setiap saat
dan di perlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal
setiap tahun dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk
pemeriksaan laboratorium.
Bila petugas gizi sakit lebih Dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas
tentang penyakitnya maka petugas yang bertanggung jawab terhadap K3
gizi harus melapor pada kepala unit gizi tentang kemungkinan terjadinya
pajanan yang diperoleh dari laboratorium dan menyelidikinya.
3. Sarana dan prasarana K3 gizi umum yang perlu disiapkan di gizi adalah :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dan topi terbuat dari bahan yang
tidak panas, tidak licin dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu
gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur
(jangan menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedianya alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih
dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering.
e. Tersedia alat / obat P3K yang sederhana
4. Pengamanan pada keadaan darurat
a. system tanda bahaya
b. system evakuasi
c. perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

d.
e.
f.
g.

alat komunikasi darurat baik didalam atau keluar gizi


system informasi darurat
pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat
alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada

lokasi yang mudah dicapai.


h. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali
i. nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi disetiap ruang
gizi.
5. Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal hal berikut :
a. Mencegah kecelakaan di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan, misalnya :
1) menggunakan alat pembuka pet/bungkus bahan makanan menurut
cara yang tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan
pada tempat ke arah bagian alat yang tajam.
2) barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
3) Pergunakan tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan
4) tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan
5) lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan
6) tidak mengangkut barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan
anda
7) tidak mengangkut barang jalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
8) membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang
penerimaan dan peyimpanan.
b. mencegah kecelakaan di ruang persiapan,

pengolahan dan pada saat

distribusi makanan, misalnya :


1) menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yant baik misalnya
gunakan pisau, golok parutan kepala yang baik dan tidak bercakap
cakap selama menggunakan alat tersebut.
2) tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah

bahan

makanan
3) menggunakan berbagai alat yabng tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaian
4) bersihkan mesin sesuai petunjuk dan matikan mesin jika tidak
digunakan
5) menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan
6) berhati hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau
mematikan mesin, lampu, gas/listrik dan lain lainnya
7) meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan

8) mengisi panic panic menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi


porsi yang ditetapkan.
9) tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi
kapasitasnya
10)meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
11) bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jagan mengisi
terlalu penuh.
12)perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai
tertumpah atau makanan tersebut tercampur
13)perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi
kaleng

B. Penanganan Kecelakaan di Gizi


Kecelakaan yang paling sering terjadi di gizi disebabkan oleh lantai yang licin.
Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan informasi
mengenai cara bekerja di ruang persiapan makanan. Agar mudah terbaca,
informasi ini hendaknya di buat dalam bentuk bagan yang sederhana dan
dipasang pada dinding dalam ruang gizi. Selain itu, harus pula di sediakan
peralatan untuk menangani keadaan tersebut seperti :
1) baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin an
enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
2) menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur ( jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
3) menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
4) tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering
5) tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau.
6) Tersedia alat / obat P3K yang sederhana
C. Penangan Limbah
Gizi dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dana gas yang
berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengobatan limbah harus
dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negative.
1) penaganan
Prinsip pengolahan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume. Jenis
limbah harus diidentifikasi dan dipilah pilah dan mengurangi keseluruhan
volume limbah secara continue
2) Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus memadai, diletakkan
pada tempat yang pas,aman dan hygienes. Pemadatan adalah cara yang

efisien dalam penyimpang limbah yang bisa dibuang dengan landfill, namum
pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah infeksius dan limbah benda
tajam.
3) Pemisah limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagi jenis limbah yang akan dibuang
adalah

dengan

cara

menggunakan

kantong

berkode

umumnya

menggunakan kode warna). Namun penggunaan kode tersebut perlu


diperhatikan secukupnya untuk tidak sampai menimbulkan kebingungan
dengan system lain yang mungkun juga menggunakan kode warna. misalnya :
kantong untuk linen biasa, linen kotor dan linen terinfeksi dirumah sakit dan
tempat tempat perawatan.
4) Standarisasi kantong dan container pembuangan limbah
Keberhasilan pemisah limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang
jelas serta keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Agar upaya peningkatan mutu di RS Budi Kemuliaan dapat dilaksanakan secara


efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar
upaya peningkatan mutu pelayanan.

A. Mutu Pelayanan
1. Pengertian mutu
a. mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2. Pihak yang berkepentingan dengan mutu
a. konsumen
b. pembayaran/perusahaan/asuransi
c. manajemen
d. karyawan
e. masyarakat
f. pemerintah
g. ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3. Dimensi mutu
a. Keprofesian
b. Efesiesi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasaan pasien
e. Aspek social Budaya
4. Mutu terkait dengan input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 variabel, yaiut:
a. input adalah sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
organisasi, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan,
teknologi, organisasi,informasi dan lain lain. Pelayanan kesehatan yang
bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan
struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan
peggerak pelayanan kesehatan

b. proses ialah interaksi professional antara pemberi pelayanan dengan


konsumen( Pasien/Masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian
mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.
B. Upaya peningkatan mutu
Upaya Peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan RS Budi Kemuliaan secara efektif dan efisien agar tercapai derajat
kesehatan yang optimal. Upaya ini dilakukan melalui :
1. Optimal tenaga, sarana dan prasarana
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien
3. pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan.
Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesi, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil
sesuai
C. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan.
Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai
dengan target mutu gizi dan kepuasan pelanggan dapat meningkat.
Fungsi dari pengendalian mutu adalah :
1. Mengawasi setiap tahapan proses
2. menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3. menghasilkan pelayanan yang bermutu
BAB IX
PENUTUP

Pedoman organisasi Unit Gizi yang sudah kita susun bersama, hendaknya menjadi
dasar setiap SDM di Unit Gizi khususnya dan SDM RS Budi Kemuliaan dan
menjalankan organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal.
Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan pedoman pelayanan
organisasi ini akan kita revisi bila diperlukan .

Anda mungkin juga menyukai